Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Kebutuhan akan asupan nutrisi merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi manusia
untuk bertahan hidup. Nutrisi tersebut juga harus memiliki persyaratan kelengkapan gizi untuk
pemenuhan secara sempurna bagi seseorang dalam melengkapi kebutuhan nutrisi.Namun
terkadang kebutuhan akan nutrisi tersebut terhambat manakala terjadi gangguan pada sistem
tubuh. Gangguan tersebut utamanya adalah gangguan pada saluran cerna.
Sistem saluran pencernaan adalah saluran yang berfungsi untuk mencerna makanan,
mengabsorpsi zat-zat gizi, dan mengekresi sisa-sisa pencernaan.Saluran cerna terdiri atas mulut,
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan anus. Gangguan pencernaan dapat terjadi pada
proses menelan, mengosongkan lambung, absorpsi zat-zat gizi, dan proses buang air besar
(defekasi). Jika seseorang mengalami gangguan saluran cerna, maka harus ada langkah
rehabilitasi, salah satu caranya yaitu dengan melakukan diet saluran cerna.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu saluran pencernaan?
2. Gangguan apa yang terdapat pada saluran pencernaan?
3. Bagaimana gizi pada gangguan pencernaan?
4. Bagimana diit pada klien penyakit saluran pencernaan?
5. Bagaimana cara mencegah terjadinya penyakit saluran cerna?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa itu saluran pencernaan
2. Untuk mengetahui gangguan apa saja yang terjadi pada saluran pencernaan
3. Untuk mengetahui gizi pada ganggguan pencernaan
4. Untuk mengetahui bagaimana diit pada klien yang terkena penyakit ganguan pada
saluran pecernaan
5. Untuk mengetahui cara mencegah terjadinya penyakit pada saluran cerna

1
1.4. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan ini di harapkan mahasiswa dapat mengetahui serta
memahami penanganan yang di lakukan pada pasien dengan gangguan saluran pencernaan bagian
atas dan bagian bawah sehingga mampu mengaplikasikan di dalam dunia nyata kesehatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Saluran Pencernaan

Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah
sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-
zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan
yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar,
rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran
pencernaan yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

2.2. Gangguan yang Terjadi pada Saluran Pencernaan

Penyakit pencernaan adalah semua penyakit yang terjadi pada saluran pencernaan.
Penyakit ini merupakan golongan besar dari penyakit pada organ esofagus, lambung, duodenum
bagian pertama, kedua dan ketiga, jejunum, ileum, kolon, kolon sigmoid, dan rektum.

Penyakit-penyakit yang timbul pada saluran cerna, selain disebabkan oleh adanya faktor
organik (kelainan struktur saluran cerna, infeksi) ternyata 40-60 % merupakan sindrom fungsional.
Penderita dapat mengalami gangguan pencernaan walaupun penyebab dan mekanisme terjadinya
gangguan tersebut secara pasti belum diketahui secara pasti, namun gangguan tersebut sangat
dipengaruhi oleh faktor psikologis.

Sindrom fungsional pada gangguan saluran cerna tersebut, antara lain adalah :

a. Gastritis (Upper Abdominal Syndrome)

Gangguan pencernaan bagian atas yang secara umum dikenal sebagai penyakit
maag merupakan gangguan saluran cerna yang cukup sering dikeluhkan. Selain
disebabkan oleh faktor organik seperti adanya luka/peradangan pada saluran cerna bagian
atas (lambung), gangguan ini juga dihubungkan dengan faktor psikologis mendasarinya.

3
Gangguan ini ditandai antara lain oleh adanya rasa sakit dan atau rasa penuh di daerah
epigastrium (ulu hati), kanan atau kiri di bawah lengkung iga.

Rasa sakit bersifat membakar atau samar-samar, tidak jarang menjalar,


intensitasnya sedang, menghebat karena makanan atau langsung setelah makan, tidak ada
hubungannya dengan kejadian tertentu. Gejala-gejala lain yang timbul antara lain
gangguan menelan, eruktasi (bersendawa), pirosis (merasa terbakar dan rasa asam atau
pahit), mual dan muntah, kembung (meteorismus), dan lain-lain.

Penderita gastritis biasanya menunjukkan perubahan yang cukup mencolok yaitu


sikap depresi. Seringkali penderita menyalahkan lingkungan atau makanannya, tetapi
ternyata dengan diet (makanan) juga tidak mengurangi rasa sakitnya. Keseimbangan yang
rapuh yang mudah menjadi runtuh dapat terlihat ketika penderita mengalami keluhan pada
saluran cernanya dan jelas terlihat adanya ketergantungan pada objek yang
memanjakannya.

b. Sindrom Fungsional Hipogastrium (Lower Abdominal Syndrom)

Gangguan pencernaan yang mengenai saluran cerna bagian bawah ini juga dikenal
sebagai spastic colon, irritable colon, colitis nervosa, dan obstipasi spastic. Penderita
penyakit ini akan mengeluhkan rasa sakit pada perut, biasanya di bawah pusat, diare atau
obstipasi (sembelit). Bila terjadi obstipasi, feses penderita dapat keluar berbentuk seperti
potlot atau tahi kambing (obstipasi spastik).

