Anda di halaman 1dari 23

BAB I

DASAR TEORI

1.1 Pengkondisi Sinyal


Pengkondisian sinyal merupakan suatu konversi sinyal menjadi
bentuk yang lebih sesuai yang merupakan antarmuka dengan elemen-elemen
lain dalam suatu kontrol proses. Prinsip Pengkondisian Sinyal. Sebuah
transduser mengukur suatu variabel dinamik dengan mengkonversinya ke
dalam sinyal elektrik. Untuk mengembangkan transduser seperti ini, banyak
dipengaruhi oleh kondisi alam sehingga hanya ada beberapa tipe yang dapat
digunakan untuk mendapatkan hasil yang sesuai.
Efek pengkondisi sinyal sering dinyatakan dengan fungsi alihnya
(transfer function). Dengan istilah ini kita menghubungkan efek yang
ditimbulkan dengan sinyal input. Jadi, sebuah amplifier sederhana mempunyai
fungsi alih dari beberapa konstanta yang, ketika dikalikan dengan tegangan
input, memberikan tegangan output.
1.1.1 Perubahan Level sinyal
Penjabaran dari pengkondisi sinyal adalah pengubahan level
sinyal. Contoh yang paling umum adalah untuk penguatkan atau
pelemahkan level tegangan dari sebuah kondisi output dari sebuah
sensor. Secara umum, aplikasi kontrol proses dihasilkan dalam variasi
sinyal frekuensi rendah secara lambat di mana amplifier respon d-c atau
frekuensi rendah bisa dipakai. Suatu faktor penting dalam pemilihan
sebuah amplifier adalah impedansi input yang amplifier tawarkan
kepada transduser (atau elemen-elemen lain yang menjadi input).
1.1.2 Linierisasi
Linierisasi bisa dihasilkan oleh sebuah amplifier yang
gainnya sebuah fungsi level tegangan untuk melinierkan semua variasi
tegangan input ke tegangan output. Misalnya, sering terjadi pada sebuah
transduser di mana outputnya adalah eksponensial berkenaan dengan
Variabel dinamik. Pada Gambar 1.1 dapat dilihat sebuah contoh
yang dimaksud di mana tegangan transduser diasumsikan eksponensial

1
terhadap intensitas cahaya I. Bisa dituliskan sebagai VI = V0e-t+
(2.1)
Di mana :
VI = tegangan output pada intensitas I
V0 = tegangan intensitas zero
= konstanta eksponensial
I = intensitas cahaya
Untuk melinierkan sinyal ini digunakan amplifier yang outputnya
bervariasi secara logaritma terhadap input
VA = K.ln(VIN) (2-2)
Di mana
VA = tegangan output amplifier
K = konstanta kalibrasi
VIN = tegangan input amplifier = VI [dalam Pers. (2.1)]
Dengan substitusi Persamaan (2.1) ke Persamaan (2.2) di mana VIN=
VI diperoleh
VA = K.ln(V0) - KI (2-3)

Gambar 1.1 Kurva pengkondisi sinyal


Output amplifier berubah secara linier dengan intensitas tetapi
dengan offset K.lnV0 dan faktor skala dari K seperti diperlihatkan
pada Gambar 2.1. Untuk mengeliminasi offset dan menyediakan
kalibrasi yang diinginkan dari tegangan versus intensitas dapat
digunakan pengkondisi sinyal.
1.1.3 Konversi

2
Pengkondisi sinyal digunakan untuk mengkonversi suatu tipe
variasi elektrik kepada tipe lainnya. Sehingga, satu kelas besar dari
transduser menyediakan perubahan tahanan dalam variabel dinamik.
Seperti hal ini untuk mengubahnya saya menggunakan salah satu dari
beberapa sensor. Dalam kasus ini, perlu dibuat sebuah rangkaian untuk
mengkonversi perubahan tahanan ini baik ke tegangan maupun arus.
Secara umum ini dipenuhi oleh jembatan-jembatan bila perubahan
sebagian tahanan adalah kecil dan/atau dengan amplifier-amplifier
yang gainnya berubah terhadap tahanan.
1.1.4 Filter dan Penyesuai Impedansi
Pada jaman sekarang sinyal-sinyal gangguan dari daya yang
besar muncul dalam lingkungan industri, seperti sinyal-sinyal frekuensi
saluran standar 60 Hz dan 400 Hz. Transien start motor juga dapat
mengakibatkan pulsa-pulsa dan sinyal-sinyal yang tidak diperlukan
lainnya dalam loop kontrol proses. Dalam banyak kasus, perlu
digunakan high pass, low pass dan notch filter untuk mengurangi
sinyal- sinyal yang tidak diinginkan dari loop. Filter seperti ini dapat
dipenuhi oleh filter pasif yang hanya menggunakan resistor, kapasitor,
induktor, atau filter aktif, menggunakan gain dan feedback. Penyesuai
impedensi adalah sebuah elemen penting dari pengkondisi sinyal ketika
impedansi internal transduser atau impedansi saluran dapat
mengakibatkan error dalam pengukuran variabel dinamik. Baik
jaringan aktif maupun pasif juga dipakai untuk menghasilkan
penyesuaian.

