PENDAHULUAN
1
Pada cedera diafragma yang menyebabkan hernia diafragmatika seringkali
memberikan gejala sesak, suara nafas menurun disertai gurgling pada auskultasi,
dan pergesaran jantung ke arah kontralateral sehingga bunyi jantung akan
terdengar di sisi tersebut. Selain pemeriksaan fisik dibutuhkan beberapa
pemeriksaan penunjang seperti foto thorax dan CT scan untuk menegakkan
diagnosis hernia diafragmatika.(7,8)
2
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
3
Selain itu, volume cavitas abdominalis sedikit berkurang dan tekanan
intraabdominal agak meningkat.(11)
Diafragma dibentuk dari 3 unsur yaitu membran pleuroperitonei, septum
transversum dan pertumbuhan dari tepi yang berasal dari otot-otot dinding dada.
Gangguan pembentukan itu dapat berupa kegagalan pembentukan sebagian
diafragma, gangguan fusi ketiga unsur dan gangguan pembentukan otot. Pada
gangguan pembentukan dan fusi akan terjadi lubang hernia, sedangkan pada
gangguan pembentukan otot akan menyebabkan diafragma tipis dan menimbulkan
eventerasi.(12)
4
diafragma disarafi oleh n.frenikus yang berasal dari C.2-5. Pada jejas lintang
sumsung tulang belakang tingkat servikotorakal, otot pernapasan intercostal turut
lumpuh. Akan tetapi, umumnya diafragma sanggup untuk menjaminkan ventilasi
secara memadai.(13)
5
interna. Persarafan berasal dari nervus phrenikus yang berasal dari ramus
Cervikalis (13)
2.4 Etiologi
6
Ruptur diafragma traumatik dapat terjadi karena cedera tajam atau cedera
tumpul. Hernia karena trauma tumpul kebanyakan terjadi di bagian tendineus kiri
karena di sebelah kanan dilindungi oleh hati. Viscera seperti lambung dapat
masuk ke dalam toraks segera setelah trauma atau berangsur-angsur dalam waktu
berbulan-bulan atau bertahun-tahun.(9)
Salah satu penyebab terjadinya hernia diafragma adalah trauma pada
abdomen, baik trauma penetrasi maupun trauma tumpul abdomen., baik pada
anak-anak maupun orang dewasa. Mekanisme dari cedera dapat berupa cedera
penetrasi langsung pada diafragma atau yang paling sering akibat trauma tumpul
abdomen.Pada trauma tumpul abdomen, penyebab paling seering adalah akibat
kecelakaan sepeda motor. Hal ini menyebabkan terjadi penigkatan tekanan
intraabdominal yang dilanjutkan dengan adanya rupture pada otot-otot
diafragma.(12)
Tekanan dalam perut yang meningkat dapat disebabkan oleh batuk yang
kronik, susah buang air besar, adanya pembesaran prostat pada pria, serta orang
yang sering mengangkut barang-barang berat. Penyakit hernia akan meningkat
sesuai dengan penambahan umur. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit yang
menyebabkan tekanan di dalam perut meningkat.(9)
2.5 Klasifikasi
7
c. Hiatal Hernia
Hiatal hernia yaitu masuknya esophagus abdominal dan cardia gaster ke dalam
rongga dada melalui pelebaran hiatus esofagus. Ditemukan pada 1 diantara
2200-5000 kelahiran dan 80-90% terjadi pada sisi tubuh bagian kiri.
Terdapat tiga tipe hiatal hernia yaitu:
a. hernia sliding, hernia dengan perbatasan lambung-esofagus yang bergeser
dalam rongga thoraks, terutama penderita dalam keadaan posisi berbaring.
b. hernia paraesofagus, bagian fundus lambung menggulung melewati
hiatus, dan perbatasan gastro-esofagus tetap berada di bawah diafragma.
c. hernia kombinasi atau campuran.
2.6 Patofisiologi
Hernia diafragmatik dapat terjadi karena abnormalitas kongenital dan
traumatik. Berdasarkan lokasi abnormalitasnya, hernia diafragmatik kongenital
dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu hernia morgagni dan hernia Bochdalek.
