Anda di halaman 1dari 21

METODE ILMIAH

Proposal Penelitian
Uji Efektivitas Asam Jawa (Tamarindus indica), Belimbing
Wuluh (Averrhoa bilimbi) dan Jeruk Nipis (Citrus
aurantiifolia) Sebagai Sekuestran untuk Mengurangi
Kandungan Logam Berat pada Kupang (Corbula faba)

Oleh :
Alif Valdhy Yoga Pradana
NIM.145080300111043
Kelas T01

Program Studi Teknologi Hasil Perikanan


Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal penelitian yang berjudul Uji Efektivitas Asam Jawa (Tamarindus indica),
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) dan Jeruk Nipis (Citrus aurantiifolia) Sebagai
Sekuestran untuk Mengurangi Kandungan Logam Berat pada Kupang (Corbula faba)
mata kuliah Metode Analisa dan Manajemen Laboratorium. Penulis melakukan studi
pustaka untuk melengkapi tugas tersebut.
Mulai perencanaan sampai dengan penyelesaian proposal penelitian penulis telah
banyak mendapatkan bantuan-bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dosen pembimbing yang telah mebimbing penulis dengan baik.
2. Orang tua dan segenap keluarga yang selalu mendukung baik moral dan materil.
3. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya. proposal penelitian ini baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa dalam proposal penelitian ini masih banyak kekurangan.
Maka dari itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Penulis harapkan
demi tercapainya kesempurnaan. Penulis juga berharap proposal penelitian ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak khususnya untuk masyarakat yang
berkecimpung dalam bidang perikanan dan ilmu kelautan.

Malang, 2 Januari 2017

Alif Valdhy Yoga Pradana

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 1
C. Tujuan................................................................................................................. 1
D. Hipotesis............................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................3
A. Kupang................................................................................................................3
B. Logam Berat........................................................................................................5
1. Arsen (As)..................................................................................................... 6
2. Kadmium (Cd).............................................................................................. 6
3. Timbal (Pb)................................................................................................... 7
4. Merkuri (Hg)................................................................................................. 7
C. Sekuestrans..........................................................................................................8
1. Asam Jawa (Tamarindus indica).................................................................. 8
2. Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi)...........................................................9
3. Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia).................................................................11
BAB III METODOLOGI............................................................................................. 13
A. Pengkelatan Logam Berat.................................................................................13
B. Pengujian...........................................................................................................14
1. Analisa Proksimat....................................................................................... 14
2. Spektrofotometer Serapan Atom.................................................................15
C. Analisa Data......................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kupang adalah sejenis kerang putih yang masih kecil. Biasanya kupang
hidup didaerah pesisir pantai di perairan berlumpur. Di Jawa Timur Kupang
banyak ditemukan di daerah Surabaya, Sidoarjo dan sekitarnya. Oleh karenanya
lontong kupang merupakan makanan khas daerah tersebut.
Selain nilai ekonomisnya yang tinggi, Kupang juga bergizi tinggi yakni
berupa kandungan protein yang tinggi. Namun permasalahannya kupang juga
memiliki kandungan logam berat. Logam berat yang terkandung berasal dari
pencemaran limbah pabrik disekitar lingkungan hidupnya. Menurut Wiyarsi
(2009) logam berat merupakan sumber pencemar yang sangat membahayakan
bagi lingkungan. Beberapa contoh logam berat yang beracun bagi manusia adalah:
arsen (As), kadmium (Cd), tembaga (Cu), timbal (Pb), merkuri (Hg), nikel (Ni)
dan seng (Zn). Logam berat berbahaya karena dapat mengganggu kehidupan
organisme di lingkungan jika keberadaanya melampaui ambang batas.
Logam-logam berat ini juga mengancam kesehatan manuisa karena dapat menjadi
senyawa toksik bila melampaui ambang batas dan berada dalam tubuh manusia.
Upaya menurunkan kandungan logam berat pada makanan menurut Rahayu
(2009) banyak dilakukan dengan penambahan bahan sekuestran (Chelating
agents). Sekuestran adalah bahan yang dapat mengikat logam dalam makanan
sehingga mutu makanan tetap terjaga dari cemaran logam berat. Beberapa
kandungan alami makanan dapat berperan sebagai bahan sekuestran antara lain
asam-asam karboksilat (oksalat, succinic), asam-asam hidroksi (laktat, malat,
tartarat, sitrat) asam-asam amino, peptida, protein dan porfirin.
Belimbing wuluh, jeruk nipis dan asam jawa merupakan sekuestrans alami
yang telah teruji untuk mengkelat logam berat. Peneliti menggunakan tiga
sekuestrans alami tersebut untuk mengkelat logam berat pada kupang. Dari ketiga
sekuestrans tersebut akan diuji dan dicari yang paling efektif untuk mengkelat
logam berat pada Kupang. Oleh karena itu ditulislah penelitian tentang uji
efektivitas asam jawa, belimbing wuluh dan jeruk nipis sebagai sekuestrans untuk
mengurangi kandungan logam berat pada kupang.

