Hardiono D. Pusponegoro
Tujuan:
1. Mengetahui definisi dan klasifikasi Specific Language Impairment
(SLI)
2. Mampu menegakkan diagnosis SLI
3. Mampu membedakan SLI dari keterlambatan bicara dan bahasa
lain
4. Mampu merujuk ke tempat yang tepat
Terminologi
Beberapa terminologi penting dan perlu dipahami dalam makalah ini adalah5:
79
Ronny Suwento
Definisi
Berikut ini adalah kriteria SLI menurut International Classification of Diseases
10 (ICD 10) yang dikeluarkan oleh World Health Organiztion (WHO) pada
tahun 2007 yaitu:7
yy Specific developmental disorders of speech and language
yy Gangguan berbahasa dengan pola perkembangan bahasa yang tidak
normal sejak usia perkembangan dini. Keadaan tersebut bukan disebabkan
langsung oleh kelainan neurologis atau mekanisme bicara, gangguan
sensoris, retardasi mental, maupun faktor lingkungan. Sering pula disertai
masalah lain seperti kesulitan membaca dan mengeja, gangguan hubungan
interpersonal, gangguan emosi dan gangguan perilaku.
yy Expressive language disorder
yy Kemampuan anak untuk berbicara kurang untuk umur perkembangannya,
tetapi pengertian terhadap bahasa normal. Keadaan tersebut dapat disertai
atau tidak disertai gangguan artikulasi.
yy Receptive language disorder
yy Kemampuan anak untuk mengerti bahasa kurang untuk umur
perkembangannya.
Selain definisi yang telah disebutkan diatas berdasarkan ICD 10, Diagnostic
and Statistical Manual of Mental Disorders-IV-TR (DSM IV-TR) membagi SLI
menjadi gangguan bicara ekspresif dan gangguan bicara reseptif-ekspresif.
Berikut ini adalah criteria diagnostic SLI berdasarkan DSM IV:8
yy Kriteria diagnosis gangguan bahasa ekspresif
A. Perkembangan bahasa ekspresif kurang bila dibandingkan kapasitas
intelektual nonverbal dan perkembangan bahasa reseptif. Secara klinis,
terlihat sebagai perbendaharaan kata yang terbatas, kesalahan dalam
mengucapkan kalimat, kesulitan memilih kata untuk berbicara, atau
kesulitan membuat kalimat yang kompleks dan panjang, yang sesuai
dengan umur perkembangan.
B. Gangguan bahasa ekspresif menyebabkan gangguan akademis,
pekerjaan, atau komunikasi sosial
Prevalens
Penelitian epidemiologis di Amerika Serikat dengan menggunakan titik
potong kurang dari 1,25 SD melaporkan prevalens SLI sebanyak 7,4%
pada anak pra-sekolah. Bila menggunakan titik potong kurang dari 2SD,
prevalens adalah 2,5%.12 Di Finlandia, prevalens SLI adalah sebanyak
1%, namun dilaporkan bahwa terdapat peningkatan prevalens SLI dan
keterlambatan bicara perkembangan selama 10 tahun terakhir.13
Manifestasi klinis
Gejala dini berupa keterlambatan bicara
Hanya sekitar 40% di antara anak dengan keterlambatan bicara pada umur 2
tahun yang akan mengalami SLI pada umur 3-4 tahun.14 Selain itu, sebanyak 50%
di antara anak yang mengalami keterlambatan bicara pada umur 2 tahun tersebut
akan menunjukkan catch-up pada umur 3 tahun.4 Kemampuan bicara merupakan
gejala penting untuk menemukan anak dengan gangguan serius, tetapi bila
diagnosis SLI semata-mata ditentukan berdasarkan kemampuan bicara, ternyata
angka positif palsunya terlalu besar. Bila anak belum dapat bicara, pada awalnya
sulit membedakan antara SLI dengan keterlambatan bicara yang disebabkan oleh
keterlambatan pematangan susunan saraf pusat yang disebut sebagai maturational
delay. Pada maturational delay, bicara terlambat tetapi struktur kata dan kalimat tetap
baik. Retardasi mental juga menunjukkan hal yang mirip, perbedaannya adalah pada
retardasi mental ditemukan pula kemampuan kognitif yang kurang.
