Anda di halaman 1dari 18

NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH KONDISI HYGIENE PEMERAH DAN SANITASI


KANDANG TERHADAP JUMLAH CEMARAN MIKROBA PADA SUSU
SAPI DI PETERNAKAN MOJOSONGO BOYOLALI

Skripsi ini Disusun guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Melakukan
Penelitian Bidang Kesehatan Masyarakat

Oleh :

SATRIO BIMANTORO

J410 080 006

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADYAH SURAKARTA

2014

i
TJNIVERSITAS MUHAMMADIYAII SURAKARTA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
Jl. A A.Yani Tromol Pos- I Pabelan Kartasura, Telp (027 I ) 717 417 , F ax
(A271) 715448 Surakarta 57102

Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah

Yang bertanda tangan dibawah ini pembimbing Skripsi/Tugas Akhir :

Pembimbing I :Ambarwati.S.Pd.,M.Si.
Pembimbing II : Artika Fristi Firnawati, SKM.

Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan
ringkasan Skripsi dari mahasiswa:
Nama : SATRIO BIMANTORO
NIM : J410 080 006
Program Studi : FAKULTAS ILMU KESEHATAN
Judul Skripsi : PENGARIIH KONDISI HYGIENE PEMERAH DAN
SANITASI KANDANG TERHADAP JUMLAH
CEMARAN MIKROBA PADA SUSU SAPI DI
PETERNAKAN MOJOSONGO BOYOLALI

Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan.


Demikian persetujuan dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.

Surakarta, 26 Maret 2014

Pembimbin-e I Pembimbing II
! ,'l
\^l
\''.-!--
^-z-f
't
,\'
./'

Ambanvati.S.Pd.. lvl.Si. A{rkM


SURAT PERI{YATAAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAII

Bi smill ahirrahmanirohim
Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama SATRIO BIMANTORO


NIM J410 080 006
Program Studi FAKULTAS ILMU KESEHATAN
Judul Skripsi PENGARUH KONDISI HYGIENE PEMERAH DAN
SANITASI KANDANG TERHADAP JUMLATI
CEMARAN MIKROBA PADA SUSU SAPI DI
PETERNAKAN MOJOSONGO BOYOLALI

Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk :


1. Memberikan hak bebas royalty kepada Perpustakaan UMS atas penulisan karya
ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan
2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalih forrnatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, serta
menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada
Perpustakaan UMS, tanpa meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta.
3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan
pihak Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hokum yang timbul atas
pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat
digunakan sebagaimana mestinya.

Surakart 26Maret2A14

Yang

SATRI TORO

iii
ABSTRAK

SATRIO BIMANTORO J410 080 006

PENGARUH KONDISI HYGIENE PEMERAH DAN SANITASI


KANDANG TERHADAP JUMLAH CEMARAN MIKROBA PADA SUSU
SAPI DI PETERNAKAN MOJOSONGO BOYOLALI

XV+41+17

Bahan pangan asal hewan (daging, telur, susu) serta olahannya merupakan
bahan pangan mudah rusak dan merupakan media yang baik bagi pertumbuhan
mikroba. Berdasarkan data dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Boyolali di Desa Jurug, Kecamatan Mojosongo Boyolali terdapat 31 peternak
dengan jumlah ternak sebanyak 474 ekor. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh kondisi hygiene pemerah dan sanitasi kandang terhadap
cemaran mikroba pada susu di peternakan sapi perah Mojosongo Boyolali. Jenis
penelitian ini adalah observasional dengan menggunakan metode survei analitik
dan dicari pengaruhnya antara faktor risiko dengan efek. Teknik pengambilan
sampel dengan cara Simple Random Sampling. Analisis data menggunakan uji
statistic Corelations Pearson Product Moment. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa tidak terdapat pengaruh antara kondisi hygiene pemerah (p= 0,374), dan
sanitasi kandang (p= 0,583) terhadap cemaran mikroba pada susu di peternakan
sapi perah Mojosongo Boyolali.