Faktor psikologis yang berperan pada penderitanya yaitu adanya harapan-harapan


untuk meminta lebih banyak lagi dari orang lain karena mereka telah memberi banyak
pada orang tersebut.

c. Aerofagi

Gejala yang timbul dari gangguan saluran cerna ini adalah berupa rasa sakit perut
dan perut dirasakan penuh dan membengkak, hal ini dibuktikan dengan bersendawa
(belching) yang keras bertubi-tubi. Simtom ini terutama ditemukan pada meraka yang

4
bergantian menelan dan mengeluarkan udara. Bila tidak dapat bersendawa, maka perut
akan terasa kembung (meteorismus) dan kentut (flatus) yang tidak berbau.

Karena penyebab yang mendasari gangguan ini adalah faktor psikologis (setelah
hasil pemeriksaan tidak ditemukan adanya penyebab organik yang mendasari nya) dari
penderitanya maka selain memberikan pengobatan yang dapat mengurangi gejala yang
dialami penderitanya maka psikoterapi juga dibutuhkan untuk menghilangkan atau
setidaknya mengurangi gangguan ini.

d. Mencret (Diare)

Diare terjadi karena adanya rangsangan yang berlebihan pada mukosa usus
sehingga gerakan otot usus meningkat dan makanan kurang terserap secara sempurna.
Diare termasuk gangguan perncernaan yang paling sering muncul terutama pada anak-
anak.

Diare akut kalau anak mencret lebih dari 4 kali sehari. Penyebabnya bisa infeksi,
bisa juga hanya karena salah makan, sebagai contoh makanan yang tidak sesuai dengan
usia anak, misalnya sudah diberikan makan padat sebelum waktunya.

Faktor kebersihan juga menjadi sebab diare. Diare yang disebabkan bakteri atau
salah makan adalah penyebab utama gangguan pencernaan pada anak di bawah 5 tahun
(Balita). Selain itu, ada juga diare akibat cacingan.

e. Heartburn

Heartburn adalah nyeri akut yang dirasakan di daerah epigastrium, yang dirasakan
dapat menyebar ke bagian lain dari dada atau lengan. Heartburn ini biasanya timbul
setelah makan dan disebabkan oleh refluks isi lambung ke esofagus.

f. Esofagitis

Esofagitis adalah peradangan kronik esofagus. Kelainan ini sering terjadi akibat
refluks kronik isi lambung ke dalam esofagus. Apabila hal ini terjadi, lapisan mukosa

5
esofagus dapat mengalami tukak oleh asam. Kerusakan lapisan mukosa dapat
menyebabkan peradangan kronik, spasme otot, dan pembentukan jaringan parut di
esofagus, yang dapat menyebankan terhambatnya makanan. Gejala klinis:

Nyeri seperti terbakar di epigastrium


Muntah
Disfagia (kesulitan menelan)

g. Peritonitis

Peritonitis adalah peradangan peritoneum, suatu membran yang melapisi rongga


abdomen. Perionitis biasnya terjadi akibat masuknya bakteri dari saluran cerna atau
organ-organ abdomen ke dalam ruang peritoneum melalui perforasi usus atau rupturnya
suatu organ. Gejala klinis:

Nyeri, terutama di atas daerah yang meradang


Peningkatan kecepatan denyut jantung akibat hipovolemia karena perpindahan
cairan ke dalam perinium
Mual dan muntah
Abdomen yang kaku

h. Sembelit (Konstipasi)

Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan dengan gejala mengalami


pengerasan feses yang sulit untuk dibuang yang dapat menyebabkan kesakitan pada
penderitanya. Konstipasi dapat disebabkan oleh pola makan, hormon, efek samping obat-
obatan, dan juga karena kelainan anatomis. Biasanya, konstipasi disebabkan karena
defekasi yang tidak teratur sehingga feses mengeras dan sulit dikeluarkan.

Pengobatan konstipasi dapat dilakukan dengan mengubah pola makan, obat


pencahar (laksatif), terapi serat, dan pembedahan, walaupun pilihan terakhir jarang
dilakukan. Konstipasi hebat disebut juga dengan obstipasi. Gangguan pada sistem
pencernaan juga bisa disebabkan karena stres. Sebab stres dapat mempengaruhi sistem

6
saraf dalam tubuh. Sementara penanganan untuk yang susah BAB, harus dilihat dulu apa
penyebabnya.

i. Kanker usus

Kanker usus merupakan penyakit ketiga yang menjadi penyebab kematian di


seluruh dunia. Studi pada manusia juga menunjukan keseluruhan jumlah kalsium yang
dikonsumsi sangat positif dalam mengurangi tingkat dari resiko kanker susu ini. Setiap
kenaikan 1.000 miligram kalsium sehari atau lebih akan mempu mengurangi 15% resiko
dari kanker usus pada wanita dan 10% pada pria. Konsumsi susu dan kalsium bisa
mengurangi resiko terkena kanker usus. Keju dan yoghurt juga merupakan hasil olahan
dari susu.

Cara terbaik untuk mencegah dan mengurangi risiko kanker usus adalah
dengan mengkonsumsi makanan yang seimbang antara buah, sayuran, dan kalori.
untuk mengurai proses penimbunan lemak.

2.3. Gizi Gangguan Saluran Pencernaan

Gizi dipengaruhi oleh intake makanan sehari-hari dan komposisi makanan itu sendiri.
Adanya gangguan GIT akan menyebabkan gangguan pada pencernaan dan penyerapan nutrisi.
Akibatnya adalah penurunan status gizi. Akibat dari gangguan GIT terhadap status gizi
seseorang dipengaruhi oleh:

Cara pemberian makanan


Tempat gangguannya
Asal
Luasnya penyakit

7
Tujuan terapi diet untuk penderita gangguan GIT adalah :

Mengistirahatkan organ dimaksukan untuk memberikan kesempatan bagi saluran


pencernaan untuk sembuh

Mencegah progresivitas (mencegah penyakit semakin berlanjut) dengan


mengoreksi efek apa yang terjadi. Disesuaikan dengan makanan yang cocok.

Mencegah terjadinya kekambuhan.

2.4. Diit pada Pada Klien Penyakit Saluran Pencernaan

Gangguan pencernaan dan absorpsi dapat terjadi pada proses menelan, mengosongkan
lambung, absorpsi zat-zat gizi dan proses buang air besar (defekasi). Gangguan ini antara lain
terjadi karena infeksi atau peradangan, gangguan motilitas, perdarahan atau hematemesis-melena,
kondisi saluran cerna pasca bedah dan tumor atau kanker. Penyakit-penyakit saluran cerna yang
terjadi antara lain stenosis esofagus, gastritis akut atau kronik, hematemesis-melena, ulkus
peptikum, Gastroesophageal Reflux Diseasa (GERD) Sindroma Dumping, Divertikulosis,
Inflammatory Bowel Disease (IBD), hemoroid, diare dan konstipasi.

Menurut lokasinya, diit pada saluran cerna dibagi dalam dua kelompok yaitu :

1. Diit pada Saluran Cerna Atas


a. Diet Disfagia

Disfagia adalah kesulitan menelan karena adanya gangguan aliran makanan


pada saluran cerna. Hal ini dapat terjadi karena kelainan sistem saraf menelan,
pascastoke dan adanya massa atau tomor yang menetupi saluran cerna.

Tujuan diet disfagia adalah :

1. Menurunkan risiko aspirasi akibat masuknya makanan ke dalam


saluranpernapasan.
2. Mencegah dan mengoreksi defisiensi zat gizi dan cairan

8
Syarat-syarat diet disfagia adalah:

1. Cukup energi, protein dan zat gizi lainnya.


2. Mudah dicerna, porsi makanan kecil dan sering diberikan.
3. Cukup cairan.
4. Bentuk makanan bergantung pada kemampuan menelan,. Diberikan
secara bertahap,dimulai dari makanan cair penuh atau cair kental,
makanan saring dan makanan lunak.
5. Makanan cair jernih tidak diberikan karena sering menyebabkan
tersedak atau aspirasi.
6. Cara pemberian makanan dapat per oral atau melalui pipa (selang) atau
sonde.

Disfagia dapat terjadi pada lansia, adanya gangguan saraf menelan, tumor
esofagus dan pascastoke. Bentuk makanan bergantung pada cara pemberian. Bila
diberikan melalui pipa, makanan diberikan dalam bentuk makanan cair penuh, bila
diberikan per oral maka makanan diberikan dalam bentuk makanan cair kental,
saring, atau lunak.

b. Diet Hematemesis Melena

Hematemesis-melena adalah keadaan muntah dan buang air besar berupa


darah akibat luka atau kerusakan pada saluran cerna.

Tujuan diet pasca-hematomesis-melena adalah:

1. Memberikan makanan secukupnya yang memungkinkan istirahat pada


saluran cerna, mengurangi risiko perdarahan tulang dan mencegah
aspirai.
2. Mengusahakan keadaan gizi sebaik mungkin.

9
Syarat-syarat diet hematemesis-malena :

1. Tidak merangsang saluran cerna


2. Tidak meninggalkan sisa
3. Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja untuk
mengistirahatkan lambung
4. Diet dapat diberikan bila perdarahan lambung dan duodenum sudah
tidak ada.
5. Makanan diberikan dalam bentuk cair jernih tiap 2-3 jam selama 1-2
hari saja

Diet pasca-hematemesis-melena diberikan dalam bentuk makanan cair


jernih, tiap 2-3 jam pasca perdarahan. Nilai gizi makanan ini sangat rendah,
sehingga diberikan selama 1-2 hari saja.

c. Diet Penyakit Lambung

Penyakit lambung atau gastrointestinal meliputi gastritis akut dan kronis.