B. Rumusan Masalah
Dari penjabaran latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa masalah
yakni sebagai berikut.
1. Bagaimana kualitas asam jawa, belimbing wuluh dan jeruk nipis untuk
menurunkan kandungan logam berat pada kupang ?
2. Dari ketiga bahan yang digunakan manakah bahan yang paling baik untuk
mengkelat logam berat ?

C. Tujuan

1
Adapun tujuan penelitian ini dilaksanakan adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui kemampuan asam jawa, belimbing wuluh dan jeruk nipis untuk
mengurangi kandungan logam berat pada kupang.
2. Membandingkan dari ketiga sekuestran tersebut manakah yang paling baik
untuk mengurai logam berat pada kupang.

D. Hipotesis
Hipotesis pada penelitan ini yakni dengan penggunaan asam jawa, belimbing
wuluh dan jeruk nipis dapat menurunkan kandungan logam berat pada kupang.
Perlakuan terbaik ditentukan oleh kandungan asam pada setiap bahan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kupang
Kupang adalah salah satu jenis kerang yang termasuk jenis binatang lunak
(moluska kecil), bercangkang belah (bivalvia shell), dengan insang yang
berlapislapis seperti jala dan berkaki kapak (Pelecypoda). Kupang hidup secara
bergerombol, habitatnya berada pada dasar perairan berlumpur dan perairan yang
relatif dekat dengan daratan pantai dan dipengaruhi oleh gerakan pasang-surut air
laut (Subani et al. 1983). Spesies yang memiliki nilai ekonomis penting ialah
kupang merah (Musculista senhausia) dan kupang putih (Corbula faba). Kupang
merah biasa disebut kupang jawa, kupang tawon, kupang kawung atau kupang
rantai, sedangkan kupang putih sering disebut kupang beras (Subani et al. 1983).
Kupang putih diklasifikasikan sebagai berikut (Stoliczka 1870):
Filum : Molusca
Kelas : Bivalvia
Ordo : Myoida
Famili : Corbulidae
Genus : Corbula
Spesies : Corbula faba Hinds

Gambar kupang putih (Corbula faba Hinds)

Kupang putih merupakan salah satu jenis kerang yang masuk dalam phylum
molusca. Jenis kupang ini berbentuk cembung lateral dan mempunyai cangkang
dengan dua belahan serta engsel dorsal yang menutup seluruh tubuh. Kupang ini
mempunyai bentuk kaki seperti kaki kapak sehingga disebut pelecypoda.
Perbedaan kupang putih adalah tidak mempunyai bysus, yaitu alat yang berfungsi
untuk menempel pada substrat, memiliki siphon dengan bentuk tampak jelas,
cangkang menutup dengan tepi agak terbuka dan bentuknya agak lonjong
(Subani et al. 1983). Kupang putih merupakan salah satu jenis dari suku
meso-desmatidae yang hidup pada ekosistem perairan laut atau estuari.
Tempat-tempat tersebut umumnya berlumpur dan ombaknya kecil, tetapi terdapat

3
cukup arus sehingga menunjang kelangsungan hidup kupang. Kedalaman air di
daerah tersebut pada waktu pasang naik berkisar 11,5 m. Kupang putih memiliki
panjang kulit 1015 mm dan lebarnya 58 mm dengan warna kulit putih buram.
Warna kulit kupang semakin buram dan terdapat belang hitam ketika umur
kupang semakin tua (Prayitno dan Susanto, 2001). Kupang putih hidup secara
menyebar dan menancap pada lumpur sedalam lebih kurang 5 mm, dengan posisi
menancap tegak pada bagian ujung cangkangnya yang berbentuk oval. Bila air
surut dan suhu lingkungan menjadi dingin, kupang putih menancap lebih dalam
pada lumpur, begitupula sebaliknya. Kupang putih lebih cepat menyesuaikan diri
dengan lingkungan sekitarnya dibandingkan dengan kupang merah. Daya tahan
hidup kupang putih di udara bebas lebih kurang 24 jam. Jika mati, cangkang
kupang putih tidak membuka sehingga tidak menimbulkan bau (Subani et al.
1983).
Kupang memiliki kandungan zat gizi yang berguna bagi manusia, terutama
kupang segar. Kupang segar mengandung nutrisi yang cukup banyak, terutama
kandungan protein. Kandungan gizi pada kupang jauh lebih tinggi bila
dibandingkan dengan makanan rakyat yang lain, seperti kerupuk dan tahu.
Komponen gizi yang terkandung dalam daging kupang meliputi kadar air 75,70%,
kadar abu 3,09%, kadar protein 10,85%, kadar lemak 2,68%, dan kadar
karbohidrat 1,02% (Baswardono 1983).
Hasil analisis proksimat terhadap kupang merah (Musculista senhausia) dan
kupang putih (Corbula faba Hinds) yang dilakukan oleh Subani et al. (1983) dan
Baswardono (1983) adalah sebagai berikut.

Sedangkan hasil analisis kandungan asam amino kupang merah (Musculista


senhausia) dan kupang putih (Corbula faba Hinds) menurut Purwanto dan
Sarjimah (2000) yakni sebagai berikut.

