Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut data yang didapat dari Bank Dunia (The World Bank), mengenai jumlah
penduduk di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Tercatat pada tahun 1960
jumlah penduduk di Indonesia mencapai angka 88,6927 juta, dan tercatat juga pada tahun
2012 jumlah penduduk di Indonesia mencapai 246,8642 juta penduduk. Terdapat
sebanyak 36 % kenaikan yang terjadi, dan sebagian besar peningkatan jumlah penduduk
terdapat di tanah jawa.

Berbagai macam program yang telah dijalankan oleh pemerintahan Indonesia,


diantaranya adalah program KB (Keluarga Berencana). Tapi, untuk mengatasi
permasalahan pendudukan di Indonesia bukan hanya dengan menggunakan program KB,
yang hanya bisa menekan jumlah penduduk dan pertumbuhan.

Melonjaknya tingkat kependudukan di Indonesia bukan disebabkan hanya pada


jumlah penduduk dan pertumbuhannya saja. Tapi banyak juga dari berbagai faktor,
diantaranya adalah faktor persebaran dan kepadatan, tingkat kesehatan, tingkat
pendidikan, dan tingkat pendapatan.

Banyak para ahli berpendapat bahwa, akibat dari tidak meratanya penyebaran
penduduk, kesehatan, pendidikan, dan pendapatan yang akan menyebabkan melonjaknya
jumlah penduduk. Faktor budaya juga termasuk dalam penyebab melonjaknya tingkat
penduduk di Indonesia. Masih banyaknya masyarakat yang berfikiran bahwa banyak
anak, banyak rezeki. Pada kenyataannya, semakin banyak keluarga maka akan
meningkatkan kebutuhan akan hidup yang layak. Sehingga, tingkat kemiskinan di
Indonesia akan terus melonjak dari tahun ke tahun.

Untuk mengatasi segala penyebabnya, pemerintah sudah melakukan program-


program yang telah dibuat. Namun pengimplementasian yang kurang baik, menyebabkan
program-program tersebut tidak berjalan sesuai dengan harapan. Guna menekan adanya
masalah masalah kependudukan dapat dilakukan upaya preventif dan promotif. Upaya
promotif yang dapat dilakukan antara lain melalui nutrisi adekuat, kebersihan diri, dan
lingkungan. Upaya preventif antara lain meningkatkan fasilitas pengobatan melalui
fasilitas seperti Puskesmas. Dalam hal ini, perawat komunitas dituntut untuk memahami
konsep dasar demografi dan dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan komunitas di
masyarakat.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi demografi?
2. Apa saja klasifikasi dari demografi?
3. Bagaimana teori kependudukan menurut para ahli?
4. Apa saja komponen demografi?
5. Bagaimana struktur penduduk?
6. Bagaimana bentuk persebaran penduduk?
7. Apa yang dimaksud statistik vital?
8. Bagaimana bentuk ukuran dasar demografi?

1.3 Tujuan
1. Untuk memahami yang dimaksud dengan definisi dari demografi
2. Untuk memahami klasifikasi dari demografi.
3. Untuk memahami yang dimaksud teori kependudukan menurut para ahli.
4. Untuk memahami yang dimaksud komponen demografi.
5. Untuk memahami yang dimaksud struktur penduduk.
6. Untuk memahami yang dimaksud bentuk persebaran penduduk.
7. Untuk memahami yang dimaksud statistik vital.
8. Untuk memahami yang dimaksud dengan ukuran dasar demografi.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Mahasiswa dapat mempelajari kuantitas dan distribusi penduduk dalam suatu daerah
tertentu.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan pertumbuhan penduduk pada masa lampau,
kecenderungannya, dan persebarannya dengan sebaik-baiknya dan dengan data yang
tersedia.
3. Mahasiswa dapat mengembangkan hubungan sebab akibat antara perkembangan
penduduk dengan bermacam-macam aspek organisasi sosial, ekonomi, budaya,
lingkungan dan lain-lain.
4. Mahasiswa dapat memperkirakan pertumbuhan penduduk (proyeksi penduduk) pada
masa yang akan datang dan kemungkinan-kemungkinan konsekuensinya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Demografi
2.1.1. Defisini Demografi
Kata demografi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari kata demos, yang artinya
rakyat/penduduk dan grafein, yang artinya menulis. Ilmu yang mempelajari tentang
masalah kependudukan adalah Demografi, istilah Demografi pertama sekali ditemukan
oleh Achille Guillard. Menurut Achille Guillard (1885), Demografi adalah tulisan-tulisan
atau karangan-karangan mengenai rakyat atau penduduk. Demografi menurut beberapa
para ahli, antara lain:
John Graunt adalah seorang pedagang di London yang menganalisis data kelahiran dan
kematian, migrasi dan perkawinan yang berkaitan dalam proses pertumbuhan penduduk.
Sehinnga John Graunt dianggap sebagai bapak Demografi.
Barcley (1981) lebih menekankan pada kajian tentang perilaku penduduk secara
keseluruhan bukan pada perorangan dengan fokus kajian pada statistika dan matematika
(Pure Demografi).
Houser and Duncan, lebih menitikberatkan pada dampak yang ditimbulkan oleh
perubahan-perubahan penduduk (akses dari persebaran dan komposisi).
Demografi adalah ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematik tentang
besar, komposisi dan distribusi penduduk dan perubahan-perubahannya sepanjang
masa melalui bekerjanya lima komponen demografi yaitu kelahiran (fertilitas),
kematian (mortalitas), perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial. (Donald J. Bogue,1973)

