BAB 1. ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penambahan madu dengan level yang berbeda
terhadap pH dan total Bakteri Asam Laktat (BAL) pada stirred yogurt rendah lemak. Penelitian dilaksanakan
mulai tanggal 26 November sampai 22 Desember 2015 di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas
Peternakan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Materi yang digunakan terdiri atas 15,75 l susu sapi
rendah lemak dan 3,75 g starter bakteri kering (Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus thermophilus, dan
Lactobacillus acidophilus). Metode penelitian yang digunakan yaitu metode eksperimen menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 kali ulangan dan 5 perlakuan. Perlakuan terdiri atas : P0 (yogurt
tanpa penambahan madu), P1 (yogurt dengan penambahan madu 3%), P2 (yogurt dengan penambahan
madu 4,5%), P3 (yoghurt dengan penambahan madu 6%) dan P4 (yoghurt dengan penambahan madu 7,5%).
Data dianalisis berdasarkan analisis variansi dan dilakukan uji lanjut menggunakan uji orthogonal polynomial
dan Beda Nyata Jujur (BNJ). Hasil analisis menunjukkan bahwa penambahan madu pada stirred yogurt
rendah lemak tidak berpengaruh nyata terhadap pH (P>0,05), namun berpengaruh nyata terhadap total
bakteri asam laktat (P<0,05). Rata-rata nilai pH stirred yoghurt rendah lemak yaitu 3,96. Total bakteri asam
laktat stirred yogurt rendah lemak dengan penambahan madu dan penambahan madu 3, 4,5, 6, and 7,5%
berturut-turut yaitu 8,30 0,410 log cfu/ml, 9,98 1,003 log cfu/ml, 9,23 0,928 log cfu/ml, 9,67 1,014 log
cfu/ml dan 9,11 0,645 log cfu/ml. Kesimpulan penelitian yaitu karakteristik yogurt rendah lemak yang
disimpan selama tujuh hari pada suhu 6 OC, nilai pH tidak dipengaruhi oleh penambahan madu hingga 7,5%,
namun total BAL dipengaruhi oleh penambahan madu hingga 7,5% . Penambahan madu dengan level 3%
Kata Kunci: stirred yogurt rendah lemak, pH, bakteri asam laktat.
BAB 2. PENDAHULUAN
Yogurt merupakan pangan fungsional yang dibuat melalui proses fermentasi Bakteri Asam Laktat
(BAL) pada susu. Susu yang digunakan berupa susu full fat, rendah lemak, atau susu skim. Susu skim
merupakan susu dengan kandungan lemak sangat rendah yaitu 1,08% (Chandan, 2011). Penggunaan susu
rendah lemak sebagai alternatif untuk membatasi asupan kolesterol yang berlebihan. Hal tersebut karena
produk hasil peternakan secara umum mengandung kadar lemak jenuh dan kolesterol yang lebih tinggi
dibandingkan produk nabati. Jenis susuh yang digunakan pada pembuatan yoghurt akan mempengaruhi
komposisi yogurt, baik secara fisik maupun kimia. Susu skim merupakan susu yang kandungan lemaknya
telah dikurangi. Yogurt yang dibuat menggunakan susu skim memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan
yogurt susu full cream. Karakteristik warna yogurt susuh skim lebih putih dan kompak dan tekstur yang lebih
encer.
molekul yang lebih sederhana. Bakteri yang digunakan yaitu Lactobacilus bulgaricus dan Streptococcus
thermophilus. Bakteri Lactobacilus bulgaricus dapat meningkatkan fungsi pencernaan dengan memproduksi
asam laktat dan menekan bakteri merugikan pada saluran pencernaan. Susu yang diolah menjadi yogurt,
protein susu dapat dicerna dan diabsorpsi lebih baik daripada protein dalam bentuk awal pada susu segar.
