Anda di halaman 1dari 16

Specific Language Impairment (SLI)

Hardiono D. Pusponegoro

Tujuan:
1. Mengetahui definisi dan klasifikasi Specific Language Impairment
(SLI)
2. Mampu menegakkan diagnosis SLI
3. Mampu membedakan SLI dari keterlambatan bicara dan bahasa
lain
4. Mampu merujuk ke tempat yang tepat

Secara klinis seorang anak disebut mengalami keterlambatan bicara apabila


pada umur 2 tahun hanya dapat mengucapkan kurang dari 50 kata dan/ atau
belum ada kalimat yang terdiri dari kombinasi dua kata. Prevalens keterlambatan
perkembangan bicara mencapai 15% pada anak berumur 2 tahun.1,2 Umumnya
orangtua sudah mengeluh mengenai keterlambatan bicara pada umur 2
tahun, namun sebagian dokter memilih menunggu berdasarkan fakta bahwa
perkembangan bicara masih sangat bervariasi pada umur 2 tahun, 50% anak
yang mengalami keterlambatan bicara akan mengejar keterlambatan tersebut
pada umur 3 tahun, dan bila keterlambatan bicara hanya disebabkan oleh
keterlambatan perkembangan (maturational delay), prognosisnya cukup baik.3-5
Akibat adanya pendapat ini, maka diagnosis keterlambatan bicara seringkali
belum ditegakkan pada umur 2-3 tahun.2,3
Meskipun demikian, harus diingat bahwa keterlambatan bicara yang
semula diduga hanya merupakan keterlambatan perkembangan ternyata dapat
merupakan gejala dari gangguan lain yang lebih serius, misalnya gangguan
pendengaran, retardasi mental, autisme, dan lain-lain. Keterlambatan bicara juga
dapat merupakan gejala dari defisit spesifik kemampuan berbahasa yang disebut
sebagai Specific Language Impairment (SLI).5 Keadaan ini seringkali menetap
sampai usia sekolah dan dapat menyebabkan kurangnya kemampuan akademis
dan menimbulkan berbagai masalah psikososial.6 Makalah ini secara khusus akan
membahas keterlambatan bicara dan bahasa yang disebabkan SLI

Terminologi
Beberapa terminologi penting dan perlu dipahami dalam makalah ini adalah5:

79
Ronny Suwento

1. Bicara: produksi suara untuk berkomunikasi.


2. Bahasa: kemampuan berkomunikasi yang terdiri atas 4 domain yaitu
semantik, sintaks fonologi, dan pragmatik. Semantik adalah memberi makna
terhadap kata, sintaks adalah menggabungkan kata menjadi kalimat, fonologi
adalah menggabungkan suara dari bahasa, sedangkan pragmatik adalah
penggunaan sosial dari bahasa.
3. Bahasa reseptif: kemampuan mengerti pembicaraan orang lain.
4. Bahasa ekspresif: kemampuan berbicara atau mengeluarkan kata dan
kalimat.

Definisi
Berikut ini adalah kriteria SLI menurut International Classification of Diseases
10 (ICD 10) yang dikeluarkan oleh World Health Organiztion (WHO) pada
tahun 2007 yaitu:7
yy Specific developmental disorders of speech and language
yy Gangguan berbahasa dengan pola perkembangan bahasa yang tidak
normal sejak usia perkembangan dini. Keadaan tersebut bukan disebabkan
langsung oleh kelainan neurologis atau mekanisme bicara, gangguan
sensoris, retardasi mental, maupun faktor lingkungan. Sering pula disertai
masalah lain seperti kesulitan membaca dan mengeja, gangguan hubungan
interpersonal, gangguan emosi dan gangguan perilaku.
yy Expressive language disorder
yy Kemampuan anak untuk berbicara kurang untuk umur perkembangannya,
tetapi pengertian terhadap bahasa normal. Keadaan tersebut dapat disertai
atau tidak disertai gangguan artikulasi.
yy Receptive language disorder
yy Kemampuan anak untuk mengerti bahasa kurang untuk umur
perkembangannya.

