Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan subsistem dari sistem
penyelenggaraan pemerintahan sehingga desa memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Kepala Desa bertanggung
jawab langsung kepada rakyat dan bekerjasama dengan Badan
Permusyawaratan Desa menyampaikan laporan pelaksanaan tugas tersebut
kepada Bupati.
Desa dapat melakukan perbuatan hukum, baik hukum publik maupun
hukum perdata, memiliki kekayaan, harta benda, dan bangunan serta dapat
dituntut dan menuntut di pengadilan. Kepala Desa dengan persetujuan Badan
Permusyawaratan Desa mempunyai wewenang untuk melaukan perbuatan
hukum dan mengadakan perjanjian untuk kepentingan desa.
Dalam rangka untuk meningkatkan kelancaran dalam penyelenggaraan,
pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan
perkembangan zaman maka Desa perlu diberi otonomi untuk membuat
peraturan sendiri. Sesuai dengan UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, maka
yang dimaksud dengan Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan
yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama
Badan Permusyawaratan Desa.
Agar peraturan desa benar-benar mencerminkan hasil permusyawaratan dan
pemufakatan antara pemerintah desa dengan Badan Permusyawaratan Desa,
maka diperlukan pengaturan yang meliputi syarat-syarat dan tata cara
pengambilan keputusan bentuk peraturan desa, tata cara pengesahan,
pelaksanaan dan pengawasan serta hal-hal lain yang dapat menjamin
terwujudnya demokrasi di desa.
Secara garis besar mekanisme-mekanisme seperti disebut diatas nantinya
akan penulis paparkan dalam penjelasan mengenai proses pembentukan
ranperdes menjadi perdes yang akan dibahas secara lengkap pada bab
selanjutnya.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pembentukan rancangan peraturan desa menjadi
peraturan desa?
2. Bagaimana proses pembentukan APBDes di Desa Kedungsumber?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penelitian dicantumkan dengan maksud untuk menambah wawasan
dan cakrawala pengetahuan pembaca mengenai proses pembentukan rancangan
peraturan desa menjadi peraturan desa dan proses pembentukan APBDes di
Desa Kedungsumber.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat makalah ini yaitu agar pembaca memahami proses pembentukan
rancangan peraturan desa menjadi peraturan desa, karena dalam pembuatan
peraturan desa, terdapat mekanisme yang sangat kompleks juga mengetahui
proses pembentukan APBDes di Desa Kedungsumber

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Proses Pembentukan Rancangan Peraturan Desa menjadi Peraturan Desa


Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor
111 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan di Desa, yang di maksud
Peraturan Desa adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh
Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama BPD. Dalam pasal 4 ayat
1 Permendagri No. 111 Tahun 2014 dikatakan Peraturan Desa berisi materi
pelaksanaan kewenangan desa dan penjabaran lebih lanjut dari Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi. Dalam pasal 5 ayat 1 dan 2 tentang
perencanan peraturan desa dalam Permendagri No. 111 Tahun 2014 dikatakan
bahwa Perencanaan penyusunan rancangan Peraturan Desa ditetapkan oleh
Kepala Desa dan BPD dalam rencana kerja Pemerintah Desa. Lembaga
kemasyarakatan, lembaga adat dan lembaga desa lainnya di desa dapat
memberikan masukan kepada Pemerintah Desa dan atau BPD untuk rencana
penyusunan rancangan Peraturan Desa.
Dalam hal penyususnan peraturan desa, penyusunan tersebut dapat
dilaksanakan oleh Kepala Desa. Sesuai dengan pasal 6 ayat 1 sampai 5
Permendagri No. 111 Tahun 2014 maka mekanismenya adalah sebagai berikut:
(1) Penyusunan rancangan Peraturan Desa diprakarsai oleh Pemerintah
Desa
(2) Rancangan Peraturan Desa yang telah disusun, wajib dikonsultasikan
kepada masyarakat desa dan dapat dikonsultasikan kepada camat untuk
mendapatkan masukan.
(3) Rancangan Peraturan Desa yang dikonsultasikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diutamakan kepada masyarakat atau kelompok
masyarakat yang terkait langsung dengan substansi materi pengaturan.
(4) Masukan dari masyarakat desa dan camat sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) digunakan Pemerintah Desa untuk tindaklanjut proses
penyusunan rancangan Peraturan Desa.

3
(5) Rancangan Peraturan Desa yang telah dikonsultasikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) disampaikan Kepala Desa kepada BPD untuk
dibahas dan disepakati bersama.

Penyusunan peraturan desa juga dapat dilakukan oleh BPD seperti yang
dituliskan dalam pasal 7 ayat 1 sampai 3 Permendagri No. 111 Tahun 2014:

(1) BPD dapat menyusun dan mengusulkan rancangan Peraturan Desa.


(2) Rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kecuali
untuk rancangan Peraturan Desa tentang rencana pembangunan jangka
menengah Desa, rancangan Peraturan Desa tentang rencana kerja
Pemerintah Desa, rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa dan
rancangan Peraturan Desa tentang laporan pertanggungjawaban
realisasi pelaksanaan APB Desa.
(3) Rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diusulkan oleh anggota BPD kepada pimpinan BPD untuk ditetapkan
sebagai rancangan Peraturan Desa usulan BPD.

Untuk pembahasan peraturan desa sesuai dengan pasal 8 sampai pasal


10 Permendagri No. 111 Tahun 2014 dituliskan: Pasal 8

(1) BPD mengundang Kepala Desa untuk membahas dan menyepakati


rancangan Peraturan Desa.
(2) Dalam hal terdapat rancangan Peraturan Desa prakarsa Pemerintah
Desa dan usulan BPD mengenai hal yang sama untuk dibahas dalam
waktu pembahasan yang sama, maka didahulukan rancangan Peraturan
Desa usulan BPD sedangkan Rancangan Peraturan Desa usulan Kepala
Desa digunakan sebagai bahan untuk dipersandingkan.

Pasal 9

(1) Rancangan Peraturan Desa yang belum dibahas dapat ditarik kembali
oleh pengusul.
(2) Rancangan Peraturan Desa yang telah dibahas tidak dapat ditarik
kembali kecuali atas kesepakatan bersama antara Pemerintah Desa dan
BPD.

4
Pasal 10

(1) Rancangan peraturan Desa yang telah disepakati bersama disampaikan


oleh pimpinan Badan Permusyawaratan Desa kepada kepala Desa
untuk ditetapkan menjadi peraturan Desa paling lambat 7 (tujuh) Hari
terhitung sejak tanggal kesepakatan.
(2) Rancangan peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
ditetapkan oleh kepala Desa dengan membubuhkan tanda tangan paling
lambat 15 (lima belas) Hari terhitung sejak diterimanya rancangan
peraturan Desa dari pimpinan Badan Permusyawaratan Desa.

Apabila peraturan tersebut telah disetujui maka akan dilakukan


penetapan peraturan seperti yang dituliskan oleh pasal 11 ayat 1 dan 2
Permendagri No. 111 Tahun 2014 yakni Rancangan Peraturan Desa yang telah
dibubuhi tanda tangan disampaikan kepada Sekretaris Desa untuk diundangkan
dan apabila Kepala desa tidak menandatangani Rancangan Peraturan Desa,
Rancangan Peraturan desa tersebut wajib diundangkan dalam Lembaran Desa
dan sah menjadi Peraturan Desa.

Pengundangan Peraturan Desa seperti pasal 12 Permendagri No. 111


Tahun 2014 tuliskan yakni Sekretaris Desa lah yang mengundangkan peraturan
desa dalam lembaran desa dan Peraturan Desa dinyatakan mulai berlaku dan
mempunyai kekuatan hukum yang mengikat sejak diundangkan.

Dalam upaya penyebarluasan seperti yang dituliskan dalam pasal 13


Permendagri No. 111 Tahun 2014 bahwa penyebarluasan dilakukan oleh
Pemerintah Desa dan BPD sejak penetapan rencana penyusunan rancangan
Peraturan Desa, Penyusunan Rancangan Peraturan Desa, pembahasan
Rancangan Peraturan Desa, hingga pengundangan Peraturan Desa.
Penyebarluasan dilakukan untuk memberikan informasi dan/atau memperoleh
masukan masyarakat dan para pemangku kepentingan.

