Anda di halaman 1dari 4

KIBLAT NEGERI HIJAU

Sampah plastik merupakan salah satu fokus permasalahan lingkungan yang ada
di Indonesia bahkan dunia hingga saat ini. Setelah diperkenalkan oleh Alexander Parkes
pada tahun 1862 di sebuah ekshibisi internasional di London, Inggris, penggunaan
plastik dan barang-barang berbahan dasar plastik semakin meningkat. Menurut
Ermawati (2011), meningkatnya jumlah permintaan plastik disebabkan karena plastik
memiliki banyak kelebihan seperti lebih ringan, bersifat isolator dan proses
pembuatannya lebih murah. Dengan meningkatnya jumlah permintaan plastik seiring
berkembangnya industri, bertambahnya jumlah penduduk dan tingginya ketergantungan
masyarakat terhadap penggunaannya, maka limbah plastikpun semakin menumpuk
hingga akhirnya menimbulkan masalah dalam berbagai aspek. Penanganan atas hal ini
sangat penting untuk dibahas dan diterapkan, kebijakan tegas pemerintah dan aksi
masyarakat sangat diperlukan untuk langkah kedepannya.
Di Indonesia, kebutuhan plastik terus meningkat hingga mengalami kenaikan
rata-rata 200 ton per tahun. Tim Ilmuwan yang dipimpin oleh Jenna R. Jambeck
menelusuri asal mula sampah-sampah plastik yang berada di lautan. Penelitian
mencakup 192 negara pesisir di dunia, termasuk Indonesia. Tim Ilmuwan meranking 20
negara pesisir penyumbang terbesar sampah plastik di lautan. Sangat ironi, Indonesia
menduduki negara nomor dua terbesar penghasil dan penyumbang sampah plastik ke
lautan setelah Cina. Total sampah plastik dari negara Indonesia mencapai 1,29 juta
metrik ton per tahun. Melihat kondisi seperti ini, artinya masyarakat Indonesia belum
mampu menggunakan dan mengelola sampah dengan baik.
Sampah plastik dapat menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan apabila
tidak ada pemanfaatan atau pengelolaan lebih lanjut, karena sifatnya yang
membutuhkan waktu lama untuk terurai. Dalam keadaan yang baik dengan kepadatan
tinggi, polyethylene membutuhkan waktu lebih dari 20 tahun untuk terurai sedangkan
dalam keadaan kurang ideal, butuh waktu lebih dari 500 tahun, hal tersebut akan
mengakibatkan penurunan kesuburan tanah. Sampah plastik yang dibuang sembarangan
juga dapat menyumbat saluran drainase, selokan dan sungai sehingga bisa menyebabkan
banjir. Tidaklah bijak pula jika dibakar, karena akan menghasilkan gas yang dapat
mencemari udara dan membahayakan pernafasan manusia.
Tidak hanya manusia yang merasakan dampak negatif dari sampah plastik, flora
dan fauna juga terganggu aktifitasnya, bahkan dapat pula terancam keberadaannya
akibat limbah plastik. Sampah plastik yang terbawa arus laut dapat mencemari biota
laut, bahkan menimbulkan kematian pada hewan-hewan laut. Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Grobogan, Indonesia (2012) merilis kematian sejumlah hewan laut sekitar
satu juta burung laut, seratus ribu mamalia laut, serta ikan-ikan dikarenakan
mengkonsumsi limbah plastik. Plastik memiliki dampak buruk pada kehidupan laut, dan
menurut beberapa perkiraan, kondisinya akan semakin memburuk. Para ilmuwan dari
SCIRO dan Imperial College London telah memproyeksikan bahwa 90 persen dari
burung laut saat ini terdapat plastik di perut mereka. Sampah plastik sangat
membahayakan. Ketika plastik terdekomposisi, mereka tidak terbiodegradasi,
melainkan fotodegradasi. Ini berarti bahan-bahan pembentuk plastik terpecah menjadi
fragmen yang lebih kecil dan menyebarkan racun. Mereka kemudian mencemari tanah,
jalur air, dan saluran pencernaan hewan.
Pemerintah telah melakukan upaya untuk menangani masalah sampah plastik,
namun hasil dari upaya pemerintah dirasa belum mampu mematahkan kebiasaan
masyarakat dalam menggunakan plastik secara benar. Tidak hanya pemerintah, berbagai
pihak telah turut berkontribusi mengurangi limbah plastik, baik dari komunitas sosial,
dan juga pengusaha. Penanganan sampah plastik yang populer selama ini adalah dengan
3R (Reuse, Reduce, Recycle). Reuse adalah memakai berulang kali barang-barang yang
terbuat dari plastik. Reduce adalah mengurangi pembelian atau penggunaan barang-
barang yang terbuat dari plastik, terutama barang yang sekali pakai. Recycle adalah
mendaur ulang barang-barang yang terbuat dari plastik.
Dirjen Pengelolan Sampah, Limbah, dan B3 KLHK Tuti Hendrawati Mintarsih
menyebut total jumlah sampah Indonesia di 2019 akan mencapai 68 juta ton, dan
sampah plastik diperkirakan akan mencapai 9,52 juta ton. Menurutnya, target
pengurangan timbunan sampah secara keseluruhan sampai dengan 2019 adalah 25
persen, sedangkan 75 persen penanganan sampahnya dengan cara 'composting' dan daur
ulang bawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Tuti mengatakan belum dapat
memperkirakan berapa penurunan penggunaan kantong plastik dengan adanya uji coba
plastik berbayar diterapkan pada 21 Februari 2016. Kebijakan kantong plastik berbayar
ditujukan untuk mengurangi jumlah sampah plastik, namun efektivitasnya diragukan.
Pemanfaatan limbah plastik secara kreatif merupakan suatu langkah cerdas yang
dapat dilakukan mulai dari tingkat perorangan maupun kelompok dengan
memanfaatkan limbah sendiri, karena dapat berdampak ekonomi positif bagi
masyarakat. Beberapa hal yang dapat dibuat dari limbah plastik di antaranya adalah
dompet koin dari tutup botol, dompet dari kaset, jas hujan dari pembungkus deterjen
atau minyak goreng, dompet atau tas dari pembungkus makanan, deterjen, minuman
instan, kalung atau tirai dari botol minuman, dan sebagainya.
Kebijakan pemerintah maupun gagasan penanggulangan limbah plastik tidak
dapat terealisasi dengan baik jika hanya tertulis di atas kertas atau hanya sekedar
kicauan belaka. Sangat disayangkan jika bangsa ini hanya berprestasi sebagai
penyumbang bobroknya dunia, seperti yang telah dikatakan bahwa Indonesia sebagai
penyumbang sampah plastik kedua terbanyak setelah Cina. Padahal, sudah seharusnya
kita menjadi kiblat negeri hijau. Negeri yang menjaga lingkungan. Mengingat betapa
kayanya alam Indonesia dengan flora dan faunanya, serta luas areal hijaunya. Namun
jika sikap kita sebagai warga negara ini masih seolah tidak mau tahu atas apa yang telah
terjadi, maka tidak menutup kemungkinan permasalahan limbah ini mampu menjadikan
Indonesia miskin. Miskin akan flora dan faunanya. Miskin akan kebersihan dan
kenyamanan lingkungannya. Bahkan miskin perekonominya karena dampak dari belum
benarnya penanganan limbah plastik. Maka dari itu, perlu ada tindakan nyata dari
berbagai pihak agar tercipta Indonesia yang berlingkungan bersih, sehat dan kreatif
sehingga menjadikan Indonesia sebagai kiblat negeri yang hijau bukan hanya sekedar
angan, namun dapat menjadi kenyataan. Salam Negeri Hijau!!.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. Masalah Sampah Plastik di Indonesia dan Dunia. (online).


