Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam proses menulis kreatif, baik penulisan puisi, prosa maupun cerpen
pasti akan melewati serangkaian kegiatan kreatif yang sangat individual.
Artinya, setiap individu mempunyai cara dan gaya tersendiri dalam proses
menulis. Sekalipun bersifat individual, tetapi ada generalisasi proses kreatif
yang sama dalam menuangkan ide-ide itu. Hal ini ada empat tahapan dalam
menuangkan ide-ide kreatif. Yaitu, penentuan atau pencarian ide,
pengendapan, penulisan, serta editing dan revisi.
Menulis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses
belajar yang dialami siswa. Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan
menyampaikan pesan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau
medianya. Dalam komunikasi tulis setidaknya ada empat unsur yang terlibat
yaitu penulis, pesan atau isi tulisan, media berupa tulisan, dan pembaca.
Menulis merupakan suatu proses. Untuk menghasilkan tulisan yang baik
umumnya orang melakukannya berkali-kali. Sangat sedikit orang yang
menghasilkan tulisan yang benar-benar memuaskan dengan hanya sekali tulis.
Tujuan menulis adalah untuk mengungkapkan gagasan, pendapat,
pengetahuan, dan pengalaman secara tertulis. Menulis memiliki berbagai
macam bentuk. Salah satunya adalah menulis karya sastra.
Sastra merupakan salah satu hasil seni. Sebagai hasil seni, seni sastra
merupakan hasil cipta manusia yang mengekspresikan pikiran, gagasan,
pemahaman, tanggapan, dan perasaan penciptanya tentang kehidupan dengan
bahasa imajinatif dan emosional. Tokoh-tokoh, kejadian, peristiwa, suasana,
bahkan ruang tempat dan waktu kejadian adalah dunia ciptaan pengarang.
Dunia ciptaan itu mungkin bukan fakta. Dunia ciptaan itu merupakan tiruan
dunia fakta, tetapi bukan tiruan yang sama seperti duplikat atau potret. Tiruan
itu lebih merupakan tanggapan penciptanya atas dunia fakta.

1
Karya sastra sebagai hasil kreativitas, kepekaan pikiran, dan perasaan
pengarang dalam menanggapi peristiwa disekitarnya, menuntut penciptanya
untuk memiliki daya kreativitas yang tinggi. Dalam penciptaan karya sastra,
kreativitas sangat diperlukan agar karya sastra yang dihasilkannya dapat
bersifat dulce et utile. Kalau karya yang dihasilkannya tidak dulce et utile,
karya tersebut belum dapat dikatakan bernilai sastra. Menurut Horace (dalam
Pradopo, 1994) hakikat karya sastra adalah dulce et utile, yang artinya
menyenangkan dan berguna. Maksudnya, karya sastra harus mampu
memberikan kesenangan kepada pembaca, dan berguna bagi kehidupan
pembaca dalam menambah kedewasaan dan kebijaksanaan dalam
bermasyarakat.
Karya sastra menyajikan nilai-nilai keindahan dan paparan peristiwa yang
memberikan kepuasan batin pembaca, mengandung pandangan atau
komtemplasi batin, baik yang berhubungan dengan masalah agama, filsafat,
politik, dan budaya, maupun berbagai problem yang berhubungan dengan
kompleksitas kehidupan yang tergambar lewat media bahasa media tulisan,
dan struktur wacana (Aminudin, 1991).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pencarian ide?
2. Apa yang dimaksud dengan pengendapan?
3. Bagaimana proses penulisan setelah ide itu didapatkan?
4. Bagaimana proses editing dan revisi setelah tulisan itu siap dipublikasikan?

C. Tujuan Pembahasan
1. untuk mengetahui bagaimana proses penulisan kreatif dalam dunia sastra
2. untuk mengetahui bagaimana kesulitan dalam menjalankan menulis kreatif
setelah mendapatkan ide yang baik.

