Anda di halaman 1dari 14

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007

PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

INVENTARISASI BAHAN GALIAN


PADA BEKAS TAMBANG DI DAERAH PULAU BINTAN,
PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Rohmana1, Edie K. Djunaedi2, Mangara P. Pohan3


1,2,3
Kelompok Program Penelitian Konservasi

SARI

Inventarisasi bahan galian pada bekas tambang dilaksanakan di wilayah Kecamatan Bintan
Timur dan wilayah Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten Bintan, Provinsi Riau. Kegiatan ini
bertujuan untuk menginventarisasi potensi sumberdaya bahan galian dan mineral ikutannya pada
wilayah bekas tambang. Daerah kegiatan mempunyai potensi bahan galian utama bauksit dan bahan
galian lain seperti granit, andesit dan pasir kuarsa.
Dari hasil kegiatan inventarisasi terdapat beberapa lokasi daerah bekas tambang bauksit PT.
Aneka Tambang diantaranya : Pulau Koyang dengan luas areal 304,9 ha., ketebalan bahan galian
bauksit tertinggal antara 40 hingga 50 cm, sedangkan di daerah Wacopek seluas 50 ha., ketebalan bahan
galian bijih bauksit tertinggal atara 40 hingga 50 cm. Jumlah sumberdaya tereka Al2O3 (Alumina)
tertinggal pada bahan galian bauksit di daerah Pulau Koyang sebesar 20.580.750 ton dan di daerah
Wacopek jumlah sumber daya tereka Al2O3 tertinggal pada bahan galian bauksit sebesar 2.331.000 ton.
Penambangan bauksit dilakukan dengan sistem tambang terbuka, dan telah dilakukan reklamasi,
sedangkan untuk meningkatkan kualitas bahan galian bauksit dilakukan proses pengolahan dengan cara
dicuci.
Hasil analisis pada tailing terdapat nilai analisis cukup tinggi 44,64 % (No. PB.07/TL), hal ini
dimungkinkan karena conto tersebut merupakan tailing lumpur yang terdapat di kolam tailing di Kijang.
Sedangkan hasil analisis pada conto pasir kuarsa terdapat mineral ikutan antara lain : Ilmenit, Hematit
(oksida besi), Epidot, Zirkon, Muskovit, dan Magnetit.

1. PENDAHULUAN Kepulauan Riau, yang dibiayai oleh Daftar Isian


Pelaksanaan Anggaran (DIPA), Tahun 2007.
1.1. Latar Belakang Ruang lingkup kegiatan inventarisasi
Inventarisasi bahan galian pada bekas potensi bahan galian pada bekas tambang
tambang merupakan salah satu kegiatan untuk meliputi penanganan sisa cadangan, pendataan
mengetahui tentang penerapan aspek-aspek bahan galian, pemanfaatan bahan galian dan
konservasi pada pengelolaan bahan galian di mineral ikutannya diharapkan dapat memberikan
Indonesia. Hal ini dilakukan untuk informasi data keberadaan potensi bahan galian
mengupayakan pemanfaatan bahan galian secara daerah terkait yang selanjutnya dapat dijadikan
tepat dan optimal, dengan penyelidikan potensi acuan dalam pengelolaannya.
bahan galian pada wilayah bekas tambang.
Data dan informasi bahan galian tersebut 1.2. Maksud dan Tujuan
mempunyai peranan yang sangat penting pada Maksud kegiatan ini untuk mendapatkan data
kegiatan usaha pertambangan. Untuk menunjang potensi bahan galian pada bekas tambang dengan
hal tersebut di atas maka pada tahun anggaran melakukan kegiatan pengumpulan data dan
2007, salah satu kegiatan Tim Kelompok informasi yang meliputi pendataan jenis bahan
Program Penelitian Konservasi, Pusat Sumber galian, pengamatan bentuk dan tipe serta sebaran
Daya Geologi (BGD), telah melaksanakan bahan galian, pendataan bahan galian lain dan
kegiatan inventarisasi bahan galian pada bekas mineral ikutan, penanganan sisa cadangan dan
tambang di daerah Pulau Bintan, Provinsi tailing.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Tujuan kegiatan inventarisasi untuk mm/tahun. Dalam keadaan normal musim hujan
mengetahui potensi sumber daya dan cadangan dimulai pada bulan Juli sampai dengan bulan
bahan galian pada bekas tambang, dan dapat Desember dan musim kemarau pada bulan
dijadikan bahan acuan untuk perencanaan dan Januari sampai dengan Juni. Suhu udara rata-rata
pengelolaan bahan galian di daerah Pulau Bintan. 24 C - 34 C dengan kelembaban nisbi 55% -
96%.
1.3. Lokasi Kegiatan dan Kesampaian Daerah
Daerah kegiatan secara geografis terletak 1.5. Penyelidik Terdahulu
pada koordinat 100 LU - 120 LS dan 10400 Penyelidikan-penyelidikan di daerah Pulau
BT - 10430 BB, secara administrasi termasuk Bintan telah banyak dilakukan oleh penyelidik
ke dalam wilayah Kabupaten Bintan, Provinsi terdahulu diantaranya : Kusnama dan K. Sutisna,
Kepulauan Riau. Lokasi kegiatan dapat dicapai 1994, Peta Geologi Lembar Tanjungpinang,
dengan menggunakan pesawat terbang reguler Sumatera skala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan
Jakarta Batam, selanjutnya dengan Pengembangan Geologi. Rafilus Kasoep dan Zul
menggunakan kendaraan roda empat ke Fahmi, 1980, Eksplorasi Pendahuluan Batuan
Pelabuhan Punggur, dari Punggur dilanjutkan ke Bahan Bangunan/Kontruksi di Daerah P. Bintan
Tanjung Pinang dengan menggunakan kapal laut Provinsi Riau, Direktorat Sumber Daya Mineral.
selama 1 jam, dan untuk mencapai lokasi Supriatna Suhala, A. Fatah Yoesoef, dan
kegiatan dapat ditempuh dengan kendaraan roda Mutaalim, 1995, Teknologi Pertambangan di
empat (Gambar 1). Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Mineral, Departemen Pertambangan
1.4. Demografi, Iklim dan Tata Guna Lahan dan Energi. Hartono Lahar, dkk, 2003, Laporan
Kabupaten Bintan merupakan salah satu Pemantauan dan Evaluasi Konservasi Sumber
kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau dengan Daya Mineral di Daerah Kijang, Kabupaten
batas-batas wilayah : Kijang, Provinsi Riau, Direktorat Inventarisasi
Sebelah Utara dengan Natuna; Sumber Daya Mineral. Abdul Fatah Yusuf, dkk,
Sebelah Selatan dengan Kabupaten 2005, Inventarisasi dan Penyelidikan Bahan
Lingga; Galian Industri Kabupaten Kepulauan Riau,
Sebelah Barat dengan Kota Batam dan Provinsi Kepulauan Riau, Direktorat
Kota Tanjung Pinang; Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Sebelah Timur dengan Provinsi Kalbar.
Luas wilayah Kabupaten Bintan terdiri dari
lautan 57.906 Km, daratan seluas 1.946,01 Km, 2. METODOLOGI
jumlah total 59.852,01 Km, terbagi menjadi 6
kecamatan, jumlah kelurahan sebanyak 29 dan 9 2.1. Pengumpulan Data Sekunder
desa dengan kepadatan dan penyebaran Pengumpulan data sekunder meliputi
penduduk Kabupaten Bintan dapat dilihat pada pengumpulan data dan informasi yang berkaitan
Tabel 1.3 (Sumber : Data Olahan BAPEDA, dengan materi kegiatan yang akan dilakukan.
Kabupaten Bintan). Data sekunder yang berhubungan dengan
Penduduk Kabupaten Bintan terdiri dari kegiatan ini antara lain kondisi geografis,
bermacam-macam suku baik penduduk asli demografi, tata guna lahan, kondisi geologi,
(Melayu) maupun pendatang seperti suku Jawa, mineralisasi, potensi bahan galian dan sejarah
Sunda, Madura. dengan mayoritas penduduk kegiatan pertambangan yang ada di lokasi
beragama Islam, matapencaharian penduduk kegiatan. Selain itu dilakukan pula perencanaan
berkebun, Pegawai Negeri Sipil, TNI, POLRI kegiatan lapangan yang meliputi rencana
dan Pegawai Swasta. pengambilan jenis-jenis conto dan lokasi-lokasi
Tata guna lahan daerah Kabupaten Bintan yang akan diinventarisasi di lapangan.
sebagian besar terdiri dari: kebun karet dan Beberapa sumber yang dapat dijadikan
kebun sawit. sebagai data sekunder adalah hasil-hasil
Daerah kegiatan beriklim tropis dengan penyelidikan terdahulu yang bersifat
curah hujan 1800 mm/tahun sampai 3800 inventarisasi, penelitian dan pengawasan, baik
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

berupa hardcopy maupun digital yang berasal Formasi batuan yang berumur Kapur
dari instansi-instansi pemerintah seperti hasil (Cretaceous) hanya menempati sebagian kecil
kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi, Pusat dari daerah P. Bintan, yakni daerah pesisir
Survey Geologi dan dari berbagai situs di tenggara bagian selatan dan beberapa tempat di
internet yang berkaitan dengan materi kegiatan. bagian tengah.
Batuan beku cukup luas penyebarannya
2.2. Pengumpulan Data Primer dan terdiri dari granit dan diorit, menempati pesisir
Pemercontoan bagian utara dan timur daerah P. Bintan dan
Pengumpulan data primer, secara garis besar beberapa tempat lainnya yang tersebar tak teratur
metoda yang digunakan pada kegiatan ini dapat di bagian tengah, membentuk daerah perbukitan
dibagi dalam tahapan : P. Bintan seperti Gn. Lengkuas dan Bukit Bintan
Pengumpulan data sekunder yang terkait, Besar. Sebagian besar tubuh Bukit Bintan Besar
Pengambilan conto bauksit, batuan, ini (bagian timur) dibentuk oleh batuan diorit dan
pasir, tanah dan tailing; sebagian lagi (bagian barat) dibentuk oleh batuan
Pengikatan titik koordinat pemercontoan, granit.
menggunakan GPS merk Garmin type Selain itu di daerah P. Bintan juga ditemukan
XL 12. batuan vulkanik yang diduga berumur Permo-
Karbon terdiri dari liparit (porfiri kwarsa).
2.3. Analisis Laboratorium Batuan tersebut ditemukan di daerah Tanjung
Keseluruhan pemercontoan hasil kegiatan Agap (ujung barat P. Bintan), Bukit Bintan Kecil
lapangan yang berupa conto bauksit, tanah, dan Gunung Kijang. Conto liparit dari G. Kijang
batuan, dan tailing, dianalisis di Laboratorium sama dengan liparit daerah Jambi yang berumur
Kimia Mineral, dan Laboratorium Fisika Permo-Karbon, dengan dasar itu batuan tersebut
Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi. dianggap berumur Permo-Karbon (Bothe, 1925).
Batuan Permo-Karbon ini disebandingkan pula
2.4. Pengolahan Data dan Pelaporan dengan Formasi Pahang Volcanik Series dari
Pengolahan data berdasarkan hasil analisis Semenanjung Malaya (Gambar 2).
data sekunder, data objektif yang diperoleh dari
hasil analisis conto dan kondisi lapangan seperti 3.1.2. Geomorfologi
lokasi-lokasi penambangan dan pengolahan, Pulau Bintan merupakan daerah dengan
kondisi geologi dan mineralisasi bahan galian. geomorfologi perbukitan bergelombang, dengan
Hasil pengolahan data dan analisis perbedaan ketinggian yang tidak terlalu
dituangkan dalam bentuk laporan yang berisi menyolok. Bukit tertinggi adalah Gunung Bintan
antara lain hasil inventarisasi bahan galian pada Besar dengan ketinggian 372 m dan bukit-bukit
bekas tambang, peta lokasi pemercontoan, dan lainnya dengan ketinggian tidak lebih dari 300
pemanfaatan bahan galian baik berupa bahan m. Bentang alam Pulau Bintan dapat
galian utama, bahan galian lain dan mineral dikelompokkan menjadi :
ikutannya. 1. Satuan perbukitan bergelombang dengan
relief sedang dicirikan dengan bentuk
punggungan bukit dengan kemiringan lereng
3. GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN (Slope) antara 100 - 400 ketinggian > 50 m.
2. Satuan perbukitan bergelombang dengan
3.1. Geologi relief rendah dicirikan dengan bentuk-bentuk
3.1.1. Geologi Daerah Pulau Bintan bukit bulat bergelombang dengan kemiringan
Geologi daerah Pulau Bintan, Kepulauan lereng < 100 dan ketinggian < 50 m.
Riau tersusun oleh formasi sedimen Pra-Tersier 3. Satuan daratan merupakan bentuk
dan Kwarter serta batuan beku yang terdiri dari permukaan yang relatif datar.
granit dan diorit. Formasi batuan yang berumur Daerah penambangan pada umumnya
Trias, menempati hampir seluruh daratan bagian memiliki kemiringan antara 50 - 150, vegetasi
tengah Pulau Bintan, formasi tersebut merupakan pulau Bintan terdiri dari pohon buah-buahan,
yang terluas penyebarannya. pohon karet, semak-semak dan sejenis perdu.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Pada daerah yang sudah selesai ditambang mengalami laterisasi. Secara umum dikenal dua
direklamasi dengan menanam pohon pinus dan jenis bauksit yaitu :
akasia. Daerah yang dulunya berupa tanah olahan a. Terarosa, jenis bauksit yang merupakan
rakyat diserahkan kembali kepada pemiliknya. fraksi-fraksi yang larut dari seluruh masa
Sungai-sungai yang terdapat di Pulau Bintan batuan dolomit dan terdapat di daerah
digolongkan dalam stadium tua hal ini Mediteran dengan kandungan utama
berdasarkan adanya satuan morfologi perbukitan diaspore.
bergelombang dengan relief rendah, aliran sungai b. Laterite, jenis bauksit yang banyak
laminer, serta tidak ditemukan jeram, warna air mengandung aluminium di daerah tropis
sungai yang jernih yang menandakan kegiatan dalam bentuk gibbsite.
erosi tidak aktif lagi. Syarat-syarat terbentuknya laterit adalah :
1. Adanya reaksi kimia bagi proses
3.1.3. Struktur Geologi penghancuran batuan.
Struktur geologi di daerah ini berupa 2. Batuan asal yang memenuhi syarat bagi
lipatan, sesar dan kelurusan. Kelurusan- terbentuknya endapan bauksit berupa
kelurusan dijumpai terutama di P. Bintan dan P. batuan intermedier.
Batam. Secara tektonik daerah Lembar 3. Adanya perbedaan ketinggian dari
Tanjungpinang termasuk ke dalam Lajur permukaan batuan sehingga mobilisasi
Karimata sebelah timur Lajur Timah (Katili, hasil pelapukan dapat berlangsung
1977). dengan baik.
4. Tersedianya waktu yang cukup lama,
3.2. Bahan Galian dengan iklim tropis hingga subtropis.
Hasil penyelidik terdahulu (A. F. Yusuf, 5. ph tanah 5 - 7
dkk., Th. 2005), bahwa daerah Pulau Bintan Batuan-batuan asal akan mengalami proses
terdapat bahan galian utama bauksit, dan selain laterisasi yang tejadi karena pergantian
bahan galian utama terdapat pula bahan galian temperatur secara terus menerus sehingga batuan
lain, baik yang telah ditambang/diusahakan mengalami pelapukan pada permulaan
maupun yang belum ditambang, di antaranya pelapukan, alkali tanah serta sebagian silikat
andesit, granit, pasir darat dan lempung. dilitifikasi, silikat pada tanah dengan ph 5 sampai
7 akan larut secara baik. Demikian juga dengan
3.2.1 Bauksit kaolin bebas akan larut dalam air yang bersifat
3.2.1.1. Genesa Bauksit asam. Proses ini meninggalkan basa-basa lemah
Bauksit terbentuk dari proses pelapukan (komponen laterit) dari aluminium besi dan titan
kimiawi dari batuan yang mengandung kadar yang kemudian membentuk endapan aluvial.
Alumunium tinggi, kadar besi rendah dan silika Selanjutnya unsur-unsur yang mudah larut
rendah bahkan tidak mengandung silika. Istilah seperti Na, K, Mg, dan Ca dihanyutkan oleh air,
bauksit pertama kali digunakan oleh A. Liebrich maka warna hidroksida besi lambat laun berubah
(1892) dan Berthier (1921). dari hitam menjadi coklat kemerahan dan
Liebrich (1892) menggunakan istilah bauksit akhirnya menjadi merah. Lithifikasi selanjutnya
untuk cakupan yang luas yang meliputi akan membentuk laterit, dan laterit mengalami
pemerkayaan akibat pelapukan mineral gibsite suatu proses pemerkayaan hidroksida aluminium
pada batuan basal di daerah Vogelsberg-Jerman (A12(OH)3), dilanjutkan dengan proses dehidrasi
sedangkan Barthier (1921) menggunakan istilah sehingga mengeras menjadi bauksit.
bauksit untuk endapan yang mengalami Bauksit yang terdapat di Pulau Bintan dan
pemerkayaan aluminium oksida yang ditemukan pulau-pulau sekitamya menurut R. W. Van
di Les Baux, Avignon Perancis. Bemellen berasal dari batuan hornfels yaitu
Bauksit terbentuk dari hasil pelapukan sejenis batuan yang berwarna hitam afanitik,
intensif dari batuan asal dengan kadar Al tinggi, dimana batuan ini terbreksikan.
kadar Fe rendah dan kadar SiO2 rendah atau Untuk mengetahui susunan lapisan batuan
tidak ada sama sekali. Batuan asal dapat berupa mulai dari permukaan sampai dengan batuan
batuan basal, nephelin-syenite, hornfels yang asalnya (dasar) yang belum lapuk, Nederland
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Indische Bauxiet Exploitatie Maatschappij mempunyai luas sebaran 888 ha. Di luar kawasan
(NIBEM) tahun 1935 telah membuat sumur uji di lindung sebaran batuan andesit merupakan bukit-
sungai Kolak dengan kedalaman total 54 meter bukit kecil dengan luas sebaran dan sumber daya
yang terdiri dari empat zona, yaitu : yang relatif kecil, terdapat di Sei Lekop, Desa
Zona I (0-7 meter), endapan bauksit (kondisi Gunung Lengkuas, Kecamatan Bintan Timur
Al dan konkresi Fe dengan Schist lempung seluas 25 ha dan di Bukit Piatu, Desa Gunung
(clay schit). Kijang, Kecamatan Gunung Kijang seluas 100
Zona II ( 7-27 meter), tanah liat yang tidak ha. Umumnya batuan andesit di wilayah ini
mengandung batuan asal. terkekarkan, dapat digunakan sebagai bahan
Zona III (27-52 meter), tanah liat disertai bangunan, baik sebagai agregat beton maupun
potongan batu asal yang belum lapuk. pondasi jalan raya. Potensi andesit seluruhnya
Zona IV (>52 meter), batuan asal yang mempunyai luas sebaran 913 ha dengan jumlah
belum lapuk sama sekali. sumber daya tereka sebesar 1.044 juta m.

3.2.1.2. Potensi Bauksit 3.2.3. Granit


Sebaran bahan galian bauksit (lempung Sebaran granit di wilayah ini sama dengan
alumina) tersebar secara luas di wilayah P. andesit, sebagian besar terdapat di kawasan
Bintan dan sekitarnya. Bauksit merupakan hasil lindung, seperti G. Lengkuas (695 ha) dan di P.
proses pelapukan dari batuan granit yang Sejolong (P. Siolong, 184 ha), luas sebaran granit
merupakan batuan dasar dari P. Bintan, tersebar di kawasan lindung sekitar 879 ha. Luas sebaran
di 17 lokasi. Umumnya tersebar membentuk granit di luar kawasan lindung sekitar 100 ha.
punggungan-punggungan landai, tidak begitu Secara megaskopis umumnya berwarna abu-abu,
tinggi sehingga memungkinkan terjadinya proses putih, abu-abu kehitaman, berbutir kasar,
pelapukan terus berlanjut, secara morfologi umumnya terkekarkan, dapat digunakan sebagai
merupakan wilayah dataran yang bergelombang. bahan bangunan kontruksi sedang sampai berat.
Potensi sebaran bauksit yang cukup besar Granit di Bukit Lipan dan Bukit Panglong telah
terdapat di wilayah Kecamatan Bintan Timur, ditambang, wilayah yang belum ditambang
meliputi wilayah daratan dan pulau-pulau di selain di wilayah kawasan lindung terdapat di
sekitarnya, sebagian besar merupakan wilayah Bukit Jurig, Desa Gunung Lengkuas, Kecamatan
tambang dan bekas tambang bauksit. Wilayah Bintan Timur, seluas 25 ha. Potensi terbesar
yang mempunyai sebaran cukup luas terdapat di granit di wilayah ini merupakan kawasan
daerah Desa Gunung Lengkuas, Busung, lindung. Potensi granit seluruhnya mempunyai
Toapaya dan Ekang Anculai, serta di wilayah luas sebaran 979 ha dengan jumlah sumber daya
pulau-pulau yang termasuk dalam wilayah tereka sebesar 825 juta m.
Kecamatan Bintan Timur.
Berdasarkan hasil kajian data lapangan 3.2.4. Pasir
potensi bauksit seluruhnya di wilayah Sebagian besar wilayah P. Bintan merupakan
penyelidikan mempunyai luas sebaran sekitar sebaran pasir, bahan galian pasir yang
10.450 ha dengan jumlah sumber daya tereka terkandung dalam satuan batuan lapukan granit
sebesar 209 juta m. serta rombakannya, bauksit, dan Formasi
Goungon, umumnya masih bercampur dengan
3.2.2. Andesit lempung dan lumpur, sehingga untuk
Potensi andesit di wilayah ini terdapat di memperolehnya perlu proses pencucian terlebih
wilayah kawasan lindung dan di luar kawasan dahulu. Ketebalan yang relatif tipis
lindung yang dapat di tambang. mengakibatkan dampak penambangan pada areal
Andesit di kawasan lindung terdapat di yang cukup luas. Sebaran pasir tersebar di 17
daerah G. Bintan Besar (327 ha), Desa Bintan lokasi. Konsentrasi pasir yang umumnya berupa
Buyu, Kecamatan Teluk Bintan, G. Bintan Kecil pasirkuarsa yang terkandung dalam berbagai
(77 ha), Desa Ekang Anculai, Kecamatan Teluk satuan batuan rata-rata sekitar 60 %.
Sebong dan di G. Kijang (484 ha), Desa Gunung Sebaran pasir yang sudah tercuci secara
Kijang, Kecamatan Gunung Kijang, seluruhnya alamiah umumnya tersebar di sepanjang pantai
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

sebagai endapan aluvial, namun secara daerah tersebut telah menjadi wilayah
lingkungan pasir tersebut tidak layak untuk perkantoran, perumahan padat penduduk dan
ditambang. Potensi pasir seluruhnya mempunyai pertokoan.
luas sebaran 1.114 ha dengan jumlah sumber Kegiatan inventarisasi pada bekas tambang
daya tereka sebesar 223 juta m. bauksit di wilayah PT. Aneka Tambang,
dilakukan juga pengamatan pada perusahaan
3.2.5. Pasir Kuarsa tambang yang masih aktif, seperti :
Terdapat di Trikora, Desa Malang Rapat, 1. Perusahaan tambang granit PT. Bukit
Kecamatan Gunung Kijang, merupakan endapan Panglong di daerah Panglong Kijang,
aluvial dengan jumlah sebaran dan sumber daya PT. Mitra Investindo di daerah Galang
yang terbatas, sehingga potensinya kecil. Potensi Batang, Kecamatan Gunung Kijang.
pasirkuarsa seluruhnya mempunyai luas sebaran 2. Perusaan tambang pasir PT. Ayer Raja
32 ha dengan jumlah sumber daya tereka sebesar Utama dan PT. Pulau Batu Mulia
322.000 m. Potensi bahan galian lainnya seperti 3. Perusahaan tambang bauksit CV. Kijang
kaolin dan feldspar sangat terbatas, hanya dalam Jaya di daerah Galang Batang
jumlah kecil. Dengan adanya kebijakan pemerintah
tentang pelarangan ekspor pasir darat Nomor 02
3.3. Pertambangan Tahun 2007 yang dikeluarkan oleh Menteri
3.3.1. Wilayah Pertambangan Perdagangan, maka pada saat ini produksi
Kegiatan inventarisasi bahan galian pada penambangan pasir hanya untuk memenuhi
bekas tambang di P. Bintan dilaksanakan di kebutuhan daerah Pulau Bintan dan sekitarnya
daerah P. Koyang, daerah Wacopek, daerah sehingga terjadi pengurangan produksi.
Tanjung Pinang dan sekitarnya. Daerah tersebut
merupakan wilayah bekas tambang bauksit PT. 3.3.2. Sejarah Perusahaan
Aneka Tambang. Dari hasil pengamatan di Endapan bauksit di daerah ini ditemukan
lapangan terdapat bahan galian bijih bauksit yang pada tahun 1924 dan pihak pertama yang
tertinggal pada wilayah bekas tambang dengan memanfaatkannya adalah perusahaan Belanda,
ketebalan dari permukaan sampai batuan dasar NV Nederlansch Indische Bauxiet Exploitatie
sekitar 40 hingga 50 cm (rata-rata 45 cm), hal ini Maatschapij (NV NIBEM), dari tahun 1935
menurut informasi dari karyawan PT. Aneka sampai 1942. Pada tahun 1942 sampai 1945,
Tambang bahwa bahan galian bauksit yang usaha ini diambil alih Jepang melalui perusahaan
tertinggal tersebut diperuntukkan sebagai media Furukawa Co Ltd, dan tahun 1959 usaha ini
tanam dalam melakukan penanaman tumbuh- kembali ditangani NV NIBEM. Setelah tahun
tumbuhan (reklamasi) dan untuk menghindari 1959 kegiatan pertambangan bauksit di daerah
terbawanya batuan dasar (batulempung), pada ini diambil alih Pemerintah Republik Indonesia
saat pengambilan bijih bauksit, bahan galian bijih dengan mendirikan PT Pertambangan Bauksit
bauksit sebelum ditambang mempunyai Indonesia (PERBAKI), dan kemudian dilebur
ketebalan sekitar 1 5 meter. menjadi PN Pertambangan Bauksit Indonesia
Luas areal wilayah bekas tambang daerah yang berada di lingkungan BPU PERTAMBUN.
penyelidikan yang terdapat di daerah Wacopek, Tahun 1968 bersama-sama dengan BPU
menurut informasi karyawan PT. Aneka PERTAMBUN, PN, PT, dan proyek-proyek
Tambang sekitar 50 ha., dan luas areal wilayah lainnya dalam lingkungan BPU PERTAMBUN
bekas tambang di daerah Pulau Koyang 60 % dilebur ke dalam PN. Aneka Tambang (Persero)
dari luas keseluruhan Pulau Koyang (sumber : yang kemudian menjadi PT. Aneka Tambang.
Pegawai Dinas Pertambangan Kabupaten
Bintan). Dari hasil pemetaan dan setelah 3.3.3. Sistem Penambangan
dilakukan perhitungan dengan bantuan program Sebelum bijih bauksit yang ditambang,
Map Info daerah Pulau Koyang mempunyai luas terlebih dahulu dilakukan pembersihan lokal
sekitar 340,9 ha. Sedangkan luas areal wilayah (land clearing) dari tumbuh-tumbuhan yang
bekas tambang di daerah Tanjung Pinang dan terdapat di atas endapan bijih bauksit. Hal ini
sekitarnya, sulit untuk diperkirakan sehubungan dimaksudkan untuk mempermudah dalam
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

operasi selanjutnya yaitu kegiatan pengupasan mempunyai fungsi untuk mencuci bijih bauksit
lapisan penutup (Stripping of overburden) yang yang masuk melalui hopper (stationary grizzly),
umumnya memiliki ketebalan 0,2 meter. Untuk sedangkan ayakan getar berfungsi untuk mencuci
melaksanakan kegiatan pengupasan lapisan bijih bauksit yang keluar dari ayakan putar.
penutup digunakan alat gah dorong (bulldozer), Ayakan getar mempunyai dua tingkat ayakan,
sedangkan untuk penggalian endapan bauksit dimana ayakan tingkat pertama (bagian atas)
digunakan alat gali muat excavator langsung mempunyai lebar lubang bukaan 12,5 mm dan
dituangkan/dimuatkan ke alat angkut (dump ayakan tingkat kedua (bagian bawah)
truck mempunyai lebar bukaan 2 mm sehingga alat ini
Penambangan dilakukan dengan sering juga disebut dengan system ayakan getar
menggunakan sistem tambang terbuka dengan bertingkat (vibration horizontal double deck
metode penambangan berjenjang yang terbagi screen).
dalam beberapa blok, sehingga untuk kemajuan Dengan demikian selama proses pencucian,
penambangan setiap blok disesuaikan dengan bijih mengalami tiga tahap proses pencucian
blok rencana penambangan pada peta tambang. antara lain :
Dalam pembagian blok, penambangan 1. Proses penghancuran untuk memperkecil
direncanakan pada peta eksplorasi dengan skala ukuran bijih bauksit yang berasal dari
1 : 1000. Hal tersebut bertujuan untuk front penambangan.
memperkirakan jumlah tonase bauksit yang akan 2. Proses pembebasan (liberasi) yaitu proses
diperoleh, (Gambar 4. Bagan Alir Sistem pembebasan bijih bauksit dari
Penambangan). unsur-unsur pengotor.
Untuk mengoptimalkan bijih bauksit 3. Proses pemisahan (sorting) terhadap bijih
kadar rendah dilakukan pencampuran (mixing) bauksit yang berdasarkan pada perbedaan
dengan bijih bauksit kadar tinggi, hal tersebut ukuran dan pemisahan terhadap fraksi
dilakukan untuk memperpanjang umur tambang yang tidak diinginkan yaitu yang
dan diharapkan hasil yang diperoleh sesuai berukuran -2 mm.
dengan persyaratan dari pembeli (konsumen)
yang telah ditentukan sebelumnya. 3.3.5. Teknik Reklamasi
Reklamasi merupakan bagian yang tidak
3.3.4. Sistem Pengolahan terpisahkan dari usaha pertambangan, setiap
Proses pencucian yang dilakukan pada melakukan perencanaan penambangan perlu
instalasi pencucian bertujuan untuk meliberasi dipersiapkan pula langkah-langkah untuk
bijih bauksit terhadap unsur-unsur pengotornya perencanaan reklamasi yang akan diterapkan
yang pada umumnya berukuran -2 mm yaitu setelah penambangan selesai, bahkan merupakan
berupa tanah liat (clay) dan pasir kuarsa. tindakan yang harus dilaksanakan baik sebelum
Sehingga hasil dari proses pencucian penambangan maupun selama kegiatan
tersebut akan mempertinggi kualitas bijih penambangan, dan setelah penambangan selesai.
bauksit, dimana akan didapatkan kadar alumina Dengan demikian pelaksanaan reklamasi dapat
yang lebih tinggi dengan mengurangi kadar berjalan secara tepat disamping dapat
silika, oksida besi, oksida titan dan mineral- menghemat biaya reklamasi, karena ada
mineral pengotor lainnya, (Gambar 5. Bagan Alir beberapa komponen biaya reklamasi sudah
Sistem Pengolahan). termasuk dalam biaya operasi tambang.
Untuk instalasi pencucian Pari dan Pulau Pelaksanaan reklamasi pada penambangan,
Kelong ditujukan untuk mencuci bijih bauksit tahap awal perlu diinventarisasi terhadap
langsung dari front penambangan Lomesa dan tumbuh-tumbuhan yang sesuai dengan daerah
Dompak yang diangkut dengan tongkang. tambang tersebut, disamping itu pula perlu
Peralatan pencucian yang terdapat di pulau dilakukan dengan membuat kebun percobaan.
Kelong adalah ayakan putar (tromol rail atau Sistem penambangan yang diterapkan
rotary grizzly) dan ayakan getar (vibrating yaitu dengan cara menggali dan menimbun
screen). Sedangkan di instalasi pencucian di Pari kembali daerah bekas tambang dan didesain
menggunakan alat tromol screen. Ayakan putar untuk langkah-langkah reklamasi. Daerah bekas
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

tambang yang sudah ditimbun kembali, hasil proses pencucian. (Ringkasan hasil analisis
kemudian tanah penutup yang diselamatkan conto bauksit pada Tabel 1).
dikembalikan pada lapisan atas, dengan demikian Dari 15 conto tersebut diambil dari beberapa
lahan tersebut dapat ditanami kembali seperti lokasi wilayah bekas tambang Bauksit PT. Aneka
tanam-tanaman yang telah dipilih. Tambang diantaranya : 7 conto di daerah
Wacopek, 2 conto di daerah P. Koyang, 3 conto
di daerah Tanjung Pinang dan sekitarnya,
4. PEMBAHASAN sedangkan yang lainnya diambil di daerah
Galang Batang sebanyak 3 conto.
4.1. Hasil Inventarisasi Potensi Bahan Galian Conto Tailing
Seperti yang telah diuraikan pada bab Hasil analisis kimia pada 9 conto tailing
sebelumnya bahwa kegiatan inventarisasi bahan mempunyai nilai analisis unsur Al2O3, antara
galian pada bekas tambang di P. Bintan 20,56 % - 44,64 %, dari hasil analisis conto
dilaksanakan di daerah P. Koyang, daerah tailing tersebut terdapat nilai analisis Al2O3
Wacopek, daerah Tanjung Pinang dan sekitarnya. cukup tinggi yaitu 44,64 % dengan no. conto
Daerah tersebut merupakan wilayah bekas PB.07/TL, hal ini dimungkinkan karena conto
tambang bauksit PT. Aneka Tambang. Dari hasil tersebut merupakan tailing lumpur yang terdapat
pengamatan di lapangan terdapat bahan galian di kolam tailing di Kijang.
bijih bauksit yang tertinggal pada wilayah bekas Conto Pasir
tambang dengan ketebalan dari permukaan Nilai analisis mineralogi butir terhadap 9
sampai batuan dasar sekitar 40 hingga 50 cm conto pasir mempunyai nilai analis mineral
(rata-rata 45 cm), sedangkan bahan galian bijih kuarsa antara 47,36 % - 99,29 %, dari hasil
bauksit sebelum ditambang mempunyai analisis conto tersebut terdapat nilai analisis
ketebalan 1 5 meter. cukup tinggi yaitu 99,29 %, No. conto PB.16/PS,
Luas areal wilayah bekas tambang daerah hal ini dimungkinkan karena conto tersebut
penyelidikan yang terdapat di daerah Wacopek, diambil dari stock file hasil proses pencucian.
menurut informasi karyawan PT. Aneka Hasil analisis mineralogi butir tersebut terdapat
Tambang sekitar 50 ha., dan luas areal wilayah pula mineral ikutan seperti : Ilmenit, Hematit
bekas tambang di daerah Pulau Koyang 60 % (oksida besi), Epidot, Zirkon, Muskovit, dan
dari luas keseluruhan Pulau Koyang (sumber : Magnetit
Pegawai Dinas Pertambangan Kabupaten Conto Tanah
Bintan). Dari hasil pemetaan dan setelah Hasil analisis kimia unsur terhadap 4 conto
dilakukan perhitungan menggunakan program tanah dimaksudkan untuk mengetahui kandungan
MapInfo daerah Pulau Koyang mempunyai luas unsur Al2O3, dari 4 conto tersebut terdiri dari 3
sekitar 340,9 ha., maka luas areal bekas tambang conto tanah dan 1 conto lempung. Dari hasil
di Pulau Koyang 60/100 x 304,9 ha. = 182,94 ha. analisis 3 conto tanah tersebut diperoleh
Sedangkan luas areal wilayah bekas tambang di kandungan Al2O3 antara 11,02 % - 25,37 %.
daerah Tanjung Pinang dan sekitarnya, sulit Sedangkan hasil analisis conto lempung nomor
untuk diperkirakan sehubungan daerah tersebut conto PB. 37/LP diperoleh kadar 37,10 %, hasil
telah menjadi wilayah perkantoran, perumahan tesebut cukup tinggi hal ini karena conto
padat penduduk dan pertokoan. lempung tersebut merupakan batuan dasar dari
bijih bauksit sehingga dimungkinkan masih ada
4.2. Hasil Analisis Laboratorium residu bijih bauksit yang tertinggal.
Conto Bauksit
Hasil analisis kimia unsur terhadap 15 conto 4.3. Potensi Bahan Galian Bauksit
bauksit mengandung unsur Al2O3 (Alumina) Daerah Wacopek
mempunyai nilai presentase yang bervariasi Seperti yang telah disebutkan di atas, luas
antara 34,47 % - 47,28 %,. Hasil analisis tersebut endapan bauksit yang terdapat di daerah
terdapat conto yang nilainya cukup tinggi yaitu Wacopek seluas 50 ha. ketebalan endapan
47,28 % pada conto PB. 05/BT, hal tersebut bauksit 40 cm - 50 cm. Dari data tersebut di atas
dimungkinkan karena conto tersebut diambil dari apabila diambil rata-rata ketebalan endapan
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

aluvial tersebut 45 cm; maka jumlah volume stockfile, proses ini dilakukan untuk mengurangi
tereka endapan bauksit yang tertinggal 50 ha. x kadar silika, oksida besi, oksida titan dan
45 cm = 500.000 m2 x 0,45 m = 2.250.000 m3. mineral-mineral pengotor lainnya sehingga akan
Berat jenis bauksit 2,3 2,7 (rata-rata 2,5), jadi mempertinggi kualitas bijih bauksit.
jumlah sumber daya bauksit tereka yang Hasil analisis terhadap conto PB. 06/BT
tertinggal = 2.250.000 x 2,5 = 5.625.000 ton. nilainya 35,34 %, dimana conto tersebut diambil
Hasil analisis kimia Al2O3 dari 5 conto pada lokasi conto tambang dan belum melaui
endapan bauksit di daerah Wacopek nilainya proses pencucian, sedangkan hasil analisis
36,27 % 46,23%, dengan kadar rata-rata 41,44 terhadap conto hasil proses pencucian dengan
%. Jadi jumlah sumber daya tereka Al2O3 kode conto PB. 05/BT nilai analisisnya 47,28 %.
(Alumina) pada bahan galian bauksit di daerah Apabila melihat dari hasil tersebut maka terbukti
Wacopek = 41,44/100 x 5.625.000 = 2.331.000 adanya peningkatan kualitas.
ton
Daerah Pulau Koyang 4.6. Bahan Galian Lain
Luas areal bekas tambang bauksit di daerah Pasir dan granit merupakan bahan galian lain
Pulau Koyang seluas 182,94 ha., dengan selain bahan galian utama bauksit yang terdapat
ketebalan bahan galian bijih bauksit 40 cm di daerah P. Bintan, bahan galian lain tersebut
hingga 50 cm atau rata-rata 45 cm, maka jumlah ada yang sedang di tambang dan ada yang telah
volume bahan galian bauksit 182,94 ha. x 45 cm terhenti penambangannya. Bahan galian yang
= 18.294.000 m2 x 0.45 m = 8.232.300 m3, sedang ditambang pada saat ini antara lain :
dengan berat jenis bauksit 2,3 2,7 (rata-rata bahan galian granit yang di usahakan oleh PT.
2,5) jadi jumlah sumber daya bahan galian Bukit Panglong terdapat di daerah panglong,
bauksit di daerah Pulau Koyang = 8.232.300 x Kijang dan PT. Mitra Investindo terdapat di
2,5 = 20.580.750 ton. daerah Galang Batang. Sedangkan bahan galian
Hasil analisis kimia Al2O3 dari 2 conto pasir yang sedang ditambang pada saat ini
endapan bauksit di daerah Pulau Koyang nilainya diusahakan oleh PT. ABBA dan PT. Ayer Raja
45,77 % 46,17 % (rata-rata 45.97 %). Jadi Utama terdapat di daerah Tembeling, Ds. Katin,
jumlah sumber daya tereka Al2O3 (Alumina) Kec. Teluk Bintan.
pada bahan galian bauksit di daerah Pulau Tidak lengkapnya informasi mengenai data
Koyang = 45,97/100 x 20.580.750 = tambang di Dinas Pertambangan Kabupaten
9.460.970,775 ton. Bintan, sehingga sulit untuk mengetahui luas
area, potensi sumber daya maupun sisa cadangan
4.4. Sistem Penambangan dari perusahaan tambang tersebut.
Penambangan didasarkan hasil eksplorasi
dan perencanaan tambang yang baik, 4.7.Pemanfaatan dan Pengembangan Bahan
penambangan dilakukan dengan menggunakan Galian
sistem tambang terbuka dengan metode Berdasarkan kebutuhan dan ketersediaan
penambangan berjenjang yang terbagi dalam bahan galian di wilayah Kabupaten Kepulauan
beberapa blok, sehingga untuk kemajuan Riau, yang dapat dikembangkan adalah bahan
penambangan setiap blok disesuaikan dengan galian : alumina (bauksit), andesit, granit dan
blok rencana penambangan pada peta tambang. pasir
Dalam pembagian blok, penambangan Bahan galian alumina (bauksit) selain
direncanakan pada peta eksplorasi dengan skala 1 sebagai bahan baku logam alumunium dapat pula
: 1000. Hal tersebut bertujuan untuk digunakan sebagai bahan baku keramik berupa
memperkirakan jumlah tonase bauksit yang akan alumina (oksida aluminium). Untuk memperoleh
diperoleh. kadar alumina yang tinggi bahan galian bauksit
4.5. Sistem Pengolahan terlebih dahulu harus melalui proses pencucian,
Pencucian bijih bauksit dilakukan dua kali penggerusan dan kemudian proses pengkayaan
proses pencucian yang pertama dilakukan di alumina dengan menggunakan metoda bayer.
areal tambang dan yang kedua dilakukan di Sedangkan Tailing proses pengolahan bijih
Kijang sebelum bahan galian disimpan di bauksit (pencucian) masih terdapat kandungan
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

