Anda di halaman 1dari 15

Sebuah Tinjauan Sistematik terhadap Diagnosis dan Penatalaksanaan

Konjungtivitis
Amir A. Azari, Neal P Barney

Abstrak
Kepentingan Konjungtivitis merupakan suatu masalah yang sering ditemukan
Tujuan Untuk menilai diagnosis, penatalaksanaan, dan penatalaksanaan
konjungtivitis, termasuk beragam antibiotika dan alternatif terhadap penggunaan
antibiotika pada konjungtivitis infeksius dan penggunaan antihistamin dan
penstabil sel mast pada konjungtivitis alergi.
Ulasan Bukti dilakukan suatu pencarian terhadap kepustakaan yang
dipublikasikan dari Maret 2013, dengan menggunakan PubMed, database IS WEB
of Knowledge, dan kepustakaan Cochrane. Artikel-artikel yang memenuhi
persyaratan dipilih setelah meninjau judul, abstrak dan referensinya.
Temuan Konjungtivitis viral merupakan penyebab keseluruhan konjungtivitis
infeksius yang paling sering ditemukan dan biasanya tidak membutuhkan
penatalaksanaan; tanda-tanda dan gejala pada saat datang berbeda-beda.
Konjungtivitis bakterialis merupakan penyebab kedua tersering konjungtivitis
infekius, dengan sebagian besar kasus yang tidak memiliki komplikasi sembuh
dalam waktu 1 hingga 2 minggu. Sekret dan lengket pada kelopak mata saat
bangun, kurangnya rasa gatal, dan tidak adanya riwayat konjungtivitis merupakan
faktor terkuat yang berkaitan dengan konjungtivitis bakterialis. Antibiotika topikal
mengurangi durasi konjungtivitis bakterialis dan memungkinkan kembalinya ke
sekolah atau kerja dengan lebih cepat. Konjungtivitis yang disebabkan oleh
penyakit menular seksual seperti klamidia dan gonore membutuhkan
penatalaksanaan sistemik selain terapi antibiotika topikal. Konjungtivitis alergi
ditemukan pada hingga 40% dari seluruh populasi, namun hanya sebagian kecil
dari individu-individu ini yang mencari bantuan obat; rasa gatal merupakan tanda
yang paling konsisten pada konjungtivitis alergi, dan penatalaksanaannya terdiri
atas antihistamin topikal dan penghambat sel mast.
Kesimpulan dan relevansi Sebagian besar kasus pada konjungvitisis bakterialis
bersifat dapat sembuh dengan sendirinya dan tidak dibutuhkan penatalaksanaan
apapun pada kasus yang tidak berkomplikasi. Namun, konjungtivitis yang
disebabkan oleh gonore atau klamidia dan konjungtivitis pada pengguna lensa
kontak harus diobati dengan antibiotika. Penatalaksanaan untuk konjungtivitis
viral bersifat suportif. Penatalaksanaan dengan antihistamin dan penstabil sel mast
meringankan gejala-gejala konjungtivitis alergi.

Konjungtiva merupakan suatu membran yang tipis dan translusen yang


melapisi bagian anterior sklera dan dibagian dalam kelopak mata. Konjungtiva
memiliki 2 bagian, yaitu konjungtiva bulbar dan palpebral. Bagian bulbar dimulai
pada tepi kornea dan menutupi bagian sklera yang terlihat; bagian palpebra
melapisi bagian dalam kelopak mata (gambar 1). Inflamasi atau infeksi pada
konjungtiva dikenal sebagai konjungtivitis dan ditandai dengan dilatasi pembuluh
darah konjungtiva, yang menyebabkan hiperemis dan edema pada konjungtiva,
yang biasanya dengan sekreat yang terkait.1
Konjungtivitis menyerang banyak orang dan membebankan beban ekonomi
dan sosial. Diperkirakan bahwa konjungtivitis akut menyerang 6 juta orang setiap
tahunnya di Amerika serikat.2 Biaya mengobati konjungtivitis bakterialis saja
diperkirakan sebesar 377$ hingga 857$ per tahun.3 beberapa departemen
kesehatan negara AS, terlepas dari penyebab yang mendasari konjungtivitis,
mengharuskan agar para pelajar diobati dengan tetes mata antibiotika topikal
sebelum kembali lagi ke sekolah.4
Sebagian besar pasien konjungtivitis awalnya diobati oleh dokter layanan
primer dibandingkan dengan ahli mata. Sekitar 1% dari semua kunjungan praktik
layanan primer di Amerika Serikat berkaitan dengan konjungtivitis. 5 Sekitar 70%
dari semua pasien dengan konjungtivitis akut datang ke layanan primer dan
membutuhkan perawatan darurat.6
Prevalensi konjungtivitis beragam menurut penyebab yang mendasri, yang
dapat dipengaruhi oleh usia pasien, serta musim pada tahun itu. Konjungtivitis
viral merupakan penyebab tersering konjungtivitis infeksius baik pada
keseluruhan populasi maupun pada populasi dewasa.7-13 dan lebih sering
ditemukan di musim panas.14 Konjungtivitis bakterialis merupakan penyebab
kedua tersering,7-9,12,13 dan bertanggung jawab tas sebagian besar (50% - 75%)
kasus pada anak-anak.14; kelainan ini lebih sering teramati dari Desember hingga
April.14 Konjungtivitis alergi merupakan penyebab tersering yang menyerang 15%
hingga 40% populasi,15 dan teramati lebih sering selama musim semi dan musim
panas.14
Konjungtivisis dapat dibagi menjadi penyebab yang bersifat infeksius
meupun noninfeksius. Virus dan bakteri merupakan penyebab tersering infeksi.
Konjungtivitis noninfeksius mencakup konjungtivitis alergika, toksik, dan
sikatrikal, serta inflamasi akibat penyakit yang dimediasi imun dan proses
neoplastik.16 Penyakit ini juga dapat dikelompokkan menjadi keadaan akut,
hiperakut dan kronis menurut mode onset dan tingkat keparahan respon
klinisnya.17 Selain itu, penyakit ini dapat bersifat primer atau sekunder akibat
penyakit sistemik seperti gonore, klamidia, penyakit graft vs host, atau sindroma
Reiter, yang mana dibutuhkan penatalaksanaan sistemik.16
Penting untuk membedakan konjungtivitis dari penyakit mata yang
mengancam penglihatan yang memiliki tampilan klinis yang serupa dan untuk
membuat keputusan yang tepat mengenai pemeriksaan lebih lanjut,
penatalaksanaa, atau rujukan. Suatu algoritma pendekatan (Gambar 2) dengan
menggunakan anamnesis mata yang terfokus sejalan dengan pemeriksaan mata
dengan senter mungkin berguna dalam menegakkan diagnosis dan
penatalaksanaan. Karena konjungtivitis dan banyak penyakit mata lainnya dapat
terlihat sebagai mata merah, diagnosis banding mata merah dan pengetahuan
mengenai gambaran khas setiap penyakit dalam kategori ini bersifat penting
(Tabel 1).

Metode
Kepustakaan yang dipublikasikan hingga Maret 2013 ditinjau dengan
melakukan pencarian pada Pubmed, database ISI Web of Knowledge, dan
Kepustakaan Cochrane. Digunakan kata kunci berikut: konjungtivitis bakterialis,
konjungtivitis viral, konjungtivitis alergika, penatalaksanaan konjungtivitis
bakterialis, dan penatalaksanaan konjungtivitis viral. Tidak digunakan
pembatasan bahasa. Artikel-artikel yang dipublikasikan antara Maret 2003 dan
Maret 2013 awalnya diskrining. Setelah meninjau judul teks dan referensi untuk
artikel, lebih banyak yang diidentifikasi dan diskrining. Artikel dan metaanalisis
yang memberikan informasi berbasis bukti mengenai penyebab, penatalaksanaan
dan beragam penatalaksanaan jenis-jenis konjungtivitis dipilih. Sejumlah 86
artikel diikutsertakan dalam tinjauan ini. Penelitian pertama8 dipublikasikan pada
tahun 1982 dan yang terakhir pada tahun 201219. Tingkat bukti dimasukkan
kedalam rekomendasi yang disajikan dalam Tabel 2 dan tabel 3 dengan sistem
penilaian dari American Heart Association: Bukti dengan bobot yang terkuat (A)
ditetapkan jika terdapat beberapa uji klinis acak dengan jumlah pasien yang besar.
Bobot menengah (B) ditetapkan jika terdapat sejumlah kecil uji klinis acak dengan
jumlah pasien yang sedikit, analisis seksama terhadap penelitian non-acak, atau
registri observasional. Tingkatan bukti yang terendah (C) ditetapkan jika
konsensus ahli merupakan dasar primer untuk rekomendasi tersebut.60

Bagaimana cara membedakan konjungtivitis dari sumber yang berbeda


Anamnesis dan Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan mata dan anamnesis yang terfokus sangat penting untuk
menarik keputusan yang tepat mengenai penatalaksanaan dan penatalaksanaan
kelainan mata apapun, termasuk konjungtivitis. Jenis sekret mata dan gejala-gejala
okular dapat digunakan untuk menentukan penyebab konjungtivitis.61,62 Sebagai
contohnya, sekret yang purulen atau mukopurulen seringkali disebabkan oleh
konjungtivitis bakterialis (Gambar 3A dan Gambar 3B), sementara sekret yang
cair lebih merupakan karakteristik konjungtivitis viral (Gambar 3C)61,62, rasa gatal
juga berkaitan dengan konjungtivitis alergika.49,63
Namun, tampilan klinis ini seringkali bersifat nonspesifik. Bergantung pada
jenis sekret dan gejala pasien tidak selalu mengarahkan pada diagnosis yang
akurat. Selain itu, bukti ilmiah yang menghubungkan tanda-tanda dan gejala
konjungtivitis seringali berjumlah kurang.61 Sebagai contohnya, dalam sebuah
penelitian terhadap pasien dengan konjungtivitis bakterialis dengan kultur yang
positif, 58% mengalami rasa gatal, 65% mengalami rasa seperti terbakar, dan 35%
menunjukkan sekret serosa atau tidak ada sekret sama sekali,64 yang
menggambarkan nonspesifisitas tanda-tanda dan gejala penyakit ini. Pada tahun
2003, sebuah metaanalisis yang besar gagal menemukan adanya penelitian klinis
yang mengaitkan tanda-tanda dan gejala-gejala konjungtivitis dengan penyebab
yang mendasarinya.61 selanjutnya, penulis yang sama melakukan sebuah
penelitian prospektif61 dan menemukan bahwa kombinasi tiga tanda sekret
bilateral pada kelopak mata, tidak adanya rasa gatal, dan tidak adanya riwayat
konjungtivitis dapat memprediksi konjungtivitis bakterialis dengan kuat.
Mengalami sekret pada kedua mata dan perlengketan kelopak mata di pagi hari
merupakan prediktor yang lebih kuat untuk hasil kultur bakteri yang positif, dan
apakah itu rasa gatal atau episode konjungtivitis sebelumnya menjadikan hasil
kultur bakteri yang positif lebih berkemungkinan kecil.64 Selain itu, jenis sekret
(purulen, mukus, atau berair) atau gejala-gejala lainnya tidak spesifik terhadap
jenis kelas konjungtivitis tertentu.64,65
Meskipun di lingkungan layanan primer pemeriksaan mata seringkali
terbatas karena tidak adanya slitlamp, informasi yang berguna bisa diperoleh
dengan senter sederhana. Pemeriksaan mata harus berfokus pada penilaian
ketajaman penglihatan, jenis sekret, kekeruhan kornea, bentuk dan ukuran pupil,
pembengkakan kelopak mata, dan adanya proptosis.

Pemeriksaan Laboratorium
Mendapatkan kultur konjungtiva umumnya dilakukan untuk kasus-kasus
kecurigaan konjungtivitis neonatorum infeksius, konjungtivitis berulang,
konjungtivitis yang bersifat rekalsitran terhadap terapi, konjungtivitis yang datang
dengan sekret purulen berat, dan kasus-kasus yang mencurigakan untuk infeksi
gonokokus atau klamidia.16
Pemeriksaan uji antigen cepat in-office tersedia untuk adenovirus dan
memiliki sensitivitas sebesar 89% dan spesifisitas sebesar hingga 94%. 66
Pemeriksaan ini dapat menemukan penyebab konjungtivitis berupa virus dan
mencegah penggunaan antibiotika yang tidak dibutuhkan. Tiga puluh enam persen
kasus konjungtivitis disebabkan oleh adenovirus, dan satu penelitian
memperkirakan bahwa pengujian antigen cepat in-office dapat mencegah 1.1 juta
kasus penatalaksanaan dengan antibiotika yang tidak sesuai, yang berpotensi
menghemat 429 juga dolar setiap tahunnya.2

Konjungtivitis Infeksius
Konjungtivitis viral
Epidemiologi, Penyebab, dan Presentasi Virus menyebabkan hingga 80% dari
semua kasus konjungtivitis akut.8,13,67 Tingkat akurasi klinis dalam mendiagnosis
konjungtivitis viral adalah kurang dari 50% dibandingkan dengan konfirmasi
laboratorium.49 Banyak kasus yang salah didiagnosis sebagai konjungtivitis
bakterialis.49
Antara 65% dan 90% kasus konjungtivitis viral disebabkan oleh
adenovirus,49 dan virus ini menyebabkan 2 kelainan klinis lainnya yang berkaitan
dengan konjungtivitis viral, demam faringokonjungtival dan keratokonjungtivitis
epidemik.62 Demam faringokonjungtival ditandai dengan onset demam tinggi
secara tiba-tiba, faringitis dan konjungtivitis bilateral, dan dengan adanya
pembesaran nodus limfe periaurikular, sementara keratokonjungtivitis epidemik
bersifat lebih berat dan terlihat dengan sekret yang berair, hiperemis, kemosis, dan
limfadenopati ipsilateral.68 Limfadenopati teramati pada hingga 50% kasus
konjungtivitis viral dan lebih sering ditemukan pada konjungtivitis viral
dibandingkan dengan konjungtivitis bakterialis.49

Pencegahan dan penatalaksanaan Konjungtivitis viral yang disebabkan oleh


adenovirus sangat bersifat menular, dan risiko penularan telah diperkirakan sebsar
10% hingga 50%.6,14 Virus menyebar melalui kontak langsung dari jari-jari,
instrumen medis, air kolam renang atau barang-barang pribadi yang
terkontaminiasi; dalam satu penelitian, 46% dari orang yang terinfeksi memiliki
kultur yang positif yang ditumbuhkan dari apusan pada tangannya.69 Karena
tingginya angka penularan, mencuci tangan, disinfeksi instrumen yang keta, dan
isolasi pasien yang terinfeksi dari sisa bagian klinik telah diusulkan.70 Inkubasi
dan komunikabilitasnya diperkirakan selama 5 hingga 12 hari dan 10 hingga 14
hari, secara berturut-turut.14
Meskipun tidak terdapat penatalaksanaan yang efektif, air mata buatan,
antihistamin topikal, atau kompres dingin dapat bermanfaat dalam meredakan
sebagian gejala (Tabel 2).16,50 Obat antiviral yang tersedia tidak berguna 16,50 dan
antibiotika topikal tidak diindikasikan.18 Antibiotika topikal tidak melindungi dari
infeksi sekunder, dan penggunaannya dapat mempersulit tampilan klinis dengan
menyebabkan alergi dan toksisitas, yang mengarahkan pada tertundanya diagnosis
kemungkinan penyakit mata lainnya.49 Penggunaan tetes mata antibiotika dapat
meningkatkan risiko menyebarkan infeksi ke mata lainnya dari penetes mata yang
terkontaminasi.49 Peningkatan resistensi juga merupakan masalah dalam
penggunaan antibiotika yang sering terjadi.6 Pasien harus dirujuk ke ahli
oftalmologi jika gejala-gejala tidak membaik setelah 7 hingga 10 hari karena
risiko komplikasi.1

Konjungtivitis herpes
Virus herpes simpleks menyusun 1.3 hingga 4.8% dari seluruh kasus
konjungtivitis akut.9-12 Konjungtivitis yang disebabkan oleh virus ini bisanya
bersifat unilateral. Sekret berbentuk tipis dan cair, dan lesi vesikel di kelopak mata
bisa ditemukan. Antiviral topikal dan oral direkomendasikan (tabel 2) untuk
mempersingkat perjalanan penyakit ini.16 kortikosteroid topikal harus dihindari
karena dapat mempotensiasi virus dan dapat menimbulkan bahaya.16,71
Virus herpes zoster, yang bertanggung jawab atas shingles dapat melibatkan
jaringan okular, terutama jika melibatkan cabang pertama dan kedua nervus
trigeminus. Kelopak mata (45.8%) merupakan tempat tersering keterlibatan mata,
diikuti dengan konjungtiva (41.1%).72 Komplikasi kornea dan uveitis dapat
ditemukan pada 38.2% dan 19.1%, secara berturut-turut. 72 Pasien dengan
kecurigaan keterlibatan kelopak mata atau mata pada mereka yang datang dengan
tanda Hutchinson (vesikel di puncak hidung, yang memiliki korelasi yang tinggi
dengan keterlibatan kornea) harus dirujuk untuk evaluasi oftalmologi yang
menyeluruh. Penatalaksanaan biasanya terdiri atas kombinasi antivital oral dan
steroid topikal.73

Konjungtivitis bakterialis
Epidemiologi, penyebab dan presentasi Insidensi konjungtivitis bakterialis
diperkirakan sebesar 135 dalam 10.000 dalam satu penelitian.3 Konjungtivitis
dapat diderita secara langsung dari individu yang terinfeksi atau dapat terjadi
akiabt proliferasi flora konjungtiva asli yang abnormal.17 Jari yang
terkontaminasi,14 penyebaran okulogenital,16 dan fomit yang terkontaminasi48
merupakan jalur transmisi yang sering ditemukan. Selain itu, kondisi-kondisi
tertentu seperti gangguan produksi air mata, gangguan sawar epitel alami,
kelainan pada struktur adneksa, trauma dan status imunosupresi yang merupakan
predisposisi terhadap konjungtivitis bakterialis. 16 Patogen yang paling sering
untuk konjungtivitis bakterialis pada orang dewasa adalah spesies stapilokokal,
diikuti dengan Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenza.41 Pada
anak-anak, penyakit ini seringkali disebabkan oleh H influenzae, S.pneumoniae,
dan Moraxella catarrhalis.41 Perjalanan penyakit ini biasanya berlangsung selama
7 hingga 10 hari (Gambar 3).62
Konjungtivitis bakterialis hiperakut terlihat dengan adanya sekret purulen
berlebih-lebihan dan berat dan penurunan penglihatan (Gambar 3). Seringkali
terdapat penyerta berupa pembengkakan kelopak mata, nyeri mata pada saat
perabaan, dan adenopati praaurikular. Kelainan ini seringkali disebabkan oleh
Neisseria gonorrhoeae dan membawa risiko yang tinggi untuk keterlibatan kornea
dan perforasi kornea selanjutnya.17 Penatalaksanaan untuk konjungtivitis hiperakut
akibat N gonorrhoeae terdiri atas ceftriaxone intramuskular dan infesi klamidia
secara bersamaan harus ditatalaksana sesuai dengan itu.47
Konjungtivitis bakterialis kronis digunakan untuk menggambarkan
konjungtivitis yang berlangsung selama lebih dari 4 minggu, dengan
Staphylococcus aures, Moraxellalacunata, dan bakteri enterik merupakan
penyebab yang tersering dalam keadaan ini,62 konsultasi oftalmologi harus
dimintakan untuk penatalaksanaannya.
Tanda-tanda dan gejalanya mencakup mata merah, sekret yang purulen atau
mukopurulen, dan kemosis (gambar 3).17 Periode inkubasi dan
komunikabilitasnya diperkirakan selama 1 hingga 7 hari dan 2 hingga 7 hari,
secara berturut-turut.14 Sekret bilateral pada kelopak mata dan perlengketan
kelopak mata, kurangnya rasa gatal, dan tidak ada riwayat konjungtivitis
merupakan prediktor yang kuat untuk konjungtivitis bakterialis.64 Sekret purulen
berat harus selalu dikultur dan konjungtivitis gonokokal harus dipertimbangkan
(Gambar 3B).16 Konjungtivitis yang tidak memberikan respon terhadap terapi
antibiotika standar pada pasien yang aktif secara seksual membutuhkan evaluasi
klamidia.18 Kemungkinan keratitis bakterialis bersifat tinggi pada pengguna lensa
kontak, yang harus diobati dengan antibiotika topikal14 dan dirujuk ke ahli
oftalmologi. Seorang pasien yang menggunakan lensa kontak harus diminta untuk
melepaskannya dengan segera.65

Penggunaan antibiotika pada konjungtivitis bakterialis Setidaknya 60%


kasus kecurigaan atau yang telah terbukti sebagai konjungtivitis bakterialis akut
dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu 1 hingga 2 minggu sejak gejala
muncul.14 Meskipun antibiotika topikal mengurangi durasi penyakit, tidak teramati
adanya perbedaan dalam hal outcome antara kelompok perlakuan dan plasebo.
Dalam sebuah metaanalisis yang besar,19 yang terdiri atas tinjauan terhadap 3673
pasien pada 11 uji klinis acak, terdapat sekitar 10% peningkatan angka perbaikan
klinis pada pasien yang mendapatkan apakah itu penatalaksanaan antibiotika
selama 2 hingga 5 hari atau 6 hingga 10 hari dibandingkan dengan plasebo. Tidak
dilaporkan adanya outcome yang mengancam penglihatan yang serius pada setiap
kelompok plasebo.74 Beberapa bakteri yang sangat virulen, seperti S pneumoniae,
N gonorroeae, dan H. Influenza dapat menembus pertahanan host yang intak
dengan lebih mudah dan menyebabkan kerusakan yang lebih serius.17
Antibiotika topikal tampak lebih efektif pada pasien-pasien yang memiliki
hasil kultur bakteri yang positif. Dalam sebuah tinjauan sistematik yang besar,
penatalaksanaan ini terbukti efektif dalam meningkatkan baik itu angka
kesembuhan klinis maupun mikrobiologi pada kelompok pasien yang menderita
konjungtivitis bakterialis yang terbukti oleh kultur, sementara hanya perbaikan
angka kesembuhan mikroba yang teramati pada kelompok pasien yang dicurigai
secara klinis untuk mengalami konjungtivitis bakterialis.67 Penelitian lainnya
menemukan tidak adanya perbedaan yang signifikan dalam hal angka kesembuhan
klinis ketika frekuensi antibiotika yang diberikan sedikit diubah.41,75