Pada hernia morgagni defek terjadi pada bagian retrosternal yaitu di dekat
xyphoid prosesus atau di bagian anterior dari diafragma.Disebabkan oleh
gangguan pembentukan diafragma. Diafragma dibentuk dari 3 unsur yaitu
membrane pleuroperitonei, septum transversum dan pertumbuhan dari tepi yang
berasal dari otot-otot dinding dada.Gangguan pembentukan itu dapat berupa
kegagalan pembentukan seperti diafragma, gangguan fusi ketiga unsure dan
gangguan pembentukan seperti pembentukan otot. Pada gangguan pembentukan
dan fusi akan terjadi lubang hernia, sedangkan pada gangguan pembentukan otot
akan menyebabkan diafragma tipis dan menimbulkan eventerasi.Para ahli belum
seluruhnya mengetahui faktor yang berperan dari penyebab hernia diafragmatika,
antara faktor lingkungan dan gen yang diturunkan orang tua.(15)
Hiatal hernia yaitu sebagai herniasi bagian lambung ke dalam dada melalui
hiatus esofagus diafragma. Terdapat 2 jenis hernia hiatus yang sangat berbeda,
bentuk yang paling sering adalah hernia hiatus direk (sliding) dengan perbatasan
lambung-esofagus yang bergeser dalam rongga thoraks, terutama penderita dalam
keadaan posisi berbaring. Kompentensi sfingter esofagus bagian bawah dapat
rusak dan menyebabkan terjadinya esofangitis refluks. Kelainan ini sering bersifat
8
asimtomatik dan di temukan secara kebetulan sewaktu pemeriksaan untuk
mencari penyebab terjadinya berbagai gangguan epigastrium, atau pemeriksaan
rutin pada radiografi saluran gastrointestinal. (16)
9
dapat mengalami herniasi antara lain gaster, omentum, usus halus, kolon, lien,
hepar. Juga dapat terjadi hernia inkarserata maupun strangulata dari usus yang
mengalami herniasi ke rongga thorax ini. Hernia diafragmatika akan
menyebabkan gangguan kardiopulmoner karena terjadi penekanan paru dan
terdorongnya mediastinum ke arah kontralateral. (16)
Sekitar 80-90% ruptur diafragma terjadi akibat kecelakaan sepeda motor.
Mekanisme terjadi ruptur berhubungan dengan perbedaan tekanan yang timbul
antara rongga pleura dan rongga peritonium. Trauma dari sisi lateral
menyebabkan diafragma 3 kali lebih sering dibandingkan trauma dari sisi lainnya
oleh karena langsung dapat menyebabkan robekan diafragma pada sisi ipsilateral.
Trauma dari arah depan menyebabkan peningkatan tekan intra abdomen yang
mendadak sehingga menyebabkan robekan radier yang panjang pada sisi
posterolateral yang secara embriologis merupakan bagian terlemah.(9)
Sekitar 75 % ruptur diafragma terjadi di sisi kiri, dan pada beberapa kasus
terjadi pada sisi kanan yang biasanya disebabkan oleh trauma yang hebat dan
biasanya menyebabkan gangguan hemodinamik, hal ini disebabkan oleh karena
letak hepar disebelah kanan yang sekaligus menjadi suatu proteksi. Pada trauma
kendaraan bermotor arah trauma menentukan lokasi injury di Kanada dan
Amerika Serikat biasanya yang terkena adalah sisi kiri khususnya pada pasien
yang menyetir mobil, sedangkan pada penumpang biasanya yang terkena sisi
kanan. (9)
Pada trauma tumpul biasanya menyebabkan robekan radier pada
mediastinum dengan ukuran 5-I5 cm, paling sering pada sisi posterolateral,
sebaliknya trauma tembus menyebabkan robekan linier yang kecil dengan ukuran
kurang dari 2 cm dan bertahun-tahun kemudian menimbulkan pelebaran robekan
dan terjadi herniasi. Berikut ini meknisme terjadinya ruptur diafragma: (I)
robekan dari membran yang mengalami tarikan (stretching), (2) avulasi diafragma
dari titik insersinya, (3) tekanan mendadak pada organ viscera yang diteruskan ke
diafragma.(9)
10
2.7 Diagnosa
Gambaran Klinis
Secara klinis hernia diafragmatika akan menyebabkan gangguan
kardiopulmoner karena terjadi penekanan paru dan terdorongnya mediastinum ke
arah kontralateral. Pemeriksaan fisik didapatikan gerakan pernafasan yang
tertinggal, perkusi pekak, fremitus menghilang, suara pernafasan menghilang dan
mungkin terdengar bising usus pada hemitoraks yang mengalami trauma.