Selain definisi yang telah disebutkan diatas berdasarkan ICD 10, Diagnostic
and Statistical Manual of Mental Disorders-IV-TR (DSM IV-TR) membagi SLI
menjadi gangguan bicara ekspresif dan gangguan bicara reseptif-ekspresif.
Berikut ini adalah criteria diagnostic SLI berdasarkan DSM IV:8
yy Kriteria diagnosis gangguan bahasa ekspresif
A. Perkembangan bahasa ekspresif kurang bila dibandingkan kapasitas
intelektual nonverbal dan perkembangan bahasa reseptif. Secara klinis,
terlihat sebagai perbendaharaan kata yang terbatas, kesalahan dalam
mengucapkan kalimat, kesulitan memilih kata untuk berbicara, atau
kesulitan membuat kalimat yang kompleks dan panjang, yang sesuai
dengan umur perkembangan.
B. Gangguan bahasa ekspresif menyebabkan gangguan akademis,
pekerjaan, atau komunikasi sosial

80 A Journey to child neurodevelopment: Application in daily practices


Diagnosis Banding Keterlambatan Bicara: Pendekatan Etiologi pada Praktik Sehari-hari

C. Tidak memenuhi kriteria gangguan bahasa campuran reseptif-ekspresif


atau spektrum gangguan autistik
D. Bila disertai retardasi mental, defisit bicara karena gangguan fungsi oral-
motor atau deprivasi lingkungan, derajat kesulitan berbahasa melebihi
yang biasanya ditemukan pada keadaan tersebut.

Kriteria diagnosis gangguan bahasa reseptif-ekspresif


A. Perkembangan bahasa reseptif dan ekspresif kurang bila dibandingkan
kapasitas intelektual nonverbal. Secara klinis, terlihat sebagai gejala
gangguan bahasa ekspresif ditambah kesulitan mengerti kata atau
kalimat yang diucapkan orang lain.
B. Gangguan bahasa reseptif dan ekspresif menyebabkan gangguan
akademis, pekerjaan, atau komunikasi sosial
C. Tidak memenuhi kriteria spektrum gangguan autistik
D. Bila disertai retardasi mental, defisit bicara karena gangguan fungsi
oral-motor, defisit sensoris atau deprivasi lingkungan, derajat kesulitan
berbahasa melebihi yang biasanya ditemukan pada keadaan tersebut.
Dengan berpegang pada kriteria ICD-10 dan DSM IV-TR, jelaslah bahwa
SLI merupakan gangguan bahasa yang secara disproporsional lebih berat
dibandingkan gangguan domain perkembangan lain.9-11 Kriteria kemampuan
berbahasa untuk menegakkan diagnosis SLI adalah kemampuan berbahasa
kurang dari -2SD di bawah rata-rata.7,8 Di Amerika Serikat, kriteria diagnosis
memerlukan kombinasi intelegensi yang normal (IQ lebih dari 85) dan gangguan
berbahasa 1,25 SD atau persentil 10 di bawah rata-rata.9

Prevalens
Penelitian epidemiologis di Amerika Serikat dengan menggunakan titik
potong kurang dari 1,25 SD melaporkan prevalens SLI sebanyak 7,4%
pada anak pra-sekolah. Bila menggunakan titik potong kurang dari 2SD,
prevalens adalah 2,5%.12 Di Finlandia, prevalens SLI adalah sebanyak
1%, namun dilaporkan bahwa terdapat peningkatan prevalens SLI dan
keterlambatan bicara perkembangan selama 10 tahun terakhir.13

Manifestasi klinis
Gejala dini berupa keterlambatan bicara
Hanya sekitar 40% di antara anak dengan keterlambatan bicara pada umur 2
tahun yang akan mengalami SLI pada umur 3-4 tahun.14 Selain itu, sebanyak 50%
di antara anak yang mengalami keterlambatan bicara pada umur 2 tahun tersebut
akan menunjukkan catch-up pada umur 3 tahun.4 Kemampuan bicara merupakan

