Case Report Acs
Case Report Acs
Disusun oleh:
Pendamping:
MAJALENGKA
2017
0
1
BAB I
STATUS PASIEN
Nama : Tn. J
Umur : 70 tahun
Alamat : Kadipaten
Agama : Islam
1.2 ANAMNESIS
Anamesa khusus:
Os datang ke IGD RSUD Cideres dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri
seperti tertusuk-tusuk sejak 4 jam smrs. Nyeri dada muncul secara mendadak dan terus
menerus. Nyeri dada dirasakan semakin memberat. Nyeri dada menjalar ke leher, lalu
ke pundak kiri dan ke lengan kiri. Os juga mengeluh sesak dan keringat dingin saat
Tiga hari sebelumnya os juga merasakan hal yang sama, namun membaik
Riwayat penyakit darah tinggi (+) diketahui sejak 5 tahun terakhir, namun os
tidak minum obat secara teratur. Tidak ada riwayat penyakit kencing manis, asma,
penyakit jantung lainnya dan penyakit ginjal. Os memiliki kebiasaan merokok sejak
Status Generalis
Suhu : 36,8C
SpO2 : 95%
Pemeriksaan Organ
Kepala
Normocephal, simetris, warna rambut hitam, rambut mudah rontok (-), deformitas (-)
Mata
3
Hidung
Telinga
Mulut
Sianosis (-), Pembesaran tonsil (-), faring hiperemis (-), gusi berdarah (-)
Leher
Thorax
Pulmo
Cor
Perkusi : batas atas ICS II, batas kanan LPS dextra, batas kiri LMC sinistra
Abdomen
Inspeksi : datar, retraksi (-), spider nevi (-), caput medusa (-)
Palpasi : lembut, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesa
Ekstemitas
Laboratorium
Darah rutin:
Hb : 14,4 g/dL
Leukosit : 9.500/mm3
Trombosit : 224.000/mm3
Darah Kimia:
GDS : 113
Kreatinin : 0.9
SGPT : 28
5
EKG:
1.6 PENATALAKSANAAN
IVFD RL 20 tpm
ISDN 3 x 5 mg PO
Clopidogrel 1 x 300 mg PO
Aspilet 1 x 160 mg PO
1.7 PROGNOSIS
BAB II
AKUT
Sindrom koroner akut adalah suatu sindrom terkait iskemia akut mulai dari
unstable angina sampai infark miokardium dengan atau tanpa elevasi segmen ST akibat
Infark Miokard Akut (IMA) adalah nekrosis miokard akibat gangguan aliran darah
ke otot jantung disebabkan oleh oklusi koroner akut disertai iskemia berkepanjangan
sehingga terjadi kematian sel miokardium dan memicu terjadinya trombus arteri
koroner (ruptur plak), keadaan ini dipermudah dengan adanya faktor-faktor seperti
fisik.
utama karena menyebabkan angka perawatan rumah sakit dan angka kematian yang
tinggi. SKA masih tetap merupakan masalah kesehatan publik yang bermakna di
Amerika Serikat, 1,36 juta penyebab rawat inap adalah kasus SKA, 0,81 juta di
Faktor-faktor yang menyebabkan infark miokard akut adalah suplai darah oksigen
miokard, hipertrofi miokard, hipertensi diastolik). Penyebab yang paling sering adalah
tersebut terjadi karena ruptur plak yang menginduksi terjadinya agregasi trombosit,
pembentukan trombus, dan spasme koroner. Penyebab infark miokard yang jarang
koroner yang berat (misal setelah menggunakan kokain), peningkatan viskositas darah
(EKG), dan pemeriksaan marka jantung, Sindrom Koroner Akut dibagi menjadi:
myocardial infarction).
kejadian oklusi total pembuluh darah arteri koroner. Keadaan ini memerlukan
ditegakkan jika terdapat keluhan angina pektoris akut disertai elevasi segmen
ditegakkan jika terdapat keluhan angina pektoris akut tanpa elevasi segmen ST
Angina pectoris tidak stabil terjadi karena terdapat thrombus non-oklusi. Gejala
klinis yang dapat dialami berupa nyeri dada khas lebih dari 20 menit, namun
gambaran EKG tidak khas dan pemeriksaan enzim jantung dalam keadaan
normal.