Walaupun hernia Morgagni merupakan kelainan kongenital, hernia ini jarang
menimbulkan gejala sebelum usia dewasa. Sebaliknya hernia Bochdalek
menyebabkan gangguan nafas segera setelah lahir sehingga memerlukan
pembedahan darurat. Anak sesak terutama kalau tidur datar, dada tampak
menonjol, tetapi gerakan nafas tidak nyata. Perut kempis dan menunjukkkan
gambaran scapoid. Pulsasi apek jantung bergeser sehingga kadang-kadang terletak
di hemithoraks kanan. Bila anak didudukan dan diberi oksigen, maka sianosis
akan berkurang. Lambung, usus dan bahkan hati dan limpa menonjol melalui
hernia. Jika hernianya besar, biasanya paru-paru pada sisi hernia tidak
berkembang secara sempurna. Setelah lahir, bayi akan menangis dan bernafas
sehingga usus segera terisi oleh udara. Terbentuk massa yang mendorong jantung
sehingga menekan paru-paru dan terjadilah sindroma gawat pernafasan.(14)
11
adannya trauma penyerta di tempat lain. Pada beberapa kasus keterlambatan
dalam mendiagnosis ruptur diafragma disebabkan oleh tidak adanya gejala atau
keluhan yang muncul pada saat trauma seperti herniasi atau prolap organ intra
abdominal ke rongga thorak meskipun telah terjadi ruptur diafragma. (11)
Beberapa pasien timbul gejala-gejala yang disebabkan herniasi organ intra
abdomen sehingga terjadi obstruksi, strangulasi atau perforasi. Gejala dan tanda
awal yang dapat ditemukan (I) distress napas, (2) menurunnya suara napas pada
sisi yang terkena, (3) ditemukannya suara usus di dinding dada, (4) gerakan
paradoksal saat bernapas, (5) kemungkinan timbulnya nyeri pada abdomen yang
tidak khas, (6) terabanya organ intra abdomen melalui lubang chest tube.
Ruptur diafragma jarang merupakan trauma tunggal biasanya disertai
trauma lain, trauma thorak dan abdomen, dibawa ini merupakan organ-organ
yangpaling sering terkena bersamaan dengan ruptur diafragma: (I) fraktur pelvis
40%, (2) ruptur lien 25%, (3) ruptur hepar, (4) ruptur aorta pars thorakalis 5-I0%.
Pada suatu penelitian retrospektif hubungan yang unik antara kejadian ruptur
diafragma dan ruptur aorta thorakalis. I,8% pasien dengan trauma abdomen terjadi
ruptur diafragma, I,I% terjadi ruptur aorta thorakalis dan I0,I% terjadi keduanya.
Beberapa ahli membagi ruptur diafragma berdasarkan waktu mendiagnosisnya
menjadi:
Early diagnosis
a. Diagnosis biasanya tidak tampak jelas dan hampir 50% pasien ruptur
diafragma tidak terdiagnosis dalam 24 jam pertama
b. Gejala yang muncul biasanya adanya tanda gangguan pernapasan
c. Pemeriksaan fisik yang mendukung: adanya suara bising usus di dinding
thorak dan perkusi yang redup di dinding thorak yang terkena.
Delayed diagnosis
a. Bila tidak terdiagnosis dalam 4 jam pertama, biasanya akan terdiagnosa
akan muncul beberapa bulan bahkan tahun kemudian.
