Anda di halaman 1dari 9

PROFIL BAHASA BALI MASYARAKAT TUTUR MUSLIM

PEGAYAMAN DAN IMPLIKASI PENGAJARANNYA DI


SEKOLAH

I Nyoman Adi Jaya Putra

Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Ganesha, Jln. A. Yani No. 67 Singaraja

Abstrak: Penelitian yang dilakukan di masyarakat tutur Muslim Pegayaman ini adalah penelitian
kebahasaan yang memfokuskan kajian pada dua aspek mikro dari Bahasa Bali (BB) yang mereka
gunakan. Kedua aspek bahasa yang dimaksud meliputi aspek fonologi dan aspek morfologi. Pada
aspek fonologi ditemukan sejumlah proses fonologis, yang meliputi: degeminasi, homorganik,
harmonisasi suara vokal, alternasi suara konsonan, pelesapan suara konsonan, penyisipan vokal
atau konsonan, dan variasi pelafalan fonem /f/ dan /p/. Sedangkan pada aspek morfologi di-
temukan adanya penambahan afiksasi (inklusif awalan, sisipan, akhiran, dan konfiks) kepada
bentukan-bentukan dasar yang khas Pegayaman. Terkait temuan-temuan ini, dalam mengajarkan
BB di Sekolah Dasar maupun di Madrasah Ibtidaiyah, sebagai tempat pendidikan formal pertama
di mana BB diajarkan sebagai muatan lokal, guru-guru Bahasa Bali diharapkan lebih luwes dengan
tetap mengedepankan pentingnya mengajarkan kaidah-kaidah BB yang dibakukan. Dengan
singkat, para guru Bahasa Bali yang bertugas di Pegayaman hendaknya memahami dengan baik
dan mengajarkan language usage dan language use secara proporsional.

Abstract: The study, which was conducted in the Moslem village of Pegayaman, is a socio -
linguitic study. It aimed at finding out the phonological as well as the morphological aspects of
their Balinese language. A number of phonological processes were found, including: degemina-
tion, homorganic sound, vowel harmony, consonant alternation, consonant deletion, vowel and
consonant insertion, and a variation of the pronunciation of /f/ and /p/. Apart from these
phonological processes, a number of affixes including prefixes, infixes, suffixes, as well as
confixes were also noted. Some of them are typical Pegayaman i.e., slightly different from the
forms which are transcribed in the existing Balinese grammar books. In relation to these findings,
in teaching Balinese language at Elementary Schools or Madrasah Ibtidaiyah in Pegayaman, where
Balinese language is taught as local content, teachers of Balinese language are expected to be
tolerant to the peoples using their local dialect, and keep teaching the codified and standardized
language. In short, they should acknowledge and promote both the usage as well as the use or
Balinese language proportionally.

Kata kunci: aspek fonologi, aspek morfologi, Bahasa Bali, masyarakat tutur, Pegayaman

Dalam era kesejagatan dewasa ini kondisi Bahasa (BB). BB dikhawatirkan akan ditinggalkan pemilik
Bali telah mendapat pengaruh yang sangat signi- atau penutur aslinya (Mbete, 2007; Tondo, 2007;
fikan dari bahasa-bahasa yang berasal dari luar dan Wahab, 2002)
negara kita, seperti Bahasa Jepang, Bahasa Cina, Di tengah kekhawatiran akan ditinggalkannya
Bahasa Perancis, dan bahasa-bahasa asing lainnya, BB, telah ditemukan bahwa ada masyarakat tutur
terutama Bahasa Inggris. Karena alasan-alasan ter- tertentu yang penduduknya mayoritas beragama
tentu seperti alasan ekonomi, bisnis, prestise dan Islam, dan secara historis bukan keturunan orang
alasan-alasan lainnya, orang-orang saling berlomba Bali, yang tetap berpegang teguh menggunakan BB
untuk mempelajari dan menguasai bahasa-bahasa sebagai bahasa ibu mereka. Masyarakat yang di-
asing tersebut. Dalam situasi seperti ini, banyak maksud adalah masyarakat tutur Muslim Pegayaman.
kalangan mengkhawatirkan keberadaan Bahasa Bali Melalui sebuah penelitian kebahasaan yang dilaku-

7
2 Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 42, Nomor 1, April 2009, hlm. 7 - 14
kan tahun 2006 lalu, ditemukan bahwa masyarakat tutur Percakapan-percakapan ter-sebut bisa bersifat diadis
Muslim Pegayaman menggunakan BB secara dominan (dua arah), atau multi arah (Milroy, 1980: 141; Suastra,
pada tujuh ranah kebahasaan yang diteliti (Putra, 2006). 1998: 173; Jendra, 2002).
Temuan ini sangat menggembirakan, dan temuan inilah Pengumpulan data dilakukan dengan metode
yang ditindaklanjuti pada pene-litian ini dengan observasi (non partisipatif), metode wawancara, teknik
memfokuskan kajian pada pemerian dua aspek rekaman, dan teknik pancingan (Wahab, 2003). Dalam
kebahasaan dari Bahasa Bali yang digunakan oleh mengumpulkan data, peneliti dibantu oleh petugas
masyarakat tutur Muslim Pegayaman (selanjutnya lapangan, yang sekaligus juga di-jadikan informan. Yang
diringkas BBrP). Aspek kebahasaan yang dimaksud dijadikan subjek penelitian adalah masyarakat Desa
mencakup aspek fonologi dan aspek morfologi. Masalah Pegayaman, khususnya yang tinggal di dua dusun di
yang ingin dicari jawabannya adalah Bagaimanakah pusat pemerintahan desa, yakni Dusun Dangin Margi
profil aspek fonologi dan aspek morfologi dari BBrP, dan Dusun Dauh Margi. Subjek percontoh dipilih secara
dan apa implikasinya terhadap pengajarannya di purposif, yang disesuaikan dengan tujuan dari penelitian
sekolah. yang dilakukan. Menurut Samarin (1988: 80-83),
Keseluruhan data yang diperoleh diperikan secara penelitian kebahasaan hendaknya didasarkan atas korpus
objektif dengan mengacu kepada kaidah-kaidah bahasa yang dapat mewakili fenomena ke-bahasaan yang
kebahasaan yang relevan (Sutjaja, 2003; Kersten, 1980; dikaji. Pandangan ini mengindikasikan secara impilisit
Tinggen, 2005; Schane, 1973), dan teori situasi bahwa yang terpenting adalah kuantitas dan kualitas
kontekstual pilihan kode (Hymes, 1972; cf. Holmes, korpus data yang sesuai de-ngan tujuan penelitian.
1997). Teori yang digunakan sebagai dasar kerangka Terkait dengan pendapat yang dikutip dari Samarin,
berpikir teoretis dan analisis data adalah teori situasi maka dalam penelitian ini ditentukan empat keluarga yang
kontekstual penggunaan kode yang dikemukakan oleh dijadikan subjek penelitian (cf. Wahab, 2002).
Hymes (1972). Meski tergolong sudah cukup tua usianya, Satuan analisis adalah ujaran (bisa berupa klausa
teori ini masih relevan untuk diacu. Ada lima hal yang atau pun kalimat). Data dianalisis secara formal dengan
dicermati melalui teori ini, yaitu Setting, Participant, bantuan tabel-tabel (Sudaryanto, 1986; Suastra, 1998).
End, Act of Sequence, Key, Norms, dan Genre. Kelima- Data rekaman ditranskripsi-kan untuk memudahkan
nya diringkas dengan akronim SPEAKING (Jendra, analisis. Analisis data di-lakukan secara deskriptif
1991). Dalam implementasinya, teori ini didukung interpretatif. Berbagai bentuk lingual yang direkam
dengan teori dan konsep lainnya. Teori yang di-maksud dideskripsikan apa adanya, dan dimaknai serta
adalah teori tentang ranah kebahasaan (Sumarsono, diinterpretasi berkaitan dengan aspek-aspek kebahasaan
1990). Sedangkan, konsep yang di-gunakan adalah yang diteliti. Hal-hal yang kurang jelas ditriangulasi
konsep tentang komunitas tutur (Kartawinata, 1990; dengan petugas lapangan, para informan, dan juga
Suparwa 2007; Suwito, 1983). dengan pakar Bahasa Bali.

METODE HASIL DAN PEMBAHASAN

Data yang dikumpulkan berupa data rekaman Hasil


penggunaan bahasa (bahasa verbal) yang otentik pada
Terkait dengan permasalahan penelitian yang
percakapan-percakapan yang dilakukan subjek penelitian,
dikemukakan di depan, maka pada bagian artikel ini
pada setingnya yang alami. Percakapan-percakapan yang
dipaparkan temuan pada kedua aspek kebahasaan yang
direkam terjadi di sejumlah keluarga yang dijadikan
diteliti, yakni aspek fonologi dan aspek morfologi.
subjek percontoh (sampel), baik antara anggota keluarga,
maupun antara anggota keluarga dengan tamu.
3 I Nyoman Adi Jaya Putra, Profil Bahasa Bali Masyarakat Tutur Muslim Pagayaman dan Implikasi...
Temuan pada Aspek Fonologi
Contohnya:
Ada sejumlah proses fonologis yang ditemu-kan
/batIsn/ /basn/ kaki(nya)
pada BBrP. Proses yang dimaksud mencakup:
/durIn/ /dUrn/ di belakangnya
degeminasi, homorganik, harmonisasi suara vokal,
/lebIan/ /leban/ lebih banyak
alternasi suara konsonan, pelesapan suara konsonan, dan
/ngidIh/ /ngidh/ minta
penyisipan vokal atau konsonan. Ada juga variasi
pelafalan fonem /f/ dan /p/, dan intonasi.
(3) Harmonisasi suara vokal yang menurun [u]
a) Degeminasi, yaitu proses fonologis ketika suatu
menjadi [U].
kluster (baik kluster vokal maupun konsonan) yang
Contohnya:
semestinya dilafalkan panjang, dilafalkan pendek.
/cucUn/ /cUcUn/ cucunya, dan
Contoh:
/susUk/ /sUsUk/ uang kembalian
tik bane idup, ento? (P3)
(4) Harmonisasi suara vokal yang menurun dari [U]
Etik kenapa hidup, itu?
menjadi [o].
Bane nu d laa? Wak be sai-sai matahanga.
Contohnya:
(Percakapan 6 = P6)
/(e)lUh/ /(e)loh/ perempuan
Kenapa masih (mau) juga sih? Kamu kan sudah
/bedaUh/ /bedaoh/ di barat
sering diolok-olok.
/dUmUn/ /domUn/ dahulu
b) Homorganik: suatu proses fonologis ketika suara
/pUlpn/ /polpn/ pulpen
nasal mengambil tempat artikulasi yang sama
/talUh/ /taloh/ telur
dengan segmen atau suara pertama dari kata dasar
d) Alternasi suara konsonan.
yang diimbuhinya.
Yang dimaksud dengan alternasi adalah pindahnya
mbading berbalik (bukan mebading atau
tempat artikulasi satu segmen dari sebuah kata (dalam
meplagan, dst.)
hal ini, konsonan) ke tempat artikulasi lainnya, mi-
mbalh menonton
salnya dari velar ke alveolar, dari palatal ke velar,
mbasa berbahasa/ ngomong
dan sebagainya.
mpupur berbedak
Setelah ditelaah, ada sebanyak tujuh macam alternasi
mplagan bercanda
suara konsonan dalam BBrP, yaitu:
c) Harmonisasi suara vokal
(1) dari velar hambat tak bersuara /k/ menjadi
Harmonisasi suara vokal vowel harmony terjadi
alveolar geser tak bersuara /s/,
jika dua vokal atau lebih dari suku kata yang
Contoh :
berdampingan menyesuaikan ketinggian
Y kto, batas biasaang. Nau nika. (P10)
pelafalannya. Harmonisasi suara vokal menurun
Jika demikian, (coba) hanya biasakan.
dibedakan menjadi empat macam, yaitu :
(2) dari palatal nasal // menjadi velar nasal //,
(1) Harmonisasi suara vokal yang menurun dari [i]
Contoh :
[]:
Sampun pulih ngirim surat ba, biana ngidaang
Contohnya:
nyobin. (P9)
/ilmu/ /lmU/ ilmu
Sudah dapat mengirim surat ... waduh, tidak bisa
/itung/ /tUng/ hitung
menjenguk
/perintah/ /perntah/ perintah
(3) dari labial hambat tak bersuara /p/ menjadi velar
/peritungan/ /pertUnga perhitungan
hambat tak bersuara /k/,
(2) Harmonisasi suara vokal yang menurun dari [I]
Contoh :
menjadi [].
Wau amok kad too? Sambil ketk, Yan! (P2)
4 Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 42, Nomor 1, April 2009, hlm. 7 - 14
Sudah dapat berapa itu? Sambil hitung, Yan! (3) Pelesapan nasal pada akhir kata
(4) dari labial hambat tak bersuara /p/ menjadi baa baan oleh
labial nasal /m/, b biin/bui lagi
Contoh : n
I Mmk mara ati mesu. (Data dari informan) busa busan tadi
d dn melulu/saja
Ibu baru saja keluar (rumah).

(5) dari palatal hambat bersuara /j/ menjadi alveolar eny enyn siapa
hambat bersuara /d/, kad kadn kira
Contoh : pida pidan dahulu
A: Di kuda mayah? (P5)
Berapa bayar? (4) Pelesapan nasal di antara dua kata
bida/ bin buin kapan
B: Di lima belas ribu.
bidaa daan pidan
(Sebesar) lima belas ribu (rupiah)
bkejep bin buin sebentar
(6) dari alveolar hambat bersuara /d/ menjadi labial
kejep kejep lagi
hambat bersuara /b/, dan benekaoh benen terus ke
g kauh arah
Contoh :
barat
Angg manten sandal, Dong. Nak bekil nika. (P7)
Pakai saja sandalnya, Nek. (Di sini) kotor. (5) Pelesapan kombinasi
(7) dari alveolar geser tak bersuara /s/ menjadi ana nyaa nyana nanti
glotal geser tak bersuara /h/. n
do dogn melulu/saja
Contoh : ngk kngkn bagaimana
Amun jang betn, ana sng jelas suaran. Nah, da gara tegarang coba
hee tingalina. (P6) timan ketimba daripada
ng
Jika ditaruh di bawah, tidak jelas suaranya. Nah,
f) Penyisipan vokal atau konsonan
jangan dah dilihat.
Proses penyisipan vokal atau konsonan merupa-kan
Tiang gah to madagang, ... (P2)
kebalikan dari proses pelesapan.
Waktu itu saya berjualan, ...
Contoh:
Inget jak arowah I Tuan ajae bareng-bareng
Secara sosio-pragmatik, ada hal menarik yang
medaar, sing juari. (P10)
terungkap dari salah satu data alternasi di atas,
Ingat sama almarhum I Tuan (bapak Haji) ... diajak
khususnya pada see - hee dan gas gah. Menurut
makan sama-sama, malu.
informan, jika /s/ diganti dengan /h/, rasa bahasa mereka akan
terasa lebih sopan. Dalam konteks Pegayaman,
Penyisipan konsonan dapat dilihat pada kata kerja
penggunaan hee dan gah dirasakan lebih nyaman dan
transitif kuskus [kUskUs] kukus dan kata kerja
sopan terutama jika lawan bicara adalah orang yang
intransitif mejaljal bertengkar. Kata dasar kedua kata
lebih tua atau orang yang dihormati.
ini adalah kukus dan jajal. Pada kuskus ada
e) Pelesapan suara konsonan
penyisipan /s/ pada suku pertama, dan demi-kian pula
(1) Pelesapan nasal pada awal kata, misalnya
pada jajal tetrjadi penyisipan /l/ pada suku kata yang
alu malu dulu
pertama. Kebetulan kedua kata ini dilafalkan oleh ibu-
ibu, yang ketika berbicara rela-tif pelan. Tampaknya
(2) Pelesapan nasal pada tengah kata
kecepatan pembicaraan semacam ini juga mempengaruhi
a an yang
terjadinya penyisipan kedua konsonan ini. Sebagai bahan
5 I Nyoman Adi Jaya Putra, Profil Bahasa Bali Masyarakat Tutur Muslim Pagayaman dan Implikasi...
bandingan, orang-orang asli Buleleng yang menggunakan Ketut Raji Jayadi, misalnya), pelafalan /p/ dan /f/ dapat
Bahasa Bali dialek Buleleng akan cenderung melafalkan dibedakan. Demikian pula halnya pada data yang
suku kata pada kata-kata dengan utuh. Hal ini dicontoh- bersumber dari anak-anak muda Pegayaman yang
kan oleh para penyiar RRI Pro 2 Budaya Singaraja berpendidikan, kedua fonem ini dapat dilafalkan
ketika mereka mengantarkan program-program ber- sebagaimana mestinya.
bahasa Bali. Seperti misalnya ento, suba, lakar, yang
jika dilafalkan oleh orang Bali menggunakan dialek lain h) Intonasi.
akan dilafalkan to, ba, kar/kal, dengan melesapkan suku Prosodi juga sangat penting dipahami jika orang non-
kata pertama dari kata-kata yang dimaksud. Jadi dalam Pegayaman tidak ingin gagal untuk memahami ujaran
hal BBrP, daerah geografi mereka juga barangkali bisa orang Pegayaman. Peneliti yang bukan orang asli
dijadikan acuan sebagai pemicu terjadinya penyisipan Buleleng, pada awal melakukan penelitian, relatif sulit
konsonan. Dalam hal ini Bahasa Bali dialek Buleleng memahami ujaran orang Pegayaman, lebih-lebih jika
mempe-ngaruhi pelafalan mereka, karena Pegayaman yang terlibat dalam pembicaraan adalah sama-sama
ber-ada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Buleleng. orang Pegayaman. Bukan hanya karena kosakata Bahasa
Dalam konteks dialek Buleleng ini, subjek Bali mereka (agak) ber-beda, tetapi juga karena
penelitian maupun para informan mengakuinya. Mereka intonasinya. Peneliti tinggal di lingkungan orang
sering bepergian ke luar desa, ke desa-desa tetangga Singaraja yang berbahasa Bali dialek Buleleng sudah
(Desa Padangbulia, Ambengan, Gitgit, Pegadungan, dan hampir dua puluh lima tahun hingga penelitian ini
Silangjana), baik untuk urusan pribadi maupun untuk dilakukan, namun menemukan kesulitan memahami
urusan bisnis (dagang). Supaya mudah berintegrasi dan pembicaraan Bahasa Bali orang Pegayaman yang juga
beradaptasi, mere-ka menggunakan dialek yang merupakan orang Buleleng. Intonasi BBrP mereka
digunakan masyara-kat yang dikunjungi. Secara cukup khas. Jika peneliti kebetulan bertemu orang di
sosiolinguistik dapat dikatakan bahwa mereka bersikap sekitar kota Singaraja, tanpa melihat wajahnya, sekarang
akomodatif. ini peneliti bisa menebak dengan mudah apakah orang
yang bersangkutan berasal dari Pegayaman atau bukan.
g) Pelafalan fonem /p/ dan /f/ Hal ini bisa diketahui dari logat (intonasi) bicaranya.
Fonem /f/ tidak dikenal dalam BBrP. Ini ter-bukti Jika dicermati, logat mereka sepintas seperti intonasi BB
dari pelafalan sejumlah kata pinjaman dari bahasa dialek Klungkung, yang cenderung agak menaik pada
Indonesia yang mengandung fonem /f/ yang dilakukan akhir setiap kalimat. Akan lebih kentara lagi ketika
oleh subjek penelitian yang relatif jarang keluar desa. mereka mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
Fonem labiodental geser tak bersuara /f/ pada maaf, Contoh intonasi salah seorang subjek penelitian
sifat, dan manfaat dilafalkan dengan fonem labial hambat yang terekam adalah seperti pada kalimat ini.
tak bersuara /p/ seperti: maapang, sipatn, dan manpaatn, (13) Jee ngalih perangko? (P6)
seperti pada kalimat Nunas maap mbok, nggih? 3
Mohon maaf mbak, ya?. Jadi pelafalan /p/ sebagai 2 2 2 2 2
ganti dari /f/, khususnya yang didapatkan dari golongan 1
tua yang pendidikan formalnya kurang, tidak bersifat Di mana mencari perangko?
acak. Data yang bersumber dari para orangtua yang
pendidikannya rendah ini menunjukkan bahwa hampir
semua kata yang mengandung fonem /f/ dilafalkan
dengan /p/, di mana pun distribusinya di dalam kata.
Akan tetapi, data yang diperoleh dari penglingsir yang
pendidikannya relatif tinggi (seperti almarhum Bapak
6 Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 42, Nomor 1, April 2009, hlm. 7 - 14
Apabila contoh (13) dianalisis dengan Speech ngemuludan merayakan Maulud Nabi
Analyser, maka akan terlihat seperti gambar berikut. ngemanis Muludan merayakan hari (sehari)
setelah Maulud Nabi.
Secara sosiopragmatik, melalui tindak tutur seperti
contoh (a) ini, penutur berusaha untuk inte-gratif dengan
masyarakat Hindu yang ada di sekitar Pegayaman.
Penutur, sebagai seorang tetua adat, berusaha
memberikan contoh kepada masyarakat Pegayaman dan
mengajak masyarakat Pegayaman untuk tetap
melestarikan penggunaan BB. Dengan BB, mereka
diharapkan dapat bergaul dengan mudah, meski mereka
mempunyai perbedaan agama dengan penduduk yang ada
di sekitar desa Pegayaman.
(b) Awalan me- yang diimbuhkan pada kata
kerja.
meicn, metolong
Bagi orang luar Pegayaman, intonasi kalimat (c) Awalan me- yang diimbuhkan pada kata
pertanyaan (13) ini akan sedikit berbeda. benda.
metutur, medoa
(14) Dija ngalih perangko? (d) Awalan ke- yang bermakna pasif
keringuanga, kesampang
2 2 2 2 2
1 1 2) Sisipan
Sisipan in- pada sinamian
Jadi, selain memahami sejumlah bentukan kata dari nyelengangi
BBrP yang khas, pemahaman aspek supraseg-mental
Bahasa Bali juga perlu diketahui. Yang tidak kalah penting 3) Akhiran
untuk diketahui adalah kebiasaan mereka dalam hal (a) Akhiran ang berfungsi membentuk kata kerja
berinteraksi verbal dengan orang luar, atau orang bukan transitif dengan makna melakukan sesuatu
Pegayaman. Kita tidak bisa berharap banyak untuk dapat sesuai arti yang ditunjukkan kata dasar.
mengetahui warna asli mereka dalam hal berbahasa Bali, nyampang, nyembayangang
apabila me-reka tahu bahwa lawan bicara mereka bukan (b) Akhiran ang yang berfungsi membentuk kata
orang Pegayaman. Untuk hal yang terakhir ini, mereka kerja transitif dengan makna menyata-kan
akan cenderung menyembunyikan logat atau aksen asli suruhan.
mereka. rencanaang, pegatang
(c) Akhiran ang yang bermakna memberi suruhan
Temuan pada Aspek Morfologi atau menunjukkan perpindahan sesuatu ke arah
tertentu.
Temuan pada aspek morfologi dari BBrP, se-cara
kajanangang, maluanang
garis besar mencakup afiksasi (awalan, sisi-pan, akhiran,
(d) Akhiran n yang berfungsi sebagai kata ganti
dan konfiks).
benda atau kata ganti orang ketiga.
1) Awalan:
bapan, manpaatn
(a) Awalan nge- yang bermakna merayakan
7 I Nyoman Adi Jaya Putra, Profil Bahasa Bali Masyarakat Tutur Muslim Pagayaman dan Implikasi...
(e) Akhiran yang dibubuhkan pada kata benda beragama lain. Dari ben-tukan ini kemudian ada istilah
punya makna seperti artikel the atau definite untuk menyebut Nyama Bali saudara Bali yang
article dalam bahasa Inggris. beragama Hindu. Melalui beberapa contoh ini, dapat
luh, Maulid disimpulkan bahwa masyarakat tutur Pegayaman yang
(f) Akhiran a (dilafalkan //) yang dikenakan diteliti bersikap adaptif, karena mereka menyadari
pada kata kerja berfungsi untuk mengubah kata bahwa mereka tergolong minoritas dalam hal jumlah
kerja dasar menjadi bentuk pasif. pen-duduk jika dibandingkan dengan pemeluk Hindu di
basanga, perintaha daerah sekitarnya. Adaptivitas ini ditunjukkan dengan
(g) Akhiran lah yang diimbuhkan pada kata ganti mengadaptasi istilah-istilah non-Bali menjadi kede-
penunjuk atau deiksis bermakna memberikan ngaran seperti istilah Bali. Jika di Bali ada istilah
penekanan pada kata ganti yang diimbuhi. ngegalung merayakan Galungan, mereka mencip-