2.1.2. Klasifikasi Demografi


Ilmu demografi terbagi menjadi dua, antara lain : demografi murni (pure demography)
dan Studi atau analisis kependudukan. Demografi murni (pure demography) adalah
demografi formal yang menghasilkan teknik-teknik untuk menghitung indikator-indikator
demografi. Studi atau analisis kependudukan adalah studi mengenai hubungan antara
faktor-faktor perubahan penduduk dan faktor- faktor pembangunan. Manfaat analisis
demografi antara lain adalah:
a. Untuk mempelajari kuantitas dan distribusi penduduk dalam suatu daerah
tertentu.

3
b. Untuk menjelaskan pertumbuhan penduduk pada masa lampau,
kecenderungannya, dan persebarannya dengan sebaik-baiknya dan dengan data
yang tersedia.
c. Untuk mengembangkan hubungan sebab akibat antara perkembangan penduduk
dengan bermacam-macam aspek organisasi sosial, ekonomi, budaya, lingkungan
dan lain-lain.
d. Untuk memperkirakan pertumbuhan penduduk (proyeksi penduduk) pada masa
yang akan datang dan kemungkinan-kemungkinan konsekuensinya.

4
2.2 Teori Kependudukan
2.2.1 Teori Kependudukan Menurut Para Ahli
Teori Kependudukan adalah formulasi dari pengalaman nyata dalam kehidupan, dengan
menghubungkan dua variabel atau lebih. Selalu dikaji atau dicek kebenarannya dan Teori
kependudukan dibagi menjadi tiga teori, yaitu : teori sosial, teori natural dan teori transisi
demografi.

1) Teori Sosial
Teori sosial penduduk, menjelaskan pertumbuhan penduduk atas dasar faktor-faktor sosial.
a. Robert Malthus (pesimistis) An Essay on Population
Salah satu argumentasi Robert Malthus yang paling penting, adalah bahwa dorongan
alamiah manusia untuk berkembang biak selalu dan akan selalu ada, dan dengan kecepatan
yang mengikuti deret ukur sehingga jumlah manusia akan menjadi dua kali lipat dalam
waktu yang cukup pendek (sekitar 25 tahun).
Kecepatan berkembang biak manusia ini jauh lebih cepat dibandingkan kecepatan
kenaikan bahan makanan yang dapat diproduksi dari tanah yang tersedia (yang
berkembang mengikuti deret hitung) dan pada gilirannya akan mengakibatkan
kesengsaraan dan kelaparan. Pertumbuhan penduduk yang cepat dengan sumber-sumber
yang terbatas akan menyebabkan berlakunya hukum hasil yang menurun (the law of
diminishing return) di sektor pertanian dan akhirnya terjadi keadaan stagnan.
Menurut Malthus, ada beberapa hal yang bisa menjadi penghambat laju pertumbuhan
penduduk. Ia membedakan antara kejadian yang berada di luar kekuasaan manusia
(positive checks) dan hal yang bisa diusahakan oleh manusia sendiri (preventive checks).
1. Positive checks: bencana alam, kelaparan, penyakit menular, perang, dan pembunuhan.
2. Preventive checks: menunda perkawinan dan selibat permanen.
Dengan munculnya tulisan Malthus, Essay on the Principle of Population pada akhir
abad ke-18, masalah penduduk mempunyai angin baru dalam literatur-literatur ekonomi,
Banyak ahli ekonomi pembangunan mendasari teori-teorinya pada variabel-variabel
penduduk, seperti menyatukan teori-teori ekonomi dengan penentuan pemilihan besarnya
fertilitas.
Adapun kelemahan dari teori ini adalah:
1. Tidak memperhitungkan kemajuan transportasi.
2. Tidak memperhitungkan kemajuan bidang teknologi (terutama pertanian).
3. Tidak memperhitungkan usaha pembatasan kelahiran.

