Anda di halaman 1dari 82

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEPUASAN PELAYANAN DI POSYANDU


LANSIA PADA WILAYAH KERJA
PUSKESMAS MALANU
KOTA SORONG

HASIL PENELITIAN

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Untuk Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Program Studi Ilmu Keperawatan

Disusun Oleh:

ERNAWATI
NIM. 201502152B

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PAPUA
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SORONG
2017
LEMBAR PERSETUJUAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


KEPUASAN PELAYANAN DI POSYANDU
LANSIA PADA WILAYAH KERJA
PUSKESMAS MALANU
KOTA SORONG

Yang Dipersiapkan dan Disusun Oleh :

ERNAWATI
201502152B

Telah disetujui untuk diseminarkan pada :

Hari/ Tanggal : Maret 2017


Jam : WIT
Tempat : Kampus STIKES Papua Sorong

Pembimbing I Pembimbing II

Ns.Inggerid A.Manoppo,S.Kep.,M.Kep Ns.Alva.CH.Mustamu,S.Kep,CWCS


NIDN :1222048701

Mengetahui :

Ka. Biro Administrasi Akademik Kemahasiswaan

Lidya S. Leiwakabessy, A.Md,. Kom,. S.KM.


NUPN : 9912003550

ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : ERNAWATI

Nim : 201502152B

Program Studi : ILMU KEPERAWATAN

Menyatakan dengan ini sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar

merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pemikiran

orang lain. Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian

atau keseluruhan skripsi ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi

atas perbuatan tersebut.

Sorong, Maret 2017


Yang Menyatakan

ERNAWATI

iii
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PAPUA SORONG
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

ERNAWATI
201502152B
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PELAYANAN
DI POSYANDU LANSIA PADA WILAYAH KERJA PUSKESMAS MALANU
KOTA SORONG

(xiii + 65 Halaman + 4 Tabel + 2 Gambar + 8 Lampiran)

ABSTRAK

Kepuasan pelayanan sangat mempengaruhi kunjungan pasien. Makin baik


pelayanan yang diberikan kepada pasien maka makin tinggi pula tingkat kepuasan
pasien. Jika lansia merasa puas maka kehadiran lansia di posyandu lansia akan
semakin bertambah. Namun dalam 2 tahun terakhir ternyata terdapat penurunan
penurunan kunjungan di Posyandu Lansia Puskesmas Malanu dengan rata- rata
kunjungan 242 orang pada tahun 2016 dari 252 orang di tahun 2015. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh sikap petugas, pengetahuan, dukungan
keluarga terhadap kepuasan pelayanan di posyandu lansia pada wilayah kerja
Puskesmas Malanu.
Metode penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional.
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 86 responden yang berusia 50-70 tahun yang
diambil dengan teknik purposive sampling di posyandu lansia pada wilayah kerja
Puskesmas Malanu.
Hasil uji chi-square menunjukan bahwa ada pengaruh sikap petugas (p=0,036)
dan pengetahuan (p=0,001), dengan kepuasan lansia, tetapi tidak ada pengaruh
dukungan keluarga dengan kepuasan lansia (p= 0,516).
Kesimpulan penelitian ini adalah faktor sikap petugas dan pengetahuan
sangat mempengaruhi pelayanan di posyandu lansia oleh sebab itu kualitas
pelayanan harus lebih ditingkatkan dengan melakukan upaya untuk meningkatkan
program kegiatan posyandu seperti penyuluhan tentang penyakit yang sering diderita
usila, melakukan home visit untuk pasien yang tidak mampu untuk datang ke
posyandu lansia serta promosi tentang posyandu lansia sehingga tidak merasa bosan
dengan pemeriksaan rutin yang biasa dilakukan agar lansia tetap puas dan terus
berkunjung di Posyandu Lansia guna meningkatkan kesehatan.

Kata Kunci : Kepuasan Lansia, Sikap Petugas, Pengetahuan,


Dukungan Keluarga
Jumlah pustaka : 50 (2000-2015)

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

Rahmat, Hidayah serta kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil

penelitian ini dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pelayanan

di Posyandu Lansia pada Wilayah Kerja Puskesmas Malanu Kota Sorong dalam

rangka memenuhi sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Keperawatan

Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan STIKES PAPUA

Kota Sorong.

Terwujudnya hasil penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang

telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide - ide, maupun

pemikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Drs. Hendrik Sagrim, M.Si., selaku Ketua Yayasan Pemberdayaan Masyarakat

Papua (YPMP)

2. Dr. Marthen Sagrim, SKM., M.Kes., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (STIKES) Papua Sorong

3. Ns. Hansen M. Su, S.Kep., MA., M.Kep., selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan, serta selaku Dosen Wali selama di bangku kuliah.

4. Ns. Inggerid Agnes Manoppo,S.Kep.,M.Kep selaku pembimbing I banyak

memberikan pengetahuan, motivasi, saran dan bimbingan dalam penyusunan

hasil penelitian sehingga hasil penelitian ini dapat terselesaikan.

v
5. Ns. Alva.CH.Mustamu,S.Kep.,M.Kep,CWCS selaku pembimbing II banyak

memberikan motivasi, saran dan bimbingan dalam penyusunan hasil penelitian

sehingga hasil penelitian ini dapat terselesaikan.

6. Demianus F. Wonatorey, S.Sit., M.Kes selaku penguji I yang telah membuka

wawasan penulis dan memberikan banyak masukan-masukan yang sangat

berharga untuk penyempurnaan hasil penelitian ini.

7. Ns. Sherly A. Marcus, S.Kep., M.Kes selaku penguji II yang telah memberikan

masukan-masukan yang sangat berharga dalam penyempurnaan hasil penelitian

ini.

8. Pengelola Program Studi Ilmu Keperawatan, serta semua dosen STIKES Papua

Sorong beserta seluruh pengelola akademik, yang telah memberikan ilmu serta

arahan dan sebagai motivasi selama perkuliahan dan sampai penulisan hasil

penelitian ini.

9. dr.Kartini W.O.Polii selaku Kepala Puskesmas Malanu Kota Sorong, yang

telah mengijinkan dan memberikan waktu kepada penulis untuk mengambil

data di puskesmas.

10. Seluruh pegawai Puskesmas Malanu, terima kasih karena telah memberikan

kemudahan dan bantuan kepada penulis dalam menyusun hasil penelitian.

11. Kedua Orang Tua tercinta bapak Rusimin dan Mama tersayang Ngaisah

dengan doa, dorongan dan bantuan selama ini.

12. Suamiku Taufik, buah hatiku tersayang Ferry,Rara,Harith,adik Imam yang

selalu menjadi motivasi dan membantu serta memberikan dukungannya selama

penulis mengikuti pendidikan.

vi
13. Seluruh rekan-rekan mahasiswa/i Program B, angkatan 2015 STIKES Papua

Sorong yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam penyusunan

hasil penelitian ini.

14. Semua pihak yang telah membantu penulis selama ini yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna. Masih

banyak hal-hal yang harus diperbaiki, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan

saran dari penguji untuk perbaikan hasil penelitian ini. Akhir kata, semoga hasil

penelitian ini dapat bermanfaat.

Sorong, Maret 2017

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................. iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Posyandu Lansia ....................................................................................... 6
B. Kepuasan ................................................................................................. 11
C. Sikap ....................................................................................................... 26
D. Pengetahuan ............................................................................................ 31
E. Dukungan keluarga ................................................................................. 35
F. Kerangka Teori ....................................................................................... 40

G. Kerangka Konsep .................................................................................... 42

H. Definisi Operasional ............................................................................... 43

I. Hipotesis Penelitian ................................................................................ 44

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian........................................................................................ 46

viii
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 46
C. Populasi dan Sampel ............................................................................... 46
D. Teknik Sampling ..................................................................................... 48
E. Instrumen Penelitian ............................................................................... 48
F. Pengolahan Data ..................................................................................... 49
G. Analisa dan Penyajian Data .................................................................... 50
H. Etika Penelitian ....................................................................................... 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil ........................................................................................................ 53
B. Pembahasan............................................................................................. 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ............................................................................................. 63
B. Saran ....................................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA...66

LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan


Pelayanan Di Posyandu Lansia Pada Wilayah Kerja Puskesmas Malanu
Kota Sorong Tahun 2017 ....................................... ... 54

Tabel 4.2 Pengaruh Sikap Petugas Terhadap Kepuasan Lansia .. 55

Tabel 4.3 Pengaruh Pengetahuan Terhadap Kepuasan Lansia ......... 56

Tabel 4.4 Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Kepuasan Lansia .. ... 58

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka teori ....................................................................................41

Gambar 2.2 Kerangka konsep ................................................................................42

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 Surat Ijin pengambilan data awal di Puskesmas Malanu Kota Sorong

Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian di Puskesmas Malanu Kota Sorong

Lampiran 6 Surat Ijin Telah Selesai Melakukan Penelitian di Puskesmas Malanu


Kota Sorong

Lampiran 7 Master Tabel

Lampiran 8 Tabel Frekuensi dan Crostabb

xii
DAFTAR SINGKATAN

DEPKES RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia


Hb : Haemoglobin
KOMNASLANSIA : Komisi Nasional Lansia
LANSIA : Lanjut Usia
LSM : Lembaga Sosial Masyarakat
POSYANDU : Pos Pelayanan Terpadu
PKK : Pembinaan Kesejahteran Keluarga
WHO : World Health Organization
IMT : Indeks Massa Tubuh

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia

lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh

masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayaan kesehatan (Ismawati

dkk, 2010). Sasaran Posyandu Lansia meliputi beberapa kelompok dimana

ada sasaran langsung dan sasaran tidak langsung. Sasaran langsung adalah

usia virilitas/pra senilis 45 sampai dengan 59 tahun, Lansia 60 sampai dengan

69 tahun, dan Lansia risiko tinggi yaitu usia lebih dari 70 tahun. Sedangkan

sasaran yang tidak langsung adalah keluarga di mana Lansia berada,

masyarakat di lingkungan Lansia, organisasi sosial yang bergerak di dalam

pembinaan kesehatan Lansia, petugas kesehatan yang melayani kesehatan

Lansia dan masyarakat luas (Departemen Kesehatan RI, 2006).

Berbagai Kegiatan posyandu lansia yang ada banyak memberikan

manfaat bagi para usila. Pemanfaatan Posyandu Lansia bertujuan agar

kesehatan lansia dapat terpelihara dan terpantau secara optimal.Bagi lansia

yang tidak aktif memanfaatkan pelayanan kesehatan di posyandu lansia, maka

kondisi kesehatan mereka tidak dapat terpantau dengan baik, sehingga apabila

mengalami suatu resiko penyakit akibat penurunan kondisi tubuh dan proses

penuaan dikhawatirkan dapat berakibat fatal dan mengancam jiwa mereka

(yuniati dan dewi, 2015).

