PENDAHULUAN
1
ringkasan beberapa teori keperawatan yang perlu diketahui oleh para perawat
profesional sehingga mampu mengaplikasikan praktek keperawatan yang
didasarkan pada keyakinan dan nilai dasar keperawatan.
2
3. Adanya teori keperawatan membantu proses penyelesaian masalah dalam
keperawatan dengan memberikan arah yang jelas bagi tujuan tindakan
keperawatan sehingga segala bentuk dan tindakan dapat dipertimbangkan.
4. Adanya teori keperawatan juga dapat memberikan dasar dari asumsi dan
filosofi keperawatan sehingga pengetahuan dan pemahaman dalam
tindakan keperawatan dapat terus bertambah dan berkembang.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
4
Teori keperawatan menurut Barnum 1990 merupakan usaha-usaha
untuk menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai keperawatan.1
5
4. Adanya teori keperawatan juga dapat memberikan dasar dari asumsi
dan filosofi keperawatan sehingga pengetahuan dan pemahaman
dalam tindakan keperawatan dapat terus bertambah dan berkembang.1
a) Elemen keperawatan
Keperawatan adalah suatu disiplin ilmu dan ilmu tersebut
menjadi landasan dalam melaksanakan praktik keperawatan (Roy,
1983).
6
Lebih spesifik Roy (1986) berpendapat bahwa keperawatan
sebagai ilmu dan praktik berperan dalam meningkatkan adaptasi
individu dan kelompok terhadap kesehatan sehingga sikap yang
muncul semakin positif.
Keperawatan memberi perbaikan pada manusia sebagai sutu
kesatuan yang utuh untuk beradaptasi dengan perubahan yang
terjadi pada lingkungan dan berespons terhadap stimulus internal
yang mempengaruhi adaptasi.Jika stressor terjadi dan individu tidak
dapat menggunakan koping secara efektif maka individu tersebut
memerlukan perawatan.
Tujuan keperawatan adalah meningkatkan interaksi individu
dengan lingkungan, sehingga adaptasi dalam setiap aspek semakin
meningkat.Komponen-komponen adaptasi mencakup fungsi
fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan saling ketergantungan.
b) Elemen manusia
Manusia merupakan bagian dari sistem adaptasi, yaitu suatu
kumpulan unit yang saling berhubungan mempunyai masukan,
proses kontrol, keluaran dan umpan balik (Roy, 1986). Proses
kontrol adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan
adaptasi secara spesifik. Manusia dalam sistem ini berperan sebagai
kognator dan regulator (pengaturan) untuk mempertahankan
adaptasi.
Terdapat empat cara adaptasi, mencakup adaptasi terhadap
fungsi fisologis, konsep diri, fungsi peran dan terhadap kebutuhan
saling ketergantungan.
Pada model adaptasi keperawatan, manusia dilihat dari sistem
kehidupan yang terbuka, adaptif, melakukan pertukaran energi
dengan zat/benda dan lingkungan.
Manusia sebagai masukan dalam sistem adaptif, terdiri dari
lingkungan eksternal dan internal. Proses kontrol manusia adalah
7
mekanisme koping yakni sistem regulator dan kognator. Keluaran
dari sistem ini dapat berupa respons adaptif atau respons tidak
efektif.
Regulator dihubungkan dengan fungsi fisiologis sedangkan
kognator dihubungkan dengan konsep diri dan fungsi peran.
c) Elemen lingkungan
Lingkungan didefenisikan sebagai semua kondisi, keadaan, dan
faktor lain yang mempengaruhi perkembangan dan perilaku
individu atau kelompok.
d) Elemen sehat
Kesehatan didefenisikan sebagai keadaan yang muncul atau
proses yang terjadi pada mahluk hidup dan terintegrasi dalam
individu seutuhnya (Roy, 1984).
b. Proses adaptasi
Proses adaptasi melibatkan seluruh fungsi secara holistik,
mencakup semua interaksi individu dengan lingkungannya dan dibagi
menjadi dua proses, seperti yang berikut.
1. Proses yang ditimbulkan oleh perubahan lingkungan internal dan
eksternal. Perubahan ini merupakan stresor atau stimulus fokal.
Apabila stresor atau stimulus tersebut mendapat dukungan dari
faktor-faktor konseptual dan resitual maka akanmuncul interaksi
yang biasa disebut stres. Dengan demikian adaptasi sangat
diperlukan untuk mengatasi stres.
2. Proses mekanisme koping yang dirangsang untuk menghasilkan
respons adaptif atau tidak efektif. Hasil dari proses adaptasi adalah
suatu kondisi yang dapat meningkatkan pencapaian tujuan individu
mencakup kelangsungan hidup, pertumbuhan, reproduksi, dan
integritas.