4
Kandungan mikronutrien kupang yang bermanfaat bagi kesehatan yaitu Fe
dan Zn. Fe diperlukan dalam tubuh untuk pembentukan sel-sel darah merah,
sedangkan Zn merupakan komponen penting beberapa enzim untuk metabolisme
dalam tubuh. Kandungan Fe pada kupang beras sebesar 133,800 ppm dan pada
kupang merah sebesar 57,840 ppm, sedangkan kandungan Zn pada kupang beras
sebesar 14,836 ppm dan kupang merah sebesar 16,244 ppm (Baswardono 1983).
Kupang juga mengandung asam-asam lemak yang dibutuhkan tubuh manusia.
Kupang merah mengandung 8,97% LA (Asam Linoleat), 2,77% EPA
(Eikosapentanoat), 3,65% DHA (Asam Dokosa-heksanoat) sedangkan Kupang
putih mengandung 12,31% LNA (Asam Linolenat), 6,52% EPA, 6,61 % DHA
(Baswardono 1983). Asam lemak esensial Omega 3 membentuk komponen yang
melancarkan transportasi oksigen dan nutrisi makro (protein, lemak, dan
karbohidrat) ke dalam sel-sel tubuh sehingga dapat membantu pembuangan
produk sisa metabolisme seperti karbondioksida dari sel-sel tubuh. Simopoulos
(1991) menyatakan bahwa EPA memiliki properti antikatabolik yang sangat kuat
di dalam otot. EPA sangat efektif mengurangi kerusakan otot karena EPA secara
efektif menghambat jalur molekul yang mengakibatkan kondisi katabolik. EPA
dapat membantu menjaga massa otot pada saat seseorang menjalani diet ketat
rendah kalori. Dosis suplementasi Omega-3 yang dianjurkan per hari untuk
memperoleh manfaat yang optimal adalah sebanyak 1000-2000 mg (Stoll 2001).

B. Logam Berat
Logam merupakan bahan pertama yang dikenal oleh manusia dan digunakan
sebagai alat-alat yang berperan penting dalam sejarah peradaban manusia
(Darmono, 1995). Logam berat masih termasuk golongan logam dengan

5
kriteria-kriteria yang sama dengan logam lain. Perbedaannya terletak dari
pengeruh yang dihasilkan bila logam berat ini berikatan dan atau masuk ke dalam
organisme hidup. Berbeda dengan logam biasa, logam berat biasanya
menimbulkan efek-efek khusus pada makhluk hidup (Palar, 1994). Tidak semua
logam berat dapat mengakibatkan keracunan pada makhluk hidup, besi
merupakan logam yang dibutuhkan dalam pembentukan pigmen darah dan zink
merupakan kofaktor untuk aktivitas enzim. Keberadaan logam berat dalam
lingkungan berasal dari dua sumber. Pertama dari proses alamiah seperti
pelapukan secara kimiawi dan kegiatan geokimiawi serta dari tumbuhan dan
hewan yang membusuk. Kedua dari hasil aktivitas manusia terutama hasil limbah
industri. Dalam neraca global sumber yang berasal dari alam sangat sedikit
dibandingkan pembuangan limbah akhir di laut (Purnomo, 2009).
Terdapat 80 jenis dari 109 unsur kimia di muka bumi menurut Purnomo
(2009) yang telah teridentifikasi sebagai jenis logam berat. Berdasarkan sudut
pandang toksikologi, logam berat ini dapat dibagi dalam dua jenis. Jenis pertama
adalah logam berat esensial, dimana keberadaannya dalam jumlah tertenu sangat
dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang berlebihan dapat
menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn, dan
lain sebagainya. Sedangkan jenis kedua adalah logam berat tidak esensial atau
beracun, dimana keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya
atau bahkan dapat bersifat rasun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain. Logam
berat ini dapat menimbulkan efek kesehatan bagi manusia tergantung pada bagian
mana logam berat tersebut terikat dalam tubuh. Daya racun yang dimiliki akan
bekerja sebagai penghalang kerja enzim, sehingga proses metabolisme tubuh
terputus. Lebih jauh lagi, logam berat ini akan bertindak sebagai penyebab alergi,
mutagen, teratogen atau karsinogen bagi manusia. Jalur masuknya adalah melalui
kulit, pernapasan dan pencernaan.
Kelompok logam berat yang sangat erat hubungannya dengan proses industri
menurut Darmono (2001) adalah :
1. Arsen (As)
Arsen sudah dikenal sejak lama sebagai bahan obat sangat beracun
sehingga banyak digunakan sebagai racun pembunuh. Bentuk senyawa arsen
yang paling beracun adalah gas arsin (AsH3), yang terbentuk bila asam
berasksi dengan arsenat yang megandung logam lain. Kasus toksisitas dari
arsen ini relatif jarang terjadi. Kasus yang terjadi kebanyakan dalam
kecelakaan disuatu pabrik. Industri yang mengeluarkan arsen adalah pabrik
gelas, produksi bahan warna (pigmen) dan pabrik yang memproduksi bahan
kimia arsen.
Sekitar 90% arsen yang diabsorpsi dalam tubuh tersimpan dalam hati,
ginjal, dinding saluran pencernaan, limfa dan paru-paru. Didalam darah yang
normal ditemukan arsen 0,2 mikrogram/100ml, sedangkan pada kondisi
keracunan ditemukan 10 mikrogram/100ml dan pada orang mati keracunan
arsen ditemukan 60-90 mikrogram/100ml.
2. Kadmium (Cd)