5
b. Arsene Dumont (kapilaritas sosial)
Mengemukakan tentang teori kapilaritas sosial. Kapilaritas sosial mudah berlaku di dalam
masyarakat yang memungkinkan perpindahan dengan mudah dari klas ke klas yang lebih
tinggi dimana manusia selalu ingin meningkatkan status sosialnya. Semakin tinggi status
sosialnya, semakin enggan memproduksi anak dan makin lepas dari lingkungan natural
dan keluarganya. (Ruslan H. Prawiro, 1983: 32)
Teori penduduk dikemukakan oleh Dumont adalah perbaikan pada Teori Spencer. Namun,
kebangkitan masyarakat tidak tergantung pada hampir pada tingkat kelahiran yang lebih
rendah tetapi juga pada banyak faktor sosial, ekonomi dan politik. Oleh karena itu, prinsip
Dumont tidak dapat diterima sebagai aturan. (Rajendra, 2007: )

2) Teori Natural
Teori ini mengemukakan bahwa hewan dan tumbuhan dipengaruhi oleh temperatur, curah
hujan, kesuburan tanah (Ruslan H. Prawiro, 1983). Teori natural menurut beberapa ahli,
sebagai berikut:
a. Raymond S. Pearl (Sudut pandang naturalistik)
Arah pertumbuhan penduduk mengikuti kurva normal, akibat pengaruh kepadatan
penduduk di ruang hidup. Semakin tinggi kepadatan penduduk, maka tingkat fertilitas
berkurang. Jika ada perubahan, misalnya sistem ekonomi berubah, maka akan terbentuk
kurva normal yang baru.

b. Corrado Gini (Sudut pandang statistik biologi)


Pertumbuhan penduduk mengikuti kurva parabola matematik. Mula-mula pertumbuhan
cepat, mencapai kedewasaan, kemudian tua dan menurun jumlahnya berdasarkan kondisi
sel-sel tubuh manusia. Turunnya daya reproduksi karena kelelahan psikologis akibat
persaingan dalam masyarakat.

c. Michael T.Sadler dan Thomas Doubleday (sudut pandang fisiologis)


Kenaikan kemakmuran menurunkan daya reproduksi, diantaranya dipengaruhi oleh
makanan. Semakin rendah tingkat mortalitas, semakin rendah tingkat reproduksi
3) Teori Transisi Demografi (Blacker, 1947)
Teori Transisi demografi adalah model yang menggambarkan perubahan penduduk
dari tingkat pertumbuhan yang stabil tinggi (tingkat fertilitas dan mortalitas yang tinggi)
ke tingkat pertumbuhan rendah (tingkat fertilitas dan mortalitas rendah) yang terjadi dari

6
waktu ke waktu. Lima tahapan transisi demografi menurut Blacker (1947), sebagai
berikut:
1. Tingkat keseimbangan yang baik dapat dilihat dari seberapa tinggi tingkat kelahiran
dan kematian.
2. Tahap perluasan awal dengan jatuhnya tingkat kelahiran disertai penurunan usia hidup
secara drastis.
3. Tahap perluasan akhir dengan jatuhnya tingkat kelahiran disertai penurunan usia hidup
secara drastis.
4. Tingkat keseimbangan rendah dapat dilihat dengan rendahnya tingkat kelahiran yang
diseimbangkan oleh tingkat usia hidup.
5. Tingkat penurunan dengan usia rendah dan kematian melebihi tingkat kelahiran.