Ulkus peptikulum, pasca-operasi lambung sering diikuti dengan Dumping
Sindrom dan kanker lambung. Gangguan gastrointestinal sering dihubungkan
dengan emosi atau psikoneurosis dan atau makanan terlalu cepat karena kurang
dikunyah serta terlalu banyak merokok.

Gangguan pada lambung umumnya berupa sindroma dispepsia, yaitu


kumpulan gejala yang terdiri dari mual, muntah, nyeri epigastrium, kembung, nafsu
makan berkurang dan rasa cepat kenyang.

Tujuan diet penyakit lambung adalah untuk memberikan makanan tidak


memberatkan lambu dan cairan secukupnya yang tidak memberatkan lambung
serta mencegah dan menetralkan sekresi aasam lambung yang berlebihan.

10
Syarat-syarat diet penyakit lambung adalah:

1. Mudah dicerna, porsi kecil dan sering diberikan.


2. Energi dan protein cukup, sesuai kemampuan pasien untuk
menerimanya.
3. Lemak rendah, yaitu 10-15 % dari kebutuhan energi total yang
ditingkatkan secara bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan.
4. Rendah serat, terutama serat tidak larut ait yang ditingkatkan secara
bertahap.
5. Cairan cukup, terutama bila ada muntah.
6. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara
termis, mekanis, maupun kimia (disesuaikan dengan daya terima
perorangan).
7. Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa, umumnya tidak
dianjurkan minum susu terlalu banyak.
8. Makan secara perlahan di lingkungan yang tenang.
9. Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48
jam untuk memberi istirahat pada lambung.

Diet lambung diberikan pada pasien dengan gastritis, ulkus peptikum, tifus
abdomenalis dan pasca bedah saluran cerna atas. Diet lambung di bagi menjadi :

Diet Lambung I

Diet lambung I diberikan pada pasien gastritis akut, ulkus peptikum, pasca
pendarahan dan tifus abdomenalis berat. Makanan diberikan dalam bentuk saring
dan merupakan perpindahan dari diet pasca-hematemesis-melena atau setelah fase
akut teratasi. Makanan diberikan setiap 3 jam selama 1-2 hari saja karena
membosankan serta kurang energi, zat gizi, tiamin dan vitamin C.

11
Diet lambung II

Diet lambung II diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung I, kepada


pasien dengan ulkus peptikum atau gastritis kronis dan tifus abdominalis ringan.
Makanan berbentuk lunak, porsi kecil serta diberikan berupa 3 kali makanan
lengkap dan 2-3 kali makanan selingan.

Bahan Makanan Sehari-hari yang baik di berikan

Bahan Makanan Berat (g) Ukuran


Beras 90 31/2 gls bubur
Roti 40 2 iris
Maizena 20 4 sdm
Daging 100 2 ptg sdg
Telur ayam 100 Btr
Tempe 100 4 ptg sdg
Sayuran 250 21/2 gls
Buah 200 2 sdg ptg pepaya
Margarin 35 31/2 sdm
Gula pasir 65 61/2 sdm
Susu 300 11/2 gls

Nilai Gizi yang terkandung

Energi 1942 kkal Besi 28,5 mg


Protein 75 g Vitamin A 15369 RE
Lemak 79 g Tiamin 0,8 mg
Karbohidrat 241 g Vitamin C 205 mg
Kalsium 817 mg

12
Pembagian Bahan Makanan Sehari-hari yang baik di berikan pada pasien
diit penyakit lambung

Pagi Pukul 10.00


Beras 30 g = 11/2 gls bubur Maizena 20 g = 4 sdm
Telur ayam 50 g = 1 btr Gula pasir 25 gr = 21/2sdm
Sayuran 50 g = 1/ 2gls Susu 100 g =1 /2 gls
Gula pasir 1 sdm
1
Margarin / 2 sdm
Siang Pukul 16.00
Beras 30 g = 11 / 2 gls bubur Roti 40 g = 2 iris
Daging 50 g = 1 ptg sdg Margarin 10 g = 1 sdm
Tempe 50 g = 2 ptg sdg Telur 50 g = 1 btr
Sayuran 100 g = 1 gls Gula pasir 10 g = 1 sdm
Pepaya 100 g = 1 ptg sdg
Gula pasir 10 g = 1 sdm

Margarin 10 g = 1 sdm
Malam Pukul 20.00
Beras 30 g = 11/2 gls bubur Susu 200 g = 1 gls
Daging 50 g = 1 ptg sdg Gula pasir 10 g = 1 sdm
Tempe 50 g = 2 ptg sdg
Sayuran 100 g = 1 gls
Pepaya 100 g = 1 ptg sdg
Margarin 10 g = 1 sdm