1
2

Badan kesehatan dunia WHO bahwa penduduk lansia di Indonesia pada

tahun 2020 mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta

orang. Meningkatnya jumlah penduduk lansia dapat dilihat berdasarkan hasil

prediksi Badan Pusat Statistik Nasional persentase penduduk lanjut usia akan

mencapai 9,77 persen dari total penduduk pada tahun 2010 dan menjadi 11,34

persen pada tahun 2020. Jumlah lanjut Usia Di Indonesia Penduduk Lanjut

usia dua tahun terakhir mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun

2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta jiwa dan meningkat

menjadi 20.547.541 pada tahun 2009. (Anggreini,2014).

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2015) jumlah penduduk lanjut usia

di provinsi Papua barat mencapai 132.573 jiwa apabila dibandingkan dengan

rasio penduduk total di provinsi Papua Barat yang berjumlah 871.510 jiwa

(Biro Pusat Statistik, 2015). Peningkatan usia harapan hidup (UHH) secara

global,menyebabkan populasi penduduk dengan kelompok lansia bertambah

menjadi dua kali lipat (komnaslansia,2010). Oleh karena itu diperlukan suatu

upaya pelayanan terhadap penduduk lansia agar memperoleh kesehatan yang

baik.

Berdasarkan hasil data yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Kota

Sorong pada 2014 jumlah lansia sebesar 12.471 orang dan pada periode yang

sama di tahun 2015 jumlah lansia mencapai 15.239 orang dari 6 puskesmas di

tahun 2016 yang merupakan binaan dari Dinas Kesehatan Kota Sorong. Salah

satu puskesmas tersebut yaitu Puskesmas Malanu yang memiliki 7 posyandu

lansia dengan jumlah lansia sebanyak 769 orang yang terdaftar.


3

Menurut Wiyono (2016), Kepuasan pelayanan sangat mempengaruhi

kunjungan pasien. Makin baik pelayanan yang diberikan kepada pasien maka

makin tinggi pula tingkat kepuasan pasien. Jika lansia merasa puas maka

kehadiran lansia di posyandu lansia akan semakin bertambah.

Namun pada hasil observasi awal yang di laksanakan oleh peneliti,data

yang diperoleh dalam 2 tahun terakhir ternyata terdapat penurunan dengan

rata-rata kunjungan di periode Januari Desember tahun 2016 sebanyak 242

orang dari 252 orang di periode yang sama di tahun 2015. Sedangkan rata-

rata kunjungan di posyandu lansia sebanyak 34 orang setiap bulannya. Hal

ini tentunya tidak sebanding antara kunjungan dengan jumlah lansia yang

sudah terdaftar di posyandu lansia (Puskesmas Malanu, 2016).

Berdasarkan hasil wawancara dengan 20 orang anggota posyandu lansia

di peroleh data bahwa 12 orang mengatakan petugas datang sering terlambat

dan anggota posyandu lansia beranggapan bahwa datang ke posyandu lansia

hanya untuk sekedar untuk berobat, serta ada juga yang mengatakan bahwa

kurangnya dukungan keluarga, karena tidak ada yang mengantar untuk datang

ke posyandu lansia. Sehingga terjadinya penurunan kunjungan pada setiap

posyandu lansia. Adanya penurunan kunjungan lansia tentunya sangat

berpengaruh terhadap kepuasan lansia di setiap posyandu lansia.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul Faktor faktor yang mempengaruhi kepuasan

pelayanan di posyandu lansia pada wilayah kerja Puskesmas Malanu Kota

Sorong.
4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan data di atas rendahnya kunjungan lansia belum diketahui

penyebab nya secara pasti, oleh karena itu penulis tertarik ingin mengetahui

Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan Kepuasan Pelayanan di

Posyandu Lansia Pada Wilayah Kerja Puskesmas Malanu Kota Sorong ?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk diketahuinya faktor faktor yang mempengaruhi

kepuasan pelayanan di posyandu lansia pada wilayah kerja Puskesmas

Malanu Kota Sorong.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk diketahuinya pengaruh sikap petugas terhadap kepuasan di

pelayanan posyandu lansia pada wilayah kerja puskesmas Malanu

Kota Sorong.

b. Untuk diketahuinya pengaruh pengetahuan terhadap kepuasan di

pelayanan posyandu lansia pada wilayah kerja puskesmas Malanu

Kota Sorong.

c. Untuk diketahuinya pengaruh dukungan keluarga terhadap kepuasan

di pelayanan posyandu lansia pada wilayah kerja puskesmas Malanu

Kota Sorong.
5

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Penelitian ini digunakan bahan informasi untuk penelitian

selanjutnya terutama tentang kepuasan pelayanan di posyandu lansia.

2. Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, menambah

referensi bacaan dan sarana informasi yang nantinya akan berguna bagi

peneliti lain yang juga tertarik dalam penelitian ini untuk memperkaya

khasanah ilmu pengetahuan.

3. Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi

puskesmas untuk lebih meningkatkan kualitas dalam memberikan

pelayanan di posyandu lansia.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Posyandu Lansia

1. Pengertian

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) lanjut usia adalah suatu wadah

pelayanan kepada lanjut usia di masyarakat, yang proses pembentukan dan

pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga swadaya

masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non-pemerintah, swasta,

organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan

kesehatan pada upaya promotif dan preventif (Komnaslansia,2010).

Disamping pelayanan kesehatan, di Posyandu Lanjut Usia juga

dapat diberikan pelayanan sosial, agama, pendidikan, ketrampilan, olah

raga dan seni budaya serta pelayanan lain yang dibutuhkan para lanjut usia

dalam rangka meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan kesehatan

dan kesejahteraan mereka. Selain itu mereka dapat beraktifitas dan

mengembangkan potensi diri. (Komnaslansia,2010). Posyandu lansia

adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan

oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis

untuk pengembangan sumber daya manusia khususnya lanjut usia (Depkes

RI, 2006).

Posyandu Lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat

usia lanjut disuatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang

digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan

6
7

kesehatan. Posyandu lansia merupakan pengembangan dari

kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang

penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran

serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam

penyelenggaraannya (Alfin, 2012).

Jadi, Posyandu Lansia adalah sebuah wadah, tempat pelayanan

terpadu yang diperuntukkan bagi lansia di suatu daerah tertentu yang

didalamnya terdapat pelayanan kesehatan, dan kegiatan peningkatkan

kesehatan serta kesejahteraan lansia yang dalam pelaksanaannya

melibatkan peran masyarakat dan organisasi sosial.

2. Manfaat dan Tujuan Posyandu Lansia

Manfaat posyandu lansia menurut Depkes RI (2006) adalah :

a. Kesehatan fisik usia lanjut dapat dipertahankan tetap bugar

b. Kesehatan rekreasi tetap terpelihara

c. Dapat menyalurkan minat dan bakat untuk mengisi waktu luang

Sedangkan tujuan pembentukan dari posyandu lansia secara garis besar

menurut Depkes RI (2006) antara lain :

a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat

sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan

kebutuhan lansia

b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat

dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan

komunikasi antara masyarakat usia lanjut.


8

3. Sasaran Posyandu Lansia

a. Sasaran langsung, yang meliputi pra lanjut usia (45-59 tahun), usia

lanjut (60-69 tahun), usia lanjut risiko tinggi (>70 tahun atau 60 tahun

atau lebih ) dengan masalah kesehatan.

b. Sasaran tidak langsung, yang meliputi keluarga dimana usia lanjut

berada, masyarakat di lingkungan usia lanjut, organisasi sosial yang

peduli terhadap pembinaan kesehatan usia lanjut, petugas kesehatan

yang melayani kesehatan usia lanjut, petugas lain yang menangani

kelompok usia lanjut dan masyarakat luas (Effendy, 2009).

4. Tingkat Perkembangan Kelompok Lansia

Tingkat Perkembangan Kelompok Lansia dapat digolongkan

menjadi 4 tingkatan yaitu : Penentuan tingkat perkembangan kelompok

Lansia didasarkan indikator terendah yang terdiri dari pratama, madya,

purnama dan mandiri.

a. Kelompok lansia pratama adalah kelompok yang belum mantap,

kegiatan yang terbatas dan tidak rutin setiap bulan dengan

frekuensi < 8 kali, jumlah kader aktif terbatas, serta masih

memerlukan dukungan dan dari pemerintah.

b. Kelompok lansia madya adalah kelompok yang telah berkembang

dan melaksanakan kegiatan hampir setiap bulan paling sedikit 8

kali setahun, jumlah kader aktif lebih dari 3 dengan cakupan

program 50% serta masih memerlukan dukungan dana dari

pemerintah.
9

c. Kelompok lansia purnama adalah kelompok yang sudah mantap

dan melaksanakan kegiatan secara lengkap paling sedikit 10 kali

stahun dengan beberapa kegiatan tambahan diluar kesehatan dan

cakupan lebih tinggi (60%).

d. Kelompok lansia mandiri adalah kelompok purnama dengan

kegiatan tambahan yang beragam dan telah mampu membiayai

kegiatannya dengan dana sendiri (Depkes RI, 2006).

5. Mekanisme Pelayanan Posyandu lansia

Penyelenggaraan posyandu lansia dilaksanakan oleh kader kesehatan

yang terlatih, tokoh dari PKK, tokoh masyarakat dibantu oleh tenaga

kesehatan dari puskesmas setempat baik seorang dokter bidan atau

perawat, penyelengaraan posyandu lansia dilakukan dengan sistem 5 meja

meliputi :

a. Meja 1 tempat pendaftaran

b. Meja 2 tempat penimbangan dan pencatatan berat badan, pengukuran

dan pencatatan tinggi badan serta penghitungan index massa tubuh

(IMT)

c. Meja 3 tempat melakukan kegiatan pemeriksaan dan pengobatan

sederhana (tekanan darah, gula darah, Hb dan pemberian vitamin, dan

lain - lain)

d. Meja 4 tempat melakukan kegiatan konseling (kesehatan, gizi dan

kesejahteraan)
10

e. Meja 5 tempat memberikan informasi dan melakukan kegiatan sosial

(pemberian makan tambahan, bantuan modal, pendampingan, dan lain

lain sesuai kebutuhan) (KomNasLansia, 2010)

6. Bentuk Kegiatan Pelayanan dalam Posyandu Lansia

Dalam kegiatan posyandu lansia dibagi menjadi 10 tahap pelayanan,yaitu:

a. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari / activity of daily living,

meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan seperti makan, minum,

berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur dan buang air.

b. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan

mental emosional

c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan

pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks massa tubuh.

d. Pengukuran tekanan darah serta denyut nadi.

e. Pemeriksaan hemoglobin

f. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya

penyakit gula

g. Pemeriksaan adanya protein dalam air seni sebagai deteksi awal

penyakit ginjal.

h. Pelaksanaan rujukan ke puskesmas bila mana ada keluhan atau

ditemukan kelainan pada pemeriksaan nomor 1 sampai 7

i. Penyuluhan bisa dilakukan didalam atau diluar kelompok dalam

rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai


11

dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau

kelompok usia lanjut.

j. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia

lanjut yang tidak datang , dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan

masyarakat. (Depkes RI, 2006).