Frank W. Notestein yang untuk pertama kalinya menyampaikan teori transisi


demografi pada tahun 1945 dalam bentuk matang dengan penjelasan untuk perubahan
kesuburan. Oleh karena itu John Caldwell telah diakui Notestein dengan menguraikan
teori transisi demografi. (Caldwell, 1976) Menurut Notestein, pesatnya pertumbuhan
penduduk selama tiga abad terakhir terutama karena penurunan tingkat kematian,
penurunan ini mengakibatkan membentuk proses modernisasi.

Kritik pada Teori Transisi Demografi

1. Teori ini berdasarkan pengalaman dari perubahan populasi di negara-negara Western.


Tetapi, sejak pertumbuhan populasi di negara-negara yang berbeda tidak mengikuti
pola identik, Oleh karena itu tidak ada teori yang bisa menjelaskan pertumbuhan
penduduk di mana-mana. Orang menemukan begitu banyak pengecualian. Dengan
demikian, teori ini hanya generalisasi yang luas.
2. Teori ini gagal menjelaskan fenomena tentang The Baby Boom di negara-negara
Western setelah Perang Dunia II.
3. Teori ini tidak menyediakan penjelasan yang teoritis mengenai kelahiran sebagai
kekuatan di transisi demografi.
4. Fakta dari teori ini tidak bisa disebut teori dalam arti yang sesungguhnya karena baik
ekstrak proses dasar dari suatu fenomena atau mengidentifikasi variabel penting.
5. Teori ini tidak menyediakan penjelasan tentang penurunan kesuburan juga tidak
mengidentifikasi variabel penting di dalamnya. Oleh karena itu tidak memiliki nilai
prediktif.

7
6. Teori ini tidak dapat diaplikasikan untuk negara-negara berkembang sejak tahap
demografi di negara-negara Western tidak tentu eksplisit dalam pertumbuhan
penduduk di negara-negara berkembang. (Rajendra, 2007)

2.2.2 Komponen Demografi

A. Fertilitas (Kelahiran)
Fertilitas dalam pengertian Demografi adalah kemampuan seorang wanita secara riil
untuk melahirkan yang diwujudkan dalam jumlah bayi yang senyatanya dilahirkan. Tinggi
rendahnya kelahiran erat hubungannya dan tergantung pada struktur umur, banyaknya
kelahiran, banyaknya perkawinan, penggunaan alat kontrasepsi, aborsi, tingkat
pendidikan, status pekerjaan, serta pembangunan. Beberapa fertilitas yang sering
digunakan adalah :

1. Age Specific Fertility Rate (ASFR)


Angka Kelahiran Menurut Umur (Age Specific Fertility Rate/ASFR) adalah angka yang
menunjukkan banyaknya kelahiran per 1000 perempuan pada kelompok umur tertentu
antara 15-49 tahun.

2. Total Fertility Rate (TFR)


Angka Fertilitas Total (Total Fertility Rate/TFR) adalah rata-rata anak yang dilahirkan
seorang wanita selama masa usia suburnya.

3. Net Reproduction Rate (NRR)


NRR merupakan salah satu hasil proyeksi penduduk yang sering diinterpretasikan
sebagai banyaknya anak perempuan yang dilahirkan oleh setiap perempuan dalam masa
reproduksinya. Berikut ini faktor pendorong dan faktor penghambat kelahiran :
a. Faktor pendorong kelahiran (pronatalitas) Anggapan bahwa banyak anak banyak
rezeki.
1) Sifat alami manusia yang ingin melanjutkan keturunan.
2) Pernikahan usia dini (usia muda).
3) Adanya anggapan bahwa anak laki-laki lebih tinggi nilainya, jika dibandingkan
dengan anak perempuan, sehingga bagi keluarga yang belum memiliki anak laki-laki
akan berusaha untuk mempunyai anak laki-laki.
4) Adanya penilaian yang tinggi terhadap anak, sehingga bagi keluarga yang belum
memiliki anak akan berupaya bagaimana supaya memiliki anak.

8
b. Faktor penghambat kelahiran (antinatalitas)
1) Adanya program Keluarga Berencana (KB).
2) Kemajuan di bidang IPTEK dan obat-obatan.
3) Adanya peraturan pemerintah tentang pembatasan tunjungan anak bagi PNS.
4) Adanya UU Perkawinan yang membatasi dan mengatur usia pernikahan.
5) Penundaan usia pernikahan karena alasan ekonomi, pendidikan dan karir.
6) Adanya perasaan malu bila memiliki banyak anak
4. Replacement Level (Tingkat Penggantian Manusia)
Penduduk Indonesia akan mencapai tingkat penggantian manusia (replacement level)
apabila TFR turun mencapai 2,1 pada tahun 2015. Untuk pencapai tingkat penggantian
manusia tersebut nampaknya program KB atau pemakaian kontrasepsi masih harus terus
digalakkan. Pelaksanaan program KB tersebut harus disertai peningkatan kualitas
pelayanan dan berorientasi kepada pelayanan kebutuhan dan keluhan klien dan tidak
hanya mengejar target semata.

B. Mortalitas (Kematian)
Mati adalah keadaan menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen yang
dapat terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Ada beberapa ukuran kematian yaitu:
1. Angka Kematian Bayi (AKB)
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi
belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi.
Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen
dan eksogen.
Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal, adalah
kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya
disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang
tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.
Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi
setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-
faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.

2. Angka Kematian Ibu


Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau
selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan,

9
yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya

3. Angka Harapan Hidup


Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam
meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat
kesehatan pada khususnya. Angka Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus
diikuti dengan program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk
kesehatan lingkungan, kecukupan gisi dan kalori termasuk program pemberantasan
kemiskinan.
Faktor pendorong dan faktor penghambat kematian
Faktor pendorong kematian (promortalitas)
1) Adanya wabah penyakit seperti demam berdarah, flu burung dan sebagainya.
2) Adanya bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir dan sebagainya.
a. Kesehatan serta pemenuhan gizi penduduk yang rendah.
b. Adanya peperangan, kecelakaan, dan sebagainya.
c. Tingkat pencemaran yang tinggi sehingga lingkungan tidak sehat.

Faktor penghambat kematian (antimortalitas)


1) Tingkat kesehatan dan pemenuhan gizi masyarakat yang sudah baik.
2) Negara dalam keadaan aman dan tidak terjadi peperangan.
3) Adanya kemajuan iptek di bidang kedokteran sehingga berbagai macam penyakit
dapat diobati.
4) Adanya pemahaman agama yang kuat oleh masyarakat sehingga tidak melakukan
tindakan bunuh diri atau membunuh orang lain, karena ajaran agama melarang hal
tersebut.

C. Migrasi (Perpindahan)
Pada hakekatnya migrasi penduduk merupakan refleksi perbedaan pertumbuhan
ekonomi dan ketidakmerataan fasilitas pembangunan antara satu daerah dengan daerah
lain. Penduduk dari daerah yang tingkat pertumbuhannya kurang akan bergerak menuju ke
daerah yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi. Adapun jenis-jenis
Migrasi sebagai berikut :
a. Dimensi Ruang
1) Migrasi internasional adalah perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain.

10
Migrasi internasional merupakan jenis migrasi yang memuat dimensi ruang.
2) Migrasi internal adalah perpindahan penduduk yang terjadi dalam satu negara,
misalnya antarpropinsi, antarkota/kabupaten, migrasi dari wilayah perdesaan ke
wilayah perkotaan atau satuan administratif lainnya yang lebih rendah daripada
tingkat kabupaten/kota, seperti kecamatan dan kelurahan/ desa. Migrasi internal
merupakan jenis migrasi yang memuat dimensi ruang.

