DERMATITIS ATOPIK
Disusun Guna Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Mengikuti Ujian
Ilmu Farmasi Kedokteran
Oleh :
M. Taufiqurrahman I1A004064
Friskae I1A005044
Rizka Aullya I1A005013
Pembimbing :
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
Dermatitis atopik (DA) adalah suatu penyakit kulit inflamasi yang kronis
dan berulang, dengan karakteristik rasa gatal yang hebat, kulit kering, inflamasi
dan eksudasi. Kelainan kulit berupa papul gatal, yang kemudian mengalami
peningkatan nilai serum IgE dan riwayat alergi tipe I, rhinitis alergika dan asma
1,2,3
pada penderita atau keluarga.
bayi, dan sekitar 50% kasus didiagnosis pada usia 1 tahun, dan DA bersifat jangka
panjang dan menetap hingga dewasa pada sepertiga pasienSekitar 70 persen kasus
DA dimulai pada anak usia dibawah 5 tahun, meskipun sebanyak 10 persen kasus
bahan iritan (bahan pakaian yang tidak cocok, air keras), mikroba (khususnya
maupun luar ruangan seperti asam tembakau dapat mempengarugi produksi IgE.
I.2 Definisi
Dermatitis atopik (DA) ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif,
disertai gatal, yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak,
sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi
pada keluarga atau penderita (DA, rhinitis alergik atau asma bronkhial). Kelainan
kulit berupa papul gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi,
Kata "atopi" pertama diperkenalkan oleh Coca (1928), yaitu istilah yang
I.3 Epidemiologi
Oleh karena definisi secara klinis tidak ada yang tepat, maka untuk
merupakan salah satu masalah utama kesehatan dunia, dengan prevalensi DA pada
anak mencapai 10 sampai 20 persen di Amerika Serikat, Eropa utara dan barat,
orang dewasa berkisar antara 1-3%. Uniknya, prevalensi DA lebih rendah pada
negara-negara agraris, seperti Cina, Eropa barat, pedalaman Afrika dan Asia.
4
Wanita lebih banyak menderita DA daripada pria dengan rasio 1,3:1. Sekitar 60%
pasien anak dengan DA tidak menunjukkan gejala apapun pada masa remaja awal,
meskipun sebanyak 50% terjadi rekurensi pada saat dewasa. Onset dini penyakit,
permulaan penyakit yang berat, penyakit yang bersamaan dengan asma dan hay
I.4.1 Etiologi
ditemukan riwayat stigmata atopi pada pasien atau anggota keluarga, yaitu
berupa ; 7,8
stress.
I.4.2 Patogenesis
dari sel T helper (TH2) yang menginduksi peningkatan produksi interleukin 4 (IL-
diperlukan karena tidak ada pemeriksaan yang standar, seperti pada rhinitis dan
menimbulkan rasa gatal, terutama pada daerah antecubiti dan fossa poplitea.
Penurunan kelembaban
6
Udara dingin tidak mampu memberikan kelembaban yang cukup. Uap yang
lemak dari lapisan pertama kulit. Mandi setiap hari masih bisa ditoleransi pada
musim panas tetapi dapat menyebabkan kekeringan kulit yang berlebihan pada
Wool, bahan kimia rumah tangga dan industri, kosmetik, dan beberapa sabun
dan detergen dapat menyebabkan iritasi dan inflamasi pada pasien atopi. Asap
rokok mungkin menyebabkan lesi ekszem pada kelopak mata. Inflamasi seringkali
diartikan sebagai reaksi alergi oleh pasien, sehingga mereka mengklaim bahwa
Alergi kontak
Aeroallergen
pasien DA yang memiliki antibodi anti-IgE terhadap antigen tungan debu rumah,
Inhalasi debu rumah dan penetrasi alergen melalui kulit mungkin dapat terjadi.