Untuk evaluasi peraturan desa, seperti dituliskan dalam pasal 14


Permendagri No. 111 Tahun 2014, Rancangan Peraturan Desa tentang APB
Desa, pungutan, tata ruang, dan organisasi Pemerintah Desa yang telah dibahas

5
dan disepakati oleh Kepala Desa dan BPD, disampaikan oleh Kepala Desa
kepada Bupati/Walikota Melalui camat atau sebutan lain paling lambat 3 (tiga)
hari sejak disepakati untuk dievaluasi. Dan untuk klarifikasi peraturan desa
sebagaimana dituliskan pasal 19, Bupati/Walikota melakukan klarifikasi
Peraturan Desa dengan membentuk tim klarifikasi paling lambat 30 (tiga
puluh) hari sejak diterima.

Dalam PP nomor 43 tahun 2014 tentang Desa, dalam Bab V mengenai


Tata Cara Penyusunan Peraturan di Desa disebutkan dalam pasal 83 ayat 1
sampai 4, mekanismenya yaitu:

(1) Rancangan peraturan Desa diprakarsai oleh pemerintah Desa


(2) Badan permusyawaratan Desa dapat mengusulkan rancangan peraturan
Desa kepada pemerintah desa
(3) Rancangan peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) wajib dikonsultasikan kepada masyarakat Desa untuk
mendapat masukan
(4) Rancangan peraturan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib
dikonsultasikan kepada masyarakat desa untuk mendapat masukan

Lanjutan mekanismenya terdapat dalam pasal 84 ayat 1 sampai 5, berbunyi:

(1) Rancangan peraturan Desa yang telah disepakati bersama disampaikan


oleh pimpinan Badan Permusyawaratan Desa kepada kepala Desa
untuk ditetapkan menjadi peraturan Desa paling lambat 7 (tujuh) hari
terhitung sejak tanggal kesepakatan.
(2) Rancangan peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
ditetapkan oleh kepada Desa dengan membubuhkan tanda tangan
paling lama 15 (lima belas) hari terhitung sejak diterimanya rancangan
peraturan Desa dari pimpinan Badan Permusyawaratan Desa.
(3) Peraturan Desa dinyatakan mulai berlaku dan mempunyai kekuatan
hukum yang mengikat sejak diundangkan dalam lembaran Desa dan
berita Desa oleh sekretaris Desa.

6
(4) Peraturan Desa yang telah diundangkan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) disampaikan kepada bupati/walikota sebagai bahan pembinaan
dan pengawasan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah diundangkan.
(5) Peraturan desa wajib disebarluaskan oleh pemerintah desa.

Mekanisme penetapan dan penyusunan peraturan desa selanjutnya secara


singkat dapat dituliskan seperti yang ada dibawah berikut ini.

1. Rancangan peraturan desa disusun oleh Pemerintah Desa dan Badan


Permusyawaratan Desa
2. Naskah Rancangan Peraturan Desa disampaikan kepada para anggota
Badan Permusyawaratan Desa selambat-lambatnya 3 (tiga) hari atau
tiga kali 24 jam sebelum Rapat Badan Permusyawaratan Desa
melaksanakan untuk menetapkan peraturan desa.
3. Dalam menyusun Rancangan Peraturan Desa, Pemerintah Desa
dan.atau Badan Perwakilan Desa dapat menghadirkan lembaga
kemasyarakatan di desa atau pihak-pihak terkait untuk memberikan
masukan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan materi peraturan desa
tersebut.
4. Dalam rangka menetapkan peraturan desa, Badan Permusyawaratan
Desa mengadakan rapat yang harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya
2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota Badan Permusyawaratan Desa
dan dianggap tidak sah apabila jumlah Badan Permusyawaratan Desa
yang hadir kurang dari ketentuan tersebut.
5. Apabila rapat Badan Permusyawaratan Desa dinyatakan tidak sah,
Kepala Desa dan pimpinan Badan Permusyawaratan Desa menentukan
waktu untuk mengadakan rapat berikutnya.
6. Rapat Badan Permusyawaratan Desa dalam penetapan Peraturan Desa
dapat dihadiri oleh lembaga kemasyarakatan dan pihak-pihak terkait
sebagai peninjau
7. Pengambilan keputusan dalam penetapan peraturan desa dilaksanakan
melalui musyawarah dan mufakat
8. Apabila dalam musyawarah mufakat tidak mendapatkan kesepakatan
yang bulat, dapat diambil secara voting berdasarkan suara terbanyak.