8
c. Aplikasi Model Adaptasi Roy
Sistem Sosial
Sistem personal
Sistem Interpersonal
9
Menurut King system personal merupakan system terbuka
dimana didalamnya terdapat persepsi, adanya pola tumbuh kembang,
gambaran tubuh, ruang dan waktu dari individu dan lingkungan, kemudian
hubungan interpersonal merupakan suatu hubungan antara perawat dan
pasien serta hubungan social yang mengandung arti bahwa suatu interaksi
perawat dan pasien dalam menegakkan system social, sesuai dengan
situasi yang ada. Melalui dasar sistem tersebut, maka King memandang
manusia merupakan individu yang reaktif yakni bereaksi terhadap situasi,
orang dan objek. Manusia sebagai makhluk yang berorientasi terhadap
waktu tidak lepas dari masa lalu dan sekarang yang dapat mempengaruhi
masa yang akan datang dan sebagai makhluk social manusia akan hidup
bersama orang lain yang akan berinteraksi satu dengan yang lain.
Berdasarkan hal tersebut, maka manusia memiliki tiga kebutuhan
dasar yaitu:
1. Informasi kesehatan
2. Pencegah penyakit
3. Kebutuhan terhadap perawat ketika sakit.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, King mengemukakan
pendekatan teori yang terdiri dari komponen yang dapat digambarkan pada
gambar diatas.
Berdasarkan gambar tersebut, dapat dijelaskan bahwa konsep
hubungan manusia menurut King terdiri dari komponen:
1. Aksi merupakan proses awal hubungan dua individu dalam
berperilaku, dalam memahami atu mengenali kondisi yang ada dalam
keperawatn dengan gambaran hubungan perawat dank lien untuk
melakukan kontrak atau tujuan yang diharapkan.
2. Reaksi adalah suatu bentuk tindakan yang terjadi adanya aksi dan
meruapakn respons dari individu.
10
3. Interaksi merupakan suatu bentuk kerja sama yang saling
mempengaruhi antara perawat dan klien yang terwujud dalam
komunikasi.
4. Transaksi merupakan kondisi dimana antara perawat dan klien terjadi
suatu persetujuan dalam rencana tindakan keperawatan yang akan
dilakukan.
Perawat
Klien
11
adanya ketersediaan pelayanan kesehatan, tingkat pendidikan masyarakat,
transportasi, tempat rekreasi dan cakupan dari imunisasi didaerah yang
ada. Intervensi keperawatan diarahkan pada garis pertahanan dengan
penggunaan pencegahan primer, sekunder dan tersier.Model ini bertujuan
agar terjadi stabilitas klien dan keluarga dalam lingkungan yang
dinamis.Sehingga Betty Neuman menggambarkan peran perawat dapat
bersifat menyeluruh dan saling ketergantungan (interpendensi).
12
meliputi pengobatan secara rutin dan teratur serta pencegahan terhadap
adanya kerusakan lebih lanjut dari komplikasi suatu penyakit.Upaya
pencegahan tersebut dipentingkan kesehatan dan pemeliharaan kesehatan.
13
beradaptasi seperti ini dan memberikan asuhan keperawatan untuk
mengatasi masalah dalam memenuhi kebutuhan tersebut.8
a. Keperawatan Psikodinamik
14
Konstribusi Peplau dalam bidang keperawatan, khususnya
keperawatan psikiatri, sanga5t banyak. Tahun 1952, ia meluncurkan
bukunya yang berjudul interpersonal relations in Nursing. Peplau
membuat model keperawatan dengan istilah keperawatan
psikodinamik.Menurutnya, keperawatan psikodinamik merupakan
kemampuan seortang perawat untuk memahami tingkah lakunya guna
membantu orang lain, mengindetifikasi kesulitan yang dirasakannya,
dan untuk menerapkan prinsip hubungan manusia pada permasalahan
yang timbul di semua level pengalaman.
Fase orientasi
Pada fase ini, perawat dan klien bertindak sebagai dua individu
yang belum saling kenal mengenal. Selama fase orientasi, koien
merupakan seseorang yang memerlukan bantuan professional dan
perawat berperan membantu klien mengenali dan memahami
masalahnya serat menentukan apa myang klien perlukan saat itu. Jadi,
fase orientasi ini merupakan fase untuk menetukan adanya masalah.
Fase identifikasi
Pada fase ini, klien memberikan respons atau mengidentifikasi
persoalan yang ia hadapi bersama orang yang dianggap memahami
masalahnya. Respons setiap klien berbeda satu sama lain. Di sini
perawat melakukan eksplorasi perasaan dan membantu klien
menghadapi penyakit yang ia rasakan sebagai sebuah pengalaman
yang mengorientasi ulang perasaannya dan menguatkan kekuatan
positif pada pribadi klien serta memneri kepuasan yang diperlukan.