Aeroalergen lainnya seperti serbuk sari dan alergen dari binatang peliharaan atau
Agen mikroba
Mikroba ini secara signifikan meningkat pada kulit yang tidak terinfeksi.
Normalnya, S. aureus mewakili kurang dari 5% dari total mikroflora kulit pada
orang tanpa DA. Antibiotik diberikan secara sistemik atau topical secara dramatis
Makanan
mereka. Makanan dapat mencetuskan reaksi alergi dan non-alergi. Makan yang
paling banyak menimbulkan reaksi alergi adalah telur, kacang, susu, ikan, kedelai
dan gandum. Urtikaria, ekszema, gejala saluran napas atau cerna, atau reaksi
Stress emosional
Gejala utama dermatitis atopik ialah gatal (pruritus). Akibat garukan akan
terjadi kelainan kulit yang bermacam-macam, misalnya papul, likenifikasi dan lesi
menjadi tiga fase, yaitu DA infantil (terjadi pada usia 2 bulan sampai usia 2
tahun); DA anak (2 sampai 12 tahun); dan DA pada remaja dan dewasa. Pada DA
tipe infantil lebih sering mengenai daerah wajah dan badan, sedangkan pada DA
pada remaja dan dewasa terutama pada daerah fleksural dan tangan. Pola
pewarisan DA sampai saat ini masih belum diketahui, namun beberapa data yang
Masa awitan paling sering pada usia 2-6 bulan. Lesi mulai di muka (pipi,
dahi) dan skalp, tetapi dapat pula mengenai tempat lain (badan, leher, lengan, dan
tungkai). Bila anak mulai merangkak, lesi ditemukan di lutut. Lesi berupa eritema
dan papulovesikel miliar yang sangat gatal; karena garukan terjadi erosi,
ekskoriasi dan eksudasi atau krusta, tidak jarang mengalami infeksi. Garukan
9
dimulai setelah usia 2 bulan. Rasa gatal ini sangat mengganggu sehingga anak
gelisah, susah tidur, dan menangis. Lesi menjadi kronis dan residif. Sekitar usia 18
bulan, mulai tampak likenifikasi di bagian fleksor. Pada usia 2 tahun sebagian
Dapat merupakan kelanjutan bentuk infantil, atau timbul sendin (de novo).
Lesi kering, likenifikasi, batas tidak tegas karena garukan terlihat pula ekskoriasi
memanjang dan krusta. Tempat predileksi di lipat siku, lipat lutut, leher,
pergelangan tangan dan kaki; jarang mengenai muka. Tangan mungkin kering,
likenifikasi atau eksudasi; bibir dan perioral dapat pula terkena; kadang juga pada
paha belakang dan bokong. Sering ditemukan lipatan Dennie Morgan, yaitu
bagian atas, lipat siku, lipat lutut, punggung tangan; biasanya simetris. Gejala
utama adalah pruritus; kelainan kulit berupa likenifikasi, papul, ekskoriasi dan
krusta. Umumnya dermatitis atopik bentuk remaja dan dewasa berlangsung lama,
dapat terus berlangsung sampai tua. Dapat pula ditemukan kelainan setempat,
misalnya di bibir (kering, pecah, bersisik), vulva, puting susu, skalp. 2,5,6
Selain terdapat kelainan tersebut, kulit pendenta tampak kering dan sukar
lipatan Dennie Morgan, penipisan alis bagian luar (tanda Hertoghe), keilitis,
tersusun numular), dan keratokonus (bentuk komea yang abnormal). Selain itu,
11
Pada pasien dengan dermatitis atopi penggoresan pada kulit tidak akan
sampai 5 menit dan edem tidak timbul. Keadaan ini disebut dermatografisme
putih
12
- Pada pemberian suntikan asetil kolin secara intra kutan 1/5000 akan
menyebabkan hiperemia pada orang normal. Pada pasien dermatitis atopi akan
- Jika histamin fosfat disuntikkan pada lesi, eritem akan berkurang. Bila
disuntikkan secara parenteral tampak eritem bertambah pada kulit yang normal.