2
D. Manfaat Pembahasan
1. Manfaat untuk diri sendiri: agar bisa memahami proses dalam menulis kreatif
2. Manfaat untuk kelompok: agar kita dapat menulis dengan baik, dan tidak
kehabisan ide.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses Kreatif
Kreativitas dapat menjadikan seorang penulis mampu memunculkan ide-ide
baru dan mengolah ide itu sehingga menjadi ide yang matang dan utuh.
Dengan daya kreativitas, seorang penulis selalu mendayagunakan pemakaian
bahasa agar karya-karyanya berbeda dengan karya-karya sebelumnya.
Dengan daya kreativitas, seorang penulis dapat memanfaatkan pengetahuan
bersastranya untuk menghasilkan karya sastra yang berciri lain.
Banyak yang mengira bahwa kreativitas itu banyak ditentukan oleh bakat dan
kemampuan bawaan. Ini tidak sepenuhnya benar, karena kreativitas
ditentukan oleh perpaduan unsur-unsur seperti:
kemampuan berpikir kritis,
kepekaan emosi,
bakat,
daya imajinasi.
Dengan berpikir kritis orang tidak mudah merasa puas dengan apa yang telah
ada. Dengan berpikir kritis, jiwa akan hidup karena didorong terus untuk
mencari kemungkinan-kemungkian lain. Kepekaan emosi menjadikan penyair
dapat merasakan sesuatu yang terjadi disekitarnya. Bakat dapat memperkuat
daya kreativitas seseorang tetapi bukan satu-satunya unsur yang menentukan.
Sebab, bakat tidak akan berarti jika tidak diasah dan dilatih terus menerus.
Daya imajinasi memungkinkan seorang penyair menciptakan sebuah
gambaran yang utuh dan lengkap dalam fantasinya.
Tahapan Kreativitas terdiri atas beberapa tahap, antara lain:
pemunculan ide,
pengembangan ide, dan
penyempurnaan ide.
Kunci utama yang harus disiapkan oleh penulis adalah ide (Kinoysan, 2007).
Ide sering muncul di sembarang tempat dan waktu. Munculnya ide tidak dapat

4
diramalkan. Ide sering melintas dengan cepat dan menghilang lagi. Untuk itu
ide yang ditangkap harus segera dicatat. Pencatatan ide harus dilakukan secara
rinci. Ide yang muncul dalam benak penulis dapat berupa pengalaman dan
pengetahuan sendiri atau pengalaman orang lain. Lamnan dan pengetahuan
tersebut bisa berkenaan dengan bidang keagamaan, kesenian, politik,
ekonomi, sosial, pendidikan, dan lain-lain.
Ide juga dapat muncul dengan cara dirangsang. Beberapa cara yang dapat
digunakan untuk merangsang pemunculan ide antara lain:
a. mempelajari ide orang lain,
b. meningkatkan pengetahuan dan pengalaman,
c. menciptakan suasana yang menunjang (santai, bebas dari rasa malu dan
takut),
d. merenung,
e. sering berlatih, dan
f. terus berlatih berpikir kritis dan asosiatif (Roekhan, 1991:9).
Pengembangan ide dapat dibantu dengan:
melakukan perincian,
banyak membaca,
menambah pengalaman,
banyak merenung,
banyak melakukan diskusi, dan
mengamati sesuatu secara langsung.
Ide yang samar-samar dan tidak lengkap dapt dirinci unsur-unsurnya.
Masing-masing unsur kemudian dijabarkan lagi sehingga ide menjadi lebih
jelas dan sempurna. Bacaan memperkaya wawasan seseorang. Melalui bacaan
seseorang dapat mengetahui apa saja yang mungkin tidak dialaminya secara
langsung. Ide yang samar-samar dapat diperjelas dengan cara terjun langsung
dalam kehidupan yang akan digambarkan. Dengan merenung orang akan
mengungkap kembali seluruh pengetahuan dan pengalamannya yang relevan
dengan ide yang sedang digarapnya. Diskusi merupakan ajang saling bertukar
pengetahuan dan pengalaman, sehingga suatu ide menjadi lebih jelas karena

5
ditinjau dari berbagai sudut pandang. Dengan mengamati secara langsung
orang daapt melihat suatu objek dengan lebih jeli dan lengkap.
Ide yang dilahirkan biasanya tidak langsung utuh dan sempurna. Untuk itu
seorang penulis harus membaca kembali karya yang dihasilkan dan bila perlu
memperbaiki karyanya itu. Untuk menyempurnakan ide penulis dapat
melakukannya sendiri atau menyuruh orang lain untuk membaca dan
memperbaikinya.