1.2 Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) adalah salah satu jenis resistor
yang dapat mengalami perubahan resistansinya apabila mengalami perubahan
penerimaan cahaya. Besarnya nilai hambatan pada Sensor Cahaya LDR (Light
Dependent Resistor) tergantung pada besar kecilnya cahaya yang diterima oleh
LDR itu sendiri. LDR sering disebut dengan alat atau sensor yang berupa
resistor yang peka terhadap cahaya. Biasanya LDR terbuat dari cadmium

3
sulfida yaitu merupakan bahan semikonduktor yang resistansnya berupah-ubah
menurut banyaknya cahaya (sinar) yang mengenainya.

Resistansi LDR pada tempat yang


gelap biasanya mencapai sekitar 10 M, dan
ditempat terang LDR mempunyai resistansi
yang turun menjadi sekitar 150 . Seperti
halnya resistor konvensional, pemasangan
LDR dalam suatu rangkaian sama persis
seperti pemasangan resistor biasa.
Simbol LDR dapat dilihat seperti pada gambar berikut. Simbol Dan Fisik
Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) Sensor Cahaya LDR (Light
Dependent Resistor),Simbol Dan Fisik Sensor Cahaya LDR (Light Dependent
Resistor),Aplikasi Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor),Karakteristik
Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor),Laju Recovery Sensor Cahaya
LDR (Light Dependent Resistor),Respon Spektral Sensor Cahaya LDR (Light
Dependent Resistor),Prinsip Kerja Sensor Cahaya LDR (Light Dependent
Resistor),Resistansi LDR,resistansi LDR keadaan gelap,resistansi LDR keadaan
terang,sensor LDR,LDR,LDR (Light Dependent Resistor),sensitivitas LDR (Light
Dependent Resistor),resistansi dari LDR,Karakteristik LDR,harga LDR,jual
LDR,definisi LDR,dasar teori LDR,artikel LDR,pengertian LDR,bahan pembuat
LDR,cahaya LDR,kegunaan LDR,fungsi LDR,manfaat LDR,keuntungan
LDR,respon cahaya LDR,sensor cahaya,Sensor pada rangkaian saklar
cahaya,Sensor pada lampu otomatis,Sensor pada alarm brankas,Sensor pada tracker
cahaya matahari,Sensor pada kontrol arah solar cell,Sensor pada robot line
follower,nilai hambatan pada Sensor Cahaya LDR,detektor cahaya,LDR Aplikasi
Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) Sensor Cahaya LDR (Light
Dependent Resistor) dapat digunakan sebagai :
1. Sensor pada rangkaian saklar cahaya
2. Sensor pada lampu otomatis Sensor pada alarm brankas
3. Sensor pada tracker cahaya matahari
4. Sensor pada kontrol arah solar cell