6
Kadmium dan bentuk garamnya banyak digunakan pada beberapa jenis
pabrik untuk proses produksinya. Industri pelapisan logam adalah pabrik
yang paling banyak menggunakan Kadmium murni sebagai pelapis, begitu
juga pabrik yang membuat Ni-Cd baterai. Bentuk garam Cd banyak
digunakan dalam proses fotografi, gelas dan camuran perak, produksi foto
elektrik, foto konduktor dan fosforus. Kadmium asetat banyak digunakan
pada proses industri porselen dan keramik. Kadmium dapat masuk kedalam
tubuh manusia melalui makanan dam minuman yang terkontaminasi oleh
Kadmium (Darmono, 2001).
Lebih lanjut Darmono (2001) menjelaskan bahwa sekitar 5% dari diet
Kadmium diabsorpsi dalam tubuh. Sebagian besar Cd masuk melalui saluran
pencernaan, tetapi keluar lagi melalui faeses sekitar 3-4 minggu kemudian
dan sebagian kecil dikeluarkan melalui urin. Kadmuim dalam tubuh
terakumulasi dalam hati dan ginjal terutama terikat sebagai metalotionein.
Keracunan kronis terjadi bila inhalasi Cd dosis kecil dalam waktu lama
dan gejalanya juga berjalan kronis. Kadmium dapat menyebabkan
nefrotoksisitas (toksik ginjal), yaitu gejala pterinuria, glikosuria dan
ainosidura disertai dengan penurunan laju filtrasi glomerulus ginjal. Kasus
keracunan Cd kronis juga menyebabkan gangguan kardiovaskuler dan
hipertensi, hal tersebut terjadi dikarenakan tingginya afinitas jaringan ginjal
terhadap Kadmium. Selain itu, Kadmium juga dapat menyebabkan terjadinya
gejala osteomalasea karena terjadi interferensi daya keseimbangan
kandungan kalsium dan fosfat dalam ginjal. Darmono (2001) juga
memberikan salah satu kasus keracunan kronis Cd yang terjadi di daerah
Tayoma (daerah Jepang), dimana disepanjang sungai Jinzu, penduduk wanita
berumur 40 tahu atau lebih terjangkit penyakit itai-itai, suatu nama penyakit
yang disebabkan oleh Kadmium.
3. Timbal (Pb)
Selain dalam bentuk logam murni, timbal juga dapat ditemukan dalam
bentuk senyawa anorganik dan organik. Semua bentuk timbal memiliki
pengaruh yang sama terhadap toksisitas manusia. Timbal dalam tubuh
terutama terikat dalam gugus -SH dalam molekul protein hal ini
menyebabkan hambatan pada aktivitas kerja sistem enzim. Timbal dapat
menganggu sistem sintesis Gb dengan jalan menghambat konversi delta
aminolevulinik asid (delta-ALA) menjadi forfobilinogen dan juga
menghambat korporasi dari Fe kedalam protoporfirin IX untuk membentuk
Hb, dengan jalan menghambat enzim delta-aminolevulinik asid-dehidratase
(delta-ALAD) dan ferokelatase. Hal ini mengakibatkan meningkatnya eksresi
koproporfirin dalam urin dan delta-ALA serta menghambat sintesis Hb.
4. Merkuri (Hg)
Ada tiga jenis merkuri yang mempunyai sifat toksik terhadap manusia
yaitu merkuri elemen (merkuri murni), bentuk garam inogarnik dan bentuk
garm organik. Bentuk inorganik Hg dapat berbentuk merkuri (Hg2+) dan

7
bentuk merkuro. Bentuk organik Hg seperti aril, alkil dan alkoksi alkil sangat
beracun diantara bentuk garam lainnya.
Sistem saraf pusat adalah target organ dari toksitas merkuri tersebut,
sehingga gejala yang terlihat dari kerusakan sistem saraf akibat dari merkuri
adalah sebagai berikut:
a) Gangguan saraf sensoris, parasthesia, kepekaan menurun dan sulit
menggerakaan jari tangan dan kakai, pengelihatan menyepit, daya
pendengaran menurun, serta rasa nyeri pada lengan dan paha.
b) Gangguan saraf motorik : lemah sulit bersdiri, mudah jatuh, ataksia,
tremor, gerakan lambat dan sulit berbicara.
c) Gangguan lain, gangguan mental, sakit kepala dan hipersalivasi.