Proses tersebut menjadikan yogurt memiliki aroma khas dan rasa asam yang akan mengubah tekstur karena
adanya pengendapan protein. Proses pertumbuhan mikroba pada saat fermentasi perlu dikendalikan karena
BAL tidak tahan pada pH rendah. Selain itu, rasa asam yang terlalu tinggi pada yogurt kurang diminati
konsumen. Penambahan berbagai jenis flavouring dan sweeteners sering digunakan untuk mengatasi hal
tersebut, seperti gula, madu, dan bahan lainnya. Gula merupakan sweetener atau pemanis alami yang dapat
ditambahkan pada pembuatan yogurt. Disisi lain, tidak semua orang bebas mengonsumsi gula karena
berbagai alasan kesehatan. Oleh karena itu, dilakukan penambahan pemanis alami lain yang aman
Madu memiliki kandungan utama berupa fruktosa dan glukosa, serta beberapa mineral serta
antioksidan. Madu digunakan secara luas pada berbagai produk pangan sebagai pemanis atau flavouring,
salah satunya untuk meningkatkan ketertarikan terhadap yogurt. Meskipun madu memiliki pH 3,9 (Varga,
2005), namun kandungan fruktosa dan glukosa madu akan memberikan rasa manis, sehingga cocok
dikombinasikan pada produk pangan untuk megurangi rasa asam. Produk yang dihasilkan berupa stirred
yogurt rendah lemak diharapkan menjadi suatu produk yogurt yang berkulitas dan aman dikonsumsi. Selain
aman dikonsumsi, penambahan madu pada yogurt tersebut juga dapat meningkatkan penerimaan masyarakat
Tujuan penelitiian ini adalah mempelajari pengaruh penambahan madu dengan level yang berbeda
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cream separator 1 buah, yoghurt maker 3 buah,
gelas yogurt 5 buah, cawan petri 30 buah, colony counter 1 buah, autoklaf 1 buah, pH meter 1 set, mikro pipet
1 buah, tip 45 buah, tabung reaksi 40 buah, mixer 1 buah, susu sapi rendah lemak 15,75 l, starter kering
bakteri (Yogourmet; 5 g/ 1 l) 3,75 g, madu 0,63 l, akuades 4,86 l, Media deMann Rogosa Sharpe Agar (MRSA)
komersial (Merck; 68,2 g/l) 147,312 g, garam fisiologis 0,85% 18,36 g, larutan buffer pH 4 50 ml, larutan buffer
Terdapat lima perlakuan yaitu P0 (yogurt rendah lemak tanpa penambahan madu), P1 (yogurt rendah
lemak dengan penambahan madu 3%), P2 (yogurt rendah lemak dengan penambahan madu 4,5%), P3
(yogurt rendah lemak dengan penambahan madu 6%)dan P4 (yogurt rendah lemak dengan penambahan
madu 7,5%).
Peubah yang diamati adalah pH dan total bakteri asam laktat. Pengukuran total BAL dilakukan uji lanjut
Proses pembuatan yogurt rendah lemak, terlebih dahulu melakukan separasi antara skim dan krim susu
menggunakan cream separator. Tombol on pada alat ditekan sehingga alat akan bekerja untuk memisahkan
skim dan krimnya. Tombol off ditekan ketika proses pemisahan telah selesai.
starter bakteri kering ke dalam 125 ml susu rendah lemak yang telah dipasteurisasi pada suhu 85 OC selama
30 menit, dan suhu susu diturunkan menjadi 40OC. Susu kemudian diinkubasi pada yogurt maker selama 7
jam.
Kultur kerja tersebut kemudian ditambahkan pada 2,5 l susu rendah lemk yang telah dipasteurisasi
pada suhu 85OC selama 30 menit dan suhu susu diturunkan menjadi 40OC. Campuran tersebut diaduk merata
dan dibagi 3 bagian kemudian diinkubasi pada 3 yogurt maker selama 4 jam dengan suhu 40OC. Yogurt
kemudian diaduk hingga merata menggunakan mixer, dibagi menjadi 5 bagian. Madu ditambahkan pada
kelima bagian yogurt masing-masing 0%, 3%, 4,5%, 6%, dan 7,5% kemudian diaduk merata. Yogurt disimpan
pH meter dikalibrasi pada buffer pH 4 dan pH 7 kemudian dicelupkan pada yogurt 10 ml dan nilai pH
Pengukuran total BAL (Fardiaz, 1993) diawali dengan sterilisasi seluruh peralatan yang digunakan
dalam pengukuran. Media MRSA dibuat dengan cara menambahkan 24,552 g MRSA ke dalam 360 ml
akuades (setiap satu ulangan) dan dipanaskan hingga mendidih kemudian disterilisasi. Pengenceran sampel
dilakukan pada tabung reaksi sebanyak 3 tingkat yaitu 10 -6, 10-7, 10-8 . Pengenceran dilakukan dengan cara
memipetkan 1 ml sampel ke dalam tabung reaksi steril yang berisi 9 ml larutan garam fisiologis 0,85%.