Keterlambatan fungsi reseptif pada umur 2,5-3 tahun merupakan faktor
prediksi SLI yang lebih kuat, terutama bila disertai riwayat keluarga yang
sama.15-17 Namun, harus diingat bahwa retardasi mental pun menunjukkan
fungsi reseptif yang kurang.
Komorbiditas
Beberapa peneliti melaporkan bahwa SLI sering disertai disleksia atau kesulitan
membaca, namun peneliti lain melaporkan bahwa kesulitan membaca tidak
selalu ditemukan pada anak dengan SLI.23-25 Mcginty berpendapat bahwa ada
kelompok anak dengan SLI yang juga mengalami gangguan atensi sehingga
mempermudah terjadinya kesulitan membaca. 25 Gangguan atensi dapat
ditemukan pada 54% anak dengan SLI. Dua puluh delapan persen hanya
mengalami gangguan atensi terhadap tugas verbal atau sulit membagi atensi,
atau mengalokasikan atensi terhadap pembicaraan orang lain.18,26
Sebanyak 70% anak dengan SLI dapat memperlihatkan gangguan
perkembangan motorik, baik motorik halus maupun motorik kasar berupa
clumsiness, kesulitan menulis, dan kesulitan melakukan olahraga yang
memerlukan ketepatan.20 Hal ini menyebabkan bertambahnya masalah
gangguan prestasi akademis dan sosial.27 Pada umur 14 tahun, dapat terlihat
ansietas dan fobia sosial.21
Faktor risiko
Faktor genetik
Penelitian pada anak kembar menunjukkan bahwa salah satu penyebab SLI
adalah faktor genetik. Adanya riwayat keluarga dengan gangguan berbahasa
atau belajar merupakan faktor risiko SLI.11 Riwayat SLI pada orangtua lebih
banyak bila orangtua mempunyai anak yang mengalami SLI (32%) dibandingkan
anak tanpa SLI (6%).28 Penurunan secara genetik ini bukan secara gen tunggal
tetapi melibatkan banyak gen secara kompleks ditambah pengaruh faktor
lingkungan.19
Lain-lain
Suatu penelitian komunitas yang melibatkan 1720 anak berumur 13-24 bulan
menunjukkan bahwa faktor risiko seperti gender, prematuritas, berat badan
lahir, lahir kembar, urutan lahir, sosio-ekonomi, status mental ibu, edukasi
dan perbendaharaan kata ibu, serta riwayat keluarga kesulitan bicara-bahasa
bukan merupakan faktor risiko yang sangat bermakna. Faktor-faktor tersebut
hanya dapat menerangkan sekitar 7% keterlambatan perkembangan bicara dan
bahasa pada anak.1
Neurofisiologi
Penelitian-penelitian neurofisiologi menunjukkan bukti bahwa keterbatasan
memori kerja fonologik (phonologic working memory) merupakan defisit utama
pada SLI.9 Berbagai laporan yang tidak konsisten menunjukkan bahwa dengan
MRI terlihat asimetri korteks bahasa, gangguan substansia alba, dan displasia
kortikal. Pemeriksaan dengan ABR dapat memperlihatkan adanya gangguan
pada pemrosesan input auditorik di otak.9
Terapi
Intervensi dapat memperbaiki masalah bicara dan bahasa jangka pendek,
namun belum cukup bukti untuk menentukan hasil jangka panjang.5,6 Terapi
wicara masih merupakan pilihan utama, disamping terapi integrasi sensoris.18
Suatu meta-analisis terhadap 25 penelitian menunjukkan bahwa terapi wicara
efektif untuk anak dengan gangguan fonologik atau kurangnya perbendaharaan
kata. Namun, penggunaan terapi wicara belum terbukti bermanfaat untuk anak
dengan gangguan bahasa reseptif.5,32
Keikutsertaan orangtua dan teman dalam melakukan terapi memberi hasil
yang baik dibandingkan bila terapi hanya dilakukan oleh tenaga profesional.
