Anda di halaman 1dari 5

KERTAS POSISI

IKATAN SENAT MAHASISWA KEDOKTERAN INDONESIA


TERHADAP PROGRAM UKDI

PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan hal yang kompleks dan sangat erat kaitannya dengan sistem
pendidikannya. Pendidikan kesehatan termasuk didalamnya pendidikan kedokteran
mengalami banyak perubahan dan perbaikan. Salah satu upaya perbaikannya dilakukan
melalui diadakannya program Ujian Kompetensi Dokter Indonesia atau yang disingkat
dengan UKDI. UKDI dilaksanakan sejak tahun 2007 dengan pelaksanaan 4 kali dalam
setahun yang tujuannya untuk menstandarisasi dan menjamin sudah tercapainya kompetensi
dokter pada lulusan pendidikan kedokteran. Secara konstitusional UKDI dilaksanakan
berdasarkan amanat Undang-Undang Praktik Kedokteran Seperti yng tertera dalam pasal 1
ayat 4 Sertifikat Kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kemampuan
seorang dokter atau dokter gigi untuk menjalankan praktik kedokteran di seluruh
Indonesia setelah lulus uji kompetensi. Sertifikat kompetensi tersebut dikeluarkan oleh
kolegium akan digunakan sebagai syarat untuk mendapatkan Surat Tanda Registrasi (STR)
dokter dari Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). Komite Bersama Ujian Kompetensi Dokter
Indonesia (KBUKDI) merupakan lembaga yang dibentuk dan ditunjuk sebagai penyelenggra
UKDI berdasarkan nota kesepakatan antara Kolegium Dokter Indonesia (KDI) dan Asosisasi
Institusi Pendidikan Dokter Indonesia (AIPKI).
Setelah lebih dari 5 tahun pelaksanaannya, aksi penolakan terhadap program ini mulai
banyak bermunculan. Hal ini muncul terkait dengan permasalahan-permasalahan program ini,
baik secara substansial dan program. Secara substansial UKDI memang dibutuhkan seperti
tujuannya untuk bisa menstandarisasi dan menjamin tercapainya kompetensi dokter pada
lulusan pendidikan kedokteran. Namun, standarisasi sebenarnya tidak hanya bisa dicapai
dengan program UKDI. Standarisasi pendidikan kedokteran membutuhkan sistem yang lebih
kompleks. Standar Kompetensi Dokter Indonesia sudah ditentukan sebagai acuan umum
pelaksanaan pendidikan kedokteran yang wajib diterapkan oleh seluruh institusi Pendidikan
Dokter. Sedangkan dalam menjamin pelaksanaan pendidikan kedokteran yang baik sesuai
standar maka dibutuhkan akreditasi Institusi Pendidikan Kedokteran dengan standar nilai
Akreditasi yang baik.
Permasalahan lain muncul dari retaker UKDI yang jumlahnya mencapai angka lebih dari
1700. Hal tersebut mengakibatkan banyaknya lulusan dokter yang menganggur karna belum
bisa melakukan praktik kedokteran. Dari sisi lain, nasib para beberapa retaker tersebut
kurang diperhatikan oleh institusi pendidikannya karena dianggap sudah lulus dari institusi
pendidikannya. Dari segi pembiayaan juga menjadi salah satu masalah yang sensitif, karena
pembiyaan UKDI yang ditanggung langsung oleh peserta dalam jumlah yang mencapai
angka lebih dari satu juta dan tanpa ada tanparansi yang jelas tentang penggunaan dana
tersebut.
Berdasarkan pada permasalahan di atas, baik dalam hal substansi, teknis dan dampak lain
dari program UKDI. Penting untuk kita tinjau program ini dari berbagai Aspek tentang
program UKDI dan ISMKI sebagai organisasi mewakili seluruh organisasi mahasiswa
kedokteran harus mengambil keputusan terkait program UKDI.

POIN PERMASALAHAN UTAMA

Berdasarkan hasil kajian bersama dengan beberapa mahasiswa dan organisasi mahasiswa
institusi pendidikan dokter yang dilakukakan oleh Bidang Penddidikan dan Profesi ISMKI
disimpukan beberapa poin permasalahan terkait program UKDI, yaitu:
1. Angka retaker program UKDI yang cukup besar mencapai angka absolut 1770
peserta dan membutuhkan perhatian khusus untuk bisa lulus.
2. Beberapa institusi melepaskan tanggung jawabnya terhadap mahasiswanya yang
mengikuti UKDI.
3. Biaya UKDI yang mahal dan ditanggung oleh peserta.
4. Tidak adanya transparansi penggunaan dana UKDI yang dibayar oleh peserta.