Fase eksploitasi
Pada fase 4 ini, perawat memberi layanan keperawatan
berdasarkan kebutuhan klien. Disinilah, masing-masing pihak mulai
merasa menjadi bagian integral dari proses interpersonal. Selama fase
15
eksploitasim, klien mengambil secara penuh nilai yang ditawarkan
kepadanya melalui sebuah hubungan.
Prisnsip tindakan pada fase ini adalah eksplorasi/menggali,
memahami keadaan klien, dan mencegah meluasnya masalah. Perawat
mendorong klien untuk menggali dan mengfungkapkan perasaan,
emosi, pikiran, serta sikapnya tanpa paksaan dan mempertahankan
suasana terapeutik yang mendukung.
Fase resolusi/terminasi
Pada fase resolusi, tujuan bersama antara perawat dan klien
sudah sampai pada tahap akhir dan keduanya siap mengakhiri
hubungan terapi utik yang selama ini terjalin.Fase resolusi terkadang
menjadi fase yang sulit bagi kedua bekah pihak, sebab disini dapat
terjadi peningkatan kecemasan dabn ketegangan jika ada hal-halk yang
belum terselesaikan pada masing-masing fase.Indicator keberhasilan
untuk fase ini adalah jika klien sudah mampu mandiri dan lepas dari
bantuan perawat. Selanjutnay, baik perawat maupun klien akan
menjadi individu yang matang dan lebih berpengalaman.4
16
2. Individu. Individu menurut eplau adalah organisme yang
mempunyai kemampuan untuk berusaha mengurangi ketegangan
yang ditimbulkan oleh kebutuhan.
3. Kesehatan. Peplau mendefinisikan kesehatan sebagai sebuah
symbol yang menyatakan secara tidak langsung perkembangan
progresif dari kepribadian dan proses kemanusiaan yang terus
menerus mengarah pada keadaan kreatif, konstruktif, produktif di
dalam kehidupan pribadi ataupun komunitas.
4. Lingkungan. Meskipun Peplau tidak secara langsung
menyebutkan lingkungan sebagai salah satu konsep utama dalam
perawatan, ia mendorong perawat untuk memperhatikan
kebudayaan da adat istiadat klien saat klien harus membiasakan
diri dengan rutinitas rumah sakit.
17
Konsep Teori Keperawatan Transkultural
18
belahan dunia (secara global) maupun masyarakat dalam lingkup yang
sempit.
Setiap faktor tersebut berbeda pada setiap negara atau area, sesuai
dengan kondisi masing-masing daerah, dan akan memengaruhi pola/cara
dan praktik keperawatan. semua langkah perawatan tersebut ditujukan
untuk pemeliharaan kesehatan holistik, penyembuhan penyakit, dan
persiapan menghadapi kematian. Oleh karena itu, ketujuh faktor tersebut
harus dikaji oleh perawat sebelum memberikan asuhan keperawatan
kepada klien sebab masing-masing faktor memberi pengaruh terhadap
ekspresi, pola, dan praktik keperawatan (care expression, pattern, and
practices).Dengan demikian, ketujuh faktor tersebut besar kontribusinya
terhadap pencapaian kesehatan secara holistik atau kesejahteraan manusia,
baik pada level individu, keluarga, kelompok, komunitas, maupun institusi
di berbagai sistem kesehatan. Jika disesuaikan dengan proses keperawatan,
ketujuh faktor tersebut masuk ke dalam level pertama yaitu tahap
pengkajian.
4
Asmadi. Konsep Dasar Keperawatan. Halaman 142
19
keperawatan, hal tersebut merupakan tahap perencanaan, tindakan
keperawatan.
20
sensitif, kreatif, serta cara-cara yang bermakna guna mencapai tingkat
kesehatan dan kesejahteraan bagi masyarakat.4
21
Berdasarkan empat kebutuhan tersebut, Jean Waston memahami
bahwa manusia adalah makhluk yang sempurna yang memiliki berbagai
macam ragam perbedaan, sehingga dalam upaya mencapai kesehatan,
manusia seharusnya dalam keadaan sejahtera baik fisik, mental dan
spiritual karena sejahtera merupakan keharmonisan antara pikiran, badan
dan jiwa sehingga untuk mencapai keadaan tersebut keperawatan harus
berperan dan meningkatkan status kesehatan, mencegah terjadinya
penyakit, mengobati berbagai penyakit dan penyembuhan kesehatan dan
fokusnya pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
22
b. Asumsi dasar tentang ilmu keperawatan Watson
23
7. Meningkatkan proses belajar-mengajar interpersonal.
8. Menyediakan lingkungan yang mendukung, melindungi, dan
memeperbaiki mental, sosiokultural, dan spiritual.
9. Membantu dlam pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
10. Mengembangkan faktor kekuatan eksistensial-fenomenologis.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
24
B. SARAN
25