Distokia Bahu
Distokia Bahu
I. DEFINISI
Distokia bahu adalah :
Impaksi bahu depan diatas simfisis.
Ketidakmampuan melahirkan bahu dengan mekanisme/cara biasa.
Distokia bahu adalah tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala
janin dilahirkan.
Angka kejadian distokia bahu tergantung pada kriteria diagnosa yang digunakan.
Salah satu kriteria diagnosa distokia bahu adalah bila dalam persalinan pervaginam untuk
melahirkan bahu harus dilakukan maneuver khusus seperti traksi curam bawah dan
episiotomi.
Distokia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk
melipat kedalam panggul (mis. pada makrosomia) disebabkan oleh fase aktif dan persalinan kala
II yang pendek pada multipara, sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat akan menyebabkan
bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah panggul
setelah mengalami pemanjangan kala II sebelum bahu berhasil melipat masuk ke dalam panggul.
II. INSIDENSI
a. Distokia bahu adalah kegawat daruratan obstetrik
b. Kegagalan untuk melahirkan bahu secara spontan menempatkan ibu dan bayi berisiko
untuk terjadinya trauma
c. Insidensi berkisar antara 0.3-1%
d. Pada berat badan bayi diatas 4,000 g insidensi meningkat menjadi 5-7%
e. Pada berat badan bayi lebih dari 4,500 g insidensinya menjadi antara 8-10%.
III. ETIOLOGI
Faktor-faktor penyebab dari Distokia bahu bermacam-macam antara lain : kehamilan
postern, paritas wanita hamil dengan diabetes melitus dan hubungan antara ibu hamil yang
makannya banyak bertambah besarnya janin masih diragukan.
Adapun penyebab lain dari Distokia bahu, yaitu :
1. Kehamilan postern
2. Wanita-wanita yang habitus indolen
3. Anak-anak berikutnya selalu lebih besar dari anak terdahulu
4. Orang tua yang besar
5. Eritroblastosis
6. Diabeter Melitus
IV. PROGNOSIS
a. Kompresi tali pusat
b. Kerusakan pleksus brakhialis
c. Erb-duchene palsy
d. Paralisis klumpke
e. Patah tulang
Fraktur klavikula
Fraktur humerus
f. Asfiksia janin
g. Kematian bayi
V. MASALAH
Kepala bayi sudah lahir tetapi bahu terhambat dan tidak dapat dilahirkan.
VI. SYARAT
a. Kondisi vital ibu dapat bekerja sama
b. Masih memiliki kemampuan mengedan
c. Jalan lahir dan pintu bawah panggul normal
d. Bayi hidup
e. Bukan monstrum / kelainan kongenital
IX. PENGELOLAAN
PENDEKATAN STANDAR
Setelah membersihkan mulut dan hidung anak, lakukan usaha untuk membebaskan bahu anterior
dari simfisis pubis dengan berbagai maneuver :
1. Tekanan ringan pada suprapubic
2. Maneuver Mc Robert
3. Maneuver Woods
4. Persalinan bahu belakang
5. Maneuver Rubin
6. Pematahan klavikula
7. Maneuver Zavanelli
8. Kleidotomi
9. Simfsiotomi
1. Tekanan ringan pada suprapubic
Dilakukan tekanan ringan pada daerah suprapubik dan secara bersamaan dilakukan traksi
curam bawah pada kepala janin.
Tekanan ringan dilakukan oleh asisten pada daerah suprapubic saat traksi curam bawah pada
kepala janin.
2. Maneuver Mc Robert
Manuver McRobert dimulai dengan memposisikan ibu dalam posisi McRobert, yaitu
terlentang, memfleksikan kedua paha sehingga lutut menjadi sedekat mungkin ke dada, dan
rotasikan kedua kaki ke arah luar (abduksi). Lakukan episiotomi yang cukup lebar. Gabungan
episiotomy dan posisi McRobert akan mempermudah bahu posterior melewati promontorium
dan masuk ke dalam panggul. Mintalah asisten menekan supra simfisis ke arah posterior
menggunakan pangkal tangannya untuk menekan bahu anterior agar mau masuk di bawah
simfisis. Sementara itu lakukan tarikan pada kepala janin ke arah posterokaudal dengan mantap.
Langkah tersebut akan melahirkan bahu anterior. Hindari tarikan yang berlebihan karena
akan mencederai pleksus brakialis. Setelah bahu anterior dilahirkan, langkah selanjutnya sama
dengan pertolongan persalinan presentasi kepala. Manuver ini cukup sederhana, aman, dan dapat
mengatasi sebagian besar distokia bahu derajat ringan sampai sedang.
Maneuver Mc Robert
Fleksi sendi lutut dan paha serta mendekatkan paha ibu pada abdomen sebaaimana terlihat
pada (panah horisontal). Asisten melakukan tekanan suprapubic secara bersamaan (panah
vertikal)
Maneuver Wood. Tangan kanan penolong dibelakang bahu posterior janin. Bahu kemudian
diputar 180 derajat sehingga bahu anterior terbebas dari tepi bawah simfisis pubis
4. Melahirkan bahu belakang
A. Operator memasukkan tangan kedalam vagina menyusuri humerus posterior janin dan
B. kemudian melakukan fleksi lengan posterior atas didepan dada dengan mempertahankan
posisi fleksi siku
C. Tangan janin dicekap dan lengan diluruskan melalui wajah janin
D. Lengan posterior dilahirkan
5. Maneuver Rubin
Terdiri dari 2 langkah :
(1). Mengguncang bahu anak dari satu sisi ke sisi lain dengan melakukan tekanan pada
abdomen ibu, bila tidak berhasil maka dilakukan langkah berikutnya yaitu :
(2). Tangan mencari bahu anak yang paling mudah untuk dijangkau dan kemudian ditekan
kedepan kearah dada anak. Tindakan ini untuk melakukan abduksi kedua bahu anak
sehingga diameter bahu mengecil dan melepaskan bahu depan dari simfisis pubis.
Maneuver Rubin II
A. Diameter bahu terlihat antara kedua tanda panah
B. Bahu anak yang paling mudah dijangkau didorong kearah dada anak sehingga diameter
bahu mengecil dan membebaskan bahu anterior yang terjepit
6. Pematahan klavikula dilakukan dengan menekan klavikula anterior kearah simfisis pubis.
7. Maneuver Zavanelli :
Mengembalikan kepala kedalam jalan lahir dan anak dilahirkan melalui SC.
Memutar kepala anak menjadi occiput anterior atau posterior sesuai dengan PPL yang
sudah terjadi.
Membuat kepala anak menjadi fleksi dan secara perlahan mendorong kepala kedalam
vagina.
8. Kleidotomi : dilakukan pada janin mati yaitu dengan cara menggunting klavikula.
9. Simfisiotomi.
Sebagian besar kasus distokia bahu dapat diatasi dengan serangkaian tindakan diatas. Bila tidak,
maka rangkaian tindakan lanjutan berikut ini harus dikerjakan :
1. Wood corkscrew maneuver
2. Persalinan bahu posterior
3. Tehnik-tehnik lain yang sudah dikemukakan diatas.
Tak ada maneuver terbaik diantara maneuver-maneuver yang sudah disebutkan diatas, namun
tindakan dengan Maneuver Mc Robert sebagai pilihan utama adalah sangat beralasan.