Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
hikmah dan hidayah-Nya atas terselesaikannya penulisan makalah ini yang berjudul
Leukemia Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Dasar.

Dalam penulisan makalah ini kami banyak mengalami hambatan dan


kesulitan. Namun, berkat bantuan semua pihak, kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dan memberi pengarahan serta dukungan semangat kepada kami,
terutama kepada :

1. Ibu Ika Karunianingsih, S.Kep selaku pembimbing materi keperawatan dasar.


2. Orang tua kami yang setia mendukung untuk menyelesaikan masalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak


kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami menerima segala
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini.Akhirnya, dengan
segala keterbatasan tersebut, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca pada umumnya untuk proses pembelajaran.

Pati, 12 Maret 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

Daftar Isi ii

BAB I: PENDAHULUAN

1.1 Latar Baelakang


..1

1.2 Tujuan

.. 1

BAB II: PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

. 2

2.2 Etiologi

.. 3

2.3 Klasifikasi

. 4

2.4 Patofosiologi

2.5 Manifestasi Klinis


. 9
2.6 Pemeriksaan Penunjang
. 9

2.7 Penatalaksanaan
.. 10

BAB III: ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

. 13

3.2 Diagnosa Keperawatan


14

3.3 Rencana Keperawatan


. 14

BAB VI: PENUTUP

4.1 Kesimpulan
.
20

Daftar Pustaka
iii

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah
dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).
Leukimia merupakan suatu penyakit keganasan yang berasal dari sel induk
sistem hematopoetik yang mengakibatkan poliferasi sel-sel darah putih tidak
terkontrol dan sel-sel darsh merah namun sangat jarang .Ini adalah suatu
penyakit organ-organdimana sel-sel darah tersebut dibentuk dan ditandai dengan
proliferasi sel-sel imatur abnormal yang mempengaruhi produksi dari sel-sel darah
normal lainnya.Penyakit ini disebabkan terjadinya kerusakan pada pabrik
pembuat sel darah yaitu pada sumsum tulang bekerja aktif membuat sel-sel darah
tetapi yang dihasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel ini mendesak
pertumbuhan sel darah normal.Walaupun penyebab dasar leukimia tidak
diketahui,pengaruh genetik maupun faktor-faktor lingkungan kelihatannya
memainkan perannya.
B.Rumusan masalah
1. Apa definisi dari penyakit Leukemia?
2. A pa etiologi Leukimia?
3. Apa saja klasifikasi dari Leukemia?
4. Apa saja komplikasi dari Leukemia?
5. Bagaimana patofiologi dari Leukemia?
6. Bagaimana gejala dan tanda Leukimia?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang penyakit Leukimia?
8. Bagaimana asuham keperawatan dari Leukimia?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Leukemia, asal berasal dari bahasa yunani leukos-putih dan haima-darah.
Leukemia adalah jenis kanker yang mempengaruhi sumsum tulang dan jaringan
getah bening. Semua kanker bermula di sel, yang membuat darah dan jaringan
lainnya. Biasanya, sel-sel akan tumbuh dan membelah diri untuk membentuk sel-
sel baru yang dibutuhkan tubuh. Saat sel-sel semakin tua, sel-sel tersebut akan
mati dan sel-sel baru akan menggantikannya.
Tapi, terkadang proses yang teratur ini berjalan menyimpang, Sel-sel baru ini
terbentuk meski tubuh tidak membutuhkannya, dan sel-sel lama tidak mati seperti
seharusnya. Kejanggalan ini disebut leukemia, di mana sumsum tulang
menghasilkan sel-sel darah putih abnormal yang akhirnya mendesak sel-sel lain.

Beberapa pengertian menurut para ahli:

Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan
pembentuk darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2008 : 175).

Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam
sum-sum
tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and
Bare, B.G, 2008 : 248 )
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa
proliferasio
patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-
sum tulang
dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh
yang lain.
(Arief Mansjoer, dkk, 2008 : 495)
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah
dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2007).

Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas maka penulis berpendapat bahwa


leukemia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi abnormal dari
sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.

B. Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi
yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
1. Genetik
Adanya Penyimpangan Kromosom Insidensi leukemia meningkat pada
penderita kelainan kongenital, diantaranya pada sindroma Down, sindroma
Bloom, Fanconis Anemia, sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis van
Creveld, sindroma Kleinfelter, D-Trisomy sindrome, sindroma von
Reckinghausen, dan neurofibromatosis ( Wiernik, 1985; Wilson, 1991 ) .
Kelainan-kelainan kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya perubahan
informasi gen, misal pada kromosom 21 atau C-group Trisomy, atau pola
kromosom yang tidak stabil, seperti pada aneuploidy.
2. Saudara Kandung
Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar
identik dimana kasus-kasus leukemia akut terjadi pada tahun pertama
kelahiran . Hal ini berlaku juga pada keluarga dengan insidensi leukemia yang
sangat tinggi ( Wiernik,1985 ) .
3. Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan kerusakan
kromosom dapatan, misal : radiasi, bahan kimia, dan obat-obatan yang
dihubungkan dengan insiden yang meningkat pada leukemia akut, khususnya
ANLL ( Wiernik,1985; Wilson, 1991 ).
4. Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus
menyebabkan leukemia pada hewan termasuk primata . Penelitian pada
manusia menemukan adanya RNA dependent DNA polimerase pada sel-sel
leukemia tapi tidak ditemukan pada sel-sel normal dan enzim ini berasal dari
virus tipe C yang merupakan virus RNA yang menyebabkan leukemia pada
hewan. ( Wiernik, 1985 ) . Salah satu virus yang terbukti dapat menyebabkan
leukemia pada manusia adalah Human T-Cell Leukemia . Jenis leukemia
yang ditimbulkan adalah Acute T- Cell Leukemia . Virus ini ditemukan oleh
Takatsuki dkk ( Kumala, 19990).

5. Bahan Kimia
Paparan kromis dari bahan kimia ( misal : benzen ) dihubungkan
dengan peningkatan insidensi leukemia akut, misal pada tukang sepatu yang
sering terpapar benzen. ( Wiernik,1985; Wilson, 1991 ) Selain benzen
beberapa bahan lain dihubungkan dengan resiko tinggi dari AML, antara lain :
produk produk minyak, cat , ethylene oxide, herbisida, pestisida, dan ladang
elektromagnetik ( Fauci, et. al, 1998 )
6. Obat-obatan
Obat-obatan anti neoplastik ( misal : alkilator dan inhibitor topoisomere
II ) dapat mengakibatkan penyimpangan kromosom yang menyebabkan AML
. Kloramfenikol, fenilbutazon, dan methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan
kegagalan sumsum tulang yang lambat laun menjadi AML ( Fauci, et. al,
1998).