I.8 Diagnosis
anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium. Namun, tidak ada gejala kelainan
kulit yang spesifik, gambaran histologis tidak diketahui dengan jelas, dan tidak
menderita DA. Rajka merupakan orang pertama yang membuat daftar diagnosis
yang terdiri dari Kriteria mayor dan minor. Kriteria ini kemudian direvisi dan
dikenal sebagai kriteria Hanifin dan Rajka. Diagnosis DA ditegakkan bila pada
pasien dijumpai tiga atau lebih tanda mayor dan ditambah tiga atau lebih tanda
minor. Setiap pasien dapat menunjukkan kombinasi tanda mayor dan minor yang
berbeda. 2,5
Tanda Mayor :1
1. Pruritus.
2. Morfologi dan distribusi yang khas:
- likenifikasi fleksural pada orang dewasa,
- gambaran dermatitis di pipi dan ekstensor pada bayi.
3. Dermatitis kronis atau kronis kambuhan.
4. Riwayat atopi pribadi atau keluarga : Asma, rinitis alergika, dermatitis
atopik
Tanda Minor :1
13
kolinergik.
3. Katarak subkapsular anterior.
4. Xerosis/iktiosis/hiperlinear palmaris.
5. Pitiriasis alba.
6. Keratosis pilaris.
7. Kepucatan fasial/warna gelap infra orbital.
8. Tanda Dennie Morgan (lipatan infraorbital)
9. Peningkatan kadar IgE.
10. Keratokonus.
11. Kecenderungan mendapatkan dermatitis nonspesifik di tangan.
12. Kecenderungan infeksi kulit yang berulang.
13. Seilitis
14. Konjungtivitis berulang
15. Kepucatan pada wajah/eritema fasial
16. Gatal saat berkeringat
17. Intoleransi makanan
18. Dermatitis pada putting susu
19. Intoleransi wool
Kriteria ini secara ilmiah dievaluasi dan ditemukan dapat digunakan secara
wajar dengan baik, meskipun tidak ada definisi yang tepat, beberapa tidak
rosasea dan dermatitis perioral, infeksi jamur, ikhtiosis vulgaris, scabies dan
dermatitis kontak.2
15
I.10 Penatalaksanaan
kekambuhan. Kebanyakan pasien masih bisa diawasi dibawah kontrol yang baik
topikal, terjadi secara bersamaan dengan asma dan hay fever, sedasi yang
16
Pengobatan topikal
17
tergantung pilihan tertentu, usia, dan tipe dermatitis. Emolien menjaga hidrasi
kulit dan mengurangi gatal. Emolien digunakan secara rutin dua kali sehari,
meskipun tidak ada gejala penyakit dan setelah berenang atau mandi. Untuk
Kortikosteroid topikal
untuk vasokonstriksi. Secara umum, hanya sediaan dengan kekuatan sangat lemah
atau sedang yang dapat digunakan di wajah atau daerah genital, sedangkan
sediaan dengan kekuatan sedang dan kuat digunakan untuk daerah lainnya
Imunomodulator topical 2
18
Takrolimus
Takrolimus (FK-506), suatu penghambat calcineurin, dapat diberikan
dalam bentuk salap 0,03% untuk anak usia 2-15 tahun; untuk dewasa 0,03%
dan 0,1%. Takrolimus menghambat aktivasi sel yang terlibat dalam DA,
infiltrasi dermal. Pada penggunaan ter yang lama dapat terjadi Efek samping
ter yang lain ialah fotosensitisasi. Ter dapat pula dikombinasi dengan
kortikosteroid.