Kata Kunci : Hygiene pemerah, Sanitasi kandang, Cemaran mikroba pada susu
Kepustakaan : 29, 1994-2013


iv

ABSTRACT

SATRIO BIMANTORO J410 080 006

EFFECTS OF MILKER HYGIENE CONDITION AND STABLE SANITATION


TOWARD AMOUNTS OF MICROBE DIRT IN COWS MILK AT MOJOSONGO
ANIMAL HUSBANDRY, BOYOLALI.

Food object by animal (meat, egg, milk) and it whom is food object which
damage easily and good media for microbe growth. Based on Animal Husbandry and
Fishery Agency at Boyolali Regency in Jurug Village, Mojosongo District, Boyolali has
31 breeder with amounts of livestock 474. Objective of the study to know Effects of milker
hygiene condition and stable sanitation toward amounts of microbe dirt in cows milk at
animal husbandry. Kinds of this research is observation uses analytic survey method and
search it effects between factor of risk by effect. Technique took of sample by Simple
Random Sampling. Technique of analysis data uses statistic test by Corelations Pearson
Product Momment. Result of this study shows there are not effect between milker hygiene
condition (p= 0, 374: 95%), stable sanitation (p= 0, 583: 95%) toward microbe dirt in
cows milk at animal husbanddry.

Keywords : Hygiene, Sanitation, Microbe Dirt.


Literature : 29, 1994-2013

PENDAHULUAN

Kebutuhan paling mendasar bagi manusia adalah pangan, oleh karena itu,
pangan merupakan hal paling utama untuk dikonsumsi manusia agar tubuh
manusia memperoleh gizi yang cukup, aman dan halal untuk dikonsumsi. Rahayu
(2005) menjelaskan bahwa ketersediaan pangan yang cukup, baik secara
kualitas maupun kuantitasnya perlu terus diupayakan oleh pemerintah
melalui ketahanan pangan. Melalui program tersebut diharapkan masyarakat
dapat memperoleh pangan yang cukup, aman, bergizi, sehat, dan halal untuk
dikonsumsi.
Produk - produk peternakan seperti daging, susu dan telur merupakan
bahan - bahan yang mudah rusak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian,
pembinaan, pengawasan dan pengendalian mutu produk bahan pangan asal hewan.
Sehingga, apabila tercemar secara fisik, kimia maupun mikrobiologi secara tidak
langsung dapat membahayakan kesehatan maupun mengganggu ketenteraman
batin masyarakat termasuk kehalalannya (Disnak dan Keswan 2006).
Bahan pangan asal hewan (daging, telur, susu) serta olahannya merupakan
bahan pangan mudah rusak dan merupakan media yang baik bagi pertumbuhan
mikroba. Cemaran mikoba dalam bahan pangan asal hewan serta olahannya
termasuk susu, merupakan masalah yang menjadi perhatian utama dari konsumen,
baik di negara maju maupun di negara berkembang (Disnak dan Keswan 2006).
Mikroba patogen yang umum mencemari susu adalah E. coli. Standar
Nasional Indonesia tahun 2009 mensyaratkan jumlah bakteri E. coli harus tidak
terdapat atau 0 di dalam air susu maupun produk olahannya karena dapat
menyebabkan diare pada manusia bila dikonsumsi (Standar Nasional Indonesia
2009).
Berdasarkan hasil monitoring dan surveilans residu dan cemaran mikroba
pada sampel susu sapi yang diambil di peternak di Kecamatan Musuk, Kabupaten
Boyolali Bulan Desember 2009, yang dilakukan Kesmavet diketahui terdapat 27,
5% dari sampel susu yang jumlah mikrobanya di atas batas maksimum cemaran
mikroba yang disyaratkan SNI 01-6366-2000 yaitu 1 x 106 koloni/ml. Sedangkan
hasil uji Total Plate Count di Balai Pelayanan Kesehatan Masyarakat Veteriner