nikalah takan istilah ngemuludan merayakan Maulud, dan ada
(h) Akhiran kah juga memiliki fungsi yang sama lagi bentukan-bentukan morfologis lainnya. Sekali lagi
dengan lah; memberikan penekanan stressing cara yang mereka tempuh adalah untuk tujuan integratif
pada kata yang diimbuhinya. dengan masyarakat Bali yang ada di sekitar mereka.
napikah Temuan-temuan yang menyangkut aspek mikro BB
4) Konfiks berimplikasi terhadap pengajaran BB sebagai muatan
keliunan, kemakhan lokal di Pegayaman, khususnya. Misalnya, dalam BBrP
terdapat kata tertentu yang telah me-ngalami suatu proses
morfologis, seperti ngemuludan taluh merayakan
Maulud dengan sarana telur, ngemuludan bas
Pembahasan merayakan Maulud dengan sarana sirih, dan ngunya
silaturahmi ke kerabat dekat se-telah upacara
Pada aspek fonologi, ada banyak hal yang telah perkawinan. Dalam contoh-contoh ini diketahui adanya
dianalisis dan dicontohkan. Tiga di antaranya adalah semacam fusi atau blending antara dua bahasa dan dua
tentang pelesapan suara nasal, pembalian pelafalan kata- kebudayaan, Bali dan Indonesia. Digunakannya kata
kata BI, dan penggunaan intonasi yang cenderung katiang akan (se-bagai bentukan kata tanya) untuk
meninggi. Semuanya ini dapat di-katakan sebagai ciri memulai suatu kalimat tanya, adalah contoh lainnya
khas masyarakat tutur Muslim Pegayaman, dan secara dalam aspek morfologi. Terkait dengan kedua contoh ini,
sosiopragmatik merupakan kajian yang menarik. Hasil guru-guru yang mengajarkan BB di sekolah-sekolah
analisis aspek fonologi ini mengindikasikan bahwa para Desa Pegayaman harus maklum bahwa di dalam realitas
subjek penelitian tampak ingin menunjukkan identitas keseharian, ada orang yang menggunakan bentukan
diri dan atau kelompok mereka melalui cara mereka kosakata seperti yang dicontohkan ini. Dalam
berbahasa (dengan menggunakan Bahasa Bali pembelajaran, prinsip fleksibilitas mesti di-utamakan.
khususnya). Dalam pengertian ini, kearifan lokal tetap diapresiasi
Sama dengan aspek fonologi, pada aspek mor-fologi dengan tidak mengesampingkan kaidah-kaidah
juga ditemukan sejumlah hal menarik yang dapat kebahasaan yang telah terkodifikasi dan telah disepakati
dianalisis terkait penggunaannya language use. Salah secara umum di antara praktisi dan pengambil kebijakan
satunya adalah penggabungan awalan nge- dengan kata- menyangkut pengajaran BB sebagai muatan lokal di
kata dasar yang bertalian dengan kegiatan peribadatan Bali.
seperti maulud, sebagaimana halnya dengan yang telah
dicontohkan di atas. Contoh lainnya adalah bentukan
PENUTUP
menyama bersaudara untuk mengacu saudara yang
8 Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 42, Nomor 1, April 2009, hlm. 7 - 14
Para pengajar BB di Desa Pegayaman dituntut bahasa adalah adaptif, luwes, dan berkembang. Jika BB
kritis dan terbuka menyikapi fenomena kebahasaan tidak ingin ditinggalkan pemakainya, se-mestinya
seperti yang telah dipaparkan di atas. Di dalam fenomena kebahasaan (BB) seperti yang ada di
pengajaran BB, sebaiknya fenomena kebahasaan masyarakat tutur nonBali perlu mendapatkan perhatian
semacam ini dapat diakomodasi, mengingat hakikat dari yang serius.

DAFTAR RUJUKAN
_____ 2001. Panduan Kongres ke V Bahasa Bali yang (Disertasi). Melbourne; La Trobe University,
diadakan di Denpasar Bali pada tanggal 13-16 Bundoora, Victoria 3083.
November 2001. Sudaryanto. 1986. Metode Linguistik, Bagian Per-tama ke
Holmes, Janet. 1997. An Introduction to Socio-linguistics. Arah Memahami Metode Linguistik. Yogyakarta:
Addison Wesley Longman Inc., New York: Gajah Mada University Press.
Longman Group UK Limited. Sumarsono. 1990. Pemertahanan Bahasa Melayu Looan di
Hymes, Dell. 1972. Models of Interaction of language and Bali (Disertasi). Jakarta: Proyek Penelitian dan
social life. Dalam J.J. Gumperz and Hymes (eds) 35 Pembinaan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah
71. Jakarta.
Jendra, I Wayan. 1991. Dasar-Dasar Sosiolinguistik. Suparwa, Nyoman. 2007. Warisan Bahasa Melayu Loloan
Denpasar: Penerbit IKAYANA. Bali sebagai Bahasa Ibu.Makalah yang
Jendra, I Wayan. 2002. Seni Mabebasan Sebagai Sumber disampaikan pada Seminar Nasional Bahasa Ibu di
Inspirasi Seni Budaya Bali dan Pemakaian Program Pascasarjana Univer-sitas Udayana
Bahasanya. Denpasar: Penerbit dan Percetakan Denpasar: Program Pascasarjana UNUD.
Deva. Sutjaja, I Gusti Made. 2003. Kamus Sinonim Bahasa Bali.
Kersten, J. S.V.D. 1980. Bahasa Bali: Tata Bahasa, Kamus Denpasar.
Bahasa Lumrah. Singaraja: Nusa Indah. Suwardika, Ida Bagus. 1987. Sejarah Pemukiman
Mbete, Aron Meko . 2007. Bahasa Ibu Peta Awal Maryarakat Muslim di Desa Pegayaman. Skripsi/ Tugas
Problematika Fungsi, Kondisi, dan Ancangan Akhir. Singaraja: Program Studi Sejarah/ Antropologi,
Revitalisasinya. Makalah yang disampaikan pada Jurusan IPS, FKIP UNUD Singa-raja.
Seminar Nasional Bahasa Ibu di Program Suwito. 1983. Pengantar Awal Sosiolinguistik: Teori dan
Pascasarjana Universitas Udayana. Denpasar: Problema. Sala: Henary Offset
Program Pascasarjana UNUD. Tinggen, I Nengah. 1986. Sor Singgih Basa Bali. Singaraja:
Milroy, Lesley. 1980. Language and Social Networks. Rikha Dewata.
Oxford: Basil Blackwell. Tinggen, I Nengah. 2005. Kamus Bali Modern. Singaraja:
Putra, I Nyoman Adi Jaya. 2006. Pilihan Kode dalam Rikha Dewata.
Komunikasi Verbal oleh Masyarakat Tutur Muslim Tondo, Fanny Henry. 2007. Revitalisasi Bahasa Ibu:
Pegayaman: Suatu Kajian Sosioli-nguistik. Urgensi dan Tantangan ke Depan. Makalah yang
Penelitian yang tidak dipublikasikan. Singaraja: disampaikan pada Seminar Nasional Bahasa Ibu di
IKIP Negeri Singaraja. Program Pascasarjana Univer-sitas Udayana.
Samarin, William J. 1988. Ilmu Bahasa Lapangan. Wahab, Abdul. 2002. Kealpaan Terhadap Penghor-matan
Yogyakarta: Penerbit Kanisius. dan Pemeliharaan Bahasa Daerah Se-bagai
Schane, Sanford A. 1973. Generative Phonology. Pengemban Kebudayaan Nasional (pada Buku
Englewoods Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall Inc. Panduan Kongres Linguistik Nasional X 2002 di
Suastra, I Made. 1998. Speech Levels and Social Change: A Denpasar Bali).
Sociolinguistic Study in the Urban Balinese Setting. Wahab, Abdul. 2003. Penelitian Etnografi. Makalah
disajikan pada Pelatihan Tutor tentang Penelitian
9 I Nyoman Adi Jaya Putra, Profil Bahasa Bali Masyarakat Tutur Muslim Pagayaman dan Implikasi...
Etnografi di IKIP Negeri Singaraja tanggal 26 28
Mei 2003.

Anda mungkin juga menyukai