Pilihan antibiotika: Semua tetes mata antibiotika spektrum luas secara umum
tampak efektif dalam mengobati konjungtivitis bakterialis. Tidak terdapat
perbedaan yang signifikan dalam mencapai kesembuhan klinis antara antibiotika
topikal spektrum luas manapun. Faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan
antibiotika adalah ketersediaan lokal, alergi pasien, pola resistensi, dan biaya.
Terapi awal untuk konjungtivitis bakterialis yang tidak berat disajikan dalam
Tabel 2.

Alternatif terhadap terapi antibiotika segera: Menurut pengetahuan kami,


tidak ada penelitian yang telah dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas
kongestan okular, salin topikal atau kompres hangat untuk mengobati
konjungtivitis bakterialis.41 Steroid topikal harus dihindari karena risiko potensi
memperlama perjalanan penyakit dan mempotensiasi infeksi.16

Rangkuman rekomendasi untuk mengelola konjungtivitis bakterialis


Kesimpulannya, manfaat penatalaksanaan dengan antibiotika mencakup
pemulihan yang lebih cepat, penurunan transmisibilitas,49 dan kembali ke sekolah
dengan lebih cepat.4 Secara simultan, efek samping tidak ditemukan jika
antibiotika tidak digunakan pada kasus konjungtivitis bakterialis tanpa penyulit.
Oleh karena itu, tidak memberikan antibotika, suatu kebijakan wait-and-ses, dan
penatalaksanaan segera semuanya tampaknya merupakan pendekatan yang
beralasan pada konjungtivitis tanpa penyulit. Terapi antibiotika harus
dipertimbangkan dalam kasus konjungtivitis purulen atau mukopurulen dan bagi
pasien yang mengalami ketidaknyamanan yang berbeda, yang menggunakan lensa
kontak,14,18 yang mengalami kelemahan sistem imun, dan yang mengalami
kecurigaan untuk konjungtivitis klamidia dan gonokokus.

Topik khusus pada konjungtivitis bakterialis


Konjungtivitis S.aureus yang resisten terhadap metisilin Diperkirakan bahwa
3% hingga 64% dari infeksi stapilokokal pada mata disebabkan oleh
konjungtivitis S aureus yang resisten terhadap metisilin; kondisi ini menjadi lebih
sering dan organisme ini bersifat resisten terhadap banyak antibiotika. 76 Pasien-
pasien dengan kasus kecurigaan perlu dirujuk ke ahli oftalmologi dan diobati
dengan vankomisin terforifikasi.77
Konjungtivitis klamidia Diperkirakan bahwa 1.8% hingga 5.6% dari seluruh
konjungtivitis akut disebabkan oleh klamidia.5,8-11 dan sebagian besar kasus
bersifat unilateral dan memiliki infeksi pada genitalia secara bersamaan. 1
Hiperemis konjungtiva, sekret mukopurulen, dan pembentukan folikel limfoid 51
merupakan penanda kondisi ini. Sekret seringkali bersifat purulen atau
mukopurulen.18 Namun, para pasien seringkali datang dengan gejala-gejala yang
ringan selama beberapa minggu hingga beberapa bulan. Hingga 54% pria dan
74% wanita mengalami infeksi klamidia genitalia secara bersamaan. 78 Penyakit ini
seringkali membutuhkan penyebaran okulogenital atau kontak dekat lainnya
dengan individu yang terinfeksi; pada neonatus mata dapat terinfeksi setelah
persalinan pervaginam oleh ibu yang terinfeksi.16 Penatalaksanaan dengan
antibiotika sistemik seperti azitromisin oral dan doksisiklin seringkali efektif
(Tabel 2); pasien dan pasangan seksualnya harus diobati dan koinfeksi dengan
gonorrhea harus diperiksa. Tidak ada data yang mendukung penggunaan terapi
antibiotika selain penatalaksanaan sistemik.16 Bayi-bayi dengan konjungtivitis
klamidia membutuhkan terapi sistemik karena lebih dari 50% dapat mengalami
infeksi pada paru, nasofaring, dan saluran genitalia secara bersamaan.16