1
Provinsi Jawa Tengah pada Bulan Februari tahun 2012, diketahui bahwa sampel
susu segar dari beberapa peternakan di Mojosongo Boyolali mengandung
cemaran mikroba 3.1 x 106 koloni/ml, jumlah ini di atas batas SNI 7388-2009
yaitu 1 x 106 koloni/ml.
Berdasarkan hasil penelitian Pradana (2013) di Desa Butuh Kecamatan
Mojosongo Kabupaten Boyolali dari 32 peternak diketahui bahwa tingkat
hygiene pemerah 71,88%, sedangkan kebersihan kandang hanya 17 kandang
yang tingkat kebersihannya baik dengan tingkat persentase 53,13%.

Berdasarkan hasil survey pendahuluan dan data dari Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Boyolali di Desa Jurug, Kecamatan Mojosongo Boyolali
terdapat 31 peternak dengan jumlah ternak sebanyak 474 ekor. Kondisi hygiene
pemerah berdasarkan hasil survey pendahuluan di Peternakan di Desa Jurug
Kecamatan Mojosongo Boyolali sebagian besar pemerah tidak menggunakan
masker, sepatu boot dan tidak membersihkan tangan sebelum memerah
METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah observasional dengan

menggunakan metode survei analitik dan pendekatan Cross Sectional dicari

pengaruhnya antara faktor risiko dengan efek. Yang dimaksud efek adalah suatu

akibat dari adanya faktor risiko, sedangkan faktor risiko adalah suatu fenomena

yang mengakibatkan terjadinya efek (pengaruh) (Sugiarto 2001).

Populasi dari penelitian ini adalah semua susu yang dihasilkan dari sapi

perah di peternakan di Desa Jurug Kecamatan Mojosongo Boyolali. Berdasarkan

data dari Dinas Peternakan tahun (2013), jumlah peternak sapi perah di Desa

Jurug Kecamatan Mojosongo Boyolali adalah sebanyak 31 peternak dari jumlah

keseluruhan 474 ekor sapi.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling


yaitu pengambilan sampel dengan cara melakukan undian atau secara acak pada
sapi sehingga didapatkan sampel sebanyak 31 susu sapi dari 31 peternak dengan
jumlah keseluruhan 474 ekor sapi. Maka setiap peternak diambil satu sampel susu
sapi. Untuk analisis data menggunankan analisis Univariat dan Analisis Bivariat

1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mendiskripsikan jumlah cemaran
mikroba pada susu sapi, kondisi hygiene pemerah dan sanitasi kandang.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan dengan uji Corelations dengan metode
Person Product Moment untuk mengetahui apakah ada pengaruh
perbandingan hygiene pemerah dan sanitasi kandang terhadap jumlah
cemaran mikroba dengan menggunakan metode TPC (Total Plate Count)
di peternakan sapi di Mojosongo Boyolali.
Interpretasi data statistik :
a. Ho diterima, Ha ditolak : jika nilai p > 0,05, maka tidak ada kondisi
hygiene dan kebersihan kandang terhadap jumlah cemaran mikroba
pada susu.
b. Ho ditolak, Ha diterima : jika nilai p 0,05, maka ada pengaruh kondisi
hygiene pemerah dan kebersihan kandang terhadap jumlah cemaran
mikroba pada susu.
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum
Desa Jurug adalah salah satu dari 13 Desa di Kecamatan Mojosongo
Boyolali dengan luas wilayah sebesar 365,8735 Ha. Jumlah penduduk
sebanyak 3.805 jiwa yang terdiri dari jumlah laki-laki sebanyak 1.821 jiwa,
dan perempuan sebanyak 1.984 jiwa. Jumlah peternak sapi perah di Desa
Jurug 31 peternak dan jumlah sapi perah sebanyak 474. Mata pencaharian
sebagian besar penduduk Desa Jurug adalah sebagai pedagang, petani, dan
peternak sapi perah . Batas wilayah Desa Jurug yaitu :

