A. Pendahuluan
merah dan gangguan produksi. Anemia relatif lebih sering terjadi pada pasien
gagal jantung.(3)
klasifikasi jenis ini, anemia dibagi menjadi anemia mikrositik, normositik dan
patologis. (3)
1
Penyakit anemia aplastik pertama kali di deskripsikan oleh Ehrlich
tulang sebagian besar kasus bersifat hipoplastik, bukan aplastik total, maka
Pada tujuh puluh persen kasus penyebab anemia aplastik didapat tidak
termasuk obat-obatan, infeksi virus, dan lain-lain. Gejala gejala yang timbul
2
B. Definisi
oleh penurunan atau tidak adanya produksi eritroid, mieloid, dan megakariosit
dalam sum-sum tulang dengan akibat adanya pansitopenia pada darah tepi,
Aplasia ini dapat terjadi hanya pada satu, dua, atau ketiga sistem
aplastik.(6)
C. Epidemiologi
Angka kejadian di Asia termasuk Cina, Jepang, Thailand, India, dan Indonesia
lebih tinggi dibandingkan dengan Eropa dan Amerika Serikat. Dari tahun
1980 sampai tahun 2003 tercatat 235 kasus anemia aplastik. Insidennya
adalah 3-6 kasus per 1 juta penduduk pertahun dan insiden meningkat
penyakit ini sangat jarang, anemia aplastik dapat menyerang segala umur dan
3
penyakit ini tergolong berpotensi menyebabkan kematian. Angka bertahan
(5,6,7)
hidup dari 3 bulan, 2 tahun dan 15 tahun adalah 73%,57%, dan 51%.
D. Etiologi
diketahui atau bersifat idiopatik. Secara etiologik penyakit ini dapat dibagi
a. Faktor congenital
b.Faktor didapat
dihubungkan dengan :
1. Bahan Kimia
penyebab dan sering digunakan dalam bahan kimia pabrik, sebagai obat,
meracuni tubuh dengan cara dihirup dan dengan cepat diserap oleh
4
tubuh, namun terkadang benzene juga dapat meresap melalui membran
mukosa dan kulit dengan intensitas yang kecil. Terdapat juga hubungan
(TNT), bahan peledak yang digunakan pada perang dunia pertama dan
kedua juga terbukti sebagai salah satu faktor penyebab anemia aplastik
fatal. Zat ini meracuni dengan cara dihirup dan diserap melalui kulit.
Kasus serupa juga diamati pada pekerja pabrik mesia di Great Britain
2. Obat
dalam kasus yang jarang. Hal ini disebabkan oleh dari beberapa
5
(sitostatika, preparat emas), dan obat dose independent (kloramfenikol,
3. Radiasi
Penyinaran yang bersifat kronis untuk radiasi dosis rendah atau radiasi
langsung oleh jumlah besar energi sinar yang dapat memutuskan ikatan
serangan tingkat tinggi dan molekul kecil reaktif yang dihasilkan dari
ionisasi atau radikal bebas yang terjadi pada larutan. Secara mitosis
energy tingkat tinggi sinar, yang dimana dapat menembus rongga perut.
6
4. Virus
5. Penyebab lain
bahwa anemia aplastik terjadi tujuh kali lipat pada pasien dengan
jelas.(8)
7
Gambar 1. Etiologi anemia aplastik (9)
viral, dan fasciitis eosinofilik. Jika pada seorang pasien tidak diketahui faktor
obat yang berlebihan. Obat yang banyak menyebabkan anemia aplastik adalah
8
misalnya mileran atau nitrosourea. Bahan kimia terkenal yang dapat
(milier). CMV dapat menekan produksi sel sumsum tulang melalui gangguan
pada sel-sel stroma sumsum tulang. Infeksi oleh HIV yang berkembang
studi dilakukan, virus yang pasti belum diketahui, namun diduga virus
Anemia aplastik sering sembuh setelah terminasi kehamilan, dan dapat terjadi
aplastik yang masuk akal, yang disimpulkan dari berbagai observasi klinis
9
aplastik. Keberhasilan transplantasi sumsum tulang untuk menyembuhkan
hemopoietik pada kelainan ini. Sel-sel T efektor tampak lebih jelas di sumsum
Klon sel-sel T imortal yang positif CD4 dan CD8 dari pasien anemia aplastik
oleh destruksi spesifik yang diperantrai sel-T ini. Pada seorang pasien,
virus atau pajanan obat tertentu atau zat kimia tertentu. Sangat sedikit bukti
adanya mekanisme lain, seperti toksisitas langsung pada stem cells atau
10
F. Gejala dan Tanda Klinik
berbahaya, yang disertai dengan penurunan sel darah merah secara berangsur
sehingga menimbulkan kepucatan, rasa lemah dan letih, atau dapat lebih hebat
dengan disertai panas badan namun pasien merasa kedinginan, dan faringitis
atau infeksi lain yang ditimbulkan dari neutropenia. Selain itu pasien sering
Menstruasi berat atau menorrhagia sering terjadi pada perempuan usia subur.
fatal. (8)
11
Pemeriksaan fisik secara umum tidak ada penampakan kecuali tanda
aplastik, biasanya ditemukan pada infeksi yang baru terjadi atau diagnosis
Pada tabel 3 terlihat bahwa pucat ditemukan pada semua pasien yang
diagnosis. (10)
12
Pemeriksaan Laboratorium
retikulosit yang rendah. Jumlah retikulosit biasanya kurang dari satu persen
berkembang dengan cepat, atau dari klon sel eritroid yang tidak normal.