pasir kuarsa yang tinggi, pasir tersebut sehingga reklamasi kembali tidak terlalu
dibersihkan dari pengotor (lempung) dicampur memerlukan biaya besar.
semen dengan perbandingan 1 : 8 dapat Untuk revegetasi memerlukan pupuk
dijadikan batako dan pup ling block, hal tersebut karena kondisi dari tanah sangat asam, sehingga
telah diusahakan oleh mantan karyawan PT. sulit tumbuhan untuk hidup. Perlu dicarikan
Aneka Tambang. jenis tanaman yang daunnya cepat lapuk
Secara domestik Kabupaten Bintan sebagai humus untuk menyuburkan tanah di
merupakan kabupaten baru yang masih daerah rektamasi dan revegetasi. Beberapa jenis
memerlukan pengembangan infrastruktur, seperti tanaman keras yang cocok antara lain; petai,
pembangunan ibukota kabupaten dan provinsi, jengkol, jambu monyet, mangga dan nangka,
hal tersebut akan memerlukan bahan galian sedangkan untuk di kolam tailing yang cocok
bangunan yang lebih besar seperti pasir, andesit adalah tanaman cemara laut.
dan granit.
Andesit, granit dan pasir dapat
dikembangkan sebagai bahan bangunan. 5. KESIMPULAN DAN SARAN
Ketebalan pasir yang relatif kecil (rata-rata 2 m), Dari hasil inventarisasi potensi bahan galian
mengakibatkan penambangan bahan galian ini pada wilayah bekas tambang di daerah kegiatan
memerlukan luasan yang cukup besar, dampak dapat ditarik beberapa kesimpulan dan saran:
yang ditimbulkannya adalah perubahan bentuk Inventarisasi bahan galian pada bekas
fisik daratan, sehingga perlu dilakukan tambang di Pulau Bintan dilaksanakan di
penanganan yang lebih ketat. Bahan galian granit wilayah bekas tambang bauksit PT. Aneka
dapat digunakan sebagai bahan bangunan berupa Tambang, antara lain di daerah Wacopek,
agregat beton dan pondasi, bahan galian ini Pulau Koyang, Tanjung Pinang dan
umumnya telah terkekarkan, sehingga untuk sekitarnya.
keperluan batu dimensi perlu dilakukan Luas areal wilayah bekas tambang bahan
pemilahan, untuk keperluan tersebut diperlukan galian bijih bauksit di daerah P. Koyang
ukuran bongkah tertentu minimal 1 m. luasnya 60 % dari luas Pulau Koyang
4.8. Mineral Ikutan (sumber : Pegawai Dinas Pertambangan dan
Hasil analisis mineralogi butir pada conto Energi, Kabupaten Bintan). Luas Pulau
pasir terdapat mineral- mineral dengan nilai Koyang dari hasil pemetaan dan perhitungan
Ilmenit 0,17 % - 3,88 %, Hematit (oksida besi) dengan menggunakan program Map Info
0,68 % - 35,03 %, Epidot trace, Amfibol trace adalah 304,9 ha., maka luas areal bekas
0,03, Zirkon trace, Kuarsa 47,36 % - 99,29, tambang di Pulau Koyang 60/100 x 304,9 ha.
Muskovit trace, Magnetit 2,00 % 16,90 %. = 182,94 ha., ketebalan bahan galian bauksit
Dari hasil analisis mineralogi butir tersebut yang tertinggal 40 hingga 50 cm (rata-rata 45
kuarsa (SiO2) merupakan mineral utama, cm).
sedangkan mineral ikutan lainnya adalah : Jumlah volume bahan galian bijih bauksit
Ilmenit, Hematit (oksida besi), Epidot, Zirkon, yang tertinggal pada daerah bekas tambang
Muskovit, dan Magnetit. Pada saat ini mineral untuk daerah Pulau Koyang adalah 182,9 ha.
ikutan ini belum dimanfaatkan, namun makin x 45 cm = 18.294.000 m2 x 0.45 m =
berkembangnya ilmu pengetahuan 8.232.300 m3, berat jenis bauksit 2,3 2,7
memungkinkan pemisahan mineral-mineral (rata-rata 2,5), maka jumlah sumber daya
ikutannya dapat dimanfaatkan. bahan galian bauksit di daerah Pulau Koyang
= 8.232.300 x 2,5 = 20.580.750 ton. Hasil
4.9. Reklamasi analisis kimia Al2O3 dari 2 conto endapan
Penambangan bauksit di daerah kegiatan bauksit di daerah Pulau Koyang dengan nilai
menggunakan dengan sistem penambangan rata-rata 45.97 %, Jadi jumlah sumber daya
terbuka, pengupasan tanah pucuk 0,30 m, tereka Al2O3 (Alumina) pada bahan galian
sedangkan tebal maksimum bahan galian bauksit bauksit di daerah Pulau Koyang = 45,97/100
sekitar 5,0 m, morfologi tidak terlalu berubah, x 20.580.750 = 9.460.970,775 ton.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Luas areal wilayah bekas tambang di daerah pasir, untuk itu Pemerintah Daerah perlu
Wacopek sekitar 50 ha. ketebalan bahan melakukan pengawasan dan penanganan
galian bijih bauksit yang tertinggal 40 hingga pada saat penambangan berlangsung sampai
50 cm (rata-rata 45 cm). pada saat penambangan berakhir
Jumlah volume bahan galian bijih bauksit
yang tertinggal di daerah Wacopek adalah 50
ha. x 45 cm = 500.000 m2 x 0,45 m = PUSTAKA
2.250.000 m3. Berat jenis bauksit 2,3 2,7
(rata-rata 2,5), jadi jumlah sumber daya bijih A. F., Yusuf, dkk., 2005, Inventarisasi dan
bauksit tereka yang tertinggal = 2.250.000 x Penyelidikan Bahan Galian Industri
2,5 = 5.625.000 ton. Hasil analisis kimia Kabupaten Kepulauan Riau, Provinsi
Al2O3 dari 5 conto dengan kadar rata-rata Kepulauan Riau, Direktorat Inventarisasi
41.44 %. Jadi jumlah sumber daya tereka Sumber Daya Mineral, Bandung
Al2O3 (Alumina) pada bahan galian bauksit Lahar Hartono, dkk., 2003, Laporan
di daerah Wacopek = 41,44/100 x 5.625.000 Pemantauan dan Evaluasi Konservasi
= 2.331.000 ton. Sumber Daya Mineral di Daerah Kijang,
Luas areal wilayah bekas tambang di daerah Kabupaten Kijang, Provinsi Riau,
Tanjung Pinang dan sekitarnya sulit untuk Direktorat Inventarisasi Sumber Daya
diperkirakan, sehubungan wilayah tersebut Mineral, Bandung
pada saat ini telah menjadi daerah Kasoep Rafilus, dkk., 1980, Eksplorasi
pemukiman yang padat penduduk, pertokoan Pendahuluan Batuan Bahan
dan perkantoran. Bangunan/Kontruksi di Daerah P.
Selain bahan galian utama bauksit terdapat Bintan Provinsi Riau, Direktorat Sumber
pula bahan galian lain seperti : granit dan Daya Mineral, Bandung.
pasir, bahan galian granit pada saat ini Kusnama, K. Sutisna, 1994, Peta Geologi
diusahakan oleh PT. Bukit Panglong dan Lembar Tanjungpinang, Sumatera skala
PT. Mitra Investindo, sedangkan untuk 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan
bahan galian pasir diusahakan oleh PT. Pengembangan Geologi, Bandung
ABBA dan PT. Ayer Raja Utama. Suhala Supriatna, dkk., 1995, Teknologi
Reklamasi lahan bekas tambang telah Pertambangan di Indonesia, Pusat
dilakukan dengan baik oleh PT. Aneka Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Tambang. Beberapa jenis tanaman keras Mineral, Departemen Pertambangan dan
yang cocok untuk ditanam pada wilayah Energi, Bandung.
bekas tambang antara lain; petai, jengkol,
jambu monyet, mangga dan nangka,
sedangkan untuk di kolam tailing yang cocok
adalah tanaman cemara laut.
Pemanfaatan tailing hasil proses pencucian
bauksit sebagian telah dimanfaatkan sebagai
bahan baku batako dan paving blok.
Pengamatan di daerah tambang aktif terdapat
kegiatan penambangan batu granit, pasir
darat dan bauksit.
Hasil analisis pada conto bahan galian pasir
terdapat mineral ikutan seperti : Ilmenit,
Hematit (oksida besi), Epidot, Zirkon,
Muskovit, dan Magnetit.
Ketebalan bahan galian pasir yang relatif tipis
mengakibatkan dampak penambangan pada
areal yang cukup luas, sehingga banyak
terdapat kolam-kolam bekas penambangan
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Tabel 1. Ringkasan Hasil Analisis Conto Bauksit, Daerah Pulau Bintan,


Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau

No. Conto Lokasi conto Hasil Analisis (%)


SiO2 Al2O3 Fe2O3 TiO2
PB. 02/BT Wacopek 20,37 42,69 5,03 0,19
PB. 03/BT Wacopek 14,43 46,23 7,55 0,72
PB. 04/BT Wacopek 19,36 38,80 11,42 1,12
PB. 05/BT Wacopek 12,75 47,28 5,81 0,48
(tambang aktif)
PB. 06/BT Wacopek 37,80 35,34 5,99 0,36
(tambang aktif)
PB. 11/BT P. Koyang 9,52 46,17 9,95 1,01
PB. 13/BT P. Koyang 20,00 45,77 3,34 0,17
PB. 20/BT Wacopek 30,31 36,87 7,96 0,71
PB. 21/BT Wacopek 20,74 42,61 5,39 0,33
PB. 22/BT Galang Batang 48,78 27,68 6,71 0,22
PB.23/BT Galang Batang 37,45 32,13 8,84 0,39
PB. 29/BT CV. Gunung 20,83 35,10 20,43 1,95
Kijang Jaya
Galang Batang
PB. 35/BT Tanjung Pinang 48,29 27,58 2,79 0,08
PB. 36/BT Tanjung Pinang 19,16 39,94 12,95 0,89
PB. 38/BT Tanjung Pinang 36,23 27,98 15,25 1,77
PB. 39/BT Tanjung Pinang 37,48 34,47 7,93 1,61
10424'

10448'
10436'

PETA LOKASI KEGIATAN DAERAH P. BINTAN


KAB. BINTAN, PROV. KEPULAUAN RIAU
112'
Lagoi
Pe n gund ang
Sump at

0 10 20

kilometres
S. Bulan

Ekang Kan gkai


Tanjunguban
Ke terangan :
Te luk Bakso
Ce koleh
Logam
Ko ta Kab upate n
1
Sun gai
M ed ang
Jalan
Tansuwiki

G. Kijang Batas kecamatan


Tanjun g Pinan g
Lokasi keg iatan
Batu Putih
PETA INDEKS

Enam
048'
Pekan baru

Air Patang Airjung Pekan Baru

Lima
LOKASI KEGIATAN

Gambar 1. Peta lokasi kegiatan inventarisasi bahan galian pada wilayah bekas
tambang di daerah Pulau Bintan
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Gambar 2. Peta lokasi pemercontoan daerah P. Bintan, Kabupaten Bintan, Provinsi


Kepulauan Riau
10418'

10442'

PETA GEOLOGI DAERAH KABUPATEN BINTAN,


10430'

PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Trg

0 7.5 15
QTg
kilometers
10 6'
S. Bulan

Tma Ke terangan:
Qa QTg
Qa Aluvium (Holosen) : pasir, konglomerat dan endapan raw a

Trg
Qtd Fm. Goungon (Plio-Miosen) : batupasir tufan
2
Tma Andesit (Miosen) : komposisi plagioklas, hornblende dan biotit
Trg
Trg Granit (Yura) : granit warna kelabu kemerahan, berbutir kasar,
Tanjung Pinang komposisi felspar, kuarsa
PETA INDEKS
Tma Tma Struktur
05 4'
Sungai
Tma Pekan baru
Jalan PEKAN BARU

Kota Dae rah Ke giata n

Gambar 3. Peta Geologi Daerah Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau


PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Sumber : PT. Aneka Tambang


Gambar 4. Bagan alir sistem penambangan bijih bauksit sampai
pengapalan, lokasi di Kijang Timur, Kabupaten Bintan,
Provinsi Kepulauan Riau

Sumber : PT. Aneka Tambang


Gambar .5. Bagan alir pencucian bijih bauksit di Kijang Timur,
Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau

Anda mungkin juga menyukai