C. Sekuestrans
1. Asam Jawa (Tamarindus indica)
Taksonomi dari asam jawa menurut Doughari (2006) adalah sebagai
berikut.
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Rosales
Famili : Caesalpiniaceae
Genus : Tamarindus
Spesies : Tamarindus indica L

Gambar buah asam jawa (Tamarindus indica)

Asam jawa dihasilkan oleh pohon yang bernama ilmiah Tamarindus


indica. Spesies ini adalah satu satunya anggota marga Tamarindus. Nama lain
asam jawa adalah asam (Melayu), asem (Jawa), sampalok (Tagalog),
ma-kham (Thai) dan tamarind (Inggris). Buah yang telah tua dan sangat

8
masak biasa disebut asem kawak. Nama simplisia Asam Jawa: Tamarindi
fruktus ( Doughari, 2006 ).
Buah polong yang menggelembung, hampir silindris, bengkok atau lurus,
berbiji sampai 10 butir, sering dengan penyempitan di antara dua biji, kulit
buah (eksokarp) mengeras berwarna kecoklatan atau kelabu bersisik, dengan
urat-urat yang mengeras dan liat serupa benang. Daging buah (mesokarp)
putih kehijauan ketika muda, menjadi merah kecoklatan sampai kehitaman
ketika sangat masak, asam manis dan melengket. Biji coklat kehitaman,
mengkilap dan keras, agak persegi ( Doughari, 2006).
Daging buah asam jawa mengandung 8-14% asam tartarat, 30-40%
gula,serta sejumlah kecil asam sitrat dan kalium bitaetrat sehingga berasa
sangat masam. Warna asli daging asam adalah kuning kecoklat-coklatan.
Akibat pengaruh pengolahan, warnanya berubah menjadi kehitam-hitaman.
Pulp buah asam yang masak mengandung air sekitar 63,3-68,6%, bahan
padat total 31,3-36,6%, protein 1,6-3,1%, lemak 0,27-0,69%, sukrosa
0,1-0,8%, selulosa 2,0-3,4%, dan abu 1,2-1,6%. Abu dari tanaman asam
tersusun atas kalium, silikon, natrium, fosfor, dan kalsium. Asam tartarat
merupakan komponen asam yang paling utama dalam pulp. Kandungan asam
dalam pulp asam berkisar antara 8-16%, sedangkan asam lainnya total hanya
sekitar 3% dari berat pulp ( Heyne, 1987).
Berikut adalah komposisi kimia asam jawa dalam 100 gram bahan yang
dimuat oleh Departemen Kesehatan R.I., 1996.
Komponen Jumlah
Kalori (kal) 239,00
Protein (g) 2,80
Lemak (g) 0,60
Karbohidrat(g) 62,50
Kalsium ( mg) 74
Zat besi (mg) 0,60
Vitamin A(SI) 30
Vitamin B ( mg ) 0,34
Vitamin C (mg) 2,00
Air ( g) 31,40
Fosfor ( mg ) 113,00

Bagian dapat dimakan ( %) 48,00

2. Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi)


Taksonomi belimbing wuluh menurut Pushpakumara (2007) adalah
sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae

9
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Oxilidales
Familia : Oxilidaceae
Genus : Averrhoa
Spesies : Averrhoa bilimbi

Gambar buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi)

Belimbing wuluh merupakan tanaman alami yang hidup di daratan Asia


yang beriklim tropis lembab. Perawakan tumbuhan ini berbentuk pohon tajuk
membulat dengan tinggi 5 sampai 10 m. Batang pohonnya monopodial
dengan percabangan simpodial. Batang cenderung kasar dan berbenjol-benjol,
percabangan sedikit dengan arah condong ke atas. Cabang muda berbulu
seperti beludru, berwarna coklat muda (Pushpakumara, 2007).
Buah berbentuk elips, obovoid atau hampir silinder yang samar-samar
terdiri atas lima sisi. Buah berukuran 4-10 cm, tertutup oleh kelopak bunga
tipis berbentuk bintang pada pangkalnya. Buah yang mentah terasa renyah
dengan warna hijau cerah. Buah berubah menjadi kekuningan-hijau, gading
atau hampir putih saat matang dan jatuh ke tanah. Kulit buah tipis dan sangat
lembut. Tekstur daging lembut seperti agar-agar, berair, dan sangat asam
(Sunarjono, 2004).
Belimbing wuluh termasuk tumbuhan tropis dan lebih sensitif terhadap
dingin daripada belimbing buah (Averrhoa carambola) terutama ketika masih
muda. Tanaman ini membutuhkan iklim lembab dengan curah hujan merata
hampir sepanjang tahun, tetapi harus ada periode kemarau 2-3 bulan.
Belimbing wuluh berkembang dengan baik pada tanah subur, area yang
tidak teduh dan cukup lembab, dan pH tanah sedikit asam dengan ketinggian
area 0-1200 m dpl. Walaupun demikian, tanaman ini juga mampu bertahan
pada tanah kering, berpasir ataupun berkapur. Tanaman ini dibudidayakan
dengan biji dan cangkok (Orwa et al., 2009).
Buah belimbing wuluh mengandung alkaloid, saponin, kumarin, karoten,
thiamin, riboflavin, niacin, pektin, minyak atsiri, dan asam oksalat baik
dalam bentuk kalium oksalat ataupun dalam bentuk enzim isositrat liase
(Galvao et al., 2001). Ekstrak buah belimbing wuluh memiliki khasiat