10
2.5 Patogenesis
patofi siologi iskemia miokardium. Iskemia miokardium terjadi bila kebutuhan oksigen
lebih besar daripada suplai oksigen ke miokardium. Oklusi akut karena adanya trombus
lain, pada pasien dengan plak intrakoroner yang bersifat stabil, peningkatan frekuensi
ke miokardium.
awal yang terjadi. Daerah subendokardial merupakan daerah pertama yang terkena,
karena berada paling jauh dari aliran darah. Jika iskemia makin parah, akan terjadi
kerusakan sel miokardium. Infark miokardium adalah nekrosis atau kematian sel
Pada saat ini, proses terjadinya plak aterosklerotik dipahami bukan proses
sederhana karena penumpukan kolesterol saja, tetapi telah diketahui bahwa disfungsi
endotel dan proses inflamasi juga berperan penting. Proses pembentukan plak dimulai
dengan adanya disfungsi endotel karena faktor-faktor tertentu. Pada tingkat seluler,
plak terbentuk karena adanya sinyal-sinyal yang menyebabkan sel darah, seperti
pembentukan plak di tunika intima arteri besar dan arteri sedang. Proses ini
Proses aterosklerosis ini terjadi melalui empat tahap, yaitu: kerusakan endotel,
molekul adhesif antarsel, dan molekul adhesif sel pembuluh darah, seperti
dengan cara berikatan dengan molekul adhesif endotel. Jika sudah berada pada
arteri, berubah menjadi sel foam dan selanjutnya membentuk fatty streaks.
IL-6, CD40, dan c-reactive protein) yang makin mengaktifkan proses ini dengan
merekrut lebih banyak makrofag, sel T, dan sel otot polos pembuluh darah (yang
otot polos pembuluh darah bermigrasi dari tunika media menuju tunika intima,
dengan cara membungkus inti lipid dari aliran pembuluh darah. Makrofag juga
lebih banyak migrasi LDL menuju tunika intima, yang selanjutnya mengalami
darah pada tunika intima, yang membentuk kapsul fibrosis, merupakan subjek
apoptosis. Jika kapsul fibrosis menipis, ruptur plak mudah terjadi, menyebabkan
14
paparan aliran darah terhadap zat-zat trombogenik pada plak. Hal ini
membatasi pertumbuhan plak dan mendukung stabilitas plak. Sitokin seperti IL-
4 dan TGF- bekerja mengurangi proses inflamasi yang terjadi pada plak. Hal
Keseimbangan ini bisa bergeser ke salah satu arah. Jika bergeser ke arah
pertumbuhan plak, maka plak semakin besar menutupi lumen pembuluh darah
stabil. Gejala muncul bila stenosis lumen mencapai 70-80%. Mayoritas kasus
SKA terjadi karena ruptur plak aterosklerotik. Plak yang ruptur ini kebanyakan
menunjukkan bahwa inti lipid yang besar, kapsul fibrosa yang tipis, dan inflamasi
dalam plak merupakan predisposisi untuk terjadinya ruptur. Setelah terjadi ruptur
plak maupun erosi endotel, matriks subendotelial akan terpapar darah yang ada
di sirkulasi. Hal ini menyebabkan adhesi trombosit yang diikuti aktivasi dan
hemostasis primer yang dimediasi trombosit. Ada dua macam trombus yang
yang kaya fibrin. Terbentuk karena aktivasi kaskade koagulasi dan penurunan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen jantung. Angina stabil
ditandai dengan adanya plak ateroskerosis dengan stenosis permanen. Gejala klinis
muncul apabila kebutuhan oksigen melebihi suplai oksigen ke jantung (latihan, stres).
Jika terjadi dalam jangka waktu lama, biasanya didapatkan aliran darah kolateral yang
Trombus biasanya bersifat labil dengan oklusi tidak menetap. Pada angina tak
stabil, miokardium mengalami stres tetapi bisa membaik kembali. NSTEMI terjadi bila
terjadi bila disrupsi plak dan trombosis menyebabkan oklusi total sehingga terjadi
takikardia, dapat menjadi pencetus terjadinya SKA pada pasien yang telah mempunyai
plak aterosklerosis.
fisik, elektrokardiogram, tes marka jantung, dan foto polos dada, diagnosis awal pasien
dengan keluhan nyeri dada dapat dikelompokkan sebagai berikut: non kardiak, Angina
A. Anamnesis
Keluhan pasien dengan iskemia miokard dapat berupa nyeri dada yang tipikal
(angina tipikal) atau atipikal (angina ekuivalen). Keluhan angina tipikal berupa rasa
tertekan, diremas-remas atau ditindih benda berat di daerah substernal, retrosternal atau
prekordial, menjalar ke lengan kiri, leher, rahang, area interskapular, bahu, atau
epigastrium. Keluhan ini dapat berlangsung intermiten (beberapa menit) atau persisten
(lebih dari 20 menit). Keluhan angina tipikal sering disertai keluhan penyerta seperti
Presentasi angina atipikal yang sering dijumpai antara lain nyeri di daerah
penjalaran angina tipikal, rasa gangguan pencernaan (indigestion), sesak napas yang
tidak dapat diterangkan, atau rasa lemah mendadak yang sulit diuraikan. Keluhan
18
atipikal ini lebih sering dijumpai pada pasien usia muda (25-40 tahun) atau usia lanjut
(lebih dari 75 tahun), wanita, penderita diabetes, gagal ginjal menahun, atau demensia.
Walaupun keluhan angina atipikal dapat muncul saat istirahat, keluhan ini patut
dicurigai sebagai angina ekuivalen jika berhubungan dengan aktivitas, terutama pada
pasien dengan riwayat penyakit jantung koroner (PJK). Hilangnya keluhan angina
Diagnosis SKA menjadi lebih kuat jika keluhan tersebut ditemukan pada
1. Pria
perifer / karotis)
mellitus, riwayat PJK dini dalam keluarga, yang diklasifikasi atas risiko
Education Program)
B. Pemeriksaan Fisik
Regurgitasi katup mitral akut, suara jantung tiga (S3), ronkhi basah halus dan hipotensi
tanda-tanda regurgitasi katup mitral akut, hipotensi, diaphoresis, ronkhi basah halus
atau edema paru meningkatkan kecurigaan terhadap SKA. Pericardial friction rub
karena perikarditis, kekuatan nadi tidak seimbang dan regurgitasi katup aorta akibat
diseksi aorta, pneumotoraks, nyeri pleuritik disertai suara napas yang tidak seimbang
C. Elektrokardiogram
Semua pasien dengan keluhan nyeri dada atau keluhan lain yang mengarah
sesampainya di ruang gawat darurat. Sebagai tambahan, sadapan V3R dan V4R, serta
V7-V9 sebaiknya direkam pada semua pasien dengan perubahan EKG yang mengarah
kepada iskemia dinding inferior. Sedapat mungkin, rekaman EKG dibuat dalam 10
menit sejak kedatangan pasien di ruang gawat darurat. Pemeriksaan EKG sebaiknya
Gambaran EKG yang dijumpai pada pasien dengan keluhan angina cukup
bervariasi, yaitu: normal, nondiagnostik, LBBB (Left Bundle Branch Block) baru/
persangkaan baru, elevasi segmen ST yang persisten (20 menit) maupun tidak
kandidat terapi reperfusi. Oleh karena itu pasien dengan EKG yang diagnostik untuk
20
STEMI dapat segera mendapat terapi reperfusi sebelum hasil pemeriksaan marka
jantung tersedia.
Persangkaan adanya infark miokard menjadi kuat jika gambaran EKG pasien
pada sadapan dengan kompleks QRS positif dan depresi segmen ST 1 mm di V1-V3.
mempunyai spesifisitas tinggi dan sensitivitas rendah untuk diagnosis iskemik akut.
Perubahan segmen ST yang diskordan pada sadapan dengan kompleks QRS negatif
Adanya keluhan angina akut dan pemeriksaan EKG tidak ditemukan elevasi
segmen ST yang persisten, diagnosisnya adalah infark miokard dengan non elevasi
segmen ST (NSTEMI) atau Angina Pektoris tidak stabil (APTS/ UAP). Depresi
segmen ST yang diagnostik untuk iskemia adalah sebesar 0,05 mV di sadapan V1-
V3 dan 0,1 mV di sadapan lainnya. Bersamaan dengan depresi segmen ST, dapat
dijumpai juga elevasi segmen ST yang tidak persisten (<20menit), dan dapat terdeteksi
miosit jantung dan menjadi marka untuk diagnosis infark miokard. Troponin I/T
sebagai marka nekrosis jantung mempunyai sensitivitas dan spesifisitas lebih tinggi
dari CK-MB. Peningkatan marka jantung hanya menunjukkan adanya nekrosis miosit,
21
namun tidak dapat dipakai untuk menentukan penyebab nekrosis miosit tersebut
(penyebab koroner/nonkoroner).
Troponin I/T juga dapat meningkat oleh sebab kelainan kardiak nonkoroner
I/T adalah sepsis, luka bakar, gagal napas, penyakit neurologik akut, emboli paru,
hipertensi pulmoner, kemoterapi, dan insufisiensi ginjal. Pada dasarnya troponin T dan
kecuali pada keadaan disfungsi ginjal. Pada keadaan ini, troponin I mempunyai
Pemeriksaan troponin I/T adalah standard baku emas dalam diagnosis SKA,
di mana peningkatan kadar marka jantung tersebut akan terjadi dalam waktu 2 hingga
22
4 jam. Tes yang negatif pada satu kali pemeriksaan awal tidak dapat dipakai untuk
menyingkirkan diagnosis infark miokard akut. Kadar troponin pada pasien infark
miokard akut meningkat di dalam darah perifer 3 4 jam setelah awitan infark dan
dalam 2 hingga 3 hari, namun bila terjadi nekrosis luas, peningkatan ini dapat menetap
hingga 2 minggu.
digunakan. CKMB akan meningkat dalam waktu 4 hingga 6 jam, mencapai puncaknya
saat 12 jam, dan menetap sampai 2 hari. Kadar CK-MB yang meningkat dapat dijumpai
pada seseorang dengan kerusakan otot skeletal (menyebabkan spesifisitas lebih rendah)
dengan waktu paruh yang singkat (48 jam). Mengingat waktu paruh yang singkat, CK-
MB lebih terpilih untuk mendiagnosis ekstensi infark (infark berulang) maupun infark
periprosedural.
normal perlu menjalani observasi di ruang gawat-darurat. Definitif SKA dan angina
tipikal dengan gambaran EKG yang nondiagnostik sebaiknya dirawat di rumah sakit
ruang gawat darurat adalah tes darah rutin, gula darah sewaktu, status elektrolit,
koagulasi darah, tes fungsi ginjal, dan panel lipid. Pemeriksaan laboratorium tidak
2.7 Penatalaksanaan
diagnosis kerja yang akan menjadi dasar strategi penanganan selanjutnya. Yang
dimaksud dengan terapi awal adalah terapi yang diberikan pada pasien dengan
diagnosis kerja Kemungkinan SKA atau SKA atas dasar keluhan angina di ruang gawat
darurat, sebelum ada hasil pemeriksaan EKG dan/atau marka jantung. Terapi awal yang
dimaksud adalah Morfin, Oksigen, Nitrat, Aspirin (disingkat MONA), yang tidak harus
1. Tirah baring
2. Suplemen oksigen harus diberikan segera bagi mereka dengan saturasi O2 arteri
3. Suplemen oksigen dapat diberikan pada semua pasien SKA dalam 6 jam pertama,
4. Aspirin 160-320 mg diberikan segera pada semua pasien yang tidak diketahui
a. Dosis awal ticagrelor yang dianjurkan adalah 180 mg dilanjutkan dengan dosis
atau
24
6. Nitrogliserin (NTG) spray/tablet sublingual bagi pasien dengan nyeri dada yang
masih berlangsung saat tiba di ruang gawat darurat. Jika nyeri dada tidak hilang
dengan satu kali pemberian, dapat diulang setiap lima menit sampai maksimal tiga
kali. Nitrogliserin intravena diberikan pada pasien yang tidak responsif dengan
terapi tiga dosis NTG sublingual. Dalam keadaan tidak tersedia NTG, isosorbid
7. Morfin sulfat 1-5 mg intravena, dapat diulang setiap 10-30 menit, bagi pasien yang
untuk semua pasien dengan gejala yang timbul dalam 12 jam dengan elevasi segmen
ST yang menetap atau Left Bundle Branch Block (LBBB) yang (terduga) baru. Dalam
menentukan terapi reperfusi, tahap pertama adalah menentukan ada tidaknya rumah
sakit sekitar yang memiliki fasilitas IKP. Bila tidak ada, langsung pilih terapi
fibrinolitik. Bila ada, pastikan waktu tempuh dari tempat kejadian (baik rumah sakit
atau klinik) ke rumah sakit tersebut apakah kurang atau lebih dari (2 jam). Jika
membutuhkan waktu lebih dari 2 jam, reperfusi pilihan adalah fibrinolitik. Setelah
fibrinolitik selesai diberikan, jika memungkinkan pasien dapat dikirim ke pusat dengan
fasilitas IKP.
25
Waktu dari kontak medis pertama hingga perekaman EKG pertama 10 menit.
awitan kurang dari 120 menit atau langsung dibawa ke rumah sakit yang
antiplatelet ganda (DAPT) berupa aspirin dan penghambat reseptor ADP sesegera
tempattempat yang tidak dapat melakukan IKP pada pasien STEMI dalam waktu yang
gejala pada pasien-pasien tanpa indikasi kontra apabila IKP primer tidak bisa dilakukan
oleh tim yang berpengalaman dalam 120 menit sejak kontak medis pertama. Pada
pasien-pasien yang datang segera (<2 jam sejak awitan gejala) dengan infark yang
besar dan risiko perdarahan rendah, fibrinolisis perlu dipertimbangkan bila waktu
antara kontak medis pertama dengan inflasi balon lebih dari 90 menit.
2.8 Komplikasi
A. Gangguan hemodinamik
26
Gagal jantung
Hipotensi
Kongesti paru
Syok kardiogenik
Aritmia supraventricular
Aritmia ventricular
B. Gangguan kardiak
Rupture jantung
Perikarditis
27
DAFTAR PUSTAKA
3. Alwi I. Infark miokard akut dengan elevasi ST. Ilmu Penyakit Dalam FK
Universitas Indonesia. 2011; 1615