C. Klasifikasi
Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah
putih dalam sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga
terjadi proliferasi di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan infasi organ non
hematologis, seperti meninges, traktus gastrointestinal, ginjal, dan kulit.
Leukemia sering diklasifikasikan sesuai galur sel yang terkena, seperti
limfositik atau mielositik, dan sesuai maturitas sel ganas tersebut, seperti akut (sel
imatur) atau kronis (sel terdeferensiasi) adalah
1. Leukemia Mielogenus Akut
Leukemia mielogenus akut (AML) mengenai sel stem hematopoetik
yang kelak berdiferensiasi kesemua sel mieloid; monosit, granulosit (basofil,
netrofil, eosinofil), eritrosit, dan trombosit. Semua kelompok usia dapat
terkena; insidensi meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Merupakan
leukemia non limfositik yang paling sering terjadi.
a. Manifestasi klinis
Kebanyakan tanda dan gejala terjadi akibat berkurangnya produksi sel
darah normal. Kepekaan terhadap infeksi terjadi akibat granulositopenia,
kekurangan granulosit; kelelahan dan kelemahan yang terjadi karena
anemia; dan keccendrungan perdarahan terjadi akibat trombositopenia,
kekurangan jumlah trombosit. Proliferasi sel leukemi dalam organ
mengakibatkan berbagai gejala tambahan; nyeri akibat pembesaran limpa
atau hati; masalah kelenjar limfa; sakit kepala atau muntah akibat
leukemia meningeal (sering terjadi pada leukemia limfositik); dan nyeri
tulang akibat penyebaran sumsum tulang.
Kelainan ini terjadi tanpa peringatan, dengan gejala terjadi dalam
periode 1-6 bulan. Hitung sel darah menunjukan penurunan baik eritrosit
maupun trombosit. Meskipun jumlah leukosit total bisa rendah, normal
atau tinggi, namun presentase sel yang normal biasanya sangat menurun.
Specimen sumsum tulang merupakan penegak diagnose, menunjukan
kelebihan sel blast imatur. Adanya batang Auer didalam sitoplasma
menunjukan adanya leukemia mielogenus akut (AML).
b. Penatalaksanaan
Kemoterapi merupakan bentuk terpi utama dan pada beberapa kasus
dapat menghasilkan perbaikan yang berlangsung sampai setahun atau
lebih. Obat yang biasanya digunakan meliputi daunorobicin hydrochloride
(cerubidine), cytarabin (cytosar-U), dan mercaptopurine (purinethol).
Asuhan pendukung terdiri atas pemberian produk darah dan penanganan
infeksi dengan segera. Apabila dapat diperoleh jaringan yang cocok dari
kerabat dekat, maka dapat dilakukan transplantasi sumsum tulang untuk
memperoleh sumsum tulang normal, setelah terlebih dahulu dilakukan
penghancuran sumsum lekemik dengan kemotrapi.
c. Prognosis
Pasien yang mendapatkan penanganan dapat bertahan hanya sampai
1 tahun, dengan kematian yang biasanya terjadi akibat infeksi atau
perdarahan. Schiller (1992) melaporkan bahwa pasien yang berusia
dibawah 40 tahun, angka ketahanan hidup 5 tahunnya sekitar 2-5 bulan.
Percobaan dengan kombinasi baru obat kemoterapi masih terus
dilakukan diberbagai pusat onkologi diseluruh dunia.
2. Leukimia Mielogenus Kronis
Leukemia mielogenus kronis (CML) juga dimasukkan dalam
keganasan sel stem myeloid. Namun, lebih banyak terdapat sel normal di
banding pada bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. Abnormalitas
genetic yang dinamakan kromosom Philadelphia ditemukan pada 90%
sampai 95% pasien dengan CML. CML jarang menyerang individu berusia di
bawah 20 tahun, namun insidensinya menignkat sesuai pertambahan usia.