B. Proses Kreatif Menulis Puisi


Dalam penulisan puisi setiap individu melewati serangkaian kegiatan kreatif
dengan cara dan gaya tersendiri. Ada generalisasi proses kreatif yang sama
dalam menulis puisi yang terdiri atas empat tahap, yaitu penentuan ide,
pengendapan, penulisan, serta editing dan revisi.
1. Pencarian Ide
Bahan pertama dalam menulis puisi adalah ide atau inspirasi, yaitu sesuatu
yang menyentuh rasa atau jiwa yang menbuat sesorang ingin mengabadikan
dan mengekspresikannya dalam puisi. Ide ini berupa pengalaman yaitu segala
kejadian yang ditangkap panca indera kita, yang kemudian menimbulkan
efek-efek rasa, sedih, senang, bahagia, marah, dan sebagainya, yang
kemudaian dituliskan dalam bentuk puisi.
Pencarian inspirasi itu bersifat aktif-kreatif, bukan pasif seperti yang
dipahami selama ini, yaitu menunggu inspirasi datang. Ide atau inspirasi
haruslah dipanggil, dicari dan diburu dengan cara menyensitifkan panca
indera kita dalam memaknai setiap kejadian dan fenomena yang dijumapai di
sekeliling. Dengan demikian, kepekaan panca indera dan pemahaman diri
yang baik menjadi kunci untuk bisa mendapatkan inspirasi sebagi bahan
penulisan.
Pemahaman diri penting karena setiap individu memiliki ciri khas dalam
memaknai setiap kejadian atau fenomena yang diterima panca indera. Selain
aspek penghayatan panca indera, ide juga bisa muncul dari setiap peristiwa
yang dialami sendiri yang dianggap istimewa atau berharga, misalnya

6
kesedihan, percintaan, kerinduan, dan keputusasaan. Dalam situasi ini, jika
kita sedang mengalami kejadian yang menggugah rasa, sesungguhnya ide
atau inspirasi sudah masuk, maka segeralah dijadikan karya, jangan ditunda
momen-momen itu karena bisa hilang dengan sendirinya.
2. Pengendapan atau Perenungan
Jika ide itu sudah didapat, maka renungkanlah atau endapkanlah, proses ini
disebut pematangan ide. Biasanya proses pengendapan ini lama karena
berkaiatan dengan cara yang akan dilakukan agar ide itu menarik. Dalam
pengembangan ide yang harus direnungkan utamanya adalah kata-kata, yaitu
merenungkan kata-kata yang tepat, diksi, puistik, dan mengandung makna
yang dalam dan kompleks, karena kunci utama puisi adalah pada konsentrasi
kata, sehingga aspek utama merenungkan dan mengembangkan ide adalah
diksi atau kata yang tepat. Diksi itu dapat diperoleh dari kata-kata yang ada
dan berserakan di sekeliling kita, karena kata yang indah tidak hanya pada
pikiran tetapi juga dari hal-hal kecil yang menarik dan ada di sekeliling kita
yang khas dan tidak pernah dipikirkan orang lain.
Tahap pengendapan ide ini digunakan untuk menemukan bait kunci atau diksi
kunci yang akan dijadikan sebagai pijakan untuk mengembangkan ide. Proses
pengendapan ide umumnya bersifat respon spontan. Artinya, jika kita
mendapatkan ide, maka perasaan dan pikiran kita langsung berimajinasi ke
mana-mana.
3. Penulisan
Jika proses pengendapan atau perenungan ide sudah matang, maka tahap
selanjutnya adalah penulisan. Tulislah apa yang sudah ingin ditulis dengan
segera tanpa ditunda-tunda, jangan berhenti kalau memang benar-benar
buntu. Prinsip menulisnya adalah ungkapan segala hal yang sudah ada dalam
otak tentang ide yang sudah didapat dan diendapkan. Jika masih punya tenaga
dan daya, bisa hasil tulisan yang sudah jadi dibaca ulang dan dibetulkan
bahasa dan isinya.
Bagaimanapun menulis itu membutuhkan tenaga ekstra, sehingga perlu
istirahat saat sudah selesai. Dalam penulisan ini, persoalan yang sering