UKK Neurologi IDAI & IDAI Cabang DKI Jakarta 81


Ronny Suwento

gejala penting untuk menemukan anak dengan gangguan serius, tetapi bila
diagnosis SLI semata-mata ditentukan berdasarkan kemampuan bicara, ternyata
angka positif palsunya terlalu besar. Bila anak belum dapat bicara, pada awalnya
sulit membedakan antara SLI dengan keterlambatan bicara yang disebabkan oleh
keterlambatan pematangan susunan saraf pusat yang disebut sebagai maturational
delay. Pada maturational delay, bicara terlambat tetapi struktur kata dan kalimat tetap
baik. Retardasi mental juga menunjukkan hal yang mirip, perbedaannya adalah pada
retardasi mental ditemukan pula kemampuan kognitif yang kurang.
Keterlambatan fungsi reseptif pada umur 2,5-3 tahun merupakan faktor
prediksi SLI yang lebih kuat, terutama bila disertai riwayat keluarga yang
sama.15-17 Namun, harus diingat bahwa retardasi mental pun menunjukkan
fungsi reseptif yang kurang.

Gejala pada saat anak sudah dapat berbicara


Pada saat anak yang sudah mulai berbicara sedikit-sedikit, gejala SLI tampak
dengan lebih jelas. Gejala yang sering ditemukan adalah:5,18,19
yy Keterlambatan memproduksi kata-kata, kata pertama baru pada umur 2
tahun
yy Jumlah kata-kata sedikit, kurang dari 50 kata pada umur 2 tahun
yy Gangguan semua domain bahasa meliputi fonologi, sintaks, semantik
dan pragmatik, misalnya kata tidak lengkap, ketidak teraturan berbicara,
struktur kalimat tidak benar, sulit mengulang kalimat, sulit memilih kata
untuk berbicara, ada kata yang hilang dalam kalimat, sulit membuat kalimat
yang kompleks dan panjang
yy Pada SLI reseptif-ekspresif, anak sulit mengerti pembicaraan orang
yy IQ non-verbal, kemampuan mandiri, dan kemampuan interaksi sosial baik
yy Tidak ditemukan kerusakan otak, gangguan pendengaran, struktur organ
bicara, atau deprivasi lingkungan.

Gejala pada anak berusia lebih besar


Pada umur 7 tahun, 90% anak dengan SLI tetap memperlihatkan kesulitan
berbahasa.20 Bahkan pada masa remaja, sebanyak 50% anak dengan SLI masih
memperlihatkan kesulitan berbahasa.21

Aspek sosial dan emosional


Pada awalnya tidak terlihat perbedaan aspek sosial dan emosional anak SLI
dengan anak lain. Namun pada umur 4 tahun, anak dengan SLI biasanya
mengalami lebih banyak masalah perilaku misalnya menarik diri, agresif,
emosional dan gangguan atensi. Pada umur 10 tahun, anak dengan SLI merasa
mereka lebih inkompeten, kurang diterima dalam pergaulan, kurang rasa percaya
diri, dan pemalu.22 Masalah-masalah ini dapat menetap sampai dewasa.

82 A Journey to child neurodevelopment: Application in daily practices


Diagnosis Banding Keterlambatan Bicara: Pendekatan Etiologi pada Praktik Sehari-hari

Komorbiditas
Beberapa peneliti melaporkan bahwa SLI sering disertai disleksia atau kesulitan
membaca, namun peneliti lain melaporkan bahwa kesulitan membaca tidak
selalu ditemukan pada anak dengan SLI.23-25 Mcginty berpendapat bahwa ada
kelompok anak dengan SLI yang juga mengalami gangguan atensi sehingga
mempermudah terjadinya kesulitan membaca. 25 Gangguan atensi dapat
ditemukan pada 54% anak dengan SLI. Dua puluh delapan persen hanya
mengalami gangguan atensi terhadap tugas verbal atau sulit membagi atensi,
atau mengalokasikan atensi terhadap pembicaraan orang lain.18,26
Sebanyak 70% anak dengan SLI dapat memperlihatkan gangguan
perkembangan motorik, baik motorik halus maupun motorik kasar berupa
clumsiness, kesulitan menulis, dan kesulitan melakukan olahraga yang
memerlukan ketepatan.20 Hal ini menyebabkan bertambahnya masalah
gangguan prestasi akademis dan sosial.27 Pada umur 14 tahun, dapat terlihat
ansietas dan fobia sosial.21