13
Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan

Bahan Dianjurkan Tidak Dianjurkan


Makanan
Sumber Beras dibubur atau ditim; Beras ketan, beras tumbuk, roti
karbohidrat kentang dipure, makaroni whole wheat, jagung , ubui,
direbus , roti dipanggang ; singkong, tales ; cake, dodol dan
biskuit , krekers , mie, bihun, berbagai kue yang terlalu manis dan
tepung-tepungan dibuat bubur berlemak tinggi.
atau puding.
Sumber Daging sapi empuk, Daging, ikan, ayam yang diawet,
protein hati, ikan, ayam digiling atau digoreng ; daging babi ; telur
hewani dicincang dan direbus, diceplok atau digoreng.
disemur, ditim, dipanggang ;
telur ayam direbus, didadar,
ditim, diceplok air dan
dicampur dalam makanan ;
susu.
Sumber Tahu, tempe, direbus, ditim, Tahu, tempe digoreng ; kacang tanah
protein ditumis ; kacang hijau ; kacang merah ; kacang tolo.
nabati direbus dan dihaluskan.
Sayuran Sayuran yang tidak banyak Sayuran mentah ; sayuran berserat
serat dan tidak menimbulkan tinggi dan menimbulkan gas seperti
gas ketika dimasak : bayam, daun singkong, kacang panjang, kol,
bit, labu siam, labu kuning, lobak, sawi dan asparagus.
wortel, tomat direbus dan
ditumis.
Buah-buahan Pepaya ; pisang ; jeruk manis Buah yang tinggi serat dan atau dapat
; sari buah ; pir dan peach menimbulkan gas seperti jambu biji,
dalam kaleng. nanas, apel, durian, nangka; buah
yang dikeringkan.

14
Lemak Margarin dan mentega ; Lemak hewan, santan kental.
minyak untuk menumis dan
santan encer.
Minuman Sirup, teh. Minuman yang mengandungsoda dan
alkohol, kopi, ice cream.
Bumbu Gula, garam, vetsin, kunci, Lombok, bawang, merica, cuka dan
kencur, jahe, kunyit, terasi, sebagainya yang tajam.
laos, salam dan sereh.

Diet Lambung III

Diet lambung III diberikan sebagai perpindahan dari Diet Lambung II pada
pasien dengan ulkus peptikulum, gastritis kronik atau tifus abdominalis yang
hampir sembuh. Makanan berbentuk lunak atau biasa tergantung pada toleransi
pasien.

Pembagian Bahan Makanan Sehari

Pagi Pukul 10.00


Beras 50 g = 1 gls tim Maizena 15 g = 3 sdm
Telur ayam 50 g = 1 btr Gula pasir 20 g = 2 sdm
Sayuran 50 g =1 /2 gls
Gula pasir 10 g = 1 sdm
Minyak 5 g = 1 /2 sdm
Siang dan Malam Pukul 16.00
Beras 75 g = 11 / 2 gls tim Biskuit 20 g = 2 bln
Daging 50 g = 1 ptg sdg Susu 200 g = 1 gls
Tempe 50 g = 2 ptg sdg Gula pasir 10 g = 1 sdm
Sayuran 100 g =m1 gls
Pepaya 100 g = 1 ptg sdg
Minyak 10 g = 1 sdm

15
Contoh Menu Sehari

Pagi Siang Malam


Nasi tim / nasi Nasi tim / nasi Nasi tim / nasi
Telur dadar Semur ayam Ikan bumbu tomat
Setup wortel Tahu bumbu tomatSayur Tim tempeSayur lodeh
bening bayam
Pisang
Pepaya
Pukul 10.00 Pukul 16.00
Puding maizena / Bubur kacang hijau
agar-agar + saos
susuSusu

2. Diet Penyakit Saluran Cerna Bawah


a. Diet Penyakit Usus Inflamatorik (Inflammatory Bowel Disease)

Penyakit usus inflamatorik adalah peradangan terutama pada ileum dan


usus besar dengan gejala diare, disertai darah, lendir, nyeri abdomen, berat badan
berkurang, demam dan kemungkinan terjadi streatorea (adanya lemak dalam feses).
Penyakit ini dapat berupa Kolitis Ulseratif dan Chrons Disease.

Tujuan diet penyakit inflamatorik adalah:

1. Memperbaiki ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.


2. Mengganti kehilangan zat gizi dan memperbaiki status gizi kurang.
3. Mencegah iritasi dan inflamasi lebih lanjut.
4. Mengistirahatkan usus pada masa akut.