Pelayanan yang dilakukan di posyandu merupakan pelayanan

ujung tombak dalam penerapan kebijakan pemerintah untuk

pencapaian lanjut usia sehat, mandiri dan berdaya guna. Oleh karena

itu arah dari kegiatan posyandu tidak boleh lepas dari konsep active

ageing/menua secara aktif. Active Aging adalah proses optimalisasi

peluang kesehatan, partisipasi dan keamanan untuk meningkatkan

kualitas hidup di masa tua. Jika seseorang sehat dan aman, maka

kesempatan berpartisipasi bertambah besar. Masa tua bahagia dan

berdayaguna tidak hanya fisik tetapi meliputi emosi, intelektual,

sosial, vokasional dan spiritual yang dikenal dengan dimensi wellness.

Wellness merupakan suatu pendekatan yang utuh untuk mencapai

menua secara aktif (KomNasLansia, 2010).

B. Kepuasan

1. Pengertian

Menurut Supranto (2006), kepuasan adalah tingkat perasaan

seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang dirasakan dengan

harapannya.Jadi, tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara

kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja dibawah harapan,


12

maka pasien akan kecewa. Bila kinerja sesuai dengan harapan, pasien akan

puas. Harapan pasien dapat dibentuk dari pengalaman masa lalu, komentar

dari kerabatnya serta janji dan informasi dari pemasar dan saingannya

Menurut Kotler (2007), kepuasan adalah perasaan senang atau

kecewa yang muncul setelah membandingkan antara persepsi terhadap

kinerja atau hasil suatu produk atau jasa dan harapan-harapan. Kepuasan

pasien merupakan reaksi emosional terhadap kualitas pelayanan yang

dirasakan dan kualitas pelayanan yang dirasakan merupakan pendapat

menyuluruh atau sikap yang berhubungan dengan keutamaan pelayanan.

Dengan kata lain kepuasan pelanggan adalah kualitas pelayanan yang

dipandang dari kepentingan konsumen.

Dua teori dalam memahami kepuasan pada konsumen yaitu

sebagai berikut:

a. The Expentacy Disconfirmation Model

Oliver menyampaikan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan

konsumen adalah hasil perbandingan antara harapan dan pra pembelian

atau pemilihan atau pengambilan keputusan (prepurchase expectation)

yaitu keyakinan kinerja yang diantisipasi dari suatu produk atau jasa

dan dibandingkan dengan hasil yang diperoleh (Kotler, 2007).

b. Equity Theory

Dikemukakan oleh Stacy Adams tahun 1960, dua komponen yang

terpenting dalam teori ini, yaitu apa yang didapat (Input) dan apa yang

dikeluarkan (Outcomes). Prinsip dari teori ini adalah bahwa orang akan
13

merasa puas tergantung pada apakah ia merasakan keadilan (equity)

atau tidak atas suatu situasi. Jika input dan output orang/jasa yang

dijadikan perbandingan maka kondisi itu disebut puas.

Menurut Pohan (2007), Pasien baru akan merasa puas apabila

kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya sama atau melebihi

harapannya dan sebaliknya, ketidak puasan atau perasaan kecewa

pasien akan muncul apabila kinerja layanan kesehatan yang

diperolehnya itu tidak sesuai dengan harapannya. Kepuasan pasien

adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari

kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien

membandingkannya dengan apa yang diharapkannya. Kepuasan pasien

adalah keluaran (Outcome) layanan kesehatan.Dengan demikian,

kepuasan pasien merupakan salah satu tujuan dari peningkatan mutu

pelayanan kesehatan (Pohan, 2007).

Kotler (2007), mendefinisikan bahwa kepuasan pasien adalah

tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang

dirasakan dengan harapannya. Kepuasan pasien merupakan nilai

subjektif terhadap kualitas pelayanan yang diberikan. Walaupun

subjektif tetap ada dasar objektifnya (Wahyudi, 2009).

Menurut Sabarguna (2008), kepuasan pasien merupakan nilai

subyektif terhadap kualitas pelayanan yang diberikan. Tapi walaupun

subyektif tetap ada dasar obyektifnya, artinya walaupun penilaian itu

dilandasi oleh pengalaman masa lalu, pendidikan, situasi psikis waktu


14

itu dan pengaruh lingkungan waktu itu, tetapi tetap akan didasari oleh

kebenaran dan kenyataan obyektif yang ada terdapat beberapa teori

mengenai kepusaan. Teori yang menjelaskan apakah pasien sangat

puas, puas, tidak puas adalah teori performasi yang diharapkan

(expectation-performance theory) yang menyatakan bahwa kepuasan

adalah fungsi dari harapan pasien tentang jasa dan performasi yang

diterimanya. Jika jasa sesuai dengan harapannya ia akan puas; jika jasa

kurang sesuai dengan yang diharap, ia akan merasa tidak puas.

Kepuasan atau ketidak puasan pasien akan meningkat jika ada jarak

yang lebar antara harapan dan kenyataan performasi pelayanan.

Beberapa pasien cenderung memperkecil kesenjangan dan mereka akan

terkurangi rasa ketidakpuasannya (Purnomo, 2002).

2. Dimensi Kepuasan Pasien

Dimensi pelayanan kesehatan yang mempengaruhi Kepuasan pasien

terdiri dari 5 dimensi meliputi :

a. Tangibles (Bukti Fisik)

Bukti nyata adalah bukti langsung yang meliputi fasilitas fisik,

perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi. Sedangkan Lerbin R.

Aritonang (2005) mengatakan bahwa bukti langsung meliputi fasilitas

fisik, peralatan dan penampilan pekerja. Tangibles (Wujud Nyata)

adalah wujud langsung yang meliputi fasilitas fisik, yang mencakup

kemutahiran peralatan yang digunakan, kondisi sarana, kondisi SDM


15

(sumber daya manusia) termasuk penampilan dari tim kesehatan serta

karyawan rumah sakit (Tjiptono, 2006).

b. Reliability (Kehandalan)

Kehandalan adalah kemampuan untuk memberikan pelayanan

yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan. Sedangkan

Lerbin R. Aritonang (2005) mengatakan bahwa reliability

menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan

secara akurat dan handal, bertanggung jawab atas apa yang dijanjikan,

tidak pernah memberikan janji yang berlebihan dan selalu memenuhi

janjinya (Tjiptono, 2006).

c. Responsiveness (Ketanggapan)

Daya tanggap merupakan kemampuan para staf untuk

membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan

tanggap. Sedangkan Lerbin R. Aritonang R (2005), mengatakan

bahwa daya tanggap mencakup keinginan untuk membantu pelanggan

dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat; selalu memperoleh

definisi yang tepat dan segera mengenai pelanggan (Tjiptono, 2006).

d. Assurance (Jaminan)

Jaminan meliputi kemampuan, kesopanan dan sifat dapat

dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko atau

keragu-raguan.Sedangkan Lerbin R Aritonang R (2005), mengatakan

bahwa jaminan terdiri dari empat (4) hal yang mencakup Competency

yaitu kepemilikan ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan.


16

Courtecy mencakup kesopanan, rasa hormat,perhatian dan keramahan

pelayan. Credibility mencakup kepercayaan terhadap kejujuran dari si

pemberi jasa. Security mencakup kebebasan dari bahaya, resiko atau

keragu-raguan (Tjiptono, 2006).

e. Empathy (Empati/Perhatian/Kepedulian)

Kepedulian adalah kemudahan dalam melakukan hubungan,

komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan

para pelanggannya, Sedangkan Lebin R Aritonang R (2005),

menyatakan bahwa kepedulian mencakup (3) tiga hal yakni;

Accessibility yaitu kemudahan untuk mendekati dan menghubungi.

Communication Skills yaitu pemberian informasi kepada pelanggan

dengan bahasa yang dapat dimengerti dan mendengarkan tanggapan,

mendengarkan pertanyaan pelanggan. Understandingthe customer

yaitu perlunya usaha untuk mengetahui pelanggan dan kebutuhan

khususnya (Tjiptono, 2006).

Dalam perkembangan berikutnya, Parasuraman mengemukakan 10

faktor yang mempengaruhi kualitas yang ada dengan dirangkum menjadi 5

faktor pokok dalam keunggulan pelayanan, yaitu :

a. Bukti fisik (Tangibles), bukti langsung yang meliputi fasilitas fisik,

perlengkapan dan material yang digunakan rumah sakit dan

penampilan karyawan yang ada.


17

b. Reliabilitas (reliablility) berkaitan dengan kehandalan kemampuan

rumah sakit untuk memberikan pelayanan yang segera dan akurat

sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan apapun dan memuaskan

c. Daya tanggap (responsiveness), sehubungan dengan kesediaan dan

kemampuan para karyawan untuk membantu para pasien dan

merespon permintaan mereka dengan tanggap, serta

menginformasikan jasa secara tepat.

d. Jaminan (assurance) yakni mencakup pengetahuan, ketrampilan,

kesopanan, mampu menumbuhkan kepercayaan pasiennya. Jaminan

juga berarti bahwa bebas bahaya, resiko dan keragu-raguan.

e. Empati (empathy) berarti kemudahan dalam melakukan hubungan

komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan

pasien sebagai pelanggan dan bertindak demi kepentingan pasien.

Dari hasil penelitian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk

meningkatkan kepuasan pasien perlu memperhatikan 5 dimensi mutu yang

meliputi Bukti fisik (Tangibles), kehandalan (Reliability), ketanggapan

(Responsiveness), jaminan (Assurance) dan perhatian (Emphaty). Pada

mutu bukti fisik atribut yang perlu diperhatikan adalah kelengkapan

peralatan rumah sakit, pada mutu kehandalan diperhatikannya kepastian

jam pemberian pelayanan yang diberikan kepada pasien, mutu jaminan

perlu menerapkan keramahan petugas waktu memberikan pelayanan, serta

pada mutu perhatian, pemberian perhatian secara individu/perseorangan

terhadap pasien.
18

3. Tingkat Kepuasan Pasien

Tingkat kepuasan pasien dapat diukur baik kuantitatif maupun secara

kualitatif. Berbagai pengalaman pengukuran tingkat kepuasan pasien

menunjukkan bahwa upaya untuk mengukur tingkat kepuasan pasien tidak

mudah. Upaya memperoleh informasi yang diperlukan untuk mengukur

tingkat kepuasan pasien akan berhadapan dengan suatu kendala kultural,

yaitu terdapatnya suatu kecenderungan masyarakat yang enggan atau tidak

mau mengemukakan kritik, apalagi terhadap fasilitas pelayanan kesehatan

milik pemerintah. Sebagian besar fasilitas layanan kesehatan yang

digunakan masyarakat dari golongan strata bawah adalah fasilitas layanan

kesehatan milik pemerintah (Wahyudin, 2006).

Tingkat kepuasan adalah perbedaan antara kinerja yang dirasakan

dengan harapan. Dengan demikian apabila dikaitkan dengan pelanggan,

maka pelanggan dapat merasakan hal-hal sebagai berikut:

a. Kalau kinerjanya dibawah harapan, pelanggan akan merasa kecewa;

b. Kalau kinerjanya sesuai harapan, pelanggan akan merasa puas;

c. Kalau kinerjanya melebihi harapan, pelanggan akan sangat puas.

Tingkat kepuasan pasien yang akurat dibutuhkan dalam upaya

peningkatan mutu layanan kesehatan. Olehnya itu, pengukuran tingkat

kepuasan pasien perlu dilakukan secara berkala, teratur, akurat, dan

berkesinambungan.

Menurut Sabarguna (2008), Penilaian kepuasan pasien penting

diketahui karena berikut ini :


19

1) Bagian dari mutu pelayanan

2) Berhubungan dengan pemasaran rumah sakit:

a) Pasien yang puas akan memberi tahu pada teman, keluarga dan

tetangga.

b) Pasien yang puas akan datang lagi kontrol atau membutuhkan

pelayanan yang lain.

c) Iklan dari mulut ke mulut akan menarik pelanggan yang baru.

3) Berhubungan dengan prioritas peningkatan pelayanan dalam dana

yang terbatas, peningkatan pelayanan harus selektif, dan sesuai

dengan kebutuhan pasien.

4) Analisis kuantitatif

Dengan bukti hasil survei berarti tanggapan tersebut dapat

diperhitungkan dengan angka kuantitatif tidak perkiraan atau

perasaan belaka, yang dapat memberikan kesempatan pada berbagai

pihak untuk diskusi.

4. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pasien

Pengukuran harapan pasien dapat dilakukan dengan membuat

kuisioner yang berisi aspek-aspek layanan kesehatan yang dianggap

penting oleh pasien. Pasien diminta menilai setiap aspek yang tadi, sesuai

dengan tingkat kepentingan aspek tersebut bagi pasien yang bersangkutan.

Penilaian pasien terhadap kinerja layanan kesehatan juga dilakukan dengan

menggunakan Skala Guttman yang akan memberikan respon yang

tegas, yang terdiri atas dua alternatif. Penelitian menggunakan skala


20

ini jika peneliti menginginkan suatu jawaban yang tegas dari suatu

permasalahan yang ditanyakan. Jawaban yang diperoleh dari skala ini

dapat dilakukan skoring dengan memberi nilai 0 pada jawaban terendah

dan nilai satu pada jawaban tertinggi. Kata-kata yang digunakan, misalnya:

ya tidak, benar salah, positif negatif, yakin tidak yakin dan

sebagainya.

Menurut Kotler (2007), ada beberapa macam metode dalam

pengukuran kepuasan pelanggan :

1) Sistem keluhan dan saran

Organisasi yang berorientasi pada pelanggan (Customer

Oriented) memberikan kesempatan yang luas kepada para

pelangganya untuk menyampaikan keluhan dan saran, misalnya

dengan menyediakan kotak saran, kartu komentar, dan hubungan

telefon langsung dengan pelanggan.

2) Ghost shopping

Mempekerjakan beberapa orang untuk berperan atau bersikap

sebagai pembeli potensial, kemudian melaporkan temuanya

mengenai kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan pesaing

berdasarkan pengalaman mereka.

3) Lost customer analysis

Perusahaan seyogyanya menghubungi para pelanggan yang

telah berhenti membeli agar dapat memahami mengapa hal itu

terjadi.
21

4) Survei kepuasan pelanggan

Penelitian survei dapat melalui pos, telepon dan wawancara

langsung. Responden juga dapat diminta untuk mengurutkan

berbagai elemen penawaran berdasarkan derajat pentingnya setiap

elemen dan seberapa baik perusahaan dalam masing-masing

elemen. Melalui survei perusahaan akan memperoleh tanggapan

dan umpan balik secara langsung dari pelanggan dan juga

memberikan tanda positif bahwa perusahaan menaruh perhatian

terhadap para pelangganya.

Tingkat kepuasan dapat diukur dengan beberapa metode diatas. Data

yang diperoleh dari hasil pengukuran tiap-tiap metode mempunyai hasil

yang berbeda. Pada penelitian yang menggunakan metode survei kepuasan

pelanggan, data/ informasi yang diperoleh menggunakan metode ini lebih

fokus pada apa yang ingin diteliti sehingga hasilnyapun akan lebih valid.

5. Manfaat Mengukur Kepuasan Pasien

Menurut Gerson (2004), manfaat utama dari program pengukuran

adalah tersedianya umpan balik yang segera, berarti dan obyektif.

Dengan hasil pengukuran orang biasa melihat bagaimana mereka

melakukan pekerjaanya, membandingkanya dengan standar kerja dan

memutuskan apa yang harus dilakukan untuk melakukan perbaikan

berdasarkan pengukuran tersebut.

Ada beberapa manfaat dari pengukuran kepuasan antara lain

sebagai berikut :
22

a. Pengukuran menyebabkan seseorang memiliki rasa berhasil dan

ber prestasi, yang kemudian diterjemahkan menjadi pelayanaan

yang prima kepada pelanggan.

b. Pengukuran biasa dijadikan dasar menentukan standar kinerja dan

standar prestasi yang harus dicapai, yang mengarahkan mereka

menuju mutu yang semakin baik dan kepuasan pelanggan yang

semakin miningkat.

c. Pengukuran pemberian umpan balik segera kepada pelaksana,

terutama bila pelanggan sendiri yang mengukur kinerja pelaksana

atau yang memberi pelayanan.

d. Pengukuran memberitahu apa yang harus dilakukan untuk

memperbaiki mutu dan kepuasan pelanggan bagaimana harus

melakukannya, informasi ini juga biasa datang dari pelanggan.

e. Pengukuran memotivasi orang untuk melakukan dan mencapai

tingkat produktivitas yang lebih tinggi.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepuasan Pasien

Notoatmodjo (2007), berpendapat bahwa faktor-faktor dasar yang

mempengaruhi kepuasan yaitu :

a. Pengetahuan

Tingkat pengetahuan seseorang dapat mempengaruhi prilaku

individu, yang mana makin tinggi tingkat pengetahuan seseorang

tentang kesehatan, maka makin tinggi untuk berperan serta.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan :


23

1) Faktor Internal

Faktor internal dibagi menjadi 3, yaitu :

a) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita

tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan

mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan

kebahagiaanya. Pada umumnya makin tinggi pendidikan

seseorang makin mudah menerima informasi.

b) Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan

terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan

keluarganya. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan akan

tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang

membosankan, menyita waktu, berulang dan banyak

tantangan.

c) Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung saat lahir

sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang

dalam berfikir dan bekerja (Wawan dan Dewi, 2010).

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal dibagi menjadi 2, yaitu :


24

a) Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada

disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat

mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau

kelompok.

b) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat

dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi

(Wawan dan Dewi, 2011).

b. Kesadaran

Bila pengetahuan tidak dapat dipahami, maka dengan sendirinya

timbul suatu kesadaran untuk berprilaku berpartisipasi.

c. Sikap positif

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih

tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.Sedangkan salah satu

kompensasi dari sikap yang positif adalah menerima (receiving),

diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulus yang

diberikan.

d. Sosial ekonomi

Pelayanan yang diberikan oleh perawat sesuai dengan biaya

yang telah dikeluarkan oleh pasien.Semakin tinggi biaya yang

dikeluarkan oleh pasien maka semakin baik pelayanan yang diberikan.


25

e. Sistem nilai

Sistem nilai seseorang pasien sangat mempengaruhi seseorang

pasien untuk mempersepsikan pelayanan kesehatan yang

diberikan.Pemahaman pasien tentang jenis pelayanan yang akan

diterimanya. Tingkat pemahaman pasien terhadap tindakan yang

diberikan akan mempengaruhi tingkat kepuasan seseorang terhadap

tindakan.

f. Empati

Empati yang ditujukan oleh pemberi pelayanan kesehatan, sikap

ini akan menyentuh emosi pasien. Faktor ini akan berpengaruh

terhadap tingkat kepatuhan pasien (compliance).

Menurut Carr dan Hill (1992) dalam Baros (2011) menyatakan

bahwa derajat kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh latar belakang

pelanggan, kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pendidikan, budaya

umur dan jenis kelamin :

1) Jenis kelamin

Menurut Lumenta (1989) menyatakan wanita mempunyai

tingkat kepuasan yang lebih tinggi daripada laki-laki. Hal lain

dikemukan oleh Rahman (2006) mengatakan bahwa laki-laki

mempunyai tingkat kepuasan yang lebih tinggi daripada

perempuan.
26

2) Umur

Menurut Lizarmi (2000), menyatakan bahwa hubungan

antara umur dan kepuasan terdapat perbedaan kepuasan antara

umur muda dengan umur tua. Rahman (2006) mengatakan

bahwa kepuasan berdasarkan umur produktif dan umur tidak

produktif mempunyai tuntutan dan harapan yang lebih besar

dibandingkan umur tua.

3) Pendidikan

Ada hubungan antara pendidikan dengan kepuasan.

Menurut Lumenta (1989), pasien dengan tingkat

pendidikan rendah, pada umumnya cakup puas dengan

pelayanan kesehatan dasar, sedangkan pasien dengan pendidikan

tinggi tidak puas dengan pelayanan kesehatan dasar.

C. Sikap

1. Pengertian

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau

objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang

bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik

dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2011).

Sikap itu terdiri dari 3 komponen Notoatmodjo, (2011) yaitu :

a. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek.

Artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran

seseorang terhadap objek.


27

b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek. Artinya,

bagaimana penilaian (terkandung di dalam faktor emosi) orang

tersebut terhadap objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (Tend To Behave). Artinya, sikap

adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau

perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau

berperilaku terbuka (tindakan).

Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap

yang utuh (Total Attitude). Dalam membentuk sikap yang utuh ini,

pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan

penting.

2. Komponen sikap

Azwar (2007) menyatakan bahwa sikap memiliki 3 komponen

yaitu:

a. Komponen kognitif

Komponen kognitif merupakan komponen yang berisi kepercayaan

seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi

objek sikap.

b. Komponen afektif

Komponen afektif merupakan komponen yang menyangkut masalah

emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara

umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki

terhadap sesuatu.
28

c. Komponen perilaku

Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap

menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku

yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang

dihadapinya.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Azwar (2007) menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi pembentukan sikap antara lain:

a. Pengalaman pribadi

Tidak adanya pengalaman yang dimiliki oleh seseorang

dengan suatu objek psikologis, cenderung akan membentuk sikap

negatif terhadap objek tersebut. Sikap akan lebih mudah terbentuk

jika yang dialami seseorang terjadi dalam situasi yang melibatkan

faktor emosional. Situasi yang melibatkan emosi akan

menghasilkan pengalaman yang lebih mendalam dan lebih lama

membekas.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap

yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya

penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan

untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan

orang yang dianggap penting tersebut.

c. Pengaruh Kebudayaan
29

Pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam

membentuk pribadi seseorang. Kepribadian merupakan pola

perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah penguat

(reinforcement) yang kita alami Kebudayaan memberikan corak

pengalaman bagi individu dalam suatu masyarakat. Kebudayaan

telah menanamkan garis pengarah sikap individu terhadap berbagai

masalah.

d. Media Massa

Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat

kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh yang besar

dalam pembentukan opini dan kepercayaan individu. Media massa

memberikan pesan-pesan yang sugestif yang mengarahkan opini

seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap

terhadap hal tersebut.

e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sesuatu

sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap

dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep

moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis

pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan,

diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-

ajarannya. Dalam hal seperti itu, ajaran moral yang diperoleh dari
30

lembaga pendidikan atau lembaga agama sering kali menjadi

determinan tunggal yang menentukan sikap.

f. Faktor Emosional

Suatu bentuk sikap terkadang didasari oleh emosi, yang berfungsi

sebagai semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk

mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan

sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustrasi telah

hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten

dan bertahan lama.

4. Tingkatan sikap

Sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan (Notoatmodjo, 2011)

antara lain :

a. Menerima (Receiving).

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau

menerima stimulus yang diberikan (objek).

b. Menanggapi (Responding).

Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau

tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

c. Menghargai (Valuing).

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai

yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya

dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi orang

lain merespon.
31

d. Bertanggung jawab (Responsible).

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung

jawab terhadap apa yang diyakininya. Seseorang yang telah

mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya dia harus

berani mengambil resiko bila ada orang yang mencemoohkan atau

adanya resiko lain (Notoatmodjo, 2011).

2. Kategori Sikap

Menurut Heri (2009), sikap terdiri dari :

a. Sikap Positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati,

menyenangi, menghadapkan objek tertentu.

b. Sikap Negatif, terdapat kecenderungan untuk menjauhi,

menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu.

Menguraikan tentang sikap bahwa sikap adalah

kecenderungan untuk melakukan atau tidak melakukan hal-

hal tertentu atau memberikan respon yang positif maupun

yang negatif terhadap orang, objek atau situasi. Dapat juga

disebut bahwa sikap merupakan perasaan tertentu, predisposisi

atau sejumlah kepercayaan tertentu yang ditujukan pada objek

atau situasi (Wawan & Dewi, 2010).

D. Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.


32

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu : indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pada waktu

penginderaan menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi

oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,

2011).

Perilaku manusia terbagi menjadi 3 domain yaitu domain kognitif,

afektif, dan psikomotorik. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang paling esensial dalam membentuk tindakan seseorang

(Notoatmodjo,2011).

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan merupakan dasar terbentuknya suatu perilaku.

Seseorang dikatakan kurang pengetahuan apabila dalam suatu kondisi

tidak mampu mengenal. Menjelaskan dan menganalisa suatu keadaan

(Notoatmodjo, 2011).

Pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan,

Notoatmodjo (2011), antara lain :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (Recall) sesuatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling
33

rendah. Kata kerja untuk mengatur bahwa orang tahu tentang apa

yang dipelajarinya antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau

penggunaan hukumhukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya

dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponenkomponen, tetapi masih di

dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama

lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata

kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.


34

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagianbagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi

formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian

penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri,

atau menggunakan kriteria kriteria yang ada (Notoatmodjo, 2011).

3. Pengaruh pengetahuan terhadap perilaku

Perilaku kesehatan dipengaruhi pula oleh pengetahuan sebagai

faktor predisposisi. Jika pengetahuannya baik diharapkan pula pada

akhirnnya perilaku juga baik (Notoatmodjo, 2011). Perilaku kesehatan

menurut teori Green dalam Notoatmodjo (2011) dipengaruhi oleh tiga

faktor, antara lain :

a. Faktor Prediposisi

Biasanya terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan,

keyakinan,nilai, pendidikan, tindakan, pekerjaan dan sebagainya.

b. Faktor Pendukung

Terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya

fasilitas atau sarana kesehatan.


35

c. Faktor Pendorong

Terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan yang

merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

E. Dukungan keluarga

1. Pengertian

Menurut Nasution (2013) yaitu informasi verbal, sasaran, bantuan

yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab

dengan subjek didalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran

dalam hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau pengaruh

pada tingkah lalu penerimaannya. Keluarga merupakan unit terkecil

dalam manyarakat namun keberadaannya sangat penting untuk

mengayomi dan melindungi para lanjut usia. Lansia akan merasa aman

dan tentram bila berada didalam lingkungan keluarga yang masih mau

memberikan perhatian dan dukungan para lansia dalam menjalani sisa

hidupnya (Depkes RI, 2006).

Dalam melakukan perawatan terhadap lansia, setiap keluarga

memiliki peran yang sangat penting, diantaranya adalah :

a. Melakukan pembicaraan terarah

b. Mempertahankan kehangatan keluarga

c. Membantu menyiapkan makanan bagi lansia

d. Membantu dalam hal transportasi

e. Membantu dalam hal sumber-sumber keuangan

f. Memberikan kasih sayang, menghormati dan menghargai


36

g. Bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku lansia

h. Menyediakan waktu dan perhatian

i. Jangan menganggapnya sebagai beban

j. Memberikan kesempatan untuk tinggal bersama

k. Memintanya nasehat dalam peristiwa-peristiwa penting

l. Mengajaknya dalam acara-acara keluarga

m. Membantu mencukupi kebutuhannya

n. Memberi dorongan untuk kegiatan diluar rumah termasuk

pengembangan hobi

o. Membantu mengatur keuangan

p. Mengupayakan sarana transportasi untuk kegiatan mereka

q. Memeriksa kesehatan secara teratur

r. Memberikan dorongan untuk tetap hidup dan sehat

s. Mencegah terjadinya kecelakaan baik dirumah maupun diluar

rumah

t. Pemeliharaan kesehatan lansia tanggung jawab beersama

u. Memberikan kasih perhatian yang baik pada orang tua yang sudah

lanjut (Maryam dkk, 2008)

2. Bentuk Dukungan Keluarga

Macam macam bentuk dukungan keluarga, antara lain sebagai berikut:

a. Dukungan emosional (Emosional Support)


37

Keluarga sebagai sebuah tempat yang nyaman dan damai

untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap

emosi (Marlyn, 1998 dalam Wadyawati, 2005)

b. Dukungan penghargaan (Apprasial Assistence)

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,

membimbing dan menangani pemecahan masalah.

c. Dukungan materi (Tangibile Assistence)

Keluarga merrupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan

konkrit, mencakup bantuan langsung seperti dalam bentuk uang,

peralatan, waktu, modifikasi lingkungan maupun menolong dengan

pekerjaan waktu mengalami sterss.

d. Dukungan Informasi (Informasi Support)

Bentuk dukungan keluarga yang diberikan oleh keluarga

adalah dorongan semangat, pemberian nasehat atau mengawasi

tentang pola makanan sehari-hari dan pengobatan. Dukungan

keluarga juga merupakan perasaan individu yang mendapat

perhatian, disayangi, dan termasuk bagian dari masyarakat

(Yanuasti, 2001).

3. Manfaat Dukungan Keluarga

Menurut Wills (2009), dukungan sosial keluarga adalah sebuah

proses terjadi sepanjang masa kehidupan,sifat dan jenis dukungan sosial

berbeda beda dengan berbagai tahap tahap siklus kehidupan.Namun

demikian,dalam semua tahap siklus kehidupan,dukungan sosial keluarga


38

membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan

akal.

4. Sumber Dukungan Keluarga

Menurut Kuncoro (2009), ada dua sumber dukungan keluarga

yaitu:

a. Sumber natural, dukungan keluarga yang natural diterima seseorang

melalui interaksi sosial dalam kehidupan secara spontan dengan

orangorang berada disekitarnya, misalnya anggota keluarga (anak,

istri, suami, dan kerabat).

b. Dukungan Keluarga Artifisial, adalah keluarga sosial yang dirancang

dalam kebutuhan primer seseorang, misalnya dukungan keluarga

akibat bencana alam melalui berbagai sumbangan sosial.

5. Faktor - faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Menurut Purnaman (2009), pemberian dukungan keluarga

dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang saling berhubungan.

a. Faktor internal berasal dari individu itu sendiri meliputi tiga faktor

yaitu:

1) Faktor tahap perkembangan yaitu, pemahaman dan respon

terhadap perubahan kesehatan yang berbeda beda pada setiap

rentang usia.

2) Faktor pendidikan atau tingkat pengetahuan, dalam hal ini

kemampuan kognitif yang membentuk cara berpikir seseorang


39

termasuk kemampuan untuk memahami faktor faktor yang

berhubungan dengan penyakit dalan upaya menjaga kesehatan.

3) Faktor emosi, yang mempengaruhi keyakinan terhadap adanya

dukungan dan cara melaksanakan sesuatu.Respon emosi yang

baik akan memberikan antisipasi penanganan yang baik

terhadap berbagai tanda sakit, namun jika respon emosinya

buruk kemungkinan besar akan terjadi penyangkalan terhadap

gejala penyakit yang ada.

b. Faktor Eksternal berasal luar individu itu sendiri dan terdiri dari

tiga hal, yaitu : (Setiadi, 2008)

1) Faktor praktek dikeluarga yaitu, cara keluarga memberikan

dukungan yang mempengaruhi penderita dalam melaksankan

kesehatan secara optimal. Tindakan dapat berupa pencegahan

yang dicontohkan keluarga kepada anggota keluarganya.

2) Faktor sosial ekonomi, dapat meningkatkan resiko terjadinya

penyakit, mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan serta

beraksi terhadap penyakitnya. Faktor ekonomi menjelaskan

bahwa semakin tinggi tingkat ekonomi sesorang biasanya ia

akan lebih cepat terhadap gejala penyakit yang dirasakan

sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika merasa

adanya gangguan kesehatan.


40

3) Faktor latar belakang budaya, akan mempengaruhi keyakinan

nilai, dan kebiasaan invidu dalam memberikan dukungan

termasuk cara pelaksanaan kesehatan pribadi.

F. Kerangka Teori

Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan

kinerja (hasil) yang dirasakan dengan harapannya. Hal ini dapat dilihat

melalui pengukuran tingkat kepuasan pasien yang meliputi Sistem Keluhan

dan Saran, Ghost Shopping, Lost Customer Analysis dan Survei Kepuasan.

Namun dalam pengukuran Kepuasan pasien terdapat dimensi Kepuasan yaitu

Tangibles (Bukti Fisik), Reliability (Kehandalan), Responsivennes

(Ketanggapan), Emphaty (Empati/Perhaitan) dan Assurance (Jaminan).

Adapun faktor faktor presdiposisi yang dapat mempengaruhi

kepuasan, antara lain : sosial demografi (umur, jenis kelamin dan pendidikan

) dan struktur sosial (tingkat pendidikan pekerjaan dan dukungan keluarga).

Selain faktor faktor yang telah disebutkan di atas terdapat juga terdapat

faktor faktor kepuasan, yaitu pengetahuan, kesadaran , sikap positif, sosial

ekonomi, sistem nilai serta empati dari tim kesehatan terhadap pasien.
41
PENGUKURAN TINGKAT
KEPUASAN
1. Sistem Keluhan dan Saran
2. Ghost Shopping
3. Lost customer analysis
4. Survei Kepuasan
(Kotler, 2007)
Kepuasan Posyandu Lansia
Lansia
Faktor faktor predisposi
Sosial Demografi :
1. Jenis Kelamin
2. Umur
Struktur sosial : DIMENSI KEPUASAN
1. Tingkat Pendidikan 1. Tangibles (Bukti Fisik)
2. Status pekerjaan 2. Reliability (Kehandalan)
3. Dukungan keluarga 3. Responsivenness (Ketanggapan)
4. Emphaty (empati/kepedulian)
5. Assurance (Jaminan)
Faktor-Faktor Kepuasan (Lerbin R. Aritonan(2005),
Tjiptono (2006) )
1. Pengetahuan
2. Kesadaran
3. Sikap Positif
4. Sosial Ekonomi
5. Sistem Nilai Gambar 2.1. Kerangka teori penelitian
6. Empati (sumber:Kotler (2007),Notoadmojo (2007),
(Notoatmodjo, 2007) Tjiptono(2006))
kotl
42

G. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Sikap Petugas

Pengetahuan Kepuasan
Lansia

Dukungan keluarga

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian


43

H. Definisi Operasional

1. Variabel Dependen

Kepuasan lansia adalah Kesesuaian harapan dengan kenyataan yang

diterima lansia pada pelayanan di posyandu lansia Malanu.

Alat ukur : Kuesioner

Skala ukur : Ordinal

Kategori:

2 = Puas, apabila responden menjawab Ya 5 dari 10 pertanyaan

1 = Tidak Puas, apabila responden hanya mampu menjawab Ya < 5

dari 10 pertanyaan

2. Variabel Independen

a. Sikap petugas

Sikap petugas adalah penampilan dan sikap petugas dalam

memberikan pelayanan di posyandu lansia Malanu.

Alat ukur : Kuesioner

Skala ukur : Ordinal

Kategori:

2 = Baik , apabila responden menjawab Ya 5 dari 10 pertanyaan

1 = Kurang , apabila responden hanya mampu menjawab Ya < 5

dari 10 pertanyaan

b. Pengetahuan

Pengetahuan adalah Pemahaman anggota posyandu lansia

terhadap pemanfaatan posyandu lansia di Malanu


44

Alat ukur : Kuesioner

Skala ukur : Ordinal

Kategori:

2 = Baik, apabila responden mampu menjawab benar dari 10

pertanyaan 5

1 = Kurang, apabila responden hanya mampu menjawab benar <

5 dari 10 pertanyaan.

c. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah Keterlibatan keluarga dalam

memotivasi lansia untuk berkunjung ke posyandu lansia

Alat ukur : Kuesioner

Skala ukur : Ordinal

Kategori:

2 = Mendukung , apabila responden menjawab Ya 5

1 = Tidak mendukung, apabila responden hanya mampu

menjawab < 5

I. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :.

1. Hipotesis Alternatif ( Ha)

Terdapat pengaruh sikap petugas, pengetahuan, dan dukungan

keluarga terhadap kepuasan pelayanan di posyandu lansia pada wilayah

kerja Puskesmas Malanu Kota Sorong.


45

2. Hipotesis Nol ( H0)

Tidak terdapat pengaruh, sikap petugas, pengetahuan dan

dukungan keluarga terhadap kepuasan pelayanan di posyandu lansia

pada wilayah kerja puskesmas Malanu Kota Sorong.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan

desain penelitian Cross Sectional, yaitu variabel indenpenden dan variabel

dependen diteliti dalam waktu yang bersamaan (point time).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Posyandu lansia pada wilayah kerja

puskesmas Malanu Kota Sorong, yang direncanakan pada bulan Pebruari

2017

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang mengikuti

posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Malanu Kota Sorong yang

berusia 50-70 tahun berjumlah 110 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki

oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan

dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang

diambil dari populasi itu (Sugiyono,2015). Pada penelitian ini

46
47

Menggunakan sampel lansia yang memiliki umur 50-70 tahun yang ada di

posyandu lansia Puskesmas Malanu Kota Sorong. Dengan besar sampel

berjumlah 86 orang yang datang ke posyandu lansia di wilayah kerja

Puskesmas Malanu. Penentuan jumlah besaran sampel dengan

menggunakan rumus sebagai berikut (Notoatmodjo, 2010) :

n= N

1 + N (d)

Keterangan :

N : Besar populasi
n : Besar sampel
d : Tingkat kepercayaan (0,05)
Berdasarkan rumus diatas maka jumlah sampel pada penelitian ini

adalah :

n= N

1+ N(d)

n= 110

1+ 110 (0,05)

n= 110

1+ 110 (0,0025)

n= 110

1+ 0,275

n= 110

1,275

n = 86,2 = 86
48

Penelitian ini adalah sebagian populasi dari lansia di wilayah kerja

puskesmas Malanu Kota Sorong, dengan memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi.

Kriteria Inklusi :

a. Lansia yang berumur 50-70 tahun

b. Lansia yang bersedia

c. Lansia yang hadir pada posyandu lansia.

d. Lansia yang dapat membaca dan menulis

Kriteria Eksklusi :

a. Lansia yang berumur > 70 tahun

b. Lansia yang tidak hadir pada saat penelitian dilaksanakan.

c. Keluarga/kerabat yang mengantar lansia ke posyandu

d. Lansia yang tidak menetap / terdaftar

D. Teknik Pengambilan Sampling


Dalam penelitian ini sampel yang diambil menggunakan tekhnik

purposif sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan alasan tertentu atau

pertimbangan yang dibuat oleh peneliti, sehingga sampel tersebut dapat

mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam,

2013).

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah kuesioner yang merupakan alat teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden tentang kepuasan

pelayanan di posyandu lansia yang di adopsi dari Nasution (2013) dan


49

dimodifikasi oleh peneliti.. Menurut Iskandar (2011), Kuesioner merupakan

teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu pasti variabel yang

akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.

Adapun instrumen penelitian yang di ambil yaitu data demografi,

pengetahuan terdapat 10 pertanyaan, sikap petugas terdapat 10 pertanyaan,

kepuasan pasien terdapat 10 pertanyaan dan dukungan keluarga 10

pertanyaan.

Pengumpulan Data terdapat 2 cara, antara lain:

1. Data Primer adalah data yang didapat langsung dari responden dengan

menggunakan kuesioner.

2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari Puskesmas Malanu Kota

Sorong.

F. Pengolahan Data

Penelitian ini diolah dengan teknik pengolahan data statistik yaitu

pengolahan data dengan menggunakan analitik statistik dengan program

komputer.

Data yang telah didapatkan dari responden berupa kuesioner diolah

melalui beberapa tahapan antara lain:

1. Editing: Data yang telah terkumpul diperiksa mencakup kelengkapan,

kejelasan, relevansi dan kuesioner jawaban.

2. Coding: Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data. Kegiatan

yang dilakukan adalah memberikan kode dengan angka yang telah


50

ditetapkan sebelumnya dan mengisi kotak-kotak yang tersedia pada

kuesioner dengan kode tersebut.

3. Recording: Melakukan kode ulang pada jawaban yang sebelum

dikelompokkan menjadi katagori tertentu untuk memudahkan dalam

analisa yang lebih lanjut.

4. Entry: Memindahkan data yang telah lengkap ke komputer kedalam

formulir isian yang telah disiapkan.

5. Cheking dan Cleaning data: Dilakukan untuk melihat kualitas dan

konsistensi jawaban dengan membuat tabel distribusi frekunsi dari dua

pertanyan yang berhubungan. Bila ditemukan adanya jawaban yang tidak

konsisten dengan pertanyaan sebelumnya maka dilakukan perbaikan

seperlunya.

G. Analisa dan Penyajian Data

1. Teknik Analisa Data

a. Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan untuk mendiskripsikan masing-masing

variabel yaitu variabel bebas dan terikat dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi dan presentase.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan tiap- tiap

variabel bebas dan varibel terikat. Data yang diproleh melalui

kuisioner di analisa dengan menggunakan uji chi square (Sugiyono,

2015) yang dilakukan dengan bantuan aplikasi komputer SPSS.


51

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel

bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan Chi-Square

secara statistik dengan tingkat signifikan

1) Jika p-value < 0,05 maka H0 ditolak Ha diterima, yang berarti

ada hubungan yang bermakna antara variabel bebas dan variabel

terikat.

2) Jika p-value > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak, yang

berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel bebas

dan variabel terikat.

2. Penyajian data

Setelah data di olah dengan menggunakan program SPSS, hasilnya

disajikan dalam bentuk tabel dan dinarasikan.

H. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mendapatkan rekomendasi

dari Ketua Stikes Papua Sorong dan permintaan ijin ke Kepala Puskesmas

Malanu Sorong. Setelah mendapat persetujuan barulah melakukan penelitian

dengan menekankan aspek etika yang meliputi:

1. Lembar persetujuan menjadi responden

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan

Informent consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan


52

penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia maka mereka

harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia

maka peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi harus

ada dalam Informent consent tersebut antara lain : Partisipasi pasien,

tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen,

prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi manfaat,

kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi dan lain-lain (Aziz, 2009).

2. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur

dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang akan disajikan (Aziz, 2009)

3. Confidentiallity ( kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada

hasil riset ( Aziz, 2009).


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran Umum Tentang Lokasi Penelitian

Puskesmas Malanu berkedudukan di wilayah distrik Sorong Utara

dan merupakan pemekaran dari Puskesmas Klasaman. Puskesmas

Malanu mulai beroperasi sejak 1 maret 2011, dimana sebelumnya

merupakan Puskesmas Pembantu Malanu Distrik Sorong Utara.

Puskesmas Malanu Distrik Sorong Utara memiliki batas wilayah kerja

sebagai berikut : sebelah utara berbatasan dengan Selat Dampir, sebelah

timur berbatasan Distrik Makbon, sebelah selatan berbatasan dengan

Remu Selatan Distrik Manoi dan sebelah barat berbatasan dengan

kelurahan Remu Utara Kota Sorong.

Wilayah kerja Puskesmas Malanu meliputi 8 kelurahan di Distrik

Sorong Utara dan Distrik Malaimsimsa, yaitu Kelurahan Matamalagi,

Kelurahan Malasilen, Kelurahan Malanu, Kelurahan Sawagumu,

Kelurahan Malaingkedi, Kelurahan Malamso, Kelurahan Klagete,

Kelurahan Klabulu.

Puskesmas Malanu memiliki tenaga kesehatan di Puskesmas Induk

dan Puskesmas Pembantu sebanyak 65 orang yang terdiri dari dokter

umum 4 orang, dokter gigi 1 orang, perawat 24 orang, bidan 6 orang,

bidan PTT 10 orang, tenaga kesling 2 orang, tenaga promkes 3 orang,

53
54

petugas gizi 1 orang, tenaga analis 2 orang, apoteker 1 orang, tenaga

administrasi 3 orang, perawat gigi 1 orang, tenaga honorer 7 orang.

2. Analisis Univariat

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan
Pelayanan Di Posyandu Lansia Pada Wilayah Kerja Puskesmas Malanu
Kota Sorong Tahun 2017

No Variabel Frekuensi (F) Presentase (%)


1. Umur
50-59 44 51,2
60-70 42 48,8
Total 86 100,0
2. Pendidikan
Rendah
( tidak sekolah- SMP) 57 66,3
Tinggi
(SMA- Perguruan Tinggi) 29 33,7

Total 86 100,0
3. Pekerjaan
Tidak bekerja 69 80,2
Bekerja 17 19,8
Total 86 100,0
4. Sikap Petugas
Kurang 65 75,6
Baik 21 24,4
Total 86 100,0
5. Pengetahuan Lansia
Kurang 74 86,0
Baik 12 14,0
Total 86 100,0
6. Dukungan Keluarga
Tidak Mendukung 16 18,6
Mendukung 70 81,4
Total 86 100,0
7. Kepuasan Lansia
Tidak Puas 53 61,6
Puas 33 38,4
Total 86 100,0
55

Berdasarkan data diketahui umur lansia 50-59 sebanyak

44(51,2%) lebih banyak daripada lansia yang berumur 60-70 sebanyak

42(48,8%), pendidikan rendah 57(66,3%) sedangkan pendidikan tinggi

29(33,7%),lansia yang tidak bekerja sebanyak 69(80,2%) sedangkan

lansia yang masih bekerja sebanyak 17(19,8%), sikap petugas yang

kurang sebanyak 65(75,6%) sedangkan sikap yang baik

21(24,4%),pengetahuan lansia yang kurang 74(86,0%) sedangkan

pengetahuan lansia yang baik 12(14,0%),lansia yang mendapatkan

dukungan keluarga 70(81,4%) sedangkan yang tidak mendapatkan

dukungan keluarga 16(18,6%) dan lansia yang tidak puas 53(61,6%)

sedangkan lansia yang puas 33(38,4%).

3. Analisis Bivariat

a. Pengaruh sikap petugas terhadap kepuasan pelayanan di posyandu

lansia pada wilayah kerja puskesmas Malanu Kota Sorong.

Hasil penelitian dalam bentuk analisis data terhadap pengaruh

sikap petugas dengan kepuasan di pelayanan posyandu lansia pada

wilayah kerja puskesmas Malanu dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2
Pengaruh sikap petugas terhadap kepuasan pelayanan di
posyandu lansia pada wilayah kerja puskesmas Malanu
Kota Sorong Tahun 2017

Kepuasan Lansia
Jumlah
Sikap Petugas Tidak Puas puas
F % F % N %
Kurang 36 29,6 29 70,4 65 10100
Baik 17 10,2 4 89,8 21 10100
Total 53 16,3 33 83,7 86 10100
= 0.05 p = 0.036
56

Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa responden yang tidak puas

terhadap sikap petugas yang kurang sebanyak 36 orang (55,4%),

lebih banyak dari responden yang puas terhadap sikap petugas yang

kurang sebanyak 29 orang (44,6%). Sedangkan responden yang

tidak puas terhadap sikap petugas yang baik sebanyak 17 orang

(81,0%), lebih banyak dari responden yang puas terhadap sikap

petugas yang baik berjumlah 4 orang (19,0%).

Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,036 (p < 0,05) berarti

ada pengaruh yang signifikan antara sikap petugas terhadap

kepuasan di posyandu lansia pada wilayah kerja Puskesmas Malanu

Kota Sorong.

b. Pengaruh pengetahuan terhadap kepuasan pelayanan di posyandu

lansia pada wilayah kerja puskesmas Malanu Kota Sorong.

Hasil penelitian dalam bentuk analisis data terhadap pengaruh

pengetahuan terhadap kepuasan pelayanan di posyandu lansia pada

wilayah kerja Puskesmas Malanu dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3
Pengaruh pengetahuan terhadap kepuasan pelayanan di
posyandu lansia pada wilayah kerja puskesmas Malanu
Kota Sorong tahun 2017

Kepuasan Lansia
Jumlah
Pengetahuan Tidak puas Puas
F % F % N %
Kurang 51 23,2 23 76,8 5674 10100
Baik 2 3 3,3 10 96,7 12 10100
Total 53 16,3 33 83,7 86 100
= 0.05 p = 0.001
57

Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa responden yang tidak puas

dangan pengetahuan kurang sebanyak 51 orang (68,9%), ini

berarti lebih banyak dari responden dengan pengetahuan kurang

dan puas puas sebanyak 23 orang (31,1%). Sedangkan responden

yang pengetahuannya baik dan puas terhadap pelayanan sebanyak

10 orang (83,3%), lebih banyak dari responden yang

pengetahuannya baik dan tidak puas berjumlah 2 orang (23,2%).

Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,001 (p < 0,05) berarti

ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan terhadap

kepuasan pelayanan di posyandu lansia pada wilayah kerja

Puskesmas Malanu Kota Sorong.

c. Pengaruh dukungan keluarga terhadap kepuasan pelayanan di

posyandu lansia pada wilayah kerja puskesmas Malanu Kota

Sorong.

Hasil penelitian dalam bentuk analisis data terhadap pengaruh

dukungan keluarga terhadap kepuasan pelayanan di posyandu lansia

pada wilayah kerja Puskesmas Malanu dapat dilihat pada tabel

berikut :
58

Tabel 4.4
Pengaruh dukungan keluarga terhadap kepuasan pelayanan
di posyandu lansia pada wilayah kerja puskesmas Malanu
Kota Sorong Tahun 2017

Kepuasan Lansia
Dukungan Jumlah
Tidak puas Puas
Keluarga
F % F % N %
Tidak
11 68,8 5 31,3 5616 10100
Mendukung
Mendukung 42 3 60,0 28 40,0 70 10100
Total 53 16,3 33 83,7 86 100
= 0.05 p = 0.516

Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa responden yang tidak puas

dan keluarga mendukung sebanyak 42 orang (87,17%), lebih

banyak dari responden yang tidak puas namun keluarganya

mendukung yaitu berjumlah 28 orang (12,9%). Sedangkan

responden yang tidak puas dan keluarga tidak mendukung

sebanyak 11 orang (68,8%), lebih banyak dari responden yang

puas dan keluarga tidak mendukung berjumlah 5 orang (31,3%).

Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,516 (p >0,05) berarti

tidak ada pengaruh yang signifikan antara dukungan keluarga

terhadap kepuasan pelayanan di posyandu lansia pada wilayah

kerja Puskesmas Malanu Kota Sorong.

B. Pembahasan

1. Pengaruh sikap petugas terhadap kepuasan pelayanan di posyandu

lansia pada wilayah kerja puskesmas Malanu Kota Sorong.

Ada pengaruh yang signifikan antara sikap petugas terhadap

kepuasan pelayanan di posyandu lansia pada wilayah kerja puskesmas


59

Malanu Kota Sorong. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Aziyah (2013), di Puskesmas Kesesi I Desa Sidosari

Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan yang menemukan bahwa ada

pengaruh yang signifikan antara sikap petugas terhadap kepuasan

pelayanan dalam kegiatan posyandu lansia ( p = 0,001). Hal ini tidak

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2015)

sebelumnya yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara dukungan keluarga dengan kepuasaan pelayanan lansia.

Namun penelitian ini tidak sejalan dengan Nugraningsih (2016)

yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh sikap petugas dengan

kepuasan pelayanan di posyandu lansia Salatiga Semarang. Sikap adalah

respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang

sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-

tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya)

(Notoatmodjo, 2011).

Dari hasil penelitian ini pelayanan petugas kesehatan yang baik

terbukti sebagai faktor yang mempengaruhi kepuasan di posyandu lansia.

Pelayanan kesehatan yang bermutu ditinjau dari sudut pandang pasien

dan masyarakat berarti suatu empati, perhatian, dan tanggap akan

kebutuhannya. Apabila pelayanan kesehatan sebanding dengan harapan,

maka pasien dalam hal ini adalah lansia akan puas, apabila kurang dari

harapan maka lansia tidak puas, serta apabila melebihi harapan maka

lansia amat puas. Adanya ketidakpuasan lansia terhadap petugas salah


60

satunya datang sering terlambat sehingga membuat lansia menunggu.

Informasi yang didapatkan oleh lansia belum sepenuhnya sesuai harapan.

Pasien yang diperlakukan kurang baik cenderung untuk mengabaikan

saran dan nasehat petugas kesehatan atau tidak mau berobat ke posyandu

lansia.

2. Pengaruh pengetahuan terhadap kepuasan pelayanan di posyandu lansia

pada wilayah kerja puskesmas Malanu Kota Sorong.

Ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan terhadap

kepuasan pelayanan di posyandu lansia pada wilayah kerja puskesmas

Malanu Kota Sorong. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Kusumaningrum (2014), di Posyandu Lansia Desa

Mayungan Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten yang menemukan

bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan terhadap

kepuasan pelayanan dalam kegiatan posyandu lansia ( p = 0,0001). Dari

hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia dengan tingkat pengetahuan

kurang tentunya akan mempengaruhi kepuasaan yang didapat di

posyandu lansia daripada lansia dengan pengetahuan baik, Hal ini

mungkin disebabkan karena pengalaman yang.pernah mereka dapat saat

berkunjung ke posyandu lansia, dan informasi yang kurang di posyandu

lansia akan fungsi serta manfaat dari posyandu lansia..

Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pengetahuan

adalah hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan

terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan itu terjadi melalui


61

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga ( Notoatmodjo,

2007).

Pengetahuan lansia yang kurang tentang posyandu lansia

mengakibatkan ketidakpuasan di posyandu lansia. Keterbatasan

pengetahuan ini akan mengakibatkan dampak yang kurang baik dalam

pemeliharaan kesehatannya, hal ini disebabkan karena lansia hanya

beranggapan bahwa datang ke posyandu lansia bila sedang sakit atau bila

ada pemeriksaan darah rutin.

3. Pengaruh dukungan keluarga terhadap kepuasan pelayanan di posyandu

lansia pada wilayah kerja puskesmas Malanu Kota Sorong.

Tidak ada pengaruh yang signifikan antara dukungan keluarga

terhadap kepuasan pelayanan di posyandu lansia pada wilayah kerja

puskesmas Malanu Kota Sorong. Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Yuniati dan Dewi (2015), di posyandu

lansia anggrek kalajengking Puskesmas Kertapati Palembang yang

menemukan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara dukungan

keluarga terhadap kepuasan pelayanan dalam kegiatan posyandu lansia (

p = 0,318).

Keluarga merupakan unit terkecil dalam manyarakat namun

keberadaannya sangat penting untuk mengayomi dan melindungi para

lanjut usia. Lansia akan merasa aman dan tentram bila berada didalam
62

lingkungan keluarga yang masih mau memberikan perhatian dan

dukungan para lansia dalam menjalani sisa hidupnya (Depkes RI, 2006).

Namun pada penelitian ini didapat pengaruh yang tidak signifikan

antara dukungan keluarga dengan kepuasan di posyandu lansia hal ini

disebabkan besarnya keterlibatan dan sifat pelayanan yang diberikan

keluarga tergantung pada banyak faktor lainnya seperti sumber-sumber

ekonomi, struktur keluarga, kualitas hubungan, kebutuhan lainnya dan

tenaga yang tersedia. Adanya lansia yang tidak mendapat dukungan

keluarga karena kurangnya sumber daya dan waktu yang harus

disiapkan dalam berkunjung ke posyandu lansia, mengingat ada

beberapa lansia yang datang membutuhkan pendampingan anggota

keluarga.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Ada pengaruh sikap petugas terhadap kepuasan pelayanan di posyandu

lansia pada wilayah kerja Puskesmas Malanu Kota Sorong.

2. Ada pengaruh pengetahuan terhadap kepuasan pelayanan di posyandu

lansia pada wilayah kerja Puskesmas Malanu Kota Sorong.

3. Tidak ada pengaruh dukungan keluarga terhadap kepuasan pelayanan di

posyandu lansia pada wilayah kerja Puskesmas Malanu Kota Sorong.

B. Saran

1. Bagi Puskesmas

Puskesmas hendaknya melakukan upaya untuk meningkatkan

program kegiatan posyandu seperti penyuluhan tentang penyakit yang

sering diderita usila, melakukan home visit untuk pasien yang tidak

mampu untuk datang ke posyandu lansia serta promosi tentang posyandu

lansia sehingga tidak merasa bosan dengan pemeriksaan rutin yang biasa

dilakukan agar lansia tetap puas dan terus berkunjung di Posyandu

Lansia guna meningkatkan kesehatan.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Dapat melanjutkan penelitian ini dengan meneliti faktor-faktor lain

yang berkaitan dengan kepuasan pelayanan di posyandu lansia yang

belum diteliti oleh penulis.

63
64

3. Bagi STIKES Papua Sorong

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk melakukan

pemahaman kepada masyarakat terutama lansia tentang manfaat

posyandu lansia dan dalam menghadapi masalah yang terjadi pada lansia

dan juga sebagai pembelajaran keperawatan terutama keperawatan

gerontik.
DAFTAR PUSTAKA

Alfin, 2012. Evaluasi Keaktifan Lansia Dalam Mengikuti Posyandu Lansia


Terhadap Tingkat Kemandirian Lansia Di Posyandu Adji Yuswo Ngebel
Taman tirta Kasihan Bantul.Publikasi Penelitian.Yogyakarta: Program
Studi Ilmu Keperawatan. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.(
http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t23712.pdf diakses pada jam 13:05 wit
tanggal 15 Desember 2016

Alimul, A. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.


Jakarta : Salemba Medika

Akuba A, 2013. Gambaran Kepuasan Pasien di Ruang Perawatan Bedah RSUD


Prof.Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo Tahun 2013. Gorontalo.

Ambriani ,2014. Pengaruh kualitas pelayanan puskesmas santun lansia pada


kepuasan lanjut usia di puskesmas santun lanjut usia kabupaten Bogor
Jawa Barat, IJEMC, Volume 1 No. 1, Desember
2014(www.ijemc.org/wp-content/uploads/2015/01/8.pdf diakses jam
23:13 tanggal 6 Januari 2017

Anggraini, D.2015. Faktor Dominan Lansia Aktif Mengikuti Kegiatan Posyandu


di Dusun Ngentak. Yogyakarta.

Azisyah,F.2013. Hubungan Keaktifan Kader Posyandu Lanjut Usia (Lansia)


Terhadap Tingkat Kepuasan Lansia Di Posyandu Lansia Wilayah Kerja
Puskesmas Kesesi I Desa Sidosari Kecamatan Kesesi Kabupaten
Pekalongan. Skripsi. STIKES-Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan

Azwar, S. 2007. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Penerbit Pustaka


Pelajar, Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik (2015), diakses dari


http://www.bps.go.id/linktabelstatis/view/id/1517 diakses pada tanggal 5
Januari 2017 pada jam 12.20 WIT di Sorong

Baros, W.A., 2011.Kontribusi Pengetahuan Peserta Askes Sosial Terhadap


Kepuasan Layanan Rawat Jalan Tingkat Lanjut dan Rawat Inap PT
Askes Tahun 2011, Universitas Indonesia : Jakarta

Carr&Hill, 1992. The Measurement of Patient Satisfaction. Journal Pub Health


Med.

65
66

Depkes RI. 2006. Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta:
Depkes RI

Depkes RI. 2006. Pedoman pelatihan kader kelompok usia lanjut bagi petugas
kesehatan. Jakarta: Direktorat kesehatan keluarga. 2006

Effendy, F., 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik


dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Fandy, T., 2006. Manajemen Jasa. Edisi Pertama. Yogyakarta : Andi

Gerson, R. F., 2004. Mengukur Kepuasan Pelanggan, Cetakan kedua, Jakarta:


PPM

Hatta G. 2008. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana


Pelayanan Kesehatan. Jakarta: UI Press

Hasibuan,W., 2006. Hubungan Program Pelayanan Posyandu Lansia Terhadap


Tingkat Kepuasan Lansia Di Daerah Binaan Puskesmas Darussalam
Medan. Skripsi. Medan: Universitas Sumatra Utara

Heri.2009. Pengantar perilaku manusia untuk keperawatan. Jakarta : EGC

Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan


Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press.

Khoiriyah,N., 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi Lansia


Berkunjung ke Posyandu Lansia Di RW 11 Kelurahan Margorejo
Kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal. Dikutip tanggal 6 Desember
2016 dari http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-
nurulkhoir-5757-2-babii.pdf

KomNasLansia., 2010. Profil Penduduk Lanjut Usia. Jakarta : KomNasLansia

Koncoro. 2009. Dukungan sosial keluarga Rajawali press Bandung.


Kotler, P., 2007. Manajemen Pemasaran. Jakarta. PT. Indeks kelompok
Gramedia.

Kusumaningrum, F.2014. Faktor Internal Yang Berhubungan Dengan Keaktifan


Lansia Berkunjung Ke Posyandu Lansia Desa Mayungan Kecamatan
Ngawen Kabupaten Klaten. Naskah Publikasi. FKM-Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Lizarmi, F., 2000. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kepuasan Pasien


Rawat Jalan di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh. Tesis. FKM UI.
67

Lumenta, B. 1989. Pelayanan Medis, Citra Konflik dan Harapan, Tinjauan


Fenomena Sosial Kamisius. Yogyakarta.

Maryam, S dkk, 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya .Salemba


Medika:Jakarta

Nasution, A., 2013. Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Dukungan Keluarga Dan


Kader Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli
Serdang. Tesis. FKM -Sumatra Utara

Notoatmodjo,S.2007.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Cetakan I. PT.Rineka


Cipta, Jakarta.

.2007. Metodologi penelitian kesehatan. PT.Rineka Cipta ,Jakarta.

2011. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT.Rineka Cipta ,Jakarta

Nugrahaningsih, W.2016.Hubungan Sikap Perawat Dengan Kepuasan Pasien


Dalam Pelayanan Keperawatan Di Bangsal Pavilliun Rsud Salatiga.
Surakarta

Nugroho, W ,2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Edisi-3. Jakarta: EGC

Nursalam, 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis


Ediisi 3. Jakarta. Salemba Medika.

Pohan,I.,2007.Jaminan Mutu Layanan Kesehatan : Dasar-Dasar Pengertian Dan


Penerapan. Jakatra : ECG

Potter, P. A., & Perry, A. G,2006. Buku Ajar Fundamental : konsep, proses, dan
praktik. Jakarta : EGC

Prayitno, A.,2009. Gangguan pola tidur pada kelompok lansia ,Jurnal


Kedokteran Trisakti, Januari April Vol 21, No 1

Purnaman. 2009. Dukungan Keluarga. http://wawan2507.wordpress.com/author.


Di akses 27 Januari 2017,pukul 20.00 Wit di sorong.

Purnomo, S.,2007.Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan


Nasabah dan Hubungannya Terhadap Loyalitas Nasabah Prioritas pada
PT. Bank Central Asia Tbk Cabang Solo, Thesis Magister Manajemen
UNS, 2007
68

Rahman, A.,2006. Analisis Kepuasan Pasien Rawat Inap di RS Islam


Tasikmalaya, FKM UI. Tesis.

Ratminto.,2006. Pengaruh kebutuhan dan harapan pasien terhadap tingkat


kepuasan pasien rawat inap di RSUD wonosari. Skripsi. Surabaya :
Universitas Airlangga

Sabarguna, B.S.,2008. Quality Assurance Pelayanan Rumah Sakit.Jakarta:


Sagung Seto

Setiadi.,2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan.Yogyakarta : Graha


Ilmu.

Setiadi, 2008. Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Graha Ilmu.


Yogyakarta.

Supranto, J.,2006. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan : Untuk


Meningkatkan Pangsa Pasar.Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001.

Wahyudin, P.,2006. Pengaruh Faktor Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja

Wawan A dan Dewi M, 2010, Teori & pengukuran pengetahuan, sikap dan
perilaku manusia, Nuha Medika, Yogyakarta.

Wiyono, D., 2006. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Vol. 1. Surabaya :


Airlangga University Press

Wills, 2009. Stress, social support and women: the series in clinical and
community psychology.

Yuniati, F, dan Dewi, Y., 2015. Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia.Palembang.


dikutip dari http://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/wp-
content/uploads/2015/04/7-Jurnal-Faiza-Yuniati.pdf tanggal 15 januari
2017 jam 13.00 wit.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai