Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN

KEBUTUHAN OKSIGENASI

DI RUANG RAWAT INAP PUSKESMAS PONCOKUSUMO

MALANG

DI SUSUN OLEH

NAMA : SITI SULAIKHA

NIM : 1214201051

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2017
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan KDM (kebutuhan dasar


manusia) tentang kebutuhan oksigenasi yang dibuat pada tanggal 04 Februari 2017 di
ruang Rawat Inap Puskesmas Poncokusumo Malang.

Laporan ini diajukan sebagai salah satu praktik program studi profesi
keperawatan dan penerapan dalam KDM (kebutuhan dasar manusia) yang disahkan
pada tanggal :

Hari : Jumat

Tanggal : 10 Februari 2017

Mahasiswa

Siti Sulaikha

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi

(Tito Harnowo S.Kep.,Ns) (Ratih Eka F. S. Kep., Ns)


LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN OKSIGENASI

A. Definisi
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O). Kebutuhan
fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk
aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak
mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat
diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal. Kebutuhan oksigenasi merupakan
kebutuhan dasar manusia yang di gunakan untuk kelangsungan metabolisme sel
tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Dalam
keadaan biasa manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen setiap hari (24 jam)
atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Respirasi berperan dalam mempertahakan
kelangsungan metabolisme sel. Sehingga di perlukan fungsi respirasi yang adekuat.
Respirasi juga berarti gabungan aktifitas mekanisme yang berperan dalam proses
suplai O ke seluruh tubuh dan pembuangan CO (hasil pembakaran sel).
Terapi oksigen merupakan salah satu terapi pernafasan dalam
mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk memberikan
transpor oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas
dan mengurangi stress pada miokardium.
B. Etiologi
Hiperventilasi
Hipoventilasi
Deformitas tulang dan dinding dada
Nyeri
Cemas
Penurunan energy,/kelelahan,
Kerusakan neuromuscular,
Kerusakan muskoloskeletal,
Kerusakan kognitif / persepsi,
Obesitas
Posisi tubuh
Imaturitas neurologis kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan
membrane kapiler-alveoli.
C. Manifestasi Klinis
Suara napas tidak normal.
Perubahan jumlah pernapasan.
Batuk disertai dahak.
Penggunaan otot tambahan pernapasan.
Dispnea.
Penurunan haluaran urin.
Penurunan ekspansi paru.
Takhipnea
D. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses
ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke
paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat
tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai
benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran
oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan
ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi,
maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup, afterload,
preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas.
E. Pathway
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan
oksigenasi yaitu:
Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara
efisien.
Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler
alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
Pemeriksaan sinar X dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses
abnormal.
Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda asing
yang menghambat jalan nafas.
Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan
kontraksi paru.
CT-SCAN
Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal.
G. Penatalaksanaan
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Pembersihan jalan nafas
Latihan batuk efektif
Suctioning
Jalan nafas buatan
2. Pola Nafas Tidak Efektif
Atur posisi pasien ( semi fowler )
Pemberian oksigen
Teknik bernafas dan relaksasi
3. Gangguan Pertukaran Gas
Atur posisi pasien ( posisi fowler )
Pemberian oksigen
Suctioning
4. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d peningkatan sputum ditandai dengan
batuk produktif
2. Gangguan pertukaran gas b/d berkurangnya keefektifan permukaan paru
3. Intervensi dan Implementasi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d peningkatan sputum ditandai
dengan batuk produktif

Tujuan :
bersihan jalan napas efektif sesuai
Kriteria Hasil :
1. Menunjukkan jalan nafas bersih
2. Suara nafas normal tanpa suara tambahan
3. Tidak ada penggunaan otot bantu nafas
4. Mampu melakukan perbaikan bersihan jalan nafas
Intervensi :
1. Auskultasi dada untuk karakter bunyi nafas dan adanya secret.
R/ Pernafasan rochi, wheezing menunjukkan tertahannya secret obstruksi
jalan nafas
2. Berikan air minum hangat
R/ Membantu mengencerkan secret
3. Beri posisi yang nyaman seperti posisi semi fowler
R/ Memudahkan pasien untuk bernafas
4. Sarankan keluarga agar tidak memakaikan pakaian ketat kepada pasien
R/ Pakaian yang ketat menyulitkan pasien untuk bernafas
5. Kolaborasi penggunaan nebulizer
R/ Kelembapan mempermudah pengeluaran dan mencegah pembentukan
mucus tebal pada bronkus dan membantu pernafasan
2. Gangguan pertukaran gas b/d berkurangnya keefektifan permukaan paru

Tujuan :
pertukaran gas dapat dipertahankan
Kriteria Hasil :
1. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan Tidak ada sianosis
Intervensi :
1. Auskultasi dada untuk karakter bunyi nafas dan adanya secret.
R/ Weezing atau mengiindikasi akumulasi sekret/ketidakmampuan
membersihkan jalan napas sehingga otot aksesori digunakan dan kerja
pernapasan meningkat.
2. Beri posisi yang nyaman seperti posisi semi fowler
R/ Memudahkan pasien untuk bernafas
3. Anjurkan untuk bedrest, batasi dan bantu aktivitas sesuai kebutuhan
R/ Mengurangi konsumsi oksigen pada periode respirasi.
4. Ajarkan teknik bernafas dan relaksasi yang benar.
R/ HE dapat memberikan pengetahuan pada pasien tentang teknik bernafas
5. Kolaborasikan terapi oksigen
R/ Memaksimalkan sediaan oksigen khususnya ventilasi menurun
DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner &Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta


2. Mubarak, Wahit Iqbal & Cahyani, Nurul. 2007. Kebutuhan Dasar. Jakarta : EGC
3. Nanda International (20013). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi.
Jakarta:EGC
4. Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta:EGC
5. Tarwonto dan Wartonah.2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Asuhan
Keperaweatan. Jakarta: Salemba Medika.
ASUHAN KEPERAWATAN

KEBUTUHAN OKSIGENASI

DI RUANG RAWAT INAP PUSKESMAS PONCOKUSUMO

MALANG

DI SUSUN OLEH

NAMA : SITI SULAIKHA

NIM : 1214201051

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2017
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan keperawatan KDM (kebutuhan dasar manusia) tentang kebutuhan


oksigenasi yang dibuat pada tanggal 04 Februari 2017 di ruang Rawat Inap
Puskesmas Poncokusumo Malang.

Laporan ini diajukan sebagai salah satu praktik program studi profesi
keperawatan dan penerapan dalam KDM (kebutuhan dasar manusia) yang disahkan
pada tanggal :

Hari : Jumat

Tanggal : 10 Februari 2017

Mahasiswa

Siti Sulaikha

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi

(Tito Harnowo S.Kep.,Ns) (Ratih Eka F. S. Kep., Ns)

Anda mungkin juga menyukai