16
Syarat-syarat diet penyakit usus inflamatorik adalah:

1. Pada feses akut dipuasakan dan diberi makanan secara parenteral saja.
2. Bila fase akut teratasi, pasien diberi makanan secara bertahap, mulai dari
bentuk cair (peroral maupun enteral), kemudian meningkat menjadi siet sisa
rendah dan serat rendah.
3. Bila gejal ahilang dapat diberikan makanan biasa.
4. Kebutuhan gizi, tyaitu :
a. Energi dan protein tinggi.
b. Suplemen vitamin dan mineral antara lain vitamin A, C, D asm folat,
vitamin B12, kalsium, zat besi, magnesium dan seng.
5. Makanan enteral rendah atau bebas laktosa dan mengandung asam lemak
rantai sedang (medium chain trygliceride = MTC) dapat diberikan karena
sering terjadi intoleransi laktosa dan malabsorpsi lemak.
6. Cukup cairan dan elektrolit.
7. Menghindari makanan yang mengandung gas.
8. Sisa rendah dan secara bertahap kembali ke makanan biasa

b. Diet Penyakit Divertikular

Penyakit divertikular terdiri atas penyakit Divertikulosis dan Divertikulitis.


Penyakit Divertikulosis yaitu adanya kantong-kantong kecil yang terbentuk pada
dinding kolon yang terjadi akibat tekanan intrakolon yang tinggi pada konstipasi
kronik. Hal ini terutama terjadi pada usia lanjut yang makanannya rendah serat.
Penyakit Divertikulitis terjadi bila penumpukan sisa makanan pada divertikular
menyebabkan peradangan. Gejala-gjalanya antar alain kram pada bagian kiri bawah
perut, mual, kembung, muntah, konstipase atau diare, menggigil dan demam.

Tujuan Diet Penyakit Divertikulosis

1. Meningkatkan volume dan konsistensi fees.


2. Menurunkan tekanan intra luminal.
3. Mencegah infeksi.

17
4. Mengistirahatkan usus untuk mencegah perforasi.
5. Mencegah akibat laksatif dari makanan berserat tinggi.

Syarat-syarat Diet Penyakit Divertikulosis

1. Kebutuhan energi dan zat-zat gizi normal.


2. Cairan tinggi, yaitu 2-2,5 liter sehari.
3. Serat tinggi.
4. Mengusahakan asupan energi dan zat-zat gizi cukup sesuai dengan
batasan diet yang ditetapkan.
5. Bila ada pendarahan, dimuali dengan makanan cair jernih.
6. Makanan diberikan secara bertahap, dimulai dari diet sisa rendah I
kediet sisa rendah II dengan konsistensi yang sesuai.
7. Hindari makanan yang abanyak mengandung biji-biji kecil, seperti
tomat, jambu biji dan stroberi yang dapat menumpuk dalam
divertikular.
8. Bila perlu diberi makanan enteral rendah atau bebas laktosa.
9. Untuk mencegah konstipasi, minum minimal 8 gelas sehari.

Dalam diit saluran bawah di bagi menjadi dua buah diit diantaranya :

Diit rendah sisa


Diet rendah sisa adalah makanan yang terdiri dari bahan makanan
rendah serat dan hanya sedikit meninggalkan sisa. Yang dimaksud
dengan sisa adalah bagian-bagian makanan yang tidak diserap seperti
yang terdapat di dalam susu dan produk susu serta serat daging yang
berserat kasar (liat). Di samping iru, makanan lain yang merangsang
saluran cerna harus dibatasi.
Tujuan pemberian diet jenis ini adalah untuk memberikan makanan
secukupnya yang sesedikit mungkin merangsang alat pencerna dan
sedikit mungkin meninggalkan sisa. Serta memberikan makanan sesuai
kebutuhan gizi yang sedikit

18
mungkin meninggalkan sisa sehingga dapat membatasi volume feses,
dan tidak merangsang
saluran cerna.
Syarat diit rendah sisa :
Makanan hendaknya mudah cerna, tidak merangsang baik secara
mekanis, termis, maupun kimia dengan jalan:
1. Menghindarkan makanan tinggi serat
2. Menghindarkan makanan terlalu panas dan terlalu dingin
3. Menghindarkan makanan tinggi lemak, terlalu manis, terlalu
asam,dan terlalu berbumbu
4. Memasak makanan hingga lunak.
Diet rendah sisa diberikan kepada penderita diare berat, ileitis,
colitis ulserosa dan diverticulitis akut, obstipasi spastik, penyumbatan
sebagian dari saluran pencerna, hemoroid berat serta sebelum dan
sesudah operasi hemoroid, colon (usus besar) atau rektum.
Menurut macamnya diit rendah sisa di bagi menjadi :
1. Diet Rendah Sisa I
Makanan diberikan dalam bentuk saring.
Makanan yang mengandung banyak serat sama sekali tidak
diperbolehkan, begitu juga dengan bumbu.
Lemak dan gula diberikan dalam jumlah terbatas (bila penderita
tahan).
Susu tidak diperbolehkan.
Hanya diberikan selama beberapa hari karena rendah kalori,
protein, kalsium, besi,
thiamin dan vit. C.
Makanan yang boleh diberikan pada diit rendah serat di antaranya :
Sumber hidrat arang: beras dibubur saring, roti dibakar, kentang
dipure, makaroni, bihun direbus, biskuit, krakers, tepung-
tepungan dibubur atau dipuding.