Beberapa metode yang dapat dilakukan orangtua misalnya program It takes two
to talk dapat memperbaiki input bicara dan bahasa dengan interaksi yang berarti
dalam keadaan alamiah.32-34 Program yang diberikan dengan cara bermain juga
dapat memperbaiki kemampuan berbahasa anak.34 Teknik dengan memberikan
bantuan visual juga dilaporkan memberi hasil yang baik.35
Kesimpulan
Pada umur 2 tahun, keterlambatan bicara dengan batasan kurang dari 50
kata dan/ atau belum ada kalimat terdiri dari kombinasi dua kata mempunyai
prevalens sampai 15% anak. Memang benar bahwa sebagian besar di antara anak
dengan maturational delay akan menjadi normal, tetapi sebagian di antaranya
mungkin merupakan awal dari gangguan bicara dan bahasa yang serius.
Daftar Pustaka
1. Reilly S, Wake M, Bavin EL, Prior M, Williams J, Bretherton L, dkk. Predicting
language at 2 years of age: a prospective community study. Pediatrics.
2007;120:e1441-9.
2. Buschmann A, Jooss B, Rupp A, Dockter S, Blaschtikowitz H, Heggen I, Pietz
J. Children with developmental language delay at 24 months of age: results of a
diagnostic work-up. Dev Med Child Neurol. 2008;50:223-9.
3. Rannard A, Lyons C, Glenn S. Parent concerns and professional responses: the
case of specific language impairment. Br J Gen Pract. 2005;55:710-4.
4. Sachse S, von Suchodoletz W. Early identification of language delay by direct
language assessment or parent report. J Dev Behav Pediatr. 2008;29:34-41.
5. Schum RL. Language screening in the pediatric office setting. Pediatr Clin North
Am. 2007;54:425-36.
6. US Preventive Services Task Force. Screening for speech and language delay in
preschool children: recommendation statement. Pediatrics. 2006;117:497-501.
7. WHO. International classification of disease-10. Geneva: WHO; 2007.
8. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of mental
disorders IV-TR. Washington DC: American Psychiatric Association; 2000.
9. Webster RI, Shevell MI. Topical review: neurobiology of specific language
impairment. J Child Neurol. 2004;19:471.
10. Venkateswaran S, Shevell M. The case against routine electroencephalography in
specific language impairment. Pediatrics. 2008;122:e911-6.
11. Kohnert K, Windsor J, Ebert KD. Primary or specific language impairment and
children learning a second language. Brain Lang. 2009;109:101-11.
12. Tomblin JB, Records NL, Buckwalter P, Zhang X, Smith E, OBrian M. Prevalence
of specific language impairment in kindergarden children. J Speech Lang Hear Res.
1997;40:1245-60.
13. Hannus S, Kauppila T, Launonen K. Increasing prevalence of specific language
impairment (SLI) in primary healthcare of a finnish town, 1989-99. Int J Lang
Commun Disord. 2009;44:79-97.
14. Dale PS, Price TS, Bishop DVM, Plomin R. Outcomes of early language delay:
predicting persistent and transient language difficulties at 3 and 4 years. J Speech
Lang Hear Res. 2003;46:554-60.
15. Chiat S, Roy P. Early phonological and sociocognitive skills as predictors of
later language and social communication outcomes. J Child Psychol Psychiatry.
2008;49:635-45.
16. Flax J, Realpe-Bonita T, Roesler C, Choudury N, Benasich A. Using early
standardized language measures to predict later language and early reading
34. Wing C, Kohnert K, Pham G, Cordero KN, Ebert KD. Culturally consistent
treatment for late talkers. Communication Disorders Quarterly. 2007;29:20.
35. Quail M, Williams C, Leito S. Verbal working memory in specific language
impairment: The effect of providing visual support. Int J Speech Lang Pathol.
2009;11:220-33.
A Journey to child
neurodevelopment:
Application in daily
practices
Penyunting:
Hardiono D. Pusponegoro
Dwi Putro Widodo
Irawan Mangunatmadja
Diterbitkan oleh:
Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta
Tahun 2010
ISBN 978-979-8421-56-3
Daftar Penulis
Daftar Isi
Susunan Panitia...................................................................................... ix
Daftar Penulis......................................................................................... xi