Sampel sebanyak 1 ml kemudian dituangkan ke dalam cawan petri dan ditambahkan media MRSA (de Mann
Rogosa Sharpe Agar) sebanyak 12 ml. Inokulasi tersebut dilakukan secara aspetis. Cawan digoyang-goyang
angka 8 kemudian dibalik dan diinkubasi 2x24 jam pada inkubator bersuhu 40 OC. Penghitungan jumlah koloni
bakteri dilakukan menggunakan colony counter dan dihitung dengan rumus (BAM, 2001) :
N = C
(1xn1)+(0,1xn2)xd
N = jumlah bakteri, C = jumlah seluruh koloni yang dihitung, n1 = jumlah cawan pengenceran pertama,n2 =
Hasil penelitian tentang penambahan madu pada stirred yogurt rendah lemk disajikan pada Tabel 1.
Tabel 2.
Keterangan : Angka yang diikuti superskrip dengan huruf yang berbeda menunjukkan beda nyata (P>0,05)
Sub-subbab 4.1.1. pH
Pengukuran pH dan total BAL dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keasaman dan total BAL yogurt
rendah lemak sesuai standar yang telah ditetapkan. Rata-rata hasil pengujian nilai pH pada penelitian stirred
yogurt rendah lemak dengan penambahan level madu yang berbeda hingga 7,5% yaitu 3,96 0,056. Nilai pH
yogurt tersebut berkisar antara 3,93 0,052 sampai dengan 3,98 0,075.
Rata-rata hasil penghitungan Total BAL dengan level penambahan madu pada stirred yogurt rendah
lemak hingga 7,5 % yaitu 9,26 0,800 log cfu/ml. Total BAL yogurt berkisar 8,30 0,41 sampai 9,98 1,003.
Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa level penambahan madu memberikan pengaruh tidak nyata
(P>0,05) terhadap pH namun berpengaruh nyata terhadap total BAL (P<0,05) stirred yogurt rendah lemk.
Nilai pH yang dihasilkan relatif seragam, namun semakin tinggi level penambahan madu,
kecenderungannya nilai pH yogurt semakin meningkat. Hal tersebut dikarenakan madu memiliki kadar gula
berupa glukosa dan fruktosa yang tinggi, sehingga penambahan madu yang semakin tinggi akan menurunkan
aktivitas bakteri. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian Gianti dan Evanuarini (2011) bahwa
semakin tinggi kadar gula pada susu fermentasi dapat menurunkan aktivitas bakteri/ starter sehingga
Nilai pH terrendah yaitu pada perlakuan kontrol atau yogurt rendah lemak tanpa penambahan madu
(P0) dan yogurt rendah lemak dengan penambahan madu 3% (P1) dan pH tertinggi pada perlakuan P4 atau
yogurt rendah lemak dengan penambahan madu 7,5%. Faktor yang menyebabkan level penambahan madu
pada stirred yogurt tidak menunjukkan penurunan pH yang signifikan yaitu penyimpanan pada suhu rendah.
Penyimpanan selama tujuh hari pada suhu 6OC mampu mempertahankan pH yogurt, karena aktifitas bakteri
akan terhambat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Elida (2002) yang menyatakan bahwa suhu dingin
akan memperlambat proses fermentasi, sehingga aktifitas metabolismenya dapat diminimalisir. Gianti dan
Evanuarini (2011) menyatakan bahwa selama penyimpanan dalam kulkas, mikroorganisme pada yogurt masih
dapat tumbuh dan melakukan aktifitas fermentasi yang menyebabkan jumlah asam laktat meningkat dan pH
menurun. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Varga (2005), yogurt yang ditambah madu, disimpan pada
suhu 4OC selama enam minggu memiliki nilai pH yang tidak berbeda nyata (4,29-4,37). Madu yang digunakan
saat penelitian juga memiliki kecenderungan meningkatkan pH. Madu yang digunakan memiliki pH 4,2
sehingga nilai pH madu tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan yogurt yang digunakan saat penelitian.