Grimes membanginya dalam 3 fase, yaitu:
1. fase akut, sesaat setelah trauma
2. fase laten, tidak terdiagnosis pada awal trauma biasanya asimptomatik
namun setelah sekian lama baru muncul herniasi dan segala komplikasinya
12
3. fase obstruktif, ditandai dengan viseral herniasi, obstruksi, strangulasi
bahkan ruptur gaster atau kolon. Bila herniasi menimbulkan gejala
kompresi paru yang nyata dapat menyebabkan tension pneumothorak,
kardiak tamponade.(14)
2.8 Diagnosa Banding
13
2. Kista paru kongenital
Terbentuknya kista paru merupakan hiperinflasi udara ke dalam parenkim
paru melalui suatu celah berupa klep akibat suatu peradangan kronis. Kista paru
dapat pula disebabkan kelainan kongenital yang secara radiologik tidak dapat
dibedakan dengan kista paru didapat (akibat peradangan). Gambaran radiologik
memberi bayangan bulat berdinding tipis dengan ukuran bervariasi. Bila kista
paru lebih dari satu dan tersebar di kedua paru dikenal sebagai paru polikistik. (17)
14
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Rejeki Ikramuddin
Umur : 23 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Banda Aceh
Pekerjaan : Mahasiswa
Status Pekawinan : Belum Kawin
Agama : Islam
Tanggal Masuk RS : 10 Juli 2017
II. ANAMNESA (Alloanamnesis dilakukan tanggal 10 Juli 2017)
Keluhan utama : Sesak Napas berat sejak 6 jam SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUDZA dengan sesak napas berat sejak 6
jam SMRS. Sesak napas disertai dengan nyeri dada. Pasien juga
tetap sesak napas saat berbaring. Pasien juga mengeluhkan nyeri
pada ulu hati dan sering sendawa dalam 2 hari yll. Mual dan
muntah tidak ada. Seminggu yll pasien mengalami kecelakaan
motor dan trauma pada bagian dada namun pasien tidak berobat ke
rumah sakit.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat trauma dada sejak 1 minggu SMRS
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga yang menderita keluhan seperti pasien
III. STATUS PRESENT
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Frekuensi nadi : 98 x /menit, regular, isi cukup
15
Frekuensi nafas : 26 x/menit, regular
Suhu : 36,5 oC
IV. PEMERIKSAAN FISIK
1. KEPALA
Bentuk : Normochepali
Mata : Konjungtiva palpebra inferior anemis (-),
sclera ikterik (-), pupil bulat isokor 3
mm ka-ki, reflek cahaya (+/+)
Hidung : Bentuk normal, nafas cuping hidung (-),
secret (-), darah (-), deviasi septum (-)
Telinga : Bentuk normal, sekret (-/-), darah (-/-)
Bibir : Bibir kering (-), sianosis (-)
Rongga mulut : Mukosa buccal hiperemis (-)
2. LEHER
Tampak pembesaran kelenjar tiroid (-), TVJ meningkat (-),
deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar getah bening (-)
3. THORAKS
Inspeksi
16
Perkusi
Auskultasi
V. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan CT Scan tanggal 10 Juli 2017
Berdasarkan gambaran CT Scan terdapat ruptur diafragma kiri dengan
herniasi usus dan fat ke kavum thoraks kiri dan efusi pleura kiri.
17
18
BAB IV
MODALITAS RADIOLOGI
19
Gambar 4.3 : Hernia Bohdaleck
Pada pemeriksaan foto polos thoraks pada hernia bohdaleck tampak
gambaran lesi opak pada bagian posterior lateral pada bagian basal paru seperti
yang ditunjukkan gambar 4.3.(20)
20
Gambar 4.5 : CT- Scan Hernia Morgagni
Pada gambar 4.6 diatas, tampak gambaran lemak di bagian paraspinal posterior
tanpa ada gambaran organ yang terjebak.(20)
21
BAB V
KESIMPULAN
22
DAFTAR PUSTAKA
23
15. Congenital Diaphragmatic Hernia. eMedicine. [cited 2017 Jun 27].
Available from: http://www.emedicine.com/ped/topic2603.htm
16. Diaphragmatic Hernia. Lucile Packhard Children's Hospital. Available
from:
http://www.lpch.org/diseasehealthinfo/healthlibrary/digest/diaphrag.html
17. Rasad S. Radiologi Diagnostik. 2nd ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
2005.
18. Shakelton KL, Stewart ET, Taylor AJ. Traumatic Diapraghmatic Injuries:
Spectrum Radiographic Findings.Radiographics.1998
19. Iochum S, Ludig T, Watter F, Taylor AJ. Traumatic Diapraghmatic
Injuries: A Diagnosttics Challange.Radiographics.2002
20. LernerCA, Dang H,Kutilek RA. Stimulsing a Subphrenic Abscess. J
Emerg Med.1997
21. Scanlon VC, Sanders T. Essential of Anatomy ad Physiology. 5th Ed.
Philadelphia: FA Davis Company;2007
24