7
9. Persetujuan pengesahan terhadap rancangan peraturan desa menjadi
peraturan desa dituangkan dalam Berita Acara Rapat Badan Perwakilan
Desa.
10. Peraturan desa yang telah mendapatkan persetujuan Badan Perwakilan
Desa ditetapkan dan ditandatangani Kepala Desa dan Ketua Badan
Perwakilan Desa
11. Peraturan Desa yang telah ditetapkan tidak lagi memerlukan
pengesahan dari bupati tetapi wajib melaporkan kembali kepada
Bupati.

2.2 Proses Pembentukan APBDes di Desa Kedungsumber


Proses pembentukan APBDes di desa Kedung sumber dimulai dengan
Kepala Desa beserta Badan Permusyawaratan Desa Kedungsumber merancang
peraturan desa, karena ini adala peraturan desa mengenai APBDes maka
rancangan tersebut terdiri dari pembiayaan-pembiayaan maupun program-
program yang akan dilaksanakan di Desa Kedungsumber selama satu tahun
kedepan. Pembiayaan dan program tersebut dirangkum dalam beberapa bidang
yaitu, bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, bidang pelaksanaan
pembangunan desa, bidang pembinaan kemasyarakatan desa, dan bidang
pemberdayaan masyarakat desa.
Untuk bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, kegiatan yang akan
dilangsungka sebagaimana terlampir di RKPDesa yaitu asuransi BPJS
Ketenagakerjaan, Pengadaan Sarana TIK, Komputer/Laptop/LCD Proyektor,
Asuransi kesehatan Aparatur Pemerintah Desa, Pengadaan Buku Administrasi
Desa dan lain sebagainya.
Untuk bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa, jenis kegiatan yang akan
dibuat yaitu Pembangunan Pendopo Balai Desa, Penyudetan Sungai,
Normalisasi Sungan SUgihan, Pemasangan WC untuk Program Bebas ODF,
Perawatan Jalan Paving Desa dan Lingkungan, Pembangunan Halan
Makadam/Perdel, Drainase Jalan Poros Desa dan Lingkunga, dan masih banyak
lagi program lainnya.

8
Untuk bidang Pembinaan Kemasyarakatan Desa, program atau jenis
kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu pelatihan SDM Pertanian, Pengajian
Rutin Tahunan, Pengajian Rutin Selapanan, Kegiatan Penjagaan Poskamling,
Pelatihan Komputer, Pembinaan Sadarkum Masyarakat, dan lain sebagainya.
Untuk bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa, jenis kegiatan yang akan
dibuat yaitu pelatihan pertanian/pembuatan pupuk organik, pelatihan dan
peningkatan SDM Lembaga dan Pemerintahan Desa, pelatihan peningkatan
industri produktif masyarakat, penyuluhan kesehatan, peningkatan 10 program
PKK, insentif kader Darwis, Beasiswa pendidikan anak RTM, Bantuan
Kesehatan Lansia Jompo, dan masih banyak lagi. Program-program tersebut ada
tentu tidak terlepas dari pihak-pihak terkait yang memberikan masukan-masukan
ketika diadakan musyawarah untuk membuat program apa saja yang akan
dilaksanakan. Pihak lain tersebut bisa saja tokoh masyarakat Desa
Kedungsumber, maupun anggota Pemuda/Karang Taruna Desa Kedungsumber,
dan masyarakat lainnya.
Setelah Naskah Rancangan Peraturan Desa disampaikan kepada anggota
Badan Permusyawaratan Desa selambat-lambatnya 3 hari sebelum Rapat Badan
Permusyawaratan Desa untuk menetapkan APBDes.
Kemudian setelah itu Badan Permusyawaratan Desa Kedungsumber
mengadakan rapat yang harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah
anggota Badan Permusyawaratan Desa dalam rangka menetapkan APBDes
tersebut. Rapat tersebut dihadiri oleh lembaga kemasyarakatan yang ada di Desa
Kedungsumber dan pihak-pihak terkait sebagai peninjau.
Dalam rapat tersebut dilakukan pengambilan keputusan dalam penetapan
APBDes Desa Kedungsumber. Persetujuan pengesahan terhadap rancangan
APBDes menjadi APBDes dituangkan dalam Berita Acara Rapat Badan
Permusyawaratan Desa. Kemudian setelah APBDes disetujui, maka APBDes
tersebut ditandatangani oleh Kepala Desa Kedungsumber dan Ketua Badan
Permusyawaratan Desa Kedungsumber. Selanjutnya APBDes tersebut wajib
untuk disebarluaskan ke seluruh warga Desa Kedungsumber.
Setelah APBDes dikeluarkan maka seluruh warga maupun masyarakat
umum dapat melihat penganggaran dalam APBDes tersebut, untuk bidang