4
5. Sensor pada robot line follower Dan masih banyak lagi aplikasi rangkaian
elektronika yang menggunakan LDR (Light Dependent Resistor) sebagai
sensor cahaya.
Karakteristik Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) Sensor
Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) adalah suatu bentuk komponen yang
mempunyai perubahan resistansi yang besarnya tergantung pada cahaya.
Karakteristik LDR terdiri dari dua macam yaitu Laju Recovery dan Respon Spektral
sebagai berikut : Laju Recovery Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor)
Bila sebuah Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) dibawa dari suatu
ruangan dengan level kekuatan cahaya tertentu ke dalam suatu ruangan yang gelap,
maka bisa kita amati bahwa nilai resistansi dari LDR tidak akan segera berubah
resistansinya pada keadaan ruangan gelap tersebut. Na-mun LDR tersebut hanya
akan bisa menca-pai harga di kegelapan setelah mengalami selang waktu tertentu.
Laju recovery meru-pakan suatu ukuran praktis dan suatu ke-naikan nilai
resistansi dalam waktu tertentu. Harga ini ditulis dalam K/detik, untuk LDR tipe
arus harganya lebih besar dari 200K/detik(selama 20 menit pertama mulai dari level
cahaya 100 lux), kecepatan tersebut akan lebih tinggi pada arah sebaliknya, yaitu
pindah dari tempat gelap ke tempat terang yang memerlukan waktu kurang dari 10
ms untuk mencapai resistansi yang sesuai den-gan level cahaya 400 lux.
Respon Spektral Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) Sensor
Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) tidak mempunyai sensitivitas yang sama
untuk setiap panjang gelombang cahaya yang jatuh padanya (yaitu warna). Bahan
yang biasa digunakan sebagai penghantar arus listrik yaitu tembaga, aluminium,
baja, emas dan perak. Dari kelima bahan tersebut tembaga merupakan penghantar
yang paling banyak, digunakan karena mempunyai daya hantaryang baik
(TEDC,1998) Prinsip Kerja Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor)
Resistansi Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) akan berubah seiring
den-gan perubahan intensitas cahaya yang mengenainya atau yang ada disekitarnya.
Dalam keadaan gelap resistansi LDR seki-tar 10M dan dalam keadaan terang
sebe-sar 1K atau kurang.
LDR terbuat dari ba-han semikonduktor seperti kadmium sul-fida. Dengan
bahan ini energi dari cahaya yang jatuh menyebabkan lebih banyak mua-tan yang

5
dilepas atau arus listrik meningkat. Artinya resistansi bahan telah men-galami
penurunan.

1.3 Resistor

Gambar 1.3 Pembacaan resistor

1.4 Op amp
Penguat operasional (Op Amp) adalah suatu rangkaian terintegrasi
yang berisi beberapa tingkat dan konfigurasi penguat diferensial yang telah
dijelaskan di atas. Penguat operasional memilki dua masukan dan satu keluaran
serta memiliki penguatan DC yang tinggi. Untuk dapat bekerja dengan baik,
penguat operasional memerlukan tegangan catu yang simetris yaitu tegangan
yang berharga positif (+V) dan tegangan yang berharga negatif (-V) terhadap
tanah (ground). Berikut ini adalah simbol dari penguat operasional:

6
Gambar 1.4 simbol Op Amp

Penguat operasional banyak digunakan dalam berbagai aplikasi karena


beberapa keunggulan yang dimilikinya, seperti penguatan yang tinggi,
impedansi masukan yang tinggi, impedansi keluaran yang rendah dan lain
sebagainya. Berikut ini adalah karakteristik dari Op Amp ideal:
Penguatan tegangan lingkar terbuka (open-loop voltage gain) AVOL =
Tegangan ofset keluaran (output offset voltage) VOO = 0
Hambatan masukan (input resistance) RI =
Hambatan keluaran (output resistance) RO = 0
Lebar pita (band width) BW =
Waktu tanggapan (respon time) = 0 detik
Karakteristik tidak berubah dengan suhu

Kondisi ideal tersebut hanya merupakan kondisi teoritis tidak


mungkun dapat dicapai dalam kondisi praktis. Tetapi para pembuat Op Amp
berusaha untuk membuat Op Amp yang memiliki karakteristik mendekati
kondisi-kondisi di atas. Karena itu sebuah Op Amp yang baik harus memiliki
karakteristik yang mendekati kondisi ideal. Berikut ini akan dijelaskan satu
persatu tentang kondisi-kondisi ideal dari Op Amp.

