discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/303496855
CITATIONS READS
0 237
2 authors, including:
Abdul Rahim
Universitas Borneo Tarakan
3 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Abdul Rahim on 25 May 2016.
Jurnal
ABSTRACT
Honey production in the northern region of East Kalimantan still rely on hunting
honey bees in the forest, because it is necessary to develop alternative
development beekeeping with Apicultur system, but determining the location
becomes very important for the development. This study was conducted to
analyze the suitability of the location in the city of Tarakan to develop Apicultur.
The method used was a survey of compliance of technical criteria based on
criteria Apiculture. Based on the results of this study concluded Apiculture
development in Tarakan can be done in Karang Anyar and Juata Kerikil.
PENDAHULUAN
Negara Indonesia merupakan daerah tropis yang ditumbuhi berbagai
spesies tanaman yang berbunga sepanjang tahun. Selain fungsi ekologis,
keragaman jenis tanaman memiliki nilai ekonomis yakni salah satunya tersedianya
nektar sepanjang tahun yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan kelompok
lebah (Hymenoptera: Apidae). Namun, produksi madu Indonesia masih rendah,
dibandingkan dengan negara Vietnam dan Thailand padahal luas wilayahnya jauh
lebih kecil dibandingkan Indonesia. Menurut data tahun 2002, kebutuhan madu
nasional mencapai 150 ribu ton per tahun, sementara produksinya hanya 40 ribu
ton (Caroko dalam Puslit Sosek Dephut RI 2010), dan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut kita masih mengimpor.
Produksi madu di wilayah utara Kalimantan Timur masih bergantung pada
perburuan lebah madu di hutan (Dephut RI 2010; Murtidjo 1991; Rahim 2009).
Hasil observasi awal lainnya menunjukkan produksi madu bergantung dari
keberadaan lebah yang berasosiasi dengan jenis tanaman berbunga sebagai pakan
alami. Selain itu, produk kualitas madu alami menurut persepsi konsumen masih
dibawah standar mutu yang ditetapkan (Rahim, 2009).
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan di atas dengan
mengembangkan teknologi alternatif yakni perpaduan antar jenis tanaman yang
mengandung nektar dengan ternak lebah (Ejigu et al. 2009). Selain itu, perpaduan
tersebut dapat meningkatkan produksi tanaman yang ada disekitar budidaya, oleh
adanya jasa pollinasi (penyerbukan) lebah (McGregor, 1976;; Delaplane & Mayer
2000).
Berdasarkan uraian di atas, maka kajian potensi pengembangan Apikultur
di Kota Tarakan dilakukan sebagai dasar bagi upaya pengembangan budidaya
lebah madu dengan sistem Apikultur
84
Potensi Pengembangan Apiculture
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan analisis keseuaian lokasi
kelurahan di kota Tarakan yang dapat mengembangkan Apicultur
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Kota Tarakan. Kajian dilakukan selama 4
bulan
B. Bahan dan Alat Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian/pengkajian yaitu; GPS,
meteran, buku identifikasi, perlengkapan dokumentasi.
C. Prosedur Penelitian
Metode yang digunakan adalah teknik survey terhadap keseuaian criteria
berdasarkan criteria budidaya lebah madu (Murtidjo 1991).
Teknik pengumpulan data karakteristik fisik calon lokasi.
Teknik pengumpulan data kemiringan/kelerengan dan ketinggian tempat
diperoleh dari lapangan melalui pengukuran lereng dengan menggunakan alat
Clinometer. Ketinggian tempat diukur dari permukaan laut (dpl) sebagai titik nol
yang diukur dengan menggunakan alat ukur Altimeter atau GPS (Global Position
System). Pengukuran pada petak ukur yang dapat mewakili kondisi umum lokasi.
Selain itu dilakukan pengumpulan data dari peta kelerengan (elevasi), Topografi
dan Ketinggian tempat. Data iklim yang terdiri dari atas data curah hujan dan suhu
udara dikumpulkan melalui studi dokumentasi data iklim yang berasal dari stasiun
pengamatan terdekat. Dalam hal ini stasiun pengamatan yang dijadikan sumber
data adalah Stasiun Pengamatan Cuaca (meteorologi dan geofisika) Kota Tarakan.
Selain itu data yang diperoleh dengan cara pengukuran/pengambilan titik
koordinat dengan menggunakan alat GPS (Global Posision System) yang
kemudian dipetakan. Selain itu dilakukan pengumpulan data Peta Dasar Pulau
Tarakan yang bersumberkan dari BAPPEDA Kota Tarakan.
Analisis data karakteristik fisik calon lokasi.
Bentuk wilayah, kemiringan/kelerengan dan ketinggian tempat standart
dan kreteria/informasi karakteristik calon lokasi yang digunakan untuk evaluasi
atau pembanding mengacu pada standart dan kreteria Inventarisasi dan Tata Guna
Hutan Departemen Kehutanan (1991) dan Badan Koordinasi Survey dan
Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL, 2006). Faktor kemiringan/kelerengan
dibagi kedalam 5 (lima) kelas lereng lapangan dan diberi nilai 1 sampai dengan 5
sesuai dengan kelas lerengnya. Untuk jelasnya disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2
berikut :
85
Potensi Pengembangan Apiculture
Selanjutnya untuk penentuan kelas ketinggian tempat diatas permukaan laut (dpl)
dilapangan dengan tabel klasifikasi ketinggian tempat yang dijadikan acuan
disajikan dalam Tabel 3 berikut :
86
Potensi Pengembangan Apiculture
87
Potensi Pengembangan Apiculture
Bentuk Wilayah
Sumber Air
Matching Rekomendasi
Layak
Jarak dari
Pemukiman
Potensi Sosial
Jauh dari Akivitas dan Ekonomi
Pembakaran dan
Penggunaan Pestisida
89
Potensi Pengembangan Apiculture
DAFTAR PUSTAKA
Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional. 2006. Jaringan Data Spasial
Nasional
[Dephut RI] Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 2010. Perlebahan
Indonesia: Kondisi Perlebahan di Indonesia. [terhubung berkala]
http://www.dephut.go.id. [15 Februari 2010].
Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 1990. Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Pengukuhan Hutan. Bogor
Delaplane, K.S., Mayer, D.F., 2000. Crop Pollination by Bees. CABI Publishing,
UK.
Ejigu K, Gebey T, Preston TR. 2009. Constraints and prospects for apiculture
research and development in Amhara region, Ethiopia. Livestock Research
for Rural Development 21 (10).
Lamberkabel. 1997 Hasil Hutan Ikutan dan Ternak Harapan
McGregor, S.E., 1976. Insect Pollination of Cultivated Crop Plants. U.S.
Department of AgricultureAgricultural Research Service, Washington, DC.
Michener, C.D., 1979. Biogeography of the bees. Annals of the Missouri
Botanical Garden 66, 277347.
Murtidjo B, 1991. Memelihara Lebah Madu. Yogyakarta: Kanasius.
[Puslit Sosek Dephut RI] Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Departemen Kehutanan
Republik Indonesia. 2010. Kajian Pengembangan Tanaman Pakan Lebah
Madu Pada Hutan Tanaman Acacia mangium. [terhubung berkala]
http://www.dephut.go.id. [15 Februari 2010].
Rahim, A. 2009. Survey Koloni Lebah Pada Tanaman di Sekitar Hutan
Kecamatan Sesayap Kabupaten Tana Tidung. Fakultas Pertanian
Universitas Borneo Tarakan
90
View publication stats