10
antihiperglikemik, antihiperkolesterolemi, antihipertensi dan antibakteri
(Agriani, 2012).
3. Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)
Secara taksonomi, tanaman Citrus aurantifolia termasuk dalam
klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rutales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus aurantifolia (Cristm.) Swingle

Gambar buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia)

Jeruk nipis memiliki beberapa nama yang berbeda di Indonesia, antara


lain jeruk nipis (Sunda), jeruk pecel (Jawa), jeruk dhurga (Madura), lemo
(Bali), mudutelong (Flores) dan lain sebagainya. Jeruk nipis merupakan
tumbuhan obat dari family Rutaceae. Dalam pengobatan tradisional
digunakan antara lain sebagai peluruh dahak dan obat batuk.
Jeruk nipis termasuk salah satu jenis citrus genuk yang termasuk jenis
tumbuhan perdu yang banyak memiliki dahan dan ranting. Tingginya sekitar
0,5-3,5meter. Batang pohonnya berkayu ulet, berduri dan keras, sedangkan
permukaan kulit luarnya berwarna tua dan kusam. Daunnya majemuk,
berbentuk elips dengan pangkal membulat. Bunganya berukuran
majemuk/tunggal yang tumbuh di ketiak daun atau di ujung batang dengan
diameter 1,5-2,5cm. Buahnya berbentuk bulat sebesar bola pingpong dengan
diameter 3,5-5cm, berwarna (kulit luar) hijau atau kekuning-kuningan. Buah
jeruk nipis yang sudah tua rasanya asam. Tanaman jeruk umumnya menyukai
tempat-tempat yang dapat memperoleh sinar matahari langsung.
Buah jeruk nipis mengandung bahan kimia diantaranya asam sitrat
sebanyak 7-7,6%, damar lemak, mineral, vitamin B1, minyak terbang
(minyak atsiri atau essensial oil). Minyak esensial sebesar 7% mengandung

11
sitrat limonene, fellandren, lemon kamfer, geranil asetat, cadinen, linalin
asetat, flavonoid, seperti poncirin, hesperidine, rhoifolin, dan naringin. Selain
itu, jeruk nipis juga mengandung vitamin C sebanyak 27mg/100 g jeruk, ca
sebanyak 40mg/100 g jeruk dan pospat sebanyak 22mg.
Manfaat dari komponen-komponen kimia tersebut sangat beragam,
diantaranya vitamin C membantu penyembuhan dan perbaikan jaringan
gingiva. Minyak atsiri mempunyai fungsi sebagai antibakteri terhadap
beberapa bakteri yaitu Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, Salmonella
typhi dan golongan Candida albicans (Enda, 2012).

12
BAB III
METODOLOGI

A. Pengkelatan Logam Berat


Proses pengkelatan logam berat diawali dengan menyiapkan alat dan bahan.
Peralatan yang digunakan diantaranya ember, timbangan digital, gelas ukur, pH
meter dan spektrofotometer serapan atom. Sedangkan bahan yang disiapkan
adalah aquades, garam, sampel kupang, asam jawa, belimbing wuluh dan jeruk
nipis. Adapun alat-alat yang digunakan dalam pengujian antara lain esikator, alat
soxhlet, oven, labu lemak, labu Kjeldahl, lemari asam, labu ukur, pipet volume,
alat distilasi Kjeldahl, erlenmeyer, furnace, mikroskop. Bahan-bahan yang
digunakan untuk pengujian yakni petroleum eter, K2SO4, CuSO4.5H2O, NaOH,
kertas saring, larutan asam oksalat, HCL, boraks, indikator campuran bromkesol
hijau dan metil merah, H2SO4, Na-tartat 10%, 2-naphthauinoline 2,5%, KI,
kertas label.
Setelah semua alat dan bahan siap, kemudian dilakukan pembuatan larutan
asam dari masing-masing sekuestran dengan cara menimbang dulu sampel
kupang yang akan digunakan. Setelah sampel ditimbang kemudian siapkan
aquades sejumlah 2 kali dari jumlah sampel. Selanjutnya buang 5% aquades dan
digantikan dengan 5% sekuestran yang telah dihaluskan lalu dihomogenkan.
Terakhir setarakan pH dari masing-masing sekuestrans menggunakan pH meter.
Ketika larutan asam dari masing-masing sekuestran telah dibuat, langsung
masukkan sampel kupang kedalam ember yang berisi larutan asam. Kemudian
tunggu selama 30 menit. Setelah 30 menit berlalu, keluarkan sampel dari ember
dan tiriskan. Selanjutnya sampel yang telah direndam dilakukan pengujian.
Berikut adalah skema pembuatan larutan asam

Haluskan asam
Timbang sampel
jawa, belimbing
kupang
wuluh, jeruk nipis

Siapkan aquades 2 Timbang 5% dari


kali dari sampel jumlah aquades

Kurangi 5% dan
tambahkan larutan
asam

13
Berikut adalah skema pengkelatan logam berat

Sampel kupang

Rendam Rendam
Rendam
Kontrol larutan asam larutan asam
larutan asam
asam jawa 5% belimbing
jeruk nipis 5%
wuluh 5%