Faktor risiko
Faktor genetik
Penelitian pada anak kembar menunjukkan bahwa salah satu penyebab SLI
adalah faktor genetik. Adanya riwayat keluarga dengan gangguan berbahasa
atau belajar merupakan faktor risiko SLI.11 Riwayat SLI pada orangtua lebih
banyak bila orangtua mempunyai anak yang mengalami SLI (32%) dibandingkan
anak tanpa SLI (6%).28 Penurunan secara genetik ini bukan secara gen tunggal
tetapi melibatkan banyak gen secara kompleks ditambah pengaruh faktor
lingkungan.19

Faktor lingkungan dan sosial


Anak yang dibesarkan di lingkungan dengan edukasi orangtua yang rendah,
miskin, jumlah anak yang banyak, stress sosial yang tinggi dan kurang ekspresif,
seringkali tertinggal dalam perkembangan bicara dan bahasa.29 Anak yang
menggunakan 2 bahasa pada awalnya menunjukkan sedikit keterlambatan
bicara ekspresif, namun biasanya sudah dapat mengejar pada umur 2 tahun
bila tidak ada faktor lain.29

Faktor pre dan perinatal


Sebanyak 20-40% di antara anak yang lahir dengan berat badan sangat rendah
mengalami keterlambatan bahasa pada umur prasekolah.30 Gangguan neonatus
yang ringan seperti berat badan lahir kurang dari 2500 gram dan skor Apgar 5
menit kurang dari 3 juga menunjukkan peningkatan kejadian keterlambatan
bahasa.31
UKK Neurologi IDAI & IDAI Cabang DKI Jakarta 83
Ronny Suwento

Lain-lain
Suatu penelitian komunitas yang melibatkan 1720 anak berumur 13-24 bulan
menunjukkan bahwa faktor risiko seperti gender, prematuritas, berat badan
lahir, lahir kembar, urutan lahir, sosio-ekonomi, status mental ibu, edukasi
dan perbendaharaan kata ibu, serta riwayat keluarga kesulitan bicara-bahasa
bukan merupakan faktor risiko yang sangat bermakna. Faktor-faktor tersebut
hanya dapat menerangkan sekitar 7% keterlambatan perkembangan bicara dan
bahasa pada anak.1

Neurofisiologi
Penelitian-penelitian neurofisiologi menunjukkan bukti bahwa keterbatasan
memori kerja fonologik (phonologic working memory) merupakan defisit utama
pada SLI.9 Berbagai laporan yang tidak konsisten menunjukkan bahwa dengan
MRI terlihat asimetri korteks bahasa, gangguan substansia alba, dan displasia
kortikal. Pemeriksaan dengan ABR dapat memperlihatkan adanya gangguan
pada pemrosesan input auditorik di otak.9

Terapi
Intervensi dapat memperbaiki masalah bicara dan bahasa jangka pendek,
namun belum cukup bukti untuk menentukan hasil jangka panjang.5,6 Terapi
wicara masih merupakan pilihan utama, disamping terapi integrasi sensoris.18
Suatu meta-analisis terhadap 25 penelitian menunjukkan bahwa terapi wicara
efektif untuk anak dengan gangguan fonologik atau kurangnya perbendaharaan
kata. Namun, penggunaan terapi wicara belum terbukti bermanfaat untuk anak
dengan gangguan bahasa reseptif.5,32
Keikutsertaan orangtua dan teman dalam melakukan terapi memberi hasil
yang baik dibandingkan bila terapi hanya dilakukan oleh tenaga profesional.
Beberapa metode yang dapat dilakukan orangtua misalnya program It takes two
to talk dapat memperbaiki input bicara dan bahasa dengan interaksi yang berarti
dalam keadaan alamiah.32-34 Program yang diberikan dengan cara bermain juga
dapat memperbaiki kemampuan berbahasa anak.34 Teknik dengan memberikan
bantuan visual juga dilaporkan memberi hasil yang baik.35

Kesimpulan
Pada umur 2 tahun, keterlambatan bicara dengan batasan kurang dari 50
kata dan/ atau belum ada kalimat terdiri dari kombinasi dua kata mempunyai
prevalens sampai 15% anak. Memang benar bahwa sebagian besar di antara anak
dengan maturational delay akan menjadi normal, tetapi sebagian di antaranya
mungkin merupakan awal dari gangguan bicara dan bahasa yang serius.