Antihistamin
Pengobatan DA dengan antihistamin topical tidak dianjurkan karena
Pengobatan sistemik 2
Kortikosteroid
Kortikosteroid sistemik hanya digunakan untuk mengendalikan
eksaserbasi akut, dalam jangka pendek, dan dosis rendah, diberikan berselang-
menimbulkan berbagai efek samping, dan bila dihentikan, lesi yang lebih berat
Antihistamin
Antihistamin digunakan untuk membantu mengurangi rasa gatal yang
hebat, terutama malam hari, sehingga mengganggu tidur. Oleh karena itu,
pertama sefalosporin.
Interferon
IFN- diketahui menekan respon IgE dan menurunkan fungsi dan
sirkulasi.
Siklosporin
Pada pasien tanpa gangguan ginjal, dapat digunakan siklosporin dengan
dosis yang dimulai dari 5 mg/Kg BB/hari. Obat ini di indikasikan apabila
semua pengobatan gagal, tetapi harus di awasi secara ketat. Pengobatan ini
UVA lebih baik daripada hanya UVB. UVA bekerja pada sel langerhans, dan
20
sernbuh spontan, sebagian berlanjut ke bentuk anak dan dewasa. Ada pula yang
dengan asma bronkial, masa awitan lambat, atau dermatitisnya berat, maka
BAB II
SIMULASI KASUS
2.1. Kasus
Anamnesa
Nn. Riana, usia 25 tahun, pekerjaan pegawai BKD. Alamat Jl. Sinar
No. 112, datang dengan keluhan gatal-gatal. Gatal-gatal muncul sejak 2 hari
yang lalu dengan adanya bintil-bintil kecil muncul di tengkuk, leher, lipatan
siku, belakang lutut dan pinggang. Bintil-bintil tidak berisi cairan. 2 hari
yang lalu penderita mendapat kiriman ikan peda dari orang tuanya, dan
gatal bila makan ikan peda. Penderita hanya gatal-gatal bila makan ayam
ras dan udang. Pasien sudah makan CTM dan pakai bedak salisil, tapi masih
riwayat gatal-gatal yang sama (saudara), asma (ibu), dan pilek bila pagi
(nenek).
Pemeriksaan
N = 88 x/
t = 37,5o C
RR = 20 x/
22
Pemeriksaan fisik :
Kulit : tengkuk, leher, fossa cubiti, fossa poplitea, sekitar pinggang nampak
B. Kortikosteroid topikal
2.5 Obat Pilihan dan Alternatif yang digunakan sebagai anti radang topikal.
dr. Munawarah
SIP 9050/06/RA/2009
R/ Hidrokortison 1% crem 40 g
S bdd extend ter m.et.v ue (o.12.h)
dr. Munawarah
SIP 9050/06/RA/2009
dosis, lama pemberian dan efek samping dari obat yang diberikan. Penentuan
dosis obat telah disesuaikan dengan aturan dosis untuk orang dewasa.
dermatitis ini masih belum diketahui secara pasti. Hanya dengan cara memberikan
stress. Prinsip utama pada pengobatan atopi adalah mencegah agar pasien tidak
untuk mengatasi rasa gatal. Pemberian dilakukan hanya bila gejala gatal timbul.
antihistamin non sedatif yang tidak akan menyebabkan mengantuk sehingga tidak
hari karena pengobatannya hanya bersifat simptomatis yaitu selama gejala gatal
dilakukan selama 7 hari untuk meminimalkan terjadinya efek samping obat dan
DAFTAR PUSTAKA
30
2. Djuanda Suria, Sri Adi S. Dermatitis. Dalam: Adhi Djuanda, Ed. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ke Tiga. Jakarta: Balai Penerbit FK UI,
2004;131-5
8. Mansjoer Arif. Dermatitis Atopi dalam Kapita Selekta Jilid 2 edisi III.
Media Aesculaplus. FKUI, Jakarta, 2001
10. Hassan, Rusepno. Dermatitis Atopi dalam Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan
Anak FKUI. Jakarta: Infomedika, 1998