Sampel kupang

Sampel kupang

Sampel kupang

B. Pengujian
Terdapat 2 pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini diantaranya
pengujian proksimat untuk mengetahui efek perendaman larutan asam terhadap
kandungan gizi. Pengujian kedua yaitu spektrofotometer serapan atom untuk
mengetahui penurunan kadar logam berat pada sampel kupang dari berbagai
macam jenis logam berat. Berikut yakni analisa proksimat menurut SNI
01-2891-1992.
1. Analisa Proksimat
a) Kadar Abu Total ( Dry Ashing )
Pengukuran kadar abu total dilakukan dengan metode drying ash.
Sampel sebanyak 3 g ditimbang pada cawan yang sudah diketahui
bobotnya. Lalu diarangkan di atas nyala pembakaran dan diabukan
dalam tanur pada suhu 550 C hingga pengabuan sempurna. Setelah itu
didinginkan dalam eksikator dan ditimbang hingga diperoleh bobot

14
tetap. Perhitungan kadar abu dilakukan dengan membandingkan berat
abu dan berat sampel dikali 100%.
b) Kadar Air Total ( Termogravimetri )
Pengukuran kadar air total dilakukan dengan metode
termogravimetri (metode oven). Sampel sebanyak 2 g ditimbang pada
cawan yang sudah diketahui bobotnya lalu dikeringkan pada oven suhu
105 C selama 3 jam. Setelah itu didinginkan dalam eksikator dan
ditimbang hingga diperoleh bobot tetap. Perhitungan kadar air diperoleh
dengan membandingkan bobot sampel sebelum dikeringkan dan bobot
yang hilang setelah dikeringkan dikali 100%.
c) Kadar Lemak Total ( Soxhletasi )
Pengukuran kadar lemak total dilakukan dengan metode Soxhletasi.
Sampel ditimbang sebanyak 2 g, lalu dimasukkan ke dalam kertas saring
yang dialasi kapas. Kertas saring yang berisi sampel disumbat dengan
kapas, lalu dikeringkan dalam oven pada suhu tidak lebih dari 80 C, 1
jam dan dimasukkan ke dalam alat Sokhlet yang telah dihubungkan
dengan labu lemak berisi batu didih yang telah dikeringkan dan telah
diketahui bobotnya. Setelah itu, diekstrak dengan pelarut petroleum eter
selama lebih kurang 6 jam. Petroleum eter disulingkan dan ekstrak lemak
dikeringkan dalam oven pada suhu 105C. lalu didinginkan dan
ditimbang hingga bobot tetap. Perhitungan kadar lemak dilakukan
dengan membandingkan berat lemak dan berat sampel dikali 100%.
d) Kadar Protein Total ( Kjeldahl )
Pengukuran kadar abu total dilakukan dengan metode Kjehdahl.
Sampel yang telah dihaluskan ditimbang 200-500 mg lalu dimasukkan
ke dalam labu Kjeldahl. Ditambahkan 10 mL asam sulfat pekat padat
dan 5 g katalis (campuran K2SO4 dan CuSO4.5H2O 8 : 1) lalu
dilakukan destruksi (dalam lemari asam) hingga cairan berwarna hijau
jernih. Setelah dingin larutan tersebut diencerkan dengan aquadest
hingga 100 mL dalam labu ukur. Larutan tersebut dipipet 10 mL dan
dimasukkan ke dalam alat distilasi Kjeldahl lalu ditambah 10 mL NaOH
30% yang telah dibakukan oleh larutan asam oksalat. Distilasi dijalankan
selama kirakira 20 menit dan distilatnya ditampung dalam erlenmeyer
yang berisi 25 mL larutan HCl 0,1 N yang telah dibakukan oleh boraks
(ujung kondensor harus tercelup ke dalam larutan HCl). Lalu kelebihan
HCl dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N dengan indikator campuran
bromkresol hijau dan metil merah. Perhitungan kadar protein total
dilakukan dengan perhitungan : Kadar nitrogen (%) % 100 x W 100/10 x
14 x Vb.Nb) - (Va.Na
e) Kadar Karbohidrat Total
Pengukuran kadar karbohidrat total dalam sampel dihitung
berdasarkan perhitungan (dalam %) : % karbohidrat = 100% - %(protein
+ lemak + abu + air)
2. Spektrofotometer Serapan Atom

15
Analisis kandungan logam berat Arsen (As), Kadmium (Cd), Timbal (Pb)
dan Merkuri (Hg) pada sampel kupang kerang beras (Corbula faba)
dilakukan dengan menggunakan metode Spektrofotometer. Menurut J,
Mendham, dkk (1983) metode Spektrofotometer adalah sebagai berikut :
a) Menimbang sampel sekitar 20-50 g
b) Kemudian mengabukan sampel dengan furnace.
c) Mengumpulkan abu yang didapatkan kemudian melarutkannya kedalam
10 ml H2SO4 6 M.
d) Kemudian menambahkannya dengan 10 ml Na-tartat 10%,
e) Kemudian menambahkannya dengan larutan 2-naphthauinoline 2,5%
dalam H2SO4 0,25 M sebanyak 5 ml serta KI 0,2 M sebanyak 5 ml.
f) Kemudian mengencerkannya dengan aquades sampai volum 50 ml.
Kemudian mendiamkannya selama 20 menit.
g) Mengukur absorbansi pada panjang gelombang 420 nm. Lakukan juga
pada larutan standar As, Cd, Pb dan Hg untuk membuat kurva standar.
h) Mencatat harga absorbannya.