19
Sumber protein hewani: daging, hati digiling halus, ikan
dicincang, telur direbus, ditim, diceplok air dan dicampur dalam
makanan dan minuman.
Sumber protein nabati: tahu ditim atau direbus.
Lemak: margarin dan mentega dalam jumlah terbatas.
Sayuran: sari sayuran.
Buah: air jeruk.
Bumbu: garam, vetsin, gula.
2. Diet Rendah Sisa II
Diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diet Rendah Sisa I
atau kepada penderita diare kronis.Makanan diberikan dalam bentuk
cincang atau lunak. Makanan mengandung serat diperbolehkan dalam
jumlah terbatas, begitupun lemak dan gula. Bumbu-bumbu yang
merangsang tidak diperbolehkan.Makanan ini cukup kalori dan semua
zat gizi.
Makanan yang boleh diberikan:
Sumber hidrat arang: beras dibubur, roti dibakar, kentang
direbus, dipure, makaroni, bihun direbus, krakers, tepung-
tepungan dibubur atau dipuding.
Sumber protein hewani: daging, hati, ayam, ikan direbus,
ditumis, dikukus, dipanggang, telur direbus, ditim, diceplok air
dan dicampur dalam makanan dan minuman susu 2 gelas sehari.
Sumber protein nabati: tahu, tempe ditim, direbus, ditumis, keju,
kacang tanah, saridele.
Lemak: margarin dan mentega dalam jumlah terbatas.
Sayuran: sayuran yang tak banyak serat: kacang panjang,
buncismuda, bayam, labu siam, tomat masak, wortel, direbus,
dikukus, ditumis.
Buah: buah yang tak banyak serat dan tidak menimbulkan gas:
pepaya, pisang, jeruk, sawo, sari jambu biji, sari nenas, sari
sirsak; apel dikupas dan disetup.

20
Bumbu: garam, vetsin, gula, cuka, salam, laos, kunyit, kunci
dalam jumlah terbatas.
Diit tinggi serat
Diet tinggi serat adalah memenuhi atau melampaui asupan serat
harian yang disarankan, umumnya senyawa karbohidrat yang berasal
dari tumbuhan. Asupan serat harian yang disarankan adalah 2035
gram, tapi rata-rata dalam makanan orang Amerika hanya mengandung
1218 gram. Pola makan vegetarian umumnya mengandung serat dua
kali lebih banyak dari diet nonvegetarian.
Manfaat diit tinggi serat :
Serat mudah larut yang kasar dihaluskan menjadi gel dalam
saluran cerna dan memperlambat pencernaan, sehingga
menimbulkan rasa kenyang lebih lama. Hal tersebut membantu
mengontrol nafsu makan dan penurunan berat badan,
meningkatkan penyerapan nutrisi, serta dapat memperbaiki
kadar gula darah dan insulin dengan memperlambat pelepasan
glukosa ke aliran darah.
Serat kasar akan mengikat kolesterol, sehingga membantu
mengeluarkannya dari tubuh dan menurunkan risiko penyakit
jantung.
Meskipun sebagian besar serat tidak dicerna dan diserap, serat
yang dapat difermentasi akan membantu pertumbuhan bakteri
baik di usus besar, yang mengubah serat menjadi asam lemak
rantai pendek yang dapat diserap dan digunakan oleh tubuh.
Serat yang tidak larut (atau kasar) dalam makanan dari serealia
utuh, sekam, beras merah, dan sayuran mentah akan
memadatkan feses. Kepadatan tersebut menyebabkan dinding
usus berkontraksi secara berkala sehingga kotoran bergerak
melalui usus besar dengan lebih cepat. Dengan proses yang
cepat melalui usus besar, air yang diserap kembali lebih sedikit,
sehingga feses tetap lunak, lembab, dan lebih mudah

21
dikeluarkan tanpa paksa, mencegah konstipasi, serta masalah
seperti wasir dan penyakit divertikular.
Diet tinggi meredakan gejala penyakit diverticular.
Serat dapat membantu mencegah atau menangani penyakit
seperti diabetes, penyakit jantung, stroke, dan beberapa jenis
kanker.
Diet tinggi serat biasanya menyarankan konsumsi buah-buahan,
sayuran, dan serealia utuh dalam jumlah banyak, yang memiliki
berbagai manfaat kesehatan.
Resiko dan pencegahan diit tinggi serat :
Serat makanan harus ditingkatkan secara bertahap untuk
mencegah nyeri perut, gas, dan diare.
Diet tinggi serat mengharuskan untuk minum setidaknya
delapan gelas (2 liter) air maupun cairan lain setiap hari. Orang-
orang dengan asupan cairan yang dibatasi harus menghindari
diet tinggi serat.
Asupan serat lebih dari 50 gram per hari dapat menyebabkan
masalah pencernaan akut dan penyumbatan.
Serat yang berlebihan, terutama suplemen yang dikonsumsi
setelah makan, dapat mengurangi penyerapan vitamin,
mineral, protein, kalori, dan obat. Obat umumnya harus
diminum setidaknya satu jam sebelum atau dua jam setelah
konsumsi suplemen serat.
Jangan tambahkan serat sekam pada makanan.
Beberapa vitamin yang mengikat fitat atau oksalat terdapat
dalam berbagai makanan tinggi serat.
Diet tinggi serat dapat mengakibatkan iritasi usus dan
memperparah gejala gangguan pencernaan seperti sindrom
iritasi usus, penyakit radang usus, radang usus besar, dan
penyakit' Crohn.