a. Manifestasi
Gambaran klinis CML mirip dengan gambaran AML, tetapi tanda dan
gejalanya lebih ringan. Banyak pasien yang menunjukkan tanda gejala
selama bertahun-tahun. Terdapat penignkatan leukosit, kadang sampai
jumlah yang luar biasa. Limpa sering membesar.
b. Penatalaksanaan dan Prognosis
Tetapi pilihan leukemia mielogenus kronis adalah buslfan (Myleran),
hydroxyurea, dan chlorambucil (Leukeran) sendiri atau dengan
kortikosteroid. Ketahanan hidup meningkat secara bermakna dengan
transplantasi sumsum tulang pada pasien yang berusia di bawah 50
tahun dengan donor HLA yang sesuai. Interferon alfa merupakan
alternative pilihan penanganan, namun sangat mahal, mempunyai efek
samping yang tidak menyenangkan dan tidak terbukti memperpanjang
ketahanan hidup. Fludarabin (Fludar) efektif bagi pasien yang penyakitnya
tidak berespons terhadap penanganan yang telah dilakukan atau terus
memberat setelah penanganan. Pada kebanyakan pasien, kelak akan
mengalami leukemia mielogenus akut dan biasanya resisten terhadap
terapi apapun. Secara keseluruhan, pasien dapat bertahan selama 3
sampai 4 tahun. Kematian biasanya akibat infeksi atau perdarahan.
3. Leukimia Limfositik Akut.
Leukemia limfositik akut (ALL) dianggap sebagai suatu proliferasi
ganas limfoblas. Paling sering terjadi pada anak-anak, dengan laki-laki lebih
banyak disbanding perempuan, dengan puncak insidensi pada usia 4 tahun.
Setelah usia 15, ALL jarang terjadi.
a. Manifestasi
Limfosit imatur berproliferasi dalan sumsum tulang dan jaringan perifer
dan menganggu perkembangan sel normal. Akibatnya, hematopoesis
normal terlambat, mengakibatkan penurunan jumlah leukosit, sel darah
merah, dan trombosit. Eritrosit dan trombosit jumlahnya rendah dan
leukosit jumlahnya dapat rendah atau tinggi tetapi selalu terdapat sel
imatur. Manifestasi infiltrasi leukemia ke organ-organ lain lebih sering
terjadi pada ALL dari pada bentuk leukemia lain dan mengakibatkan nyeri
karena pembesaran hati atau limpa, sakit kepala, muntah karena
keterlibatan meninges, dan nyeri tulang.
b. Penatalaksanaan dan Prognosis
Terapi ALL telah mengalami kemajuan, sekitar 60% anak mencapai
ketahanan hidup sampai 5 tahun. Bentuk terapi utama adalah kemoterapi
dengan kombinasi vincristine, prednisone, daunorubicin, dan
asparaginase untuk terapi awal dan dilanjutkan dengan kombinasi
mercaptopurine, methotrexate, vincristine, dan prednisone untuk
pemeliharaan. Radiasi untuk daerah kraniospinal dan injeksi intratekal
obat kemoterapi dapat membantu mencegah kekambuhan pada sistem
saraf pusat.
4. Leukimia Limfositik Kronis
Leukimia limfosit kronis (CLL) cenderung merupakan kelainan ringan
yang terutama mengenai individu antara usia 50-70 tahun. Negara- Negara
barat melaporkan penyakit ini sebagai leukemia yang umum terjadi.
a. Manifestasi klinis
Kebanyakan pasien tidak menunjukan gejala dan baru terdiagosa pada
saat pemeriksaan fisik atu penanganan untuk penyakit lain. Manifestasi
yang mungkin terjadi adalah sehubungan dengan adanya anemia, infeksi,
atau pembesaran nodus limfe. Dan organ abdominal. Jumlah eritrosit dan
trombosit mungkin normal atau menurun. Terjadi penurunan jumlah
limfosit. (limfositopenia).
b. Penatalaksanaan medis dan prognosis.
Apabila ringan, CLL tidak memerlukan penanganan. Kemoterapi
dengan kortikosteroid dan chlorambucil (leukeran) sering digunakan
apabila gejalanya berat. Banyak pasien yang tidak berespon terhadap
terapi ini dapat mencapai perbaikan dengan pemberian fludarabine
monofospat, 2-chorodeoxyadenosien (2-CBA), atau pentostatin. Efek
samping utama obat ini adalah penekanan sumsum tulang, yang
termanifestasi dengan adanya infeksi seperti pneumocystis carinii, listeria,
mikobakteria, virus herpes dan sitomegalovirus. Penanganan intra vena
dengan immunoglobulin cukup efektif mencegah masalah ini pada pasien
tertentu. Ketahanan hidup rata-rata pasien dengan CLL adalah 7 tahun.

D. Komplikasi
Komplikasi leukemia meliputi perdarahan dan infeksi, yang merupakan
penyebab utama kematian. Pembentukan batu ginjal, anemia, dan masalah
gastrointestinal merupakan komplikasi lain.
Risiko perdarahan berhubungan dengan tingkat defisiensi trombosit
(trombositopenia) angka trombosit rendah ditandai dengan memar (ekimosis) dan
petekia (bintik perdarahan-perdarahan atau keabuan sebesar ujung jarum
dipermukaan kulit). Pasien juga dapat mengalami perdarahan berat jika jumlah
trombositnya turun sampai di bawah 20.000 per mm3 darah. Dengan alas an yang
tidak jelas, demam dan infeksi dapat meningkatkan kemungkinan perdarahan.
Karena kekurangan granulosit matur dan normal, pasien selalu dalam
keadaan terancam infeksi. Kemungkinan terjadinya infeksi meningkat sesuai
derajat netropenia, sehingga jika granulosit berada di bawah 100/ml darah sangat
mungkin terjadi infeksi sistemik. Disfungsi imun mempertinggi resiko infeksi.
Penghancuran sel besar-besaran yang terjadi selama pemberian kemoterapi
atau meningkatkan kadar asam urat dan membuat pasien rentan mengalami
pembentukan batu ginjal dan kolik ginjal. Maka pasien memerlukan asupan cairan
yang tinggi untuk mencegah kristalisasi asam urat dan pembentukan batu.
Masalah gastrointestinal dapat terjadi akibat infiltrasi leukosit abnormal ke
organ abnominal selain akibat toksisitas obat kemoterapi. Sering terjadi
anoreksia, mual, muntah, diare, dan lesi mukosa mulut.

