Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN
SEJARAH KOPERASI DI INDONESIA

A. Sejarah Perkembangan Koperasi


Mula-mula koperasi tumbuh pada awal abad ke 19, sebagai hasil usaha
spontan yang dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kemampuan
ekonomi terbatas serta akibat penderitaan sosial ekonomi yang timbul dari
sistem kapitalisme. Kemudian mereka mempersatukan diri untuk menolong diri
mereka sendiri, serta ikut mengembangkan kesejahteraan masyarakat
sekitarnya.
Dengan latar belakang seperti itu, tidak mengherankan jika keberadaan
koperasi sangat erat kaitannya dengan perjuangan untuk mewujudkan keadilan
sosial. Pada mulanya, pertumbuhan koperasi memang tidak dapat dipisahkan
dari berkembangnya ide-ide tentang pembaharuan masyarakat yang dipelopori
oleh kaum sosialis. Hal inilah antara lain yang menyebabkan kuatnya
pengaruh pemikiran- pemikiran sosialis dalam perkembangan koperasi.
Dua alasan yang mendasari pengaruh sosialisme itu adalah sebagai
berikut :
Pertama, terdapatnya kesamaan motif antara gerakan koperasi dengan
gerakan sosialis. Sebagai reaksi terhadap penderitaan kaum buruh dalam sistem
perekonomian kapitalis, baik gerakan koperasi maupun gerakan sosialis sama-
sama bermaksud membebaskan kaum buruh dari hisapan kaum kapitalis.
Kedua, sebagai suatu bentuk organisasi ekonomi yang berbeda dengan
bentuk organisasi ekonomi kapitalis, koperasi menawarkan kerangka dasar
tatanan sosial yang berbeda dengan tatanan sosial masyarakat kapitalis. Oleh
gerakan sosialis, bentuk usaha koperasi dipandang sebagai cara praktis bagi
kaum buruh dan produsen kecil untuk melepaskan diri mereka dari tindasan
kaum kapitalis. Sebab itu mereka sangat menganjurkan berdirinya koperasi.
Namun dalam perkembangan selanjutnya, gerakan koperasi menemukan
jalan sendiri yang berbeda dengan cara-cara dan langkah-langkah yang ditempuh
oleh gerakan sosialis. Sebagai suatu gerakan, koperasi sangat menjungjung
tinggi cara- cara demokratis untuk melawan kekuasaan kaum kapitalis yang
menindas. Dengan sikap semacam itu, tidak mengherankan bila kemudian
sistem politik demokratis. Dinegara-negara kapitalis yang demokratis , koperasi
cenderung berkembang sebagai bentuk perusahaan alternatif yang berfungs
untuk mengimbangi kelemahan bentuk- bentuk perusahaan kapitalis.
B. Sejarah Koperasi Pada Masa Belanda
Koperasi pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh Raden Aria
Wiraatmaja, seorang Patih di Purwokerto dengan mendirikan bank yang
dikhususkan untuk menolong para pegawai agar tidak terjerat oleh para rentenir.
Badan usaha yang dibentuk adalah Bank Penolong dan Tabungan (Hulp en
Spaarbank). Koperasi yang pada awalnya hanya diperuntukkan bagi pegawai
rendahan kemudian berkembang kearah koperasi untuk sektor pertanian (Hulp
spar en Landbouwcredit Bank).
Pada zaman Belanda perekonomian Indonesia mengalami kemerosotan,
terutama ekonomi dari penduduk pribumi. Hal ini bisa dikaitkan dengan
penggolongan dan diskriminasi penduduk Indonesia kedalam penduduk
golongan Eropa dan Timur Asing (India, Cina) disatu pihak dengan penduduk
pribumi dipihak lain. Dalam keadaan diperlakukan secara berbeda maka muncul
gerakan-gerakan politik seperti Boedi Oetomo (1908), Serikat Dagang Islam
(1911), Muhammadiyah (1912), Partai Nasional Indonesia (1927) yang mencoba
menggerakkan semangat nasionalisme.
Sejalan dengan itu lalu muncul gerakan koperasi, misalnya dengan
munculnya keputusan raja tanggal 7 April 1915 berkaitan dengan berlakunya
peraturan mengenai koperasi (Verorderning op de Cooperatieve Vereeniging)
yang berlaku baik bagi penduduk Eropa, Timur Asing maupun pribumi. Namun
demikian karena peraturan itu merupakan terjemahan dari peraturan koperasi di
belanda, maka koperasi seakan hanya diperuntukkan bagi orang-orang Belanda
dan Cina. Hal ini mengingat dalam pendirian koperasi disyaratkan beberapa hal
yang tidak bisa dipenuhi oleh penduduk pribumi yaitu (1) akte pendirian harus
dibuat dengan perantaraan notaris yang tentu saja memerlukan biaya yang tidak
sedikit; (2) biaya materai sekurang-kurangnya 50 gulden, dan (3) hak atas tanah
harus diatur menurut aturan hukum eropa.
Koperasi sebagai suatu sistem ekonomi, mempunyai kedudukan (politik)
yang cukup kuat karena memiliki cantolan konstitusional, yaitu berpegang pada
Pasal 33 UUD 1945, khususnya Ayat 1 yang menyebutkan bahwa Perekonomian
disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Dalam
Penjelasan UUD 1945 itu dikatakan bahwa bangun usaha yang paling cocok
dengan asas kekeluargaan itu adalah Koperasi. Tafsiran itu sering pula
dikemukakan oleh Mohammad Hatta, yang sering disebut sebagai perumus pasal
tersebut.
Pada penjelasan konstitusi tersebut juga dikatakan, bahwa sistem
ekonomi Indonesia didasarkan pada asas demokrasi ekonomi, di mana produksi
dilakukan oleh semua dan untuk semua yang wujudnya dapat ditafsirkan
sebagai koperasi.Dalam wacana sistem ekonomi dunia, koperasi disebut juga
sebagai the third way, atau jalan ketiga, istilah yang akhir-akhir ini dipopulerkan
oleh sosiolog Inggris, Anthony Giddens, yaitu sebagai jalan tengah antara
kapitalisme dan sosialisme.Koperasi diperkenalkan di Indonesia oleh R. Aria
Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah pada tahun 1896. Ia mendirikan
Koperasi kredit dengan tujuan membantu rakyatnya yang terjerat hutang dengan
rentenir. R. Aria Wiriatmadja atau Tirto Adisuryo, yang kemudian dibantu
pengembangannya oleh pejabat Belanda dan akhirnya menjadi program resmi
pemerintah.
Seorang pejabat pemerintah Belanda, yang kemudian menjadi sarjana
ekonomi, Booke, juga menaruh perhatian terhadap koperasi. Atas dasar tesisnya,
tentang dualisme sosial budaya masyarakat Indonesia antara sektor modern dan
sektor tradisional, ia berkesimpulan bahwa sistem usaha koperasi lebih cocok
bagi kaum pribumi daripada bentuk badan-badan usaha kapitalis. Pandangan ini
agaknya disetujui oleh pemerintah Hindia Belanda sehingga pemerintah kolonial
itu mengadopsi kebijakan pembinaan koperasi. Meski koperasi tersebut
berkembang pesat hingga tahun 1933-an, pemerintah Kolonial Belanda khawatir
Koperasi akan dijadikan tempat pusat perlawanan, namun koperasi menjamur
kembali hingga pada masa pendudukan Jepang dan kemerdekaan.
C. Sejarah Koperasi Pada Masa Jepang
Pendudukan Jepang menggantikan Belanda di Indonesia mengubah
banyak hal. Susunan dan tata pemerintahan di daerah bekas belanda diatur
menurut kebutuhan perang, dan tidak lagi merupakan suatu daerah
pemerintahan. pemerintah mengeluarkan undang-undang no 23 tahun 1942 yang
antara lain menentukan bahwa untuk mendirikan perkumpulan dang
mengadakan rapat harus minta ijin terlebih dahulu pada syuutjokan (residen).
Dengan undang-undang maka koperasi praktis tidak memiliki ruang gerak.

D. Sejarah Koperasi Pada Masa Awal Kemerdekaan


Kemerdekaan yang diraih oleh bangsa indonesia membawa arah baru
bagi pengembangan koperasi dengan dicantumkannya usaha koperasi dalam
pasal 33 UUD 1945. Disebutkan bahwa perekonomian Indonesia disusun
berdasarkan asas kekeluargaan. Sebagaimana diuraikan dalam penjelasan pasal
33, bangun usaha yang cocok dengan ayat itu adalah koperasi. Agar
pengembangan koperasi bisa lebih sejalan dengan pasal 33 akhirnya dilakukan
reorganisasi dimana jawatan (departemen) yang mengurusi koperasi dipisahkan
dari jawatan koperasi dan perdagangan dalam negeri. Urusan koperasi
diserahkan sepenuhnya kepada jawatan koperasi.
Akhir tahun 1958 dikeluarkan undang-undang tentang perkoperasian
dengan mendasarkan diri kepada UUD sementara pasal 38. Karena masih
mengacu pada pasal 38 UUD Sementara maka sering dikatakan bahwa jiwa dari
Undang-undang tentang koperasi itu dianggap bertolak belakang, sehingga
koperasi yang berdiri merupakan koperasi yang masih bersemangat liberal dan
setengah revolusioner.

E. Sejarah Koperasi Zaman Orde Baru


Pada tanggal 12 Juli 1947, pergerakan koperasi di Indonesia mengadakan
Kongres Koperasi yang pertama di Tasikmalaya. Hari ini kemudian ditetapkan
sebagai Hari Koperasi Indonesia. Bung Hatta meneruskan tradisi pemikiran
ekonomi sebelumnya. Ketertarikannya kepada sistem koperasi agaknya adalah
karena pengaruh kunjungannya ke negara-negara Skandinavia, khususnya
Denmark, pada akhir tahun 1930-an. Walaupun ia sering mengaitkan koperasi
dengan nilai dan lembaga tradisional gotong-royong, namun persepsinya tentang
koperasi adalah sebuah organisasi ekonomi modern yang berkembang di Eropa
Barat. Ia pernah juga membedakan antara koperasi sosial yang berdasarkan asas
gotong royong, dengan koperasi ekonomi yang berdasarkan asas-asas ekonomi
pasar yang rasional dan kompetitif. Bagi Bung Hatta, koperasi bukanlah sebuah
lembaga yang antipasar atau nonpasar dalam masyarakat tradisional. Koperasi,
baginya adalah sebuah lembaga self-help lapisan masyarakat yang lemah atau
rakyat kecil untuk bisa mengendalikan pasar. Karena itu koperasi harus bisa
bekerja dalam sistem pasar, dengan cara menerapkan prinsip efisiensi.
Menurut Bung Hatta, tujuan koperasi bukanlah mencari laba yang
sebesar- besarnya, melainkan melayani kebutuhan bersama dan wadah
partisipasi pelaku ekonomi skala kecil. Tapi, ini tidak berarti, bahwa koperasi itu
identik dengan usaha skala kecil. Koperasi bisa pula membangun usaha skala
besar berdasarkan modal yang bisa dikumpulkan dari anggotanya, baik anggota
koperasi primer maupun anggota koperasi sekunder. Contohnya adalah industri
tekstil yang dibangun oleh GKBI (Gabungan Koperasi Batik Indonesia) dan
berbagai Koperasi batik primer.Karena kedudukannya yang cukup kuat dalam
konstitusi, maka tidak sebuah pemerintahpun berani meninggalkan kebijakan
dan program pembinaan koperasi. Semua partai politik, dari dulu hingga kini,
dari Masyumi hingga PKI, mencantumkan koperasi sebagai program utama.
Hanya saja kantor menteri negara dan departemen koperasi baru lahir di masa
Orde Baru pada akhir dasarwarsa 1970- an. Karena itu, gagasan sekarang untuk
menghapuskan departemen koperasi dan pembinaan usaha kecil dan menengah,
bukan hal yang mengejutkan, karena sebelum Orde Baru tidak dikenal kantor
menteri negara atau departemen koperasi. Bahkan, kabinet-kabinet yang
dipimpin oleh Bung Hatta sendiri pun tidak ada departemen atau menteri negara
yang khusus membina Koperasi.

Anda mungkin juga menyukai