UPAYA PENYELESAIN MASALAH OLEH PEMERINTAH DAN IDI

Berbagai permasalahan yang muncul terkait program ini sudah diberikan upaya
penangannya. Pada tanggal 1 Februari 2012 Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI)
telah mengeluarkan surat edaran nomer 88/E/DT/2013 tentang Ujian Kompetensi Dokter
Indonesia sebagai exit exam dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Bidang kedokteran memerlukan uji kompetensi dengan standar nasional sebagai
bagian dari sistem penjaminan mutu yang bertujuan pada penjaminan keselamatan
pasien.
2. Uji kompetesi dilaksanakan pada tahap akhir pendidikan profesi sebagai exit exam,
dengan mempertimbangkan:
a. Pentingnya academic professional environment
b. Peran uji kompetensi sebagai feedback mutu proses pembelajaran
c. Mendukung integrasi sistem pendidikan-pelayanan
3. Uji kompetensi memerlukan metode yang tepat dalam menguji attitude, knowledge,
dan skills, melalui computered based testing (CBT) dan objective structured clinical
examination (OSCE).
4. Uji kompetensi dengan metode CBT dan OSCE berlaku sejak periode UKDI I Tahun
2013 (Februari 2013).
5. Pembiayaan uji kompetensi masuk dalam pembiayaan pendidikan.
6. Hasil uji kompetensi akan dipublikasikan sebagai bentuk akuntabilitas publik serta
memberikan umpan balik bagi institusi pendidikan dalam perbaikan proses
pembelajaran.

Sedangkan IDI sebagai organisasi profesi juga memberikan upaya penyelesaian


permasalahan UKDI dengan memberikan keputusan :
1. PB IDI akan mendorong agar UKDI dirubah menjadi exit exam di fakultas kedokteran
yang dilaksanakan pada tahap akhir pendidikan profesi.
2. KBUKDI dinyatakan nonaktif dan akan dilakukan audit oleh auditor yg ditunjuk oleh
PB IDI.
3. Akan dilakukan penyelesaian segera terhadap retaker dalam bentuk dan mekanisme
yang ditetapkan selambat-lambatnya akhir Juni 2013.
4. penyelesaian retaker akan menjadi kewenangan penuh PB IDI.

Ini tertulis dalam surat edaran IDI nomer 1103/PB/A.3/05/2013. Keputusan ini masih akan
disahkan melalui SK IDI yang akan dikeluarkan Oleh PB IDI dalam waktu dekat.

PERNYATAAN POSISI ISMKI

Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia menyatakan TIDAK SETUJU dengan


pernyataan IDI untuk menghapus program UKDI dan menjadikan exit exam yang
diselengarakan oleh masing-masing fakultas kedokteran, dengan alasan:
1. Sangat rentannya terjadi besarnya subjektivitas fakultas untuk meningkatkan
lulusannya.
2. Dibutuhkan STANDAR NASIONAL YANG JELAS DENGAN MEKANISME
PENGAWASAN YANG KETAT. Bila UKDI dijadikan exit exam fakultas, bagaimana
pelaksanaannya nanti bisa menghasilkan lulusan dokter yang sesuai kompetensinya
dan terstandar dengan standar yang sama antar institusi. Bila upaya pengawasan oleh
kolegium terhadap institusi tidak baik, maka bukan hal yang tidak mungkin akan
menghasilkan permasalahan lainnya, baik permasalahan teknis karna secara fasilitas
dan sumber daya beberapa institusi belum memiliki standar yang baik untuk
melaksanakan UKDI atau bahkan kemungkinan munculnya beberapa kecurangan.
3. Tanpa standar nasional yang baik, maka sangat rentan terjadinya lulusan kedokteran
yang tidak kompeten dan akan menimbulkan permasalahan baru serta membahayakan
masyarakat sebagai pengguna jasa dokter.

SOLUSI YANG KAMI TAWARKAN

1. UKDI tetap diselenggarakan oleh KBUKDI sebagai lembaga yang independen,


namun ujian ini dianggap sebagai exit exam dari masing-masing institusi pendidikan
dokter yang dilaksanakan setelah periode pendidikan klinik (profesi) dengan tujuan
untuk tetap terstandar secara nasional dan tetap dalam tanggung jawab fakultas.
2. Mendorong institusi untuk melakukan bimbingan yang baik kepada para peserta
UKDI.
3. Retaker-retaker UKDI harus tetap diberi perlakuan khusus baik oleh pihak Fakultas
dan IDI selaku organisasi profesi.
4. Meminta pemerintah, dalam hal ini Direktoran Jenderal Pendidikan Tinggi-
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, untuk mencari sebab masalah tingginya
angka retaker UKDI yang mungkin disebabkan karena kurang terstandarnya proses
pendidikan kedokteran dan dibutuhkan tindak lanjut dari DIKTI sesuai peraturan yang
berlaku.
PENUTUPAN

Demikian tawaran kertas posisi yang kami buat untuk menjadi bahan sumber pertimbangan
seluruh senat mahasiswa dalam mengambil keputusan bersama nanti.

Jakarta, 24 Mei 2013

Atas nama mahasiswa kedokteran Indonesia,


Sekretaris Jenderal ISMKI

Giovanni van Empel

Anda mungkin juga menyukai