E. Patofisiologi
Leukemia akut dan kronis merupakan suatu bentuk keganasan atau maligna
yang muncul dari perbanyakan klonal sel-sel pembentuk sel darah yang tidak
terkontrol mekanisme kontrol seluler normal mungkin tidak bekerja dengan baik
akibat adanya perubahan pada kode genetik yang seharusnya bertanggung jawab
atas pengaturan pertumbuhan sel dan diferensiasi.
Sel-sel leukemia menjalani waktu daur ulang yang lebih lambat dibandingkan
sel normal. Proses pematangan atau maturasi berjalan tidak lengkap dan lambat
serta bertahan hidup lebih lama dibandingkan sel normal.

F. Tanda dan Gejala


Yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut:
1. Pilek tidak sembuh-sembuh& sakit kepala.
2. Pucat, lesu, mudah terstimulasi, Merasa lemah atau letih.
3. Demam, keringat malam dan anorexia
4. Berat badan menurun
5. Ptechiae, memar tanpa sebab, Mudah berdarah dan lebam (gusi berdarah,
bercak keunguan di kulit, atau bintik-bintik merah kecil di bawah kulit)
6. Nyeri pada tulang dan persendian
7. Nyeri abdomen, Pembengkakan atau rasa tidak nyaman di perut (akibat
pembesaran limpa).

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap : menunjukkan normositik, anemia normositik
2. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
3. Retikulosit : jumlah biasaya rendah
4. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
5. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immatur
6. PTT : memanjang
7. LDH : mungkin meningkat
8. Asam urat serum : mungkin meningkat
9. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan
mielomonositik
10. Copper serum : meningkat
11. Zink serum : menurun
12. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat
keterlibatan.

H. Penatalaksanaan
1. Kemoterapi
Sebagian besar pasien leukemia menjalani kemoterapi. Jenis
pengobatan kanker ini menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel
leukemia. Tergantung pada jenis leukemia, pasien bisa mendapatkan satu
jenis obat atau kombinasi dari dua obat atau lebih.

Pasien leukemia bisa mendapatkan kemoterapi dengan berbagai cara:


Melalui mulut
Dengan suntikan langsung ke pembuluh darah balik (atau intravena).

Melalui kateter (tabung kecil yang fleksibel) yang ditempatkan di dalam


pembuluh darah balik besar, seringkali di dada bagian atas Perawat akan
menyuntikkan obat ke dalam kateter, untuk menghindari suntikan yang
berulang kali. Cara ini akan mengurangi rasa tidak nyaman dan/atau
cedera pada pembuluh darah balik/kulit.
Dengan suntikan langsung ke cairan cerebrospinal jika ahli patologi
menemukan sel-sel leukemia dalam cairan yang mengisi ruang di otak dan
sumsum tulang belakang, dokter bisa memerintahkan kemoterapi
intratekal. Dokter akan menyuntikkan obat langsung ke dalam cairan
cerebrospinal. Metode ini digunakan karena obat yang diberikan melalui
suntikan IV atau diminum seringkali tidak mencapai sel-sel di otak dan
sumsum tulang belakang.

Terdapat tiga fase pelaksanaan kemoterapi :

a. Fase Induksi Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada


fase ini diberikan terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-
asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda penyakit
berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel
muda kurang dari 5%.
b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusatPada fase ini diberikan terapi
methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui intrathecal untuk
mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan
hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf
pusat.
c. Konsolidasi pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk
mempertahankan remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang
beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan
pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang
terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka
pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.
1. Terapi Biologi

Orang dengan jenis penyakit leukemia tertentu menjalani terapi biologi untuk
meningkatkan daya tahan alami tubuh terhadap kanker. Terapi ini diberikan melalui
suntikan di dalam pembuluh darah balik. Bagi pasien dengan leukemia limfositik
kronis, jenis terapi biologi yang digunakan adalah antibodi monoklonal yang akan
mengikatkan diri pada sel-sel leukemia. Terapi ini memungkinkan sistem kekebalan
untuk membunuh sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Bagi
penderita dengan leukemia myeloid kronis, terapi biologi yang digunakan adalah
bahan alami bernama interferon untuk memperlambat pertumbuhan sel-sel
leukemia.