Sementara itu pada penelitian Varga (2005) madu yang digunakan memiliki pH 3,9.
Rataan nilai pH hasil penelitian yaitu 3,96 0,056. Yildiz (2010) berpendapat bahwa adanya
Lactobacillus acidophilus pada yogurt akan meningkatkan keasaman. Lactobacillus acidophilus memiliki
kemampuan memfermentasi laktosa dengan cepat sehingga pH menurun. Olugbuyiro and Oseh (2011)
menyatakan bahwa nilai pH yogurt kisaran 3,70-4,33 cocok untuk dipasarkan di daerah tropis. Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus thermophilus memiliki sistem galaktosidase sehingga laktosa dihidrolisis
menjadi glukosa dan galaktosa. Glukosa dimetabolisme menjadi asam piruvat melalui jalur Embeden
Meyerhoff, kemudian asam piruvat tersebut dikonversi menjadi asam laktat oleh enzim laktat dehidrogenase.
Selain itu, galaktosa dimetabolisme oleh Lactobacillus bulgaricus, kemudian galaktosa dan asam laktat
meninggalkan sel dan terakumulasi menjadi media yogurt (Gurakan and Altay, 2010). Kombinasi Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus thermophilus akan membentuk simbiosis yang baik karena bekerja saling
bersinergi. Setelah bakteri tersebut diinokulasi pada susu, Streptococcus thermophilus tumbuh lebih cepat
sampai 90 % dari seluruh total sel bakteri, kemudian dua jam berikutnya Streptococcus thermophilus
melepaskan asam laktat, karbondioksida, dan asam format yang saling bersinergi untuk menstimulasi kerja
Lactobacilus bulgaricus terstimulasi setelah kondisi asam hingga menurunkan pH menjadi 4 (Gurakan and
Altay, 2010).
Total BAL digunakan sebagai indikator kualitas secara mikrobiologis yogurt secara umum.
Berdasarkan SNI 2981:2009, jumlah bakteri minimal 107 koloni/gram. Total BAL dihitung berdasarkan Standar
Plate Count (SPC) yang secara umum digunakan untuk menghitung jumlah bakteri pada susu. Menurut Bava
et al. 2011 SPC tidak mengukur populasi bakteri secara keseluruhan, namun hanya menghitung jumlah
rendah lemak berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap total BAL. Penambahan madu dengan level yang
berbeda akan menghasilkan yogurt rendah lemk dengan total BAL yang berbeda.
12
10
Total BAL
8
6
Y = 8.3693741 + 0.60639748 X - 0.06830906 X2
4 R2 =26.84%
2
0
0 1.5 3 4.5 6 7.5
Penambahan madu (%)
Gambar 2. Pengaruh Penambahan Madu Dengan Level Yang Berbeda Terhadap Total BAL Stirred
Hasil uji lanjut orthogonal polynomial secara kuadrater menunjukkan bahwa level madu yang
ditambahkan pada stirred yogurt rendah lemak memberikan pengaruh terhadap total BAL. Grafik respon
kuadrater memiliki persamaan garis y = 8.369 + 0.606 x - 0.068 x2. Koefisien determinasi (R2) = 26,84 %
menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1% penambahan madu (x) mampu meningkatkan total BAL stirred
yogurt rendah lemak sebesar 0,5181 log cfu/ml. Koefisien determinasi menunjukkan pula bahwa 26,84%
peningkatan total BAL dipengaruhi oleh penambahan madu dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain seperti
suhu inkubasi, kondisi starter, tingkat aseptis, dan kesalahan peneliti (human error).
Grafik respon kuadrater analisis regresi menunjukkan bahwa semakin tinggi level madu yang
ditambahkan hingga 7,5%, maka total BAL akan meningkat. Madu digunakan oleh BAL sebagai sumber
nutrien sehingga pertumbuhannya akan semakin meningkat pada level tertentu. Nofrianti dkk., (2013)
menyatakan bahwa jika nutrisi BAL terpenuhi, maka akan membantu pertumbuhan dan perkembangan BAL.
Madu yang ditambahkan mampu memenuhi nutrisi tersebut sehingga total BAL yang dihasilkan maksimal.