1. Sebelah Utara : Desa Kemiri


2. Sebelah Selatan : Desa Manggis
3. Sebelah Timur : Kecamatan Teras
4. Sebelah Barat : Desa Karangnongko

B. Analisis Univariat
1. Hygiene Pemerah
Tingkat kondisi hygiene pemerah susu dalam penelitian ini dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Tingkat Hygiene Pemerah di Peternakan Sapi Perah Desa
Jurug Kecamatan Mojosongo Boyolali

Kebersihan pemerah Frekuensi Persentase (%)


Baik 8 25,8
Tidak baik 23 74,2
Jumlah 31 100

Berdasarkan tabel 1 diketahui sebagian besar pemerah susu


memiliki tingkat kebersihan yang tidak baik yaitu sebanyak 23 pemerah
(74,2%).
2. Sanitasi Kandang
Tingkat sanitasi kandang pada penelitian ini dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 2. Tingkat Sanitasi Kandang di Peternakan Sapi Perah Desa
Jurug Kecamatan Mojosongo Boyolali

Sanitasi kandang Frekuensi Persentase (%)


Baik 22 71
Tidak baik 9 29
Jumlah 31 100

Berdasarkan tabel 2 diketahui sebagian besar peternak memiliki


sanitasi kandang dengan kategori baik sebanyak 22 kandang (71%).

3. Uji Cemaran Mikroba pada Susu Sapi


Uji Cemaran Mikroba pada Susu Sapi pada penelitian ini dapat
dilihat pada tabel 3 berikut :
Tabel 3. Uji Cemaran Mikroba pada Susu di Peternakan Sapi Perah
Desa Jurug Kecamatan Mojosongo Boyolali
Uji cemaran mikroba Frekuensi Persentase (%)
Memenuhi standar 16 51,6
Tidak memenuhi standar 15 48,4
Jumlah 31 100

Berdasarkan Tabel 3 diketahui uji cemaran mikroba kategori baik


sesuai standar SNI (1x106 koloni/ml) yaitu sebanyak 16 susu sapi (51,6%).

C. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji Corelations
untuk mengetahui pengaruh kondisi hygiene pemerah dan sanitasi kandang
terhadap jumlah cemaran mikroba pada susu sapi di Desa Jurug
Kecamatan Mojosongo Boyolali.
1. Pengaruh Kondisi Hygiene Pemerah terhadap Jumlah Cemaran
Mikroba pada Susu Sapi
Dari hasil penelitian pengaruh kondisi hygiene pemerah terhadap
jumlah cemaran mikroba pada susu sapi dapat dilihat pada tabel 4
berikut :
Tabel 4. Pengaruh Kondisi Hygiene Pemerah terhadap Jumlah
Cemaran Mikroba pada Susu Sapi
Uji Korelasi
Jumlah
Kebersihan Pemerah Cemaran
Mikroba
Kebersihan pemerah Pearson Correlation 1 -.165
Sig. (2-tailed) .374

N 31 31

Dari tabel 4 diketahui bahwa sebagian besar pemerah susu


kebersihannya termasuk kategori tidak baik sebanyak 23 pemerah
dengan 11 pemerah memenuhi standar cemaran mikroba dan 12
pemerah tidak memenuhi standar.
Dari hasil penelitian didapat hasil perhitungan nilai uji Corelations
didapat nilai (p=0,374 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat pengaruh antara kebersihan pemerah susu sapi terhadap jumlah
cemaran mikroba pada susu sapi.
2. Pengaruh Sanitasi Kandang terhadap Jumlah Cemaran Mikroba
Dari hasil penelitian pengaruh sanitasi kandang terhadap jumlah
cemaran mikroba pada susu sapi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5. Pengaruh Kondisi Sanitasi Kandang terhadap Jumlah
Cemaran Mikroba
Uji Korelasi
Jumlah
Kebersihan Kandang
Cemaran
Mikroba
Kebersihan Kandang Pearson Correlation 1 -.103
Sig. (2-tailed) .583

N 31 31

Dari tabel 5 diketahui bahwa sebagian besar sanitasi kandang


termasuk dalam kategori baik sebanyak 22 kandang dengan 10 kandang
yang tidak memenuhi standar cemaran mikroba pada susu sapi.
Dari hasil penelitian didapat hasil perhitungan nilai uji Corelations
didapat nilai (p=0,583 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat pengaruh antara sanitasi kandang terhadap jumlah cemaran
mikroba pada susu sapi.