Konjungtivitis gonokokus Konjungtivitis yang disebabkan oleh N gonorrhea


merupakan sumber konjungtiva hiperakut yang seringkali ditemukan pada
neonatus dan orang dewasa dan remaja muda yang aktif secara seksual. 17
Penatalaksanaan terdiri atas baik itu antibiotika topikal maupun oral. Neisseria
gonorrhoeae berkaitan dengan tingginya angka perforasi kornea.65

Konjungtivitis akibat Trachoma Trachoma disebabkan oleh Clamydia


trachomatis subtipe A hingga C dan merupakan penyebab tersering kebutaan,
yang menyerang 40 juta orang di seluruh dunia di area dengan kebersihan yang
buruk.79,80 Sekret mukopurulen dan ketidaknyamanan di mata dapat merupakan
tanda dan gejala yang diperlihatkan pada kondisi ini. Komplikasi lanjut seperti
pembentukan jaringan parut pada kelopak mata, konjungtiva dan kornea dapat
menyebabkan kebutaan. Penatalaksanaan dengan azitromisin dosis tunggal (20
mg/kg) bersifat efektif. Pasien juga dapat diobati dengan salep antibiotika topikal
selama 6 minggu (yaitu tetrasiklin atau eritromisin). Antibiotika sistemik selain
azitromisin, seperti tetrasiklin atau eritromisin selama 3 minggu, dapat digunakan
sebagai penggantinya.79, 80

Konjungtivitis noninfeksi
Konjungtivitis alergika
Prevalensi dan penyebab Konjungtivitis alergika merupakan suatu respon
inflamasi konjungtiva terhadap alergen seperti sebuk bunga, dander hewan, dan
antigen lingkungan lainnya15 dan menyerang hingga 40% populasi di Amerika
Serikat15; hanya sekitar 10 % individu dengan konjungtivitis alergika yang
mencari perhatian medis, dan kelainan ini seringkali kurang terdiagnosis. 81
Kemerahand an rasa gatal merupakan gejala yang paling konsisten. 15
Konjungtivitis alergika musiman menyusun 90% dari seluruh konjungtivitis
alergika di Amerika Serikat.82
Penatalaksanaan Penatalaksanaan terdiri atas menghindari antigen yang
menyerang52 dan menggunakan larutan salin atau air mata buatan untuk secara
fisik melarutkan dan menghilangkan alergen. 15 Dekongestan , antihistamin,52
penstabil sel mast,52 obat-obatan antiinflamasi nonsteroid,53,54 dan kortikosteroid82
topikal dapat diindikasikan. Dalam sebuah tinjauan sistematik yang besar, baik
antihistamin maupun penstabil sel mast lebih unggul dibandingkan plasebo dalam
mengurangi gejala-gejala konjungtivitis alergika; para peneliti juga menemukan
bahwa antihistamin lebih unggul dibandingkan penstabil sel mast dalam
memberikan manfaat jangka pendek.52 Penggunaan antihistamin antazoline dalam
jangka panjang dan vasokonstriktor naftazolin harus dihindari karena keduanya
dapat menyebabkan hiperemia rebound.52 Steroid harus digunakan secara hati-hati
dan bijaksana. Steroid topikal berkaitan dengan pembentukan katarak dan dapat
meningkatkan tekanan bola mata yang menyebabkan glaukoma.

Konjungtivitis yang diinduksi obat, bahan kimia dan toksin


Beragam obat topikal seperti antibiotika tetes mata, obat antivirus topikal
dan pelumas tetes mata dapat memicu respon alergi pada konjungtiva yang
terutama karena adanya benzalkonium klorida pada sediaan tetes mata. 83 Berhenti
menerima agen yang menyerang ini dapat mengarahkan pada resolusi gejala.16

Penyakit sistemik yang berkaitan dengan konjungtivitis


Beragam penyakit sistemik, yang mencakup pemfigoid membrana mukosa,
sindroma Sjgren, penyakit Kawsaki,84 sindroma Steven Johnson,85 dan fistula
karotis kavernosus86 dapat terlihat dengan tanda-tanda dan gejala konjungtivitis,
seperti kemerahan dan sekret konjungtiva. Oleh karena itu, penyebab diatas harus
dipertimbangkan pada pasien-pasien yang datang dengan konjungtivitis. Sebagai
contohnya, pasien-pasien dengan fistula karotis kavernosis derajat rendah dapat
datang dengan konjungtivitis kronis yang bersifat rekalsitran terhadap terapi
medis, yang jika dibiarkan tidak diobati dapat menyebabkan kematian.