7
muncul adalah buntu, macet, tidak bisa melanjutkan karena idenya buntu. Jika
hal itu terjadi, maka jangan paksakan selesai. Persoalan baik atau tidak puisi
itu tergantung pada proses. Kadang satu ide dalam menulis puisi bisa
menghasilkan lebih dari satu puisi.
4. Editing dan Revisi
Jika sudah selesai penulisan, disusul dengan editing dan revisi. Editing ini
berkaitan dengan pembetulan pada puisi yang diciptakan pada aspek bahasa,
baik salah ketik, pergantian kata, sampai kalimat, bahkan tata tulis.
Sedangkan revisi berkaitan dengan penggantian isi atau substansi. Dua hal ini
pasti terjadi dalam setiap penciptaan puisi. Hal ini terjadi karena pada saat
menulis sebenarnya dalam keadaan trans, semacam ketidaksadaran, sehingga
hasil puisi sering terjadi anakronistis dari aspek bahasa maupun isi. Oleh
karena itu, editing dan revisi menjadi syarat mutlak untuk bisa menghasilkan
karya puisi yang bagus.
Editing dan revisi merupakan bagian dari keharusan proses menulis yang
selain bertujuan untuk membuat puisi menjadi semakin baik, juga untuk
menunjukkan sikap apresiasi terhadap karya sendiri.
Persoalan yang sering muncul dalam proses editing dan revisi adalah
seringnya berubah bahasa dan isi dari puisi awal dengan puisi setelah editing
dan revisi karena mendapat tambahan, penghilangan, bahkan penggantian
tema. Saat menulis tuntutannya adalah jadi karya, maka menulispun
meluncur saja tidak terkendali. Sedangkan editing dan revisi tuntutannya
adalah "perbaiki, maka segala hal baik bahasa maupun isi yang dikira tidak
sesuai dan tidak baik harus diperbaiki. Karena prinsip ini, maka dalam editing
dan revisi selalu terjadi perubahan yaitu perubahan menuju ke arah yang lebih
baik.
Proses editing dan revisi dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Setelah selesai beristirahat, baca kembali puisi dalam komputer pelan
pelan.
b. Perbaikilah aspek bahasa jika terdapat kesalahan
c. Setelah selesai, cetaklah karya dalam print out.

8
d. Pindahkan revisian dalam komputer, kemudian cetak karya tersebut
e. Selanjutnya baca kembali, jika masih ada yang salah atau tidak pas, maka
berikan puisi itu pada teman, saudara, atau pakar dibidangnya untuk
membacanya dan mengkritiknya.