PEMBAHASAN
A. Pengaruh Kebersihan Pemerah terhadap Jumlah Cemaran Mikroba
pada Susu Sapi
Berdasarkan hasil penelitian dan observasi sebagian besar pemerah
tidak memakai masker, sepatu boot dan tidak membersihkan tangan sebelum
memerah, maka diketahui tingkat kebersihan pemerah dengan kategori baik
sebanyak 8 orang (25,8%) dengan 5 kualitas susu (16,2%) memenuhi standar
jumlah cemaran mikroba dan 3 kualitas susu (9,7%) tidak memenuhi standar
jumlah cemaran mikroba. Sedangkan kebersihan pemerah dengan kategori
tidak baik ada 23 orang (74,2%) dengan 12 kualitas susu (38,7%) tidak
memenuhi standar jumlah cemaran mikroba dan 11 kualitas susu (35,48%)
memenuhi standar jumlah cemaran mikroba. Dari hasil perhitungan didapat
nilai hasil uji Corelations dengan nilai (Sig p=0,374 > 0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh kebersihan pemerah terhadap
cemaran mikroba dalam susu sapi. Penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian Tianora (2010) tentang identifikasi cemaran mikroba pada sapi
segar berdasarkan kondisi hygiene dan sanitasi pemerah di peternakan sapi
perah Musuk Boyolali dengan (p=0,195) yang menyimpulkan bahwa tidak
terdapat hubungan antara hygiene pemerah susu sapi dengan keberadaan
Escherichia coli. Namun tidak sejalan dengan hasil penelitian Cahyono dkk
(2013) tentang kajian kualitas mikrobiologis (Total Plate Count (TPC),
Enterobacteriaceae dan Staphylococcus aureus) susu sapi segar di Kecamatan
Krucil Kabupaten Probolinggo yang menyatakan bahwa kondisi kebersihan
pemerah susu sangat mempengaruhi kandungan cemaran mikroba dalam susu
sapi.
Rendahnya jumlah Cemaran mikroba dalam susu segar pada penelitian
Cahyono dkk (2013) disebabkan karena pemerah setiap melakukan pemerahan
sebelumnya sudah membersihkan diri dengan mencuci tangan dan
menggunakan alat-alat untuk proses pemerahan yang sudah steril dan juga
membersihkan puting susu sapi dengan air hangat sebelum diperah. Sehingga
susu yang dihasilkan lebih baik dan berkualitas.