22
Orang-orang yang telah menjalani prosedur operasi penurunan
berat badan mungkin tidak dapat melakukan diet tinggi serat.
Kondisi tertentu, seperti pelekatan usus, memerlukan diet
rendah serat.
Berlebihan mengkonsumsi makanan tinggi serat dapat
menyebabkan anak-anak cepat kenyang, sehingga mengurangi
nafsu makan dan kemungkinan membuat mereka kehilangan zat
gizi yang diperlukan.

Konsumsi harian yang disarankan untuk serat adalah:

anak-anak berusia 13 tahun: 19 gram


anak-anak berusia 48 tahun: 25 gram
anak laki-laki berusia 913 tahun: 31 gram
pria berusia 1450 tahun: 38 gram
pria berusia 51 tahun ke atas: 30 gram
perempuan berusia 918 tahun: 26 gram
wanita berusia 1950 tahun: 25 gram
wanita berusia 51 tahun ke atas: 21 gram
wanita hamil: 28 gram
wanita menyusui: 29 gram

Cara terbaik untuk meningkatkan serat adalah dengan 2 mangkuk buah dan
2,5 mangkuk sayuran setiap hari, serta mengganti roti tawar halus dan nasi
putih dengan roti dan sereal dari serealia utuh, serta beras merah.

2.5. Pencegahan Penyakit pada Saluran Cerna

Sayur dan buah memegang peranan yang penting dalam tubuh manusia. Karena itu, orang
yang sering mengonsumsi keduanya, khususnya kaum vegetarian, memiliki prevalensi terkena
penyakit lebih kecil dibandingkan mereka yang tidak suka mengonsumsi sayur dan buah.

23
Sayur merupakan sumber serat, vitamin, dan mineral. Juga mengandung zat yang bukan
gizi tapi sangat dibutuhkan bagi kesehatan tubuh manusia. Karena itu, mengonsumsi sayur dan
buah sangat penting. Dengan rajin mengonsumsi sayur dan buah, buang air besar (BAB) menjadi
lancar. Serat yang terdapat di dalam keduanya bisa mendorong tinja untuk keluar. Karena itu, anak
atau orang dewasa yang kurang mengonsumsi buah dan sayur biasanya akan mengalami kesulitan
dalam buang air besar.

24
BAB III

PENUTUP

3.2. Kesimpulan

Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah
sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-
zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan
yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.

Gangguan pencernaan dan absorpsi dapat terjadi pada proses menelan, mengosongkan
lambung, absorpsi zat-zat gizi dan proses buang air besar (defekasi). Gangguan ini antara lain
terjadi karena infeksi atau peradangan, gangguan motilitas, perdarahan atau hematemesis-melena,
kondisi saluran cerna pasca bedah dan tumor atau kanker. Penyakit-penyakit saluran cerna yang
terjadi antara lain stenosis esofagus, gastritis akut atau kronik, hematemesis-melena, ulkus
peptikum, Gastroesophageal Reflux Diseasa (GERD) Sindroma Dumping, Divertikulosis,
Inflammatory Bowel Disease (IBD), hemoroid, diare dan konstipasi. Menurut lokasinya, diit pada
saluran cerna dibagi dalam dua kelompok yaitu :

1. Diit pada saluran cerna atas


a. Diet Disfagia
b. Diet Hematemesis Melena
c. Diet Penyakit Lambung
2. Diit pada saluran cerna bawah
a. Diet Penyakit Usus Inflamatorik (Inflammatory Bowel Disease)
b. Diet Penyakit Divertikular
Pada diit saluran cerna bawah terdapat dua macam diit, yaitu diit rendah sisa dan
diit tinggi serat.

3.2. Saran
Di harapkan semua mahasiswa mampu memahami materi tentang diit pada klien
penyakit saluran cerna agar mampu mengaplikasikan dalam dunia keperawatan lebih baik lagi.

25
DAFTAR PUSTAKA

http://yuheldi-cendra.blogspot.co.id/2012/11/diet-rendah-sisa-penyakit-saluran-cerna.html

https://www.google.com/search?q=diit+rendah+sisa&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-
US:official&client=firefox-a&channel=fflb

http://www.mausehat.com/diet-atasi-masalah-saluran-cerna/

https://azurama.wordpress.com/all-about-nurse/ilmu-gizi/diet-penyakit-saluran-cerna/

http://syabilahsoraya.blogspot.co.id/

26

Anda mungkin juga menyukai