1.4.1 Komparator
Komparator adalah komponen elektronik yang berfungsi
membandingkan dua nilai kemudian memberikan hasilnya, mana yang

7
lebih besar dan mana yang lebih kecil. Komparator bisa dibuat dari
konfigurasi open-loop Op Amp. Jika kedua input pada Op Amp pada
kondisi open-loop, maka Op Amp akan membandingkan kedua saluran
input tersebut. Hasil komparasi dua tegangan pada saluran masukan akan
menghasilkan tegangan saturasi positif (+Vsat) atau saturasi negatif (-
Vsat).
Sebuah rangkaian komparator pada Op Amp akan
membandingkan tegangan yang masuk pada satu saluran input dengan
tegangan pada saluran input lain, yang disebut tegangan referensi.
Tegangan output berupa tegangan high atau low sesuai dengan
perbandingan Vin dan Vref. Dan berikut adalah rangkaian komparator
sederhana.

Gambar 2. Komparator Sederhana


Vref di hubungkan ke +V supply, kemudian R1 dan R2 digunakan
sebagai pembagi tegangan, sehingg nilai tegangan yang di referensikan
pada masukan + op-amp adalah sebesar :
V = [R1/(R1+R2) ] * Vsupply
Op-amp tersebut akan membandingkan nilai tegangan pada kedua
masukannya, apabila masukan (-) lebih besar dari masukan (+) maka,
keluaran op-amp akan menjadi sama dengan Vsupply, apabila tegangan
masukan (-) lebih kecil dari masukan (+) maka keluaran op-amp akan
menjadi sama dengan + Vsupply.

8
Jadi dalam hal ini jika Vinput lebih besar dari V maka
keluarannya akan menjadi Vsupply, jika sebaliknya, Vinput lebih besar
dari V maka keluarannya akan menjadi + Vsupply. Untuk op-amp yang
sesuai untuk di pakai pada rangkaian op-amp untuk komparator biasanya
menggunakan op-amp dengan tipe LM324 yang banyak di pasaran.
Secara umum prinsip kerja rangkaian komparator adalah
membandingkan amplitudo dua buah sinyal, jika +Vin dan Vin masing-
masing menyatakan amplitudo sinyal input tak membalik dan input
membalik, Vo dan Vsat masing-masing menyatakan tegangan output dan
tegangan saturasi, maka prinsip dasar dari komparator adalah
+Vin Vin maka Vo = Vsat+
+Vin < Vin maka Vo = Vsat
Keterangan:
+Vin = Amplitudo sinyal input tak membalik (V)
Vin = Amplitudo sinyal input membalik (V)
Vsat+ = Tegangan saturasi + (V)
Vsat = Tegangan saturasi - (V)
Vo = Tegangan output (V)
Bentuk fisik IC LM 324 seperti gambar dibawah ini :

9
Gambar 3. Bentuk fisik IC lm324

Fungsi Pin IC:


Pin 1 = output 1
Pin 2 = input 1 negatif
Pin 3 = input 1 positif
Pin 4 = VCC
Pin 5 = input 2 positif
Pin 6 = input 2 negatif
Pin 7 = output 22
Pin 8 = output 3
Pin 9 = input 3 negatif
Pin 10 = input 3 positif
Pin 11 = GND
Pin 12 = input 4 positif
Pin 13 = input 4 negatif
Pin 14 = output 4

10
1.5 Relay
Relay adalah suatu peranti yang bekerja berdasarkan elektromagnetik
untuk menggerakan sejumlah kontaktor yang tersusun atau sebuah saklar
elektronis yang dapat dikendalikan dari rangkaian elektronik lainnya dengan
memanfaatkan tenaga listrik sebagai sumber energinya. Kontaktor akan
tertutup (menyala) atau terbuka (mati) karena efek induksi magnet yang
dihasilkan kumparan (induktor) ketika dialiri arus listrik. Berbeda dengan
saklar, pergerakan kontaktor (on atau off) dilakukan manual tanpa perlu arus
listrik.
Relay yang paling sederhana ialah relay elektromekanis yang
memberikan pergerakan mekanis saat mendapatkan energi listrik. Secara
sederhana relay elektromekanis ini didefinisikan sebagai berikut.
Alat yang menggunakan gaya elektromagnetik untuk menutup atau
membuka kontak saklar.
Saklar yang digerakkan secara mekanis oleh daya atau energi listrik.
Sebagai komponen elektronika, relay mempunyai peran penting dalam
sebuah sistem rangkaian elektronika dan rangkaian listrik untuk menggerakan
sebuah perangkat yang memerlukan arus besar tanpa terhubung langsung
dengan perangakat pengendali yang mempunyai arus kecil. Dengan demikian
relay dapat berfungsi sebagai pengaman. Relay terdiri dari 3 bagian utama,
yaitu:

1. Normaly On : Kondisi awal kontaktor terturup (On) dan akan terbuka (Off)
jika relay diaktifkan dengan cara memberi arus yang sesuai pada kumparan
(coil) relay. Istilah lain kondisi ini adalah Normaly Close (NC).
2. Normaly Off : Kondisi awal kontaktor terbuka (Off) dan akan tertutup jika
relay diaktifkan dengan cara memberi arus yang sesuai pada kumparan
(coil) relay. Istilah lain kondisi ini adalah Normaly Open (NO).
3. Change-Over (CO) atau Double-Throw (DT) : Relay jenis ini memiliki
dua pasang terminal dengan dua kondisi yaitu Normaly Open (NO) dan
Normaly Close (NC).

11
1.6 Rangkaian H-Bridge
H-bridge rangkaian yang konfigurasi atau susunan transistornya
sepeti membentuk huruf H. Transistor ini digunakan sebagai switching
sehingga nantinya motor dapat berputar searah jarum jam (clockwise) dan
berlawanan arah jarum jam (counterclockwise). Adapun type transistor yang
banyak di gunakan dalam rangkaian H. Bridge adalah transistor type TIP 31
dan TIP 32. Pengertian dari transistor itu sendiri adalah komponen elektronika
yang berfungsi sebagai saklar. Transistor memiliki tiga kutub atau kaki yang
diberi nama : Kolektor (C), Basis (B), dan Emitor (E). Transistor juga dapat
digunakan sebagai penguat arus (current amplifier). Prinsip kerja dari transistor
yaitu jika pada basis mengalir arus IB, maka pada kolektor mengalir arus IC
dan pada emitor mengalir arus IE dengan hubungan :
IE = IB + IC
Dimana : IE = arus pada Emitor
IB = arus pada Basis
IC = arus pada Kolektor

12
Terdapat dua jenis transistor ialah jenis NPN dan jenis PNP. Pada
transistor jenis NPN tegangan basis dan kolektornya positif terhadap emitor,
sedangkan pada transistor PNP tegangan basis dan kolektornya negatif
terhadap tegangan emitor.
Simbol Trasistor

Transistor dapat dipergunakan antara lain untuk :


Sebagai penguat arus, tegangan dan daya (AC dan DC)
Sebagai penyearah
Sebagai mixer
Sebagai osilator
Sebagai switch
1.6.1 Prinsip Kerja Rangkaian H . Bridge:

A = B = '0'
Karena input A dan B mempunyai logika yg sama '0' (0V), maka
kedua transistor TIP31 (Q1 & Q2) tidak akan mendapat picuan pada
basisnya sehingga transistor bersifat cut-off atau transistor bersifat
seperti saklar yg terbuka. Dari rangkaian diatas terlihat pula bahwa kedua

13
TIP 32 (Q3 & Q4) bergantung pada TIP31 dimana basis kedua TIP32
terhubung pada kolektor TIP 31. Jadi, apabila tidak ada arus yg mengalir
pada kolektor TIP 31 maka basis TIP 32 juga tidak akan terpicu akibatnya
motor tidak akan berputar atau berhenti.
A = '0'; B = '1'
Saat input A diberi logika '0' (0V) dan input B diberi logika '1'
(5V) maka Q2 akan saturasi sedangkan Q1 tetap cut-off. Karena Q2
bersifat saturasi atau seperti saklar yang tertutup maka basis Q3 akan
mendapat picuan sehingga Q3 juga bersifat saturasi. Akibatnya arus akan
mengalir dengan urutan seperti berikut :
Vs - Q3 - motor - Q1 - ground, sehingga motor akan berputar searah
jarum jam.

A = 1; B = 0
Saat input A diberi logika '1' (5V) dan input B diberi logika '0'
(0V) maka Q1 akan saturasi sedangkan Q2 cut-off. Akibatnya Q4 juga
akan menjadi saturasi karena basis Q4 mendapat picuan dari Q1.
Sehingga arus akan mengalir dengan urutan seperti berikut : Vs Q4 -
motor Q1 - ground dan motor akan berputar berlawanan arah jarum
jam.