Proses pencemaran mikroba pada susu dimulai ketika susu diperah


karena adanya mikroba yang tumbuh di sekitar ambing, sehingga saat
pemerahan bakteri tersebut terbawa dalam susu. Rombaut (2005) menyatakan
bahwa tingkat kontaminasi berasal dari setiap sumber dan bergantung dari
metode sanitasi yang dilakukan. Sumber kontaminasi yang sangat signifikan
adalah dari permukaan yang kontak langsung dengan susu. Pencemaran atau
kontaminasi mikroorganisme pada air susu dapat berasal dari susu sapi yang
diperah, salah satunya dari tangan pemerah yang kurang bersih saat
pemerahan, penanganan atau pengolahan paska panen dan pemasaran susu.
Kualitas susu sangat ditentukan oleh banyaknya kandungan kuman atau
bakteri di dalamnya, karena akibat dari kuman-kuman tersebut dapat merubah
sifat-sifat kimia, fisik dan organoleptik sehingga air susu cepat menjadi rusak
(Syarif dan Harianto, 2011).
B. Pengaruh Kebersihan Kandang terhadap Jumlah Cemaran Mikroba
pada Susu Sapi
Menurut hasil observasi dan penelitian ini menunjukkan bahwasebagian
besar kebersihan kandang memenuhi kriteria AAK dengan kategori baik
sebanyak 22 kandang (71%) dengan 12 kualitas susu (38,7%) memenuhi
standar dan 10 kualitas susu (32,25%) tidak memenuhi standar jumlah
cemaran mikroba. Sedangkan sanitasi kandang yang tidak baik ada 9 kandang
(29%) dengan 5 kualitas susu (16,12%) memenuhi standar jumlah cemaran
mikroba dan 4 kualitas susu (12.9%) tidak memenuhi standar cemaran
mikroba. Dari hasil perhitungan didapat hasil uji Corelations dengan nilai (Sig
p=0,583 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh
antara sanitasi kandang terhadap cemaran mikroba pada susu sapi. Penelitian
ini sejalan dengan hasil penelitian Wijiastutik (2012) tentang hubungan
hygiene dan sanitasi pemerahan susu sapi dengan Total plate count pada susu
sapi di peternakan sapi perah Desa Manggis Kabupaten Boyolali dengan
(p=0,539) yang menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara sanitasi
kandang dengan Total plate count susu. Namun penelitian ini tidak sejalan
dengan hasil penelitian Cahyono dkk (2013) tentang kajian kualitas

mikrobiologis (Total Plate Count (TPC), Enterobacteriaceae dan


Staphylococcus aureus) susu sapi segar di Kecamatan Krucil Kabupaten
Probolinggo yang menyatakan bahwa kondisi kebersihan kandang sapi sangat
mempengaruhi kandungan cemaran mikroba dalam susu sapi. Rendahnya
jumlah TPC dalam susu segar kemungkinan disebabkan karena pembersihan
kandang dilakukan lebih dari dua kali dalam sehari yaitu sebelum pemerahan
pagi dan sebelum pemerahan sore serta dilakukan pencucian putting sebelum
pemerahan. Menurut Kirk (2005), manajemen kebersihan kandang yang baik
dapat menurunkan TPC dan sedimen susu. Selain itu peralatan pemerahan
dibersihkan sebelum dan sesudah pemerahan dengan menggunakan air dan
sabun. Sabun termasuk desinfektan golongan surfaktan (surface active agents)
yang dapat membunuh mikroba dengan cara merusak membran sel (Frank,
2005).
Keragaman dalam jumlah TPC susu segar disebabkan perbedaan dalam
sanitasi peralatan, kandang dan pemerahan. Pada penelitian ini jumlah TPC
yang didapat mungkin disebabkan oleh daerah buangan feses yang masih
berdekatan dengan kandang, sehingga ketika dilakukan pemerahan
mikroorganisme dapat masuk melalui debu yang dibawa oleh angin.
Menurut Supardi dan Sukamto dalam Sulistyowati (2009), susu mudah
rusak karena terkontaminasi oleh bakteri - bakteri patogen melalui beberapa
cara sebagai berikut :
a. Susu yang berasal dari sapi perah yang menderita infeksi. Misalnya oleh
bakteri Brucella, Mycobacterium, dan Coxiella burnetii.
b. Putting sapi terkontaminasi secara langsung oleh manusia. Misalnya
kontaminasi oleh Streptococcus, staphylococcus, Pseudomonas dan
Corynebacterium.
c. Susu terkontaminasi oleh bakteri pathogen yag tidak berasal dari sapi
sendiri, kontaminasi terjadi setelah proses pemerahan. Misalnya
Salmonella typhi, Corynebacter dyptheriae dan Streptococcus
pyogeneses.