1. Terapi Radiasi

Terapi Radiasi (juga disebut sebagai radioterapi) menggunakan sinar berenergi


tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia. Bagi sebagian besar pasien, sebuah mesin
yang besar akan mengarahkan radiasi pada limpa, otak, atau bagian lain dalam
tubuh tempat menumpuknya sel-sel leukemia ini. Beberapa pasien mendapatkan
radiasi yang diarahkan ke seluruh tubuh. (Iradiasi seluruh tubuh biasanya diberikan
sebelum transplantasi sumsum tulang.)

1. Transplantasi Sel Induk (Stem Cell)

Beberapa pasien leukemia menjalani transplantasi sel induk (stem cell).


Transplantasi sel induk memungkinkan pasien diobati dengan dosis obat yang tinggi,
radiasi, atau keduanya. Dosis tinggi ini akan menghancurkan sel-sel leukemia
sekaligus sel-sel darah normal dalam sumsum tulang. Kemudian, pasien akan
mendapatkan sel-sel induk (stem cell) yang sehat melalui tabung fleksibel yang
dipasang di pembuluh darah balik besar di daerah dada atau leher. Sel-sel darah
yang baru akan tumbuh dari sel-sel induk (stem cell) hasil transplantasi ini.
Setelah transplantasi sel induk (stem cell), pasien biasanya harus menginap di
rumah sakit selama beberapa minggu. Tim kesehatan akan melindungi pasien dari
infeksi sampai sel-sel induk (stem cell) hasil transplantasi mulai menghasilkan sel-
sel darah putih dalam jumlah yang memadai.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian

Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang
akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola
pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan
diagnosa keperawatan. (Budi Anna Keliat, 1994).

Pengkajian pada leukemia meliputi :

a. Riwayat penyakit

b. Kaji adanya tanda-tanda anemia :

Pucat
Kelemahan
Sesak
Nafas cepat

c. Kaji adanya tanda-tanda leucopenia

Demam
Infeksi

d. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia :

Ptechiae
Purpura
Perdarahan membran mukosa

e.Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola :

Limfadenopati
Hepatomegali
Splenomegali

f.Kaji adanya pembesaran testis


g.Kaji adanya :

Hematuri
Hipertensi
Gagal ginjal
Inflamasi disekitar rectal
Nyeri

3.2 Diagnosa Keperawatan

a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia.

c. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan


jumlah
trombosit.

d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah.

e. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia.

f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,


radioterapi, imobilitas.

g. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan

3.3 Rencana Keperawatan

1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh

Tujuan : Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi.


Intervensi :

Pantau suhu dengan teliti

Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi

Tempatkan Px dalam ruangan khusu

Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya Px dari sumber infeksi

Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk menggunakan teknik
mencuci tangan dengan baik.

Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif.

Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasive


Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti
tempat
penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi.

Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi.

Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik


Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan
organism
Berikan periode istirahat tanpa gangguan

Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler.

Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia.

Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh.

Berikan antibiotik sesuai ketentuan


Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus.

1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia

Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas

Intervensi :

Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk


berpartisipasi dalam aktifitas sehari-hari.

Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan.

Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan


Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau
penyambungan jaringan.
Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau
dibutuhkan.
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan
intervensi.
Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi

Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri

1. Resiko terhadap cedera/perdarahan yang berhubungan dengan penurunan


jumlah trombosit

Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan

Intervensi :

Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada


daerah ekimosis.
Rasional : karena perdarahan memperberat kondisi anak dengan adanya
anemia.
Cegah ulserasi oral dan rectal.

Rasional : karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah.

Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi.

Rasional : untuk mencegah perdarahan

Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut

Rasional : untuk mencegah perdarahan

Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut


nadi cepat, dan pucat).

Rasional : untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan.

Hindari obat-obat yang mengandung aspirin.

Rasional : karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit.

Ajarkan orang tua dan anak yang lebih besar ntuk mengontrol perdarahan
hidung.
Rasional : untuk mencegah perdarahan.

d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan munta
Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan

Pasien tidak mengalami mual dan muntah

Intervensi :

Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi

Rasional : untuk mencegah mual dan muntah


Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi

Rasional : untuk mencegah episode berulang

Kaji respon Px terhadap anti emetic.

Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil.

Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat

Rasional : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah

Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering

Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik

Berikan cairan intravena sesuai ketentuan

Rasional : untuk mempertahankan hidrasi

1. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia

Tujuan : pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang
dapat

diterima anak

Intervensi :

Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5

Rasional : informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau

keefektifan intervensi
Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non
invasif, alat
akses vena

Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman

Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi


Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian
atau obat
Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat

Rasional : sebagai analgetik tambahan

Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur

Rasional : untuk mencegah kambuhnya nyeri

1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,


radioterapi, imobilitas.