84 A Journey to child neurodevelopment: Application in daily practices


Diagnosis Banding Keterlambatan Bicara: Pendekatan Etiologi pada Praktik Sehari-hari

Specific Language Impairment dengan prevalens sebanyak 1-2,5% merupakan


gangguan yang serius. Keadaan tersebut dapat menyebabkan munculnya
berbagai gangguan akademis dan interaksi sosial, disertai komorbiditas seperti
ansietas, kurangnya konsentrasi dan fobia sosial. Terapi yang dianjurkan untuk
SLI adalah terapi wicara baik oleh profesional, orangtua, maupun teman sebaya
yang telah dilatih.

Daftar Pustaka
1. Reilly S, Wake M, Bavin EL, Prior M, Williams J, Bretherton L, dkk. Predicting
language at 2 years of age: a prospective community study. Pediatrics.
2007;120:e1441-9.
2. Buschmann A, Jooss B, Rupp A, Dockter S, Blaschtikowitz H, Heggen I, Pietz
J. Children with developmental language delay at 24 months of age: results of a
diagnostic work-up. Dev Med Child Neurol. 2008;50:223-9.
3. Rannard A, Lyons C, Glenn S. Parent concerns and professional responses: the
case of specific language impairment. Br J Gen Pract. 2005;55:710-4.
4. Sachse S, von Suchodoletz W. Early identification of language delay by direct
language assessment or parent report. J Dev Behav Pediatr. 2008;29:34-41.
5. Schum RL. Language screening in the pediatric office setting. Pediatr Clin North
Am. 2007;54:425-36.
6. US Preventive Services Task Force. Screening for speech and language delay in
preschool children: recommendation statement. Pediatrics. 2006;117:497-501.
7. WHO. International classification of disease-10. Geneva: WHO; 2007.
8. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of mental
disorders IV-TR. Washington DC: American Psychiatric Association; 2000.
9. Webster RI, Shevell MI. Topical review: neurobiology of specific language
impairment. J Child Neurol. 2004;19:471.
10. Venkateswaran S, Shevell M. The case against routine electroencephalography in
specific language impairment. Pediatrics. 2008;122:e911-6.
11. Kohnert K, Windsor J, Ebert KD. Primary or specific language impairment and
children learning a second language. Brain Lang. 2009;109:101-11.
12. Tomblin JB, Records NL, Buckwalter P, Zhang X, Smith E, OBrian M. Prevalence
of specific language impairment in kindergarden children. J Speech Lang Hear Res.
1997;40:1245-60.
13. Hannus S, Kauppila T, Launonen K. Increasing prevalence of specific language
impairment (SLI) in primary healthcare of a finnish town, 1989-99. Int J Lang
Commun Disord. 2009;44:79-97.
14. Dale PS, Price TS, Bishop DVM, Plomin R. Outcomes of early language delay:
predicting persistent and transient language difficulties at 3 and 4 years. J Speech
Lang Hear Res. 2003;46:554-60.
15. Chiat S, Roy P. Early phonological and sociocognitive skills as predictors of
later language and social communication outcomes. J Child Psychol Psychiatry.
2008;49:635-45.
16. Flax J, Realpe-Bonita T, Roesler C, Choudury N, Benasich A. Using early
standardized language measures to predict later language and early reading