Menurut Hadiwiyoto (1994) faktor faktor yang mempengaruhi kualitas


susu antara lain :
a. Keadaan kandang sapi. Kandang sapi yang baik akan menghasilkan
susu yang baik. Hal-hal yang perlu diperhatikan terhadap keadaan
kandang ialah bentuk lubang angin (ventilasi luar ruangan,
penerangan, saluran pembuangan). Berdasarkan kondisi observasi
saluran pembuangan di buat seadanya.
b. Keadaan rumah pemerah. Rumah ini umumnya harus terpisah dari
kandang sapi. Berdasarkan observasi kondisi kandang sapi sebagian
besar masih menjadi satu dengan rumah pemerah.
c. Keadaan kesehatan sapi. Sapi perah yang sakit akan menghasilkan
mutu susu tidak baik. Berdasarkan observasi sebagian besar sapi
terlihat tidak aktif.
d. Kesehatan pemerah atau pekerja. Hal ini penting agar kontaminasi
bakteri yang berasal dari pekerja yang sakit dapat dihindari dan
dikurangi. Berdasarkan observasi pemerah dalam keadaan sehat, tapi
sebagian besar pemerah tidak menggunakan alat pelindung diri pada
saat memerah.
e. Kebersihan hewan. Apabila sapinya kotor, susu yang diperoleh juga
akan mengandung jumlah bakteri yang lebih banyak dan akhirnya
mutunya aka menjadi rendah. Berdasarkan observasi sebagian besar
sapi dalam keadaan kotor dan jarang dibersihkan, sehingga
memungkinkan susu sapi dapat tercemar mikroba.
Berdasarkan hasil observasi pada saat pengambilan sampel memakai
botol plastik yang seharusnya memakai botol kaca harus disterilkan
terlebih dahulu, sehingga hasil hygiene pemerah baik dan kondisi
kebersihan kandang baik tetapi masih terdapat jumlah mikroba yang diatas
ambang batas SNI bisa mempengaruhi kualitas susu sapi.
Pencemaran atau kontaminasi mikroorganisme pada air susu dapat
berasal dari susu sapi yang diperah dan juga kondisi sanitasi kandang yang
kurang baik dan kurang bersih sehingga dapat menimbulkan penyakit pada

10

sapi perah. Kualitas susu sangat ditentukan oleh banyaknya kandungan


kuman atau bakteri di dalamnya, karena kuman-kuman tersebut dapat
merubah sifat-sifat kimia, fisik dan organoleptik sehingga air susu cepat
menjadi rusak (Syarif dan Harianto, 2011).
SIMPULAN
Berdasarkan tujuan umum untuk mengetahui pengaruh kondisi hygiene
pemerah dan sanitasi kandang terhadap cemaran mikroba pada susu di
peternakan sapi perah di Desa Jurug Kecamatan Mojosongo Boyolali, dapat
disimpulkan bahwa :
1. Tidak terdapat pengaruh kebersihan pemerah susu (p=0,374) dan sanitasi
kadang (p=0,583) terhadap jumlah cemaran mikroba pada susu sapi di
peternakan Mojosongo Boyolali.
2. Sebanyak 8 orang (25,8 %) pemerah susu di peternakan Mojosongo
Boyolali memiliki tingkat hygiene baik dan sebanyak 22 peternak (71%)
memiliki sanitasi kandang yang baik.
3. Sebanyak 16 susu (51,6 %) memenuhi standar SNI dan sebayak 15 susu
(48,4 %) tidak memenuhi standar SNI.

11

DAFTAR PUSTAKA

Aak, 2007. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah. Yogyakarta: Kanisius. Aksi
Agraris Kanisius (AAK), 2005. Beternak Sapi Perah. Yogyakarta.

Alarcon, B., B. Vicedo, and R. Aznar. 2006. PCR- based Procedures for
Detection and Quantification of Staphylococcus aureus and their
application in food. J. Appl. Microbiology. (100): 352-364.

Balai Pelayanan Kesehatan Masyarakat Veteriner Provinsi Jawa Tengah. 2012.


Hasil Pengujian Bahan Asal Hewan Mikrobiologi (TPC) pada Susu Sapi
di Mojosongo Boyolali. Boyolali.