Bakteri asam laktat merupakan kelompok mikroorganisme penghasil asam laktat sebagai metabolit
utama. Bakteri asam laktat selama pertumbuhannya mampu memproduksi komponen metabolit seperti asam
organik, hidrogen peroksida, bakteriosin, dan lainnya (Emmawati dkk., 2015). Kecepatan pertumbuhan bakteri
biasanya dinyatakan dalam waktu generasi yang merupakan waktu yang dibutuhkan oleh suatu populasi sel
untuk memperbanyak diri. Fardiaz (1993) menyatakan bahwa waktu generasi bakteri yaitu 45 menit, yang
artinya suatu populasi sel bakteri akan bertambah jumlah menjadi dua kali lipatnya dalam waktu 45 menit.
Khoiriyah dan Ardiningsih (2014) menyatakan bahwa terdapat tiga fase pertumbuhan bakteri, yaitu fase lag,
fase log (eksponensial), dan fase stasioner. Bakteri akan melakukan adaptasi terhadap kondisi lingkungan
saat fase lag dan terjadi pertumbuhan yang lambat. Fase selanjutnya yaitu fase log atau eksponensial yang
merupakan fase pertumbuhan cepat. Bakteri akan membelah diri menjadi dua, kemudian masing-masing
membelah lagi menjadi dua sehingga pada setiap generasi jumlahnya dua kali lipat populasi sebelumnya.
Fase ketiga yaitu fase stasioner yaitu tidak terjadi penambahan jumlah bakteri, karena jumlah sel yang tumbuh
setara dengan jumlah sel yang mati karena ketersediaan nutrien semakin berkurang. Bakteri asam laktat
akan menghasilkan metabolit sekunder sebagai pertahanan diri terhadap lingkungan dan mikroorganisme
lainnya.
Total BAL pada penelitian penambahan madu dengan level yang berbeda pada yogurt rendah lemak
menghasilkan rataan 9,26 log cfu/ml. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses penyimpanan pada suhu 6 OC
selama tujuh hari secara statistik tidak mempengaruhi total BAL. Jay et al. (2005) menyatakan bahwa yogurt
yang baru dibuat memiliki total BAL 109 cfu/gram atau 9,00 log cfu/ml. Total BAL dapat dipertahankan selama
penyimpanan karena adanya madu yang berperan sebagai sumber nutrien pertumbuhan BAL. Faktor-faktor
yang mempegaruhi peningkatan dan penurunan BAL dijelaskan oleh Fardiaz (1993) diantaranya jumlah nutrisi
(terutama gula), proses fermentasi (suhu dan waktu inkubasi), dan sinergitas kerja antar BAL. Penambahan
level madu yang terbaik yaitu pada level penambahan madu 3% (P1) yang memiliki rataan tertinggi yaitu 9,98
1,003 log cfu/ml. Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian Kumala (2004) bahwa penambahan madu
pada yogurt berkisar 2,5% sampai 5%. Penambahan madu sebanyak 3 % lebih efisien karena mampu
BAB 5. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa karakteristik stirred yogurt rendah
lemak yang disimpan selama tujuh hari pada suhu 6OC, nilai pH tidak dipengaruhi oleh penambahan madu
hingga 7,5%, namun total BAL dipengaruhi oleh penambahan madu hingga 7,5% . Penambahan madu
dengan level 3% menghasilkan yogurt terbaik karena mampu menghasilkan total BAL tertinggi.
1. Bava, L., M. Zucali, and M. Brasca. 2009. Efficiency Of Cleaning Procedure Of Milking Equipment And
2. Elida, Mutia. 2002. Profil Bakteri Asam Laktat Dari Dadih yang Difermentasi Dalam Berbagai Jenis
Bambu dan Potensinya Sebagai Probiotik. Thesis. Program Studi Ilmu Pangan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
3. Emmawati, A., L. Nuraida, dan D. Syah. 2015. Karakterisasi Isolat Bakteri Asam Laktat Dari Mandai
5. Gianti I. dan Evanuarini. 2011. Pengaruh Penambahan Gula Dan Lama Pemyimpanan Terhadap
Kualitas Fisik Susu Fermentasi. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak 6(1):28-33.
6. Gurakan G.C. and N. Altay. 2010. Yogurt Microbiology and Biochemistry. In F. Yildiz. Development
and Manufacture of Yoghurt and Other Functional Dairy Product. CRC Press, Taylor and Francis