C. Proses Kreatif Menulis Cerpen


1. Pencarian Ide
Ide dalam menulis cerpen adalah masalah yang bersumber dari peristiwa
ataupun benda. Masalah sebagai sumber ide dalam menulis cerpen adalah
ketertarikan kita pada fenomena atau benda yang membangkitkan rasa
ingin menulis cerpen. Hidup ini rangkaian peristiwa dalam gerak ruang
yang berpindah-pindah. Dalam peristiwa dan ruang itulah manusia selalu
mendapatkan hal-hal yang menarik bagi dirinya sendiri. Hal yang menarik
itulah yang disebut sebagai permasalahan sumber ide menulis cerpen.
Misalnya, apa yang sekarang anda lakukan? Mungkin saja sedang jalan-
jalan pagi atau duduk-duduk di halaman rumah. Dalam keadaan demikian,
coba tanyakan pada diri sendiri apa yang menarik. Jika anda sudah
menyebutkannya dalam hati, maka itulah yang disebut sebagai sumber ide.
Anda akan menulisnya menjadi sebuah cerpen.
Setelah itu, langkah selanjutnya adalah buatlah persoalan dari benda atau
peristiwa yang sudah anda sebutkan dalam hati. Caranya, buatlah
persoalan hidup yang sumbernya dari benda atau peristiwa yang menarik.
Misalnya, jika anda tertarik pada bunga melati. Disinilah imajinasi dan
fantasi dibutuhkan untuk mengembangkan persoalan kehidupan yang
bersumber pada bunga melati.
Ide ada di sekitar kita, baik dalam bentuk peristiwa maupun benda-benda,
maka mencari ide hanya perlu merenung dan memahami ruang dan
peristiwa yang sedang anda hadapi. Karena manusia hidup selalu dalam
ruang dan peristiwa, maka setiap peristiwa dan ruang yang sedang kita
alami dan diami pasti ada ide yang bisa dikembangkan menjadi cerpen.

9
2. Pengendapan dan Pengolahan Ide
Selanjutnya, jika idedan persoalannya dudah didapat, maka selanjutnya
adalah memikirkan jawaban atas persoalan ini. Jawaban atas logika inilah
yang akan dikembangkan menjadi cerita. Proses pencarian dalam
perenungan inilah yang disebut sebagai tahap pengendapan atau
pengolahan ide. Proses pengendapan ide itu bisa dilakukan dengan dua
teknik, yaitu:
a. Teknik tulis, yaitu menulis rangkaian peristiwa yang akan menjadi
jawaban atas ide dan permasalahannya.
b. Teknik renung, yaitu hanya merenungkan dan mengkontemplasikan
kemungkinan-kemingkinan rangkaian peristiwa dalam pikiran dan
perasaannya sebelum dituliskan. Kedua teknik ini baik bergantung pada
kebiasan dan kemahiran kita dalam menulis.
Tahap kontemplasi atau pengendapan ini hendaknya dilakukan bersamaan
saat itu juga, yaitu sesudah mendapatkan ide. Jangan ditunda karena pasti
akan lupa, dan bisa saja, benda atau peristiwa itu sudah tidak menarik lagi
bagi kita. Hal ini terjadi karena kemenarikan itu sangat ditentukan keadaan
dan suasana hati. Jadi, saat suasana hati menganggapnya menarik, maka
harus saat itu juga, dirumuskan permasalahannya dan diendapkan atau
dikontemplasikan detil peristiwa dan alurnya untuk menjadi cerita.
Dengan melihat fakta bahwa satu ide dapat dirumuskan menjadi beberapa
permasalahan, dan setiap permasalahan, dalam proses pengendapannya,
mempunyai logika jawaban dan ceritany sendiri-sendiri, maka satu ide,
baik benda ataupun peristiwa bisa dijadikan beberapa cerpen.
3. Penulisan
Jika ide dan permasalahan sudah terpecahkan setelah melalui proses
pengendapan, yang menghasilkan logika jawaban atau alur peristiwa, baik
yang dituliskan maupun yang disimpan dalam pikiran dan perasaan, maka
selanjutnya adalah menuliskannya pelan-pelan sampai selesai. Proses
penulisan ini adalah tahap paling sulit, karena berbagai kendala selalu ada,
terutama bagi pemula, adalah malas dan susah memulainya. Cara