C. Analisa Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pola sedarhana 3x4. Data primer
diperoleh dari hasil pengujian metode spektrofotometri dengan 3 kali
pengulangan sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Kemudian data diolah
menggunakan Analysys of Variance (ANOVA) untuk mengetahui pengaruh
perlakuan dengan hipotesis. Terkahir dilanjutkan dengan uji beda nyata tunggal
(BNT) untuk mendapatkan perlakuan terbaik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Agriani, Cahyaning Gusti. 2012. : Efek Ekstrak Batang Belimbing Wuluh (Averrhoa
bilimbi L.) terhadap Kadar Gula Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang
Diinduksi Aloksan. Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Baswardono. 1983. Studi Pendahuluan Pengembangan Kupang sebagai Makanan
Murah Bergizi. PN Bali Pustaka. Jakarta.
Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. UI Press. Jakarta.
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Hubungannya dengan
Toksikologi Senyawa Logam. Universitas Indonesia (UI) Press : Jakarta.
Doughari JH. 2006. Antimicrobial activity of Tamarindus
indica Linn. Surabaya: Grafrika.
Enda, Fitarosana A.2012. Pengaruh Pemberian Larutan Ekstrak Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia) terhadap Pembentukan Plak Gigi. Semarang : Program Pendidikan
Sarjana Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro.
Galvao de Lima, V.L.A., de Almedia Melo, E. and Santos Lima, L.D. 2001.
Physicochemical Characteristics of Bilimbi (Averrhoa bilimbi L.). Revista
Brasiliera de Fruticultura 23 (2), pp: 421-424.
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid ke-3. Jakarta: Yayasan Sarana
Warna Jaya.
Hudaya, R. 2010. Penggunaan Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) sebagai
Sekuestran untuk Menurunkan Kandungan Logam Berat Khususnya Kadmium
pada Kerang yang Berasal dari Laut Belawan. Medan : USU Repository.
J, Mendham, dkk. 1983. Vogels Textbook of Quantitative Inorganic Analysis. 4 th
edition. Longman : London.
Orwa C., Mutua A., Kindt R., Jamnadass R., Simons A. 2009. Agroforestree
Database : A Tree Reference and Selection Guide Version 4.0
(http://www.worldagroforestry.org/af/treedb/) Diakses tanggal 25 Februari 2011.
Prayitno dan Susanto T. 2001. Kupang dan Makanan Tradisional Sidoarjo. Surabaya:
Trubus Agriasasana.
Purnomo, Dony. 2009. Logam Berat sebagai Penyumbang Pencemaran Air Laut.
http://masdony.wordpress.com/2009/04/19/logam-berat-sebagai-penyumbang-pen
cemaran-air-laut. Diakses tanggal 13 juli 2009.
Purwanto dan Sardjimah A. 2000. Profil kandungan asam lemak dalam makanan
tradisional khas Jawa Timur. dalam: Prosiding. Seminar Nasional Makanan
Tradisional PKMT Unibraw. Malang.
Pushpakumara, DKNG. 2007. Chapter 18: Biling Averrhoa bilimbi L. In:
Pushpakumara, DKNG, Gunasena HPM, Singh VP. 2007. (eds). Underutilized
fruit trees in Sri Lanka. World Agroforestry Centre, South Asia Office, New
Delhi, India. pp :452-463.
Simopoulos AP. 1991. Omega-3 fats in health and disease and in growth and
development. American Journal of Clinical Nutrition,54 no.3: 451.

17
SNI 01-2891-1992. Cara Uji Makanan dan Minuman. Jakarta : Pusat Standarisasi
Industri, Departemen Industri,.
Subani, Suwiryo W, Suminarti. 1983. Penelitian Lingkungan Hidup Perairan Kupang,
Pemanfaatan Hasil dan Pelestarian Sumbernya. dalam: Laporan Penelitian
Perikanan Laut. Nomor 23 BPPL Departemen Pertanian. Jakarta.
Sunarjono, Hendro. 2004. Berkebun Belimbing Manis. Jakarta : Penerbit Penebar
Swadaya.
Susilawati, Noviana. 2014. Sekuetran. Jakarta : Story of Noviana Susilawati.
Stoliczka. 1870. Taxonomy. Diakses 19 Agustus 2009 dari
http://zipcodezoo.com/animal/c/Corbula_faba.
Stoll AL. 2001. The Omega-3 Connection: The Ground-Breaking Anti-Depression
and Diet Program. Fireside: New York.
Wiyarsi, Antuni dan Erfan Priyambodo. 2009. Pengaruh Konsentrasi Kitosan dari
Cangkang Udang terhadap Efisiensi Penjerapan Logam Berat. Yogyakarta :
Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY.

18

Anda mungkin juga menyukai