Tujuan : pasien mempertahankan integritas kulit

Intervensi :

Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah
perianal
Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi
Ubah posisi dengan sering

Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit

Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan

Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit

Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker


Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi
dalam area radiasi pada beberapa agen kemoterapi

Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering.

Rasional : membantu mencegah friksi atau trauma kulit.

Dorong masukan kalori protein yang adekuat

Rasional : untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negatif

Pilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi
Rasional : untuk meminimalkan iritasi tambahan

1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat


pada
penampilan
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif

Intervensi :

Dorong anak untuk memilih wig (anak perempuan) yang serupa gaya dan
warna rambut anak sebelum rambut mulai rontok

Rasional : untuk membantu mengembangkan penyesuaian rambut terhadap


kerontokan rambut

Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar


matahari, angin atau dingin

Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut

Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek dan
halus
Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial
Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin
warna atau teksturnya agak berbeda.

Rasional : untuk menyiapkan anak dan keluarga terhadap perubahan penampilan


rambut baru

Dorong hygiene, berdan, dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin ,
misalnya wig, skarf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik

Rasional : untuk meningkatkan penampilan.


BAB 1V

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam
sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).

Penulis berpendapat bahwa leukemia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
proliferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada
alat pembentuk darah.

Leukemia akut dan kronis merupakan suatu bentuk keganasan atau maligna yang
muncul dari perbanyakan klonal sel-sel pembentuk sel darah yang tidak terkontrol
mekanisme kontrol seluler normal mungkin tidak bekerja dengan baik akibat adanya
perubahan pada kode genetik yang seharusnya bertanggung jawab atas pengaturan
pertumbuhan sel dan diferensiasi.

Sel-sel leukemia menjalani waktu daur ulang yang lebih lambat dibandingkan sel
normal. Proses pematangan atau maturasi berjalan tidak lengkap dan lambat serta
bertahan hidup lebih lama dibandingkan sel normal.

Penyebab leukemia ada beberapa faktor, diantaranya: genetik, saudara kandung,


faktor lingkungan, virus, bahan kimia, dan obat-obatan.

Klasifikasi leukimia terdiri dari Leukimia Mielogenus Akut, Leukimia Mielogenus


Kronis, Leukemia Limfositik Akut, Leukemia Limfositik Kronik.
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai
berikut:

1. Pilek tidak sembuh-sembuh& sakit kepala.


2. Pucat, lesu, mudah terstimulasi, Merasa lemah atau letih.
3. Demam, keringat malam dan anorexia
4. Berat badan menurun
5. Ptechiae, memar tanpa sebab, Mudah berdarah dan lebam (gusi berdarah,
bercak keunguan di kulit, atau bintik-bintik merah kecil di bawah kulit)
6. Nyeri pada tulang dan persendian
7. Nyeri abdomen, Pembengkakan atau rasa tidak nyaman di perut (akibat
pembesaran limpa).

Pentalaksanan pada penyakin leukemia meliputi: kemoterapi, terapi biologi, terapi


radiasi, dan transplantasi sel induk.

Untuk menghindari leukimia harus dicegah sedini mungkin, dan ketika sudah ada
gejala-gejala segera periksakan ke dokter.
DAFTAR PUSTAKA

Brtunner, Sudadarth. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah, Jakarta : Penerbit


Buku Kedokteran EGC.
Reeves, Charlene J et al. 2001. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko
Setyono. Ed. I. Jakarta : Salemba Medika.
Smeltzer, Susanne, RN, dkk. 2000, Medical Surgical Nursing, Amerika :
Lippincott.
Suriadi & Rita Yuliani, 2001 : hal. 177, Cawson 1982; De Vita Jr.,1985,
Archida, 1987; Lister, 1990; Rubin,1992.
http://keperawatanadil.blogspot.com/2007/11/askep-leukemia.html
http://materi-kuliah-akper.blogspot.com/2010/05/makalah-askep-leukimia.html
http://www.scribd.com/doc/9501526/ASKEP-LEUKIMIA.html
http://nphiephien.blogspot.com/2012/06/makalah-leukimia.html

Anda mungkin juga menyukai