Tanda-tanda yang tidak menyenangkan


Sebagaimana yang direkomendasikan oleh American Academy of
Opthalmology,16 pasien-pasien dengan konjungtivitis yang dievaluasi oleh dokter
layanan kesehatan yang bukan spesialis mata harus dirujuk segera ke spesialis
mata jika terjadi salah satu dari hal-hal berikut: kebutaan, nyeri sedang hingga
berat, sekret purulen berat, keterlibatan kornea, pembentukan jaringan parut
konjungtiva, kurangnya respon terhadap terapi, episode konjungtivitis berulang,
atau riwayat penyakit mata akibat virus herpes simpleks. Selain itu, pasien berikut
harus dipertimbangkan untuk dirujuk; pengguna lensa kontak, pasien yang
membutuhkan steroid, dan mereka yang dengan fotofobia. Pasien-pasien harus
dirujuk ke ahli oftalmologi jika tidak terdapat perbaikan setelah 1 minggu.1

Pentingnya tidak menggunakan kombinasi antibiotika/steroid tetes


Tetes mata steroid atau tetes mata kombinasi yang mengandung steroid
tidak boleh digunakan secara rutin. Steroid dapat meningkatkan latensi
adenovirus, sehingga memperpanjang perjalanan konjungtivitis viral. Selain itu,
jika terdapat ulkus kornea akibat herpes, bakteri atau jamur yang tidak
terdiagnosis, steroid dapat memperburuk kondisi ini, yang menyebabkan lepuhnya
kornea dan kebutaan.

Kesimpulan
Sekitar 1% dari seluruh kunjungan pasien ke dokter layanan primer adalah
berkaitan dengan konjungtivitis, dan biaya yang diperkirakan untuk konjungtivitis
bakterialis saja adalah 377 juta dolar hingga 857 juga dolar setiap tahunnya.3,5
Bergantung pada tanda-tanda dan gejala-gejala seringkali menyebabkan diagnosis
yang tidak akurat. Konjungtivitis viral non-herpetik yang diikuti oleh
konjungtivitis bakterialis merupakan penyebab tersering konjungtivitis infeksius.7-
13
Konjungtivitis alergika menyerang hampir 40% dari seluruh populasi, namun
hanya sebagian kecil yang mencari perawatan medis.15,81 Sebagian besar kasus
konjungtivitis viral disebabkan oleh adenovirus.49 Tidak terdapat peran
penggunaan antibiotika topikal pada konjungtivitis viral, dan agen ini harus
dihindari karena pengaruh penatalaksanaan yang tidak diharapkan.6,49
Menggunakan uji antigen cepat untuk mendiagnosis konjungtivitis viral dan
menghindari penggunaan antibiotika yang tidak tepat merupakan strategi yang
tepat.66 Patogen bakteri terisolasi hanya pada 50% kasus kecurigaan
konjungtivitis,18 dan setidaknya 60% konjungtivitis bakterialis (dicurigai secara
klinis atau terbukti dengan kultur) bersifat sembuh dengan sendirinya tanpa
penatalaksanaan.14 Kultur berguna dalam kasus-kasus yang tidak menunjukkan
respon terhadap terapi, kasus konjungtivitis hiperakut, dan kecurigaan
konjungtivitis klamidia.16 Penatalaksanaan dengan antibiotika topikal biasanya
direkomendasikan untuk pengguna lensa kontak, mereka yang dengan sekret
mukopurulen dan nyeri mata, kasus kecurigaan konjungtivitis klamidia dan
gonokokus, dan pasien dengan penyakit permukaan mata yang telah ada
sebelumnya.14,18 Manfaat penggunaan antibiotika mencakup resolusi penyakit
secara dini,19 kembalinya ke tempat kerja atau sekolah dengan lebih cepat,4,14 dan
kemungkinan pengurangan komplikasi akibat konjungtivitis. 14 Sebagian besar
kasus konjungtivitis alergika disebabkan oleh alergi musiman. 82 antihistamin,
penghambat sel mast, dan steroid topikal (pada kasus tertentu) diindikasikan
untuk mengobati konjungtivitis alergika. 82 Steroid harus digunakan secara
bijaksana dan setelah pemeriksaan oftalmologi menyeluruh dilakukan untuk
menyingkirkan infeksi herpetik atau keterlibatan kornea, yang keduanya dapat
mengalami perburukan dengan pemberian steroid.16,71
Para dokter harus waspada untuk tidak mengabaikan kondisi yang
mengancam penglihatan yang memiliki kesamaan dengan konjungtivitis,
sebagaimana yang dirangkum dalam Tabel 1.

Anda mungkin juga menyukai