10
mengatasi adalah paksa dan yakinkan diri untuk menulis, jangan berfikir
dengan pesimis tentang hasil yang tidak baik.
Prinsip yang harus dijunjung tinggi dalam menuliskan ide dan
pengendapan adalah harus saat itu juga dan harus jadi. Jika ide yang
sudah diolah sudah matang, maka segeralah menulis hari itu juga. Kenapa
bisa demikian? Karena setiap hari dalam diri kita itu selalu ada perubahan-
perubahan rasa yang dipengaruhi oleh kondisi psikologi kita sendiri.
Jika ide dan pengendapannya sedang dituliskan, maka prinsip harus jadi
harus dijunjung tinggi. Tidak boleh tidak. Sebab jika dalam
menuliskannya, baru settengah jalan anda tinggal pergi, dan tidak
diselesaikan. Maka sama halnya menyia-nyiakan ide dan endapannya.
Menulis itu adalah intensitas dan ketelatenan. Setiap ide yang telah diolah,
tulislah pelan-pelan sampai jadi. Jangan ditingglakan begitu saja. Akan
tetapi beristirahatlah sejenak, jika mungkin anda buntu karena kecapekan
atau idenya habis.
4. Editing dan Revisi
Cerpen yang anda tulis sudah selesai, maka bukan berarti cerpen itu sudah
jadi atau final. Tetapi cerpen yang anda tulis baru merupakan hasil impresi
ide-ide yang diendapkan, belum sebagai hasil logika rasionalitas. Karena
saat kita menuliskan ide-ide yang telah diendapkan, prinsip dasrnya adalah
segera tuliskan dan harus jadi. Jadi tidak menutup kemungkinan disitu
ada unsur ketergesaan dan yang terpenting ide muntah dan jadi cerpen.
Untuk mengatasi persoalan ini, mau tidak mau, anda harus meluakukan
tahap selanjutnya, yaitu editing dan revisi. Editing ini berkaitan dengan
pembetulan aspek kebahasaan dan penulisan, sedangkan revisi berkaitan
dengan isi, misalnya alur yang tidak kronologis, anakronisme, kesalahan
bercerita, konflik yang datar dan tidak dramatik, dan sebagainya.
Oleh karena itu, editing dan revisi harus dilakukan sebagai proses akhir
untuk menghasilkan cerpen yang baik.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kreatif menulis
sastra mencangkup Tiga unsur penting: kreativitas, pencarian ide,
pengendapan, penulisan, editing dan revisi. Kreativitas bisa mengacu pada
pengertian hasil yang baru, berbeda dengan yang pernah ada.
Penulis karya sastra harus mempunyai bekal kemampuan bahasa yang
memadai. Untuk mengembangkan kemampuan bahasa dapat dilakukan
dengan cara; 1) mengembangkan kosakata, 2) mengembangkan penguasaan
kaidah bahasa, dan 3) mengembangkan pengetahuan makna. Kemampuan
seorang penulis tentang seluk beluk karya sastra akan mempermudah
penulisan karya sastra, baik puisi, prosa (cerpen, novel, roman), maupun
drama. Untuk meningkatkan kemampuan sastra seseorang dapat dilakukan
dengan cara: 1) meningkatkan kemampuan apresiasi terhadap suatu karya
sastra, 2) mengikuti kegiatan bersastra, 3) melakukan kritik karya sastra, 4)
meningkatkan pengetahuan sastra, dan 5) menulis sastra.
3.2. Saran
Saran penulis diakhir makalah ini yaitu setiap orang seharusnya banyak
mempelajari tentang kreatif menulis. Pengetahuan seseorang tentang karya
sastra dapat meningkatkan kemampuan apresiasi dan kritik terhadap suatu
karya sastra. Pengetahuan ini dapat diperoleh dengan dua cara yaitu
mempelajari buku-buku teori sastra, dan banyak membaca karya sastra serta
banyak membaca tulisan-tulisan kritik sastra. Menulis jika sering dilakukan,
dapat memperlancar seseorang dalam mengungkapkan idenya. Semakin sering
ia menulis, maka seorang penulis akan merasakan bahwa ide yang ditulisnya
seolah mengalir dan tertata dengan sendirinya.

12

Anda mungkin juga menyukai