pengurangan, tetapi fungsinya masih normal.1 Pada anemia ini juga dijumpai
kadar Hb <7 g/dl. Penemuan lainnya yaitu besi serum normal atau meningkat,
sedikit sel hematopoetik. Limfosit, plasma sel, makrofag, dan sel induk
sel lain dari pada meningkatnya elemen ini. Anemia aplastik berat sudah
sumsum tulang kurang dari 25 persen sel, atau kurang dari 50 persen sel
dengan kurang dari 30 persen sel hematopoetik, dengan paling sedikit jumlah
13
dan eritroid atau Burst Forming Unit-Erythroid (BFU-E) dengan pengujian
(NMRI) dapat digunakan untuk membedakan antara lemak sumsum dan sel
hemapoetik. Ini dapat memberikan perkiraan yang lebih baik untuk aplasia
Gambar 2. Spesimen sumsum tulang dengan biopsy dari pasien anemia aplastik. (8)
Gambar 3. Spesimen sumsum tulang dengan biopsy dari pasien normal. (8,11)
14
G. Diagnosis Laboratorium
dapat digolongkan sebagai satu dari tiga sebagai berikut : (a) hemoglobin
kurang dari 10 g/dl, atau hematokrit kurang dari 30%; (b) trombosit kurang
dari 50x109/L; dan (c) leukosit kurang dari 3.5x109/L, atau neutrofil kurang
hyperplasia eritroid fokal dengan deplesi segi granulosit dan megakarosit; dan
aplastik. Hal ini sangat penting dilakukan karena mengingat strategi terapi
yang akan diberikan. Kriteria yang dipakai pada umumnya adalah kriteria
Camitra et al. Tergolong anemia aplastik berat (severe aplastic anemia) bila
memenuhi kriteria berikut : paling sedikit dua dari tiga : (a) granulosit <
0.5x109/L; (b) trombosit < 20x109/L ; (c) corrected retikulosit < 1%.
Selularitas sumsum tulang < 25% atau selularitas < 50% dengan < 30% sel-
sel hematopoetik. Tergolong anemia aplastik sangat berat bila neutrofil <
15
0.2x109/L. Anemia aplastik yang lebih ringan dari anemia aplastik berat
H. Diagnosis Banding
dicari riwayat tentang penggunaan obat atau bahan lain yang dapat
didapatkan. (6)
pembesaran hati atau dan limpa, meskipun ujung limpa sedikit teraba pada
16
Selain trombositopenia, pemeriksaan darah tepi lainnya pada anak
dengan PTI umumnya normal sesuai dengan umurnya. Pada lebih kurang
cytometry terlihat trombosit pada PTI lebih aktif secara metabolic, yang
khas. (6)
kecuali bila terdapat sel blas dan limfosit yang lebih dari 90%, diagnosis
17
sitopenia, disfungsi elemen darah, dan kemungkinan terjadi komplikasi
monosomi 7q, dan trisomi 8. Pada MDS juga mungkin ditemukan adanya
I. Penatalaksanaan
b. Transfusi darah
terlampau sering, akan timbul depresi terhadap sumsum tulang atau dapat
18
yang sangat gawat (perdarahan masif, perdarahan otak dan sebagainya)
pasien anemia aplastik sejak tahun 70-an. Donor yang terbaik berasal dari
J. Prognosis
lebih baik.
baik.
masih tinggi.
menentukan prognosis.(6)
persen.(9)
DAFTAR PUSTAKA
19
1. Suryanty, R, Nelly R, Bidasari L. Peran Eritropoietin Pada Anemia Akibat
Keganasan Pada Anak Dalam Sari Pediatri. Vol. 7, No. 1. Sumatera:
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK USU/RS HAM. Juni 2005. Hal. 34-38.
2. Oehadian, A. Pendekatan Klinis Dan Diagnosis Anemia. Vol. 39 No. 6.
Bandung: Subbagian Hematologi Onkologi Medik. 2012.
3. Irawan, H. Pendekatan Diagnosis Anemia Pada Anak Dalam Cermin Dunia
Kedokteran. Vol.40, No.6. Jakarta: Fakultas Kedokteran Atma Jaya. 2013.
Hal. 422-5.
4. Isyanto, Abdulsalam M. Masalah Pada Tata Laksana Anemia Aplastik
Didapat Dalam Sari Pediatri. Vol. 7, No.1. Jakarta: FKUI. 2005. Hal.25-33.
5. Thaha, Lestari AA, Yasa. Diagnosis, Diagnosis Differensial Dan
Penatalaksanaan Immunosupresif Dan Terapi Sumsum Tulang Pada
Pasien Anemia Aplastik. Denpasar: FK Udayana. 2014.
6. Ugrasena, IDG. Anemia Aplastik Dalam Buku Ajar: Hematologi-Onkologi
Anak. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012. Hal. 10-13.
7. Deby, N.D. Indeks Produksi Retikulosit Sebagai Diagnosis Dini Anemia Aplastik.
Lampung: Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung. Volume 4, No. 7. 2015.
8. Laksmi N.M.D, dkk. Anemia Aplastik. Denpasar: Program Studi Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bagian Patologi Klinik
Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. 2013.
9. Singh P, Ankur S, Anisha K, Sonali M, Dan Abhinaf BC. Aplastic Anemia-
A Quick Review. Volume 7 Issue 5. USA: Published: 2017.
10. Widjanarko, A, Aru, W.S, Hans, S. Anemia Aplastik dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta: Interna Publishing. 2009. Hal 1116-1126.
11. Sianipar, N.B. Trombositopenia Dan Berbagai Penyebabnya. Malang:
Program Pendidikan Dokter Spesialis I, Departemen Ilmu Penyakit Dalam,
FK Universitas Brawijaya/RS Saiful Anwar, Malang, Indonesia. 2014.
20