UKK Neurologi IDAI & IDAI Cabang DKI Jakarta 85


Ronny Suwento

outcomes in children at high risk for language-learning impairments. J Learn


Disabil 2009;42:61-75.
17. Choudhury N, Benasich AA. A family aggregation study: the influence of family
history and other risk factors on language development. J Speech Lang Hear Res.
2003;46:261-72.
18. Asikainen M. Diagnosing specific language impairment [Thesis]. University of
Tampere; 2005.
19. Bishop DVM. What causes specific language impairment in children? Current
Directions in Psychological Science. 2006;15:217.
20. Webster RI, Erdos C, Evans K, Majnemer A, Kehayia E, Thordardottir E, dkk. The
clinical spectrum of developmental language impairment in school-aged children:
language, cognitive, and motor findings. Pediatrics. 2006;118:e1541-9.
21. Conti-Ramsden G, Durkin K. Language and independence in adolescents with
and without a history of specific language impairment (SLI). J Speech Lang Hear
Res. 2008;51:70-83.
22. Jerome AC, Fujiki M, Brinton B, James SL. Self-esteem in children with specific
language impairment. J Speech Lang Hear Res. 2002;45:700-14.
23. Bishop DV, Snowling MJ. Developmental dyslexia and specific language impairment:
same or different? Psychol Bull. 2004;130:858-86.
24. Simkin Z, Conti-Ramsden G. Evidence of reading difficulty in subgroups of
children with specific language impairment. Child Language Teaching & Therapy.
2006;22:315.
25. McGinty AS, Justice LM. Predictors of print knowledge in children with specific
language impairment: experimental and developmental factors. J Speech Lang
Hear Res. 2009;52:81-97.
26. Shafer VL, Ponton C, Datta H, Morr ML, Schwartz RG. Neurophysiological
indices of attention to speech in children with specific language impairment. Clin
Neurophysiol. 2007;118:1230-43.
27. Webster RI, Majnemer A, Platt RW, Shevell MI. Motor function at school age
in children with a preschool diagnosis of developmental language impairment. J
Pediatr. 2005;146:80-5.
28. Barry JG, Yasin I, Bishop DV. Heritable risk factors associated with language
impairments. Genes Brain Behav. 2007;6:66-76.
29. Simms MD. Language disorders in children: classification and clinical syndromes.
Pediatr Clin North Am. 2007;54:437-67.
30. Van Lierde KM, Roeyers H, Boerjan S, De Groote I. Expressive and receptive
language characteristics in three-year-old preterm children with extremely low
birth weight. Folia Phoniatr Logop. 2009;61:296-9.
31. Stanton-Chapman TL, Chapman DA, Bainbridge NL, Scott KG. Identification
of early risk factors for language impairment. Res Dev Disabil. 2002;23:390-405.
32. Law J, Garrett Z, Nye C. Speech and language therapy interventions for children
with primary speech and language delay or disorder. Cochrane Database of
Systematic Reviews 2003, Issue 3. Art. No.: CD004110. DOI: 10.1002/14651858.
CD004110.
33. Buschmann A, Jooss B, Rupp A, Feldhusen F, Pietz J, Philippi H. Parent based
language intervention for 2-year-old children with specific expressive language
delay: a randomised controlled trial. Arch Dis Child. 2009;94:110-6.

86 A Journey to child neurodevelopment: Application in daily practices


Diagnosis Banding Keterlambatan Bicara: Pendekatan Etiologi pada Praktik Sehari-hari

34. Wing C, Kohnert K, Pham G, Cordero KN, Ebert KD. Culturally consistent
treatment for late talkers. Communication Disorders Quarterly. 2007;29:20.
35. Quail M, Williams C, Leito S. Verbal working memory in specific language
impairment: The effect of providing visual support. Int J Speech Lang Pathol.
2009;11:220-33.