b. Dimensi Waktu
Orang yang berpindah ke tempat lain dengan tujuan untuk menetap dalam waktu
enam bulan atau lebih.
1) Migran sirkuler (migrasi musiman) adalah orang yang berpindah tempat tetapi tidak
bermaksud menetap di tempat tujuan. Migran sikuler biasanya adalah orang yang
masih mempunyai keluarga atau ikatan dengan tempat asalnya seperti tukang becak,
kuli bangunan, dan pengusaha warung tegal, yang sehari-harinya mencari nafkah di
kota dan pulang ke kampungnya setiap bulan atau beberapa bulan sekali.
2) Migran ulang-alik (commuter) adalah orang yang pergi meninggalkan tempat
tinggalnya secara teratur, (misal setiap hari atau setiap minggu), pergi ke tempat lain
untuk bekerja, berdagang, sekolah, atau untuk kegiatan-kegiatan lainnya, dan pulang
ke tempat asalnya secara teratur pula (misal pada sore atau malam hari atau pada akhir
minggu). Migran ulang-alik biasanya menyebabkan jumlah penduduk di tempat
tujuan lebih banyak pada waktu tertentu, misalnya pada siang hari.
Faktor Pendorong dan Penarik Migrasi
a. Faktor-faktor pendorong (push factor) antara lain adalah:
1) Makin berkurangnya sumber-sumber kehidupan seperti menurunnya daya dukung
lingkungan, menurunnya permintaan atas barang-barang tertentu yang bahan
bakunya makin susah diperoleh seperti hasil tambang, kayu, atau bahan dari
pertanian.
2) Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal (misalnya tanah untuk pertanian
di wilayah perdesaan yang makin menyempit).
3) Adanya tekanan-tekanan seperti politik, agama, dan suku, sehingga mengganggu
hak asasi penduduk di daerah asal.
4) Alasan pendidikan, pekerjaan atau perkawinan.
5) Bencana alam seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami, musim kemarau
panjang atau adanya wabah penyakit.

11
b. Faktor-faktor penarik (pull factor) antara lain adalah:
1) Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaikan taraf hidup.
2) Adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik.
3) Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan, misalnya iklim,
perumahan, sekolah dan fasilitas-fasilitas publik lainnya.
4) Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat kebudayaan
sebagai daya tarik bagi orang-orang daerah lain untuk bermukim di kota besar.

D. Migrasi antar Kabupaten/kota (Urbanisasi)


Migrasi desa-kota adalah gejala berpindahnya penduduk yang berasal dari suatu daerah
yang bersifat perdesaan menuju daerah lain yang bersifat perkotaan. Perhitungan angka
migrasi perdesaan ke perkotaan jarang dilakukan, meski gejala ini banyak dijumpai di
banyak negara berkembang. Namun demikian tidak berarti bahwa perhitugnan migrasi dari
perdesaan ke perkotaan tidak bisa dilakukan. Sebenarnya migrasi ini sama saja dengan
migrasi antarkabupaten yang terdiri atas beberapa kriteria (migrasi seumur hidup, migrasi
risen 5 tahun dan migrasi total).

E. Migrasi Internasional
Migrasi internasional adalah migrasi yang melewati batas politik antar negara. Batas
politik ini sangat dinamis tergantung kepada konstelasi politik global yang ada.

2.3 Struktur dan Persebaran Penduduk


2.3.1 Struktur Penduduk
Dalam demografi ada tiga fenomena yang merupakan bagian penting daripada penduduk
yaitu : (Sanusi, 2003)
1) Dinamika Kependudukan (Change in Population)
2) Komposisi Penduduk (Population Composition)
3) Besar dan Persebaran Penduduk (Size & Population Distribution)
Struktur dan persebaran penduduk akan membahas terbatas pada komposisi penduduk
dan persebaran penduduk. Penduduk dapat dibagi dalam berbagai ciri atau karakteristik
tertentu baik sosial ekonomi maupun geografis. Pengelompokan penduduk sangat berguna
untuk berbagai maksud dan tujuan, seperti :
1) Mengetahui Human Resources yang ada baik menurut umur maupun jenis kelamin

12
2) Mengambil suatu kebijaksanaan yang berhubungan dengan kependudukan
3) Membandingkan keadaan suatu penduduk dengan penduduk lainnya
4) Mengetahui proses melalui penggambaran piramida penduduk

A. Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk merupakan sebuah mata statistik dari statistik kependudukan yang
membagi dan membahas masalah kependudukan dari segi umur dan jenis kelamin.
Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin secara grafik dapat digambarkan dalam
bentuk piramida penduduk. Piramida penduduk adalah cara penyajian lain dari struktur
umur penduduk. Dasar piramida penduduk menunjukkan jumlah penduduk, dan badan
piramida penduduk bagian kiri dan kanan menunjukkan