http://www.lingkunganhidup.co/ sampah- plastik- indonesia- dunia/. Diakses
pada 19 Januari 2017.

Asyhad, Moh. Habib. 2015. Tahun 2050, 99% Burung Laut di Seluruh Dunia Akan
Menelan Plastik. (online). https://nationalgeographic.co.id/berita/2015/09/
tahun-2050-99-burung-laut-di-seluruh-dunia-akan-menelan-plastik. Diakses
pada 19 Januari 2017.

Azhar. 2016. Setelah Cina, Indonesia Tempati Posisi Kedua Penyumbang Sampah
Terbesar di Dunia. (online). http://nationalgeographic.co.id/berita/ 2016/07
/setelah-cina-indonesia-tempati- posisi- kedua-penyumbang-sampah-terbesar-
di-dunia. Diakses pada 19 Januari 2017.

Fauziah, Lutfi. 2016. Hal-Hal Seputar Kantong Plastik yang Harus Anda Ketahui.
(online). http://nationalgeographic.co.id/berita/2016/02/hal-hal-seputar-
kantong-plastik-yang-harus-anda-ketahui.Diakses pada 19 Januari 2017.

Karuniastuti, Nurhenu. 2013. Bahaya Plastik Terhadap Kesehatan dan Lingkungan.


Forum Teknologi. 3(1): 6-14.

Rahyani, Ermawati. 2011. Konversi Limbah Plastik Sebagai Sumber Energi Alternatif.
Jurnal Riset Industri. 5(3): 257-263.

Sununianti, Vieronica V., Dyah Hapsari ENH, Dadang Hikmah Purnama, dan Alfitri.
2013. Sosialisasi Penggunaan Furoshiki Untuk Mengurangi Sampah Kantong
Plastik dalam Gaya Hidup Modern. Jurnal Pengabdian Sriwijaya. 1(1): 88-
100.

Suronol, Untoro Budi dan Ismanto. 2016. Pengolahan Sampah Plastik Jenis PP, PET
dan PE Menjadi Bahan Bakar Minyak dan Karakteristiknya. Jurnal Mekanika
dan Sistem Termal. 1(1): 32-37.

Untoro Budi Surono. 2013. Berbagai Metode Konversi Sampah Plastik Menjadi Bahan
Bakar Minyak. Jurnal Teknik. 3(1): 32-40.

Wahyuni, Tri. 2016. Indonesia Penyumbang Sampah Plastik Terbesar Ke-dua Dunia.
(online).http://www.cnnindonesia.com/gayahidup/20160222182308277112685
/indonesia-penyumbang-sampah-plastik-terbesar-ke-dua-dunia/. Diakses pada
19 Januari 2017.

Wiguna, Candra. 2015. Sejarah Sampah Plastik. (online). http://duniaiptek.com/sejarah-


sampah-plastik/. Diakses pada 19 Januari 2017.

Anda mungkin juga menyukai