UKK Neurologi IDAI & IDAI Cabang DKI Jakarta 87


Ronny Suwento

88 A Journey to child neurodevelopment: Application in daily practices


UKK NEUROLOGI IDAI
DAN
IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA
CABANG DKI JAKARTA

A Journey to child
neurodevelopment:
Application in daily
practices

Penyunting:
Hardiono D. Pusponegoro
Dwi Putro Widodo
Irawan Mangunatmadja

Jakarta, 18-19 Juli 2010


Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang memperbanyak, mencetak dan menerbitkan sebagian atau seluruh
buku dengan cara dan dalam bentuk apapun juga tanpa seizin penulis dan
penerbit

Diterbitkan oleh:
Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta
Tahun 2010

ISBN 978-979-8421-56-3
Daftar Penulis

Dr. Anna Tjandrajani, SpA

Dr. Dwi Putro Widodo, SpA(K),MMed


Unit Kerja Neurologi
IDAI Cabang DKI Jakarta

Dr. Hardiono D. Pusponegoro, SpA(K)


Unit Kerja Neurologi
IDAI Cabang DKI Jakarta

Dr. Irawan Mangunatmadja, SpA(K)


Unit Kerja Neurologi
IDAI Cabang DKI Jakarta

Dr. Lestaria Aryanti, SpIKFR


SMF Rehabilitasi Medik RSUP Fatmawati

Dr. Luh Karunia Wahyuni, SpRM(K)

Dr. Nelly Amalia Risan, SpA(K)

Dr. Purboyo Solek, SpA(K)

Rini Hildayani, MPsi

Dr. Ronny Suwento, SpTHT (K)

UKK Neurologi IDAI & IDAI Cabang DKI Jakarta xi


Dr. Setyo Handryastuti, SpA(K)
Unit Kerja Neurologi
IDAI Cabang DKI Jakarta

Prof. Dr. Sofyan Ismael, Sp.A(K)


Unit Kerja Neurologi
IDAI Cabang DKI Jakarta

Surastuti Nurdadi, MPsi

DR. Dr. Tjin Wiguna, SpKJ

xii A Journey to child neurodevelopment: Application in daily practices


Daftar Isi

Daftar Isi

Kata Sambutan Ketua IDAI Cabang DKI Jakarta.................................... iii

Sambutan Ketua Panitia........................................................................... v

Kata Pengantar....................................................................................... vii

Susunan Panitia...................................................................................... ix

Daftar Penulis......................................................................................... xi

Daftar Isi............................................................................................... xiii

A Journey to Child Neurodevelopmental Problems.................................. 1


Sofyan Ismael

Bayi risiko tinggi, apa yang bisa terjadi pada perkembangannya?.............. 7


Setyo Handryastuti

Pemantauan Neurologis Bayi Risiko Tinggi............................................ 23


Anna Tjandrajani

Prinsip Theraplay untuk Meningkatkan Attachment pada Bayi Risiko


Tinggi dan Berkebutuhan Khusus.......................................................... 33
Rini Hildayani

Intervensi Motorik pada Bayi Risiko Tinggi........................................... 45


Lestaria Aryanti

Diagnosis Banding Keterlambatan Bicara: Pendekatan Etiologi pada


Praktik Sehari-hari................................................................................. 55
Irawan Mangunatmadja

UKK Neurologi IDAI & IDAI Cabang DKI Jakarta xiii


Gangguan Pendengaran pada Bayi dan Anak: Skrining, Diagnosis, dan
Intervensi............................................................................................... 65
Ronny Suwento

Specific Language Impairment (SLI)...................................................... 79


Hardiono D. Pusponegoro

Kelumpuhan pada Anak Kecil............................................................... 89


Dwi Putro Widodo

Keterlambatan Motorik atau Palsi Serebral?......................................... 101


Nelly Amalia Risan

Developmental Coordination Disorder................................................. 109


Luh Karunia Wahyuni

Diagnosis Banding Kesulitan Belajar: Attention Deficit Hyperactivity


Disorder (ADHD) atau Retardasi mental.............................................. 119
Purboyo Solek

Deteksi Dini Kesulitan Belajar Pada Anak(Gangguan Persepsi Visual-


Motor, Tulisan Buruk, Disleksia, Diskalkulia)..................................... 127
Surastuti Nurdadi

Apakah anak dengan gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas


(GPPH) memerlukan obat?.................................................................. 137
Tjhin Wiguna

xiv A Journey to child neurodevelopment: Application in daily practices

Anda mungkin juga menyukai