9
penyelenggaraan pemerintahan desa dana yang diperlukan adalah Rp.
453.405.000,- selanjutnya dana untuk bidang pelaksanaan pembangunan desa
adalah Rp. 651.943.500,- selanjutnya bidang pembinaan masyarakat desa dana
yang diusulkan Rp. 235.000.000,- selanjutnya dana yang diusulkan untuk bidang
pemberdayaan masyarakat desa Rp. 281.207.000,- dan terakhir dana untuk
belanja tak terduga sejumlah Rp. 16.500.000,- yang mana dari jumlah
pendapatan Desa Rp. 1.648.055.500,- dana yang terpakai sebanyak Rp.
1.638.055.500,- sehingga mengalami surplus sebanyak Rp. 10.000.000
Dalam melaksanakan pembuatan peraturan desa, tentu ditemui
dinamika-dinamika dan kendala-kendala. Pada umumnya faktor-faktor yang
seringkali menjadi kendala dalam proses mekanisme penyusunan dan penetapan
peraturan desa yaitu:
a. kesadaran masyarakat terhadap peraturan desa
b. kualitas kinerja aparatur desa dan BPD yang kurang baik
c. kurangnya sosialisasi pemerintah desa ke masyarakat, dan
d. kemampuan kinerja pemerintahan desa dalam rangka menyampaikan
peraturan desa kurang efektif

Penulis pikir di Desa Kedungsumber pun jika terjadi kendala, mungkin


hampir sama dengan kendala yang ditulis diatas tersebut.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kepala Desa beserta Badan Permusyawaratan Desa Kedungsumber
merancang peraturan desa, karena ini adala peraturan desa mengenai APBDes
maka rancangan tersebut terdiri dari pembiayaan-pembiayaan maupun program-
program yang akan dilaksanakan di Desa Kedungsumber selama satu tahun
kedepan.
Program-program tersebut ada tentu tidak terlepas dari pihak-pihak
terkait yang memberikan masukan-masukan ketika diadakan musyawarah untuk
membuat program apa saja yang akan dilaksanakan. Pihak lain tersebut bisa saja
tokoh masyarakat Desa Kedungsumber, maupun anggota Pemuda/Karang
Taruna Desa Kedungsumber, dan masyarakat lainnya.
Setelah Naskah Rancangan Peraturan Desa disampaikan kepada anggota
Badan Permusyawaratan Desa selambat-lambatnya 3 hari sebelum Rapat Badan
Permusyawaratan Desa untuk menetapkan APBDes. kemudian BPD melakukan
rapat, dalam rapat tersebut dilakukan pengambilan keputusan dalam penetapan
APBDes Desa Kedungsumber. Kemudian setelah APBDes disetujui, maka
APBDes tersebut ditandatangani oleh Kepala Desa Kedungsumber dan Ketua
Badan Permusyawaratan Desa Kedungsumber. Selanjutnya APBDes tersebut
wajib untuk disebarluaskan ke seluruh warga Desa Kedungsumber.

3.2 Saran
Saran saya yaitu semakin banyak lagi desa-desa yang sudah
mempublikasikan proses rancangan peraturan desa mereka agar menjadi
peraturan desa. Sebab menurut saya literatur nya masih sangat sedikit di
publikasi. Agar pembaca yang ingin menganalisis dapat menggunakan analisis
dengan metode kepustakaan. Dan semoga peraturan yang telah dikeluarkan
dapat dilaksanakan dengan sebaik mungkin dan tidak ada penyimpangan-
penyimpangan dalam implementasinya agar masyarakat semakin sejahtera.

11

Anda mungkin juga menyukai