Cahyono. D, Padaga. M.Ch, dan Sawitri. M.E. 2013. Kajian Kualitas


Mikrobiologis (Total Plate Count (TPC), Enterobactericeae dan
Staphylococcus aureus) Susu Sapi Segar di Kecamatan Krucil
Kabupaten Probolinggo. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, April
2013, Hal 1-8 ISSN : 1978-0303.

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2006. Biosecurity Terhadap Cemaran


Mikroba Dalam Menjaga Keamanan Pangan Asal Hewan. In: Lampung
DPdKHP, editor. 2006.
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2006. Profil Balai Pelayanan Kesehatan
Masyarakat Veteriner. Provinsi Jawa Tengah. Boyolali.

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2008. Metode Pengujian Cemaran


Mikroba dalam Daging, Telur dan Susu, serta Hasil Olahannya Sesuai
Badan Standarisasi Nasional. In : Hewan DPdk, editor.

Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner Direktorat Jendral Bina Produksi


Peternakan Departemen Pertanian. 2005. Residu dan Cemaran Mikroba
pada Produk Pangan Asal Hewan di Indonesia. Jakarta.
Frank J. F. 2005. Milk and Dairy Products. Dalam Doyle M.P., Food
Microbiology: Fundamentals and Frontiers. Edisi k-2. Washington DC:
sam Press.

Gaman, P. M, K. B, Sherrington. 1994. Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan


Mikrobiologi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Hadiwiyoto, S., 1994. Pengujian Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Penerbit
Liberty. Yogyakarta.

12

Hamid, S.I., M. Firnanda dan Arifin, M. B. 2010. Peran Probiotik Isolat


Ruminant Dalam Meningkatkan Produksi dan Komposisi(Kadar Lemak,
Protein, Laktosa)Air Susu Sapi Perah. Artikel Ilmiah. Fakultas
Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga.

Jayarao, B.M., S.C. Donaldson, B.A. Straley, A.A. Sawant, N.V. Hegde, and J.L.
Brown.2006. A Survey of Foodborne Pathogens in Bulk Tank Milk and
Raw Milk Consumption Among Farm Families in Pennsylvania. J. Dairy
Sci. (89): 2451-2458.

Kesehatan Masyarakat Veteriner. 2009. Laporan Monitoring dan Surveilans


Residu dan Cemaran Mikroba di Provinsi Jawa Tengah. In : Hewan
DPdK, editor.

Kirk J.H. 2005. Milk Quality on The Dairy- Who is Responsible?.


Tulare:University of California Davis. http://www.vetmed.
ucdavis.edu/vetext/INFDA/MilkQualr esponsib.pdf [13 Februari 2008].

Laelasari, dan Nurhayati N. 2011. Terampil Menjadi Peternak. CV Yrama Widya.


Bandung.

Littleblog.16mb.com. PermasalahanBakteripada Susu Sapi di Indonesia.

Pradana, G. K. 2013. Mengetahui Pengaruh Higienitas dan Sanitasi Sapi Perah


Terhadap Kualitas Susu di Peternakan Sapi Desa Butuh Kecamatan
Mojosongo Boyolali. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Prasetya, H. 2012. Prospek Cerah Beternak Sapi Perah. Pustaka Baru Press.
Yogyakarta.

Prasetyo B, Lina. M. J. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. PT Radja Grafindo


Persada. Jakarta.

Pratiwi ST. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Fakultas Farmasi. Universitas Gadjah


Mada. Yogyakarta.

Rahayu, W.P. 2005. Jejaring Intelijen Pangan (JIP). dalam Sistem Keamanan
Pangan terpadu (SKPT). Prosiding Lokakarya Nasional Keamanan
Pangan Produk Peternakan, Bogor, 14 Sepetember 2005. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Peternakan, Bogor. hlm. 3-5.

Rombaut R. 2005. Dairy Microbiology and Starter Cultures. Laboratory of Food


Technology and Engineering. Gent University. Belgium

13

Anda mungkin juga menyukai