14
A = B ='1'
Jika kedua input diberi logika '1' secara bersamaan maka akan
mengakibatkan semua transistor dalam kondisi saturasi. Secara logika
motor tidak akan berputar karena tidak ada beda potensial pada ujung
ujung konektornya. Namun hal ini akan menyebabkan timbulnya panas
yang berlebihan pada semua transistor sehingga dapat menyebabkan
kerusakan. Oleh karena itu hal ini harus dihindari. Penerapan rangkaian
H. Bridge ini banyak digunakan pada pengaturan motor DC untuk
menggerakkan motor secara putar kanan dan putar kiri dengan
menggunakan transistor sebagai saklar.

15
BAB II
PERANCANGAN ALAT

2.1. Blog Diagram Rangkaian Buka Tutup Tirai


Arduino Penguat Komparator
Setting point Mikro Plant cahaya
Intensitas cahaya

LDR
Sensor

Setting point Mikro Plant kecepatan


Kecepatan motor

Kec.Motor
Sensor

2.2. Perhitungan dan Simulasi

16
BAB III
LANGKAH PEMBUATAN ALAT

3.1 Alat dan Bahan


Perancangan buka tutup tirai dan lampu otomatis sebagai
pengaplikasian dari sistem kendali tentunya membutuhkan alat dan bahan yang
baik, agar simulasi buka tutup tirai dan lampu dapat beroperasi dengan baik.
Diperlukan control PID yang baik juga agar simulasi dapat berjalan pada
hitungan yang tepat. Berikut alat dan bahan yang digunakan dalam simulasi
buka tutup tirai dan lampu otomatis.
1) Sofware Circuit Wizart
2) Rangkaian Sensor LDR
3) Rangkaian H-Bridge
4) Rangkaian Regulator 5V
5) Rangkaian Penstabil Tegangan
6) Rangkaian Dimmer
7) Motor DC 6V
8) Arduino 324
9) Kertas Karton
10) Simulator Rumah
3.2 Gambar Rangkaian

Gambar rangkaian Sensor Cahaya

17
Gambar rangkaian H-Bridge Gambar rangkaian regulator DC 5V

Gambar Rangkaian Dimmer Gambar Rangkaian Led

3.3 Langkah-langkah Pembuatan Rangkaian


Untuk merakit simulasi buka tutup tirai dan lampu otomatis sebagai
pengaplikasian sistem kendali diperlukan langkah, agar proyek tugas akhir ini
dapat beroperasi dengan lancar. Langkah-langkah tersenut adalah sebagai
berikut.

1. Simulator rumah berfungsi sebagai tempat simulaasi buka tutup tirai dan
lampu otomatis.
2. Kertas karton berfungsi sebagai alas dari simulator rumah.
3. Rangkai semua rangkaian sesuai dengan tempatnya.
4. Simulasikan alat dan beri tegangan 12V DC dan catat data dari :

18
Intensitas (resistansi) berupa tegangan input dan output dari sensor LDR
(Ligh Dependent Resistor) dapat diketahui berapa tegangan input dan
output rata-rata dan perilakunya.
Tegangan input dan output dari motor dc agar dapat diketahui berapa
tegangan input dan output rata-rata motor dc dan perilakunya.
3.4 Baris program Arduino

#define motA 12
#define motB 11
const int sen1=A3;
void setup() {
Serial.begin(9600);
pinMode(motA,OUTPUT);
pinMode(motB,OUTPUT);
pinMode(A3,INPUT); //setting PIN A3 sebagai input
}
void loop() {
Serial.println (digitalRead(A3));
Serial.println(analogRead(sen1)/4);
if ((analogRead(sen1)/4)>10 && (analogRead(sen1)/4)<100) {
digitalWrite(motA,1);
digitalWrite(motB,0);
}
else if ((analogRead(sen1)/4)>200 ) {
digitalWrite(motA,0);
digitalWrite(motB,1);
}
else {

digitalWrite(motA,0);
digitalWrite(motB,0);
}
3.5 Algoritma Program
1. Jika sensor menangkap cahaya, maka output dari sensor akan di konversi
ke digital atau di rubah ke ADC (Analog Digital to Converter) pada
Arduino Uno.

19
2. Data yang telah di masukkan ke Arduino kemudian proses dan menjadi
data digital dengan output 0 dan 1.
3. Output dari Arduino kemudian di masukkan ke rangkaian H-Bridge untuk
di inputka ke motor dc.
3.6 Prinsip Kerja Rangkaian
Prinsip kerja dari simulasi buka tirai dan lampu otomatis adalah
sebagai berikut:
1. Jika sensor menangkap adanya cahaya maka output dari arduino akan
berlogika 1 dan motor berputar ke kiri selama beberapa detik.
2. Jika sensor tidak menangkap adanya cahaya maka output dari arduino
akan berlogika 0 dan motor berputar ke kanan selama beberapa detik.

BAB IV
ANALISA DATA

4.1 Data Sensor Cahaya dan Motor


no. setting point output cahaya setting point output kecepatan
1 3 149 cd 0 0 rpm
2 2.1 93 3 399 rpm
3 2.8 188 2.1 299 rpm
4 0 - 1.3 172 rpm
5 3.1 281 1.6 180 rpm
6 3.6 456 1.9 301 rpm
7 2.7 187 2.3 455 rpm

20
8 1.1 9 2.7 643 rpm
9 1.8 80 1.2 156 rpm
10 1.4 14 1.8 319 rpm
11 0.3 1 2.4 434 rpm
12 0.9 8 4 1034 rpm
13 3.2 187 3.2 877 rpm
14 1.2 11 2.5 512 rpm
15 2.4 94 3.1 727 rpm
16 2.6 216 3.5 814 rpm
17 3.3 346 3.9 1008 rpm
18 3.8 668 3.3 863 rpm
19 1.3 15 2.8 486 rpm
20 1.5 11 2 299 rpm
21 1.9 48 2.2 414 rpm
22 1.6 23 2.6 372 rpm
23 1 8 2.9 532 rpm
24 1.7 36 1 103 rpm
25 2 46 1.4 201 rpm
26 2.2 72 1.7 266 rpm
27 3.7 298 1.5 188 rpm
28 2.3 58 3.4 812 rpm
29 3.5 428 3.7 897 rpm
30 2.5 113 1.6 176 rpm
31 2.9 229 0.7 23 rpm
32 3.4 222 0.2 0 rpm
33 0.1 0.1 0.5 9 rpm
34 0.5 1 0.9 27 rpm
35 0.7 1 0.8 25 rpm

4.2 Analisa Rangkaian

21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan rangkaian ini adalah :
Rangkaian pengkondisi sinyal adalah suatu konversi sinyal menjadi
bentuk yang lebih sesuai yang merupakan antarmuka dengan elemen-
elemen lain dalam suatu kontrol proses
Sensor suhu IC LM 35 berfungsi untuk mengubah perubahan temperature
yang diterima dalam perubahan besaran elektrik (tegangan)
Besarnya penguatan op amp non inverting tergantung dari nilai resistor
feedback dan resistor ground

5.2 Saran
LM35 merupakan alat ukur suhu yang sangat bermanfaat untuk
pengamana barang elektronika kita. Biasanya untuk sensor ruanagan atau
mendeteksi panas dari prosesor PC atau laptop. Kalau sensor ini rusak maka
pendingin akan mati karena tidak mendapat saklar on dari sensor, dan
prosesor akan panas terus menerus dan akan rusak total, akan merusak PC
anda. Maka rawatlah sensor ini dengan sebaik mungkin dan pergunakan
dengan semestinya. Semoga benrmanfaat alat yang saya rancang diatas bagi
pembaca.

Daftar Rujukan

22
http://instrumentasi.lecture.ub.ac.id/prinsip-pengkondisian-sinyal/
http://elektronika-dasar.web.id/komponen/sensor-tranducer/sensor-suhu-
ic-lm35/
http://elektronika-dasar.web.id/komponen/sensor-tranducer/sensor-suhu-
ic-lm35/
http://elektronika-dasar.web.id/komponen/operasional-amplifier-op-amp-
ic-lm741/
http://id.wikipedia.org/wiki/Resistor
http://zonaelektro.net/resistor-karakteristik-nilai-dan-fungsinya/
http://l-lhover.blogspot.com/p/blog-page_452.html
http://dzulhafi4.blogspot.com/2013/11/pengertian-dan-fungsi-fan-pada-
komputer.html
http://elektronika-dasar.web.id/percobaan/penguat-tak-membalik-non-
inverting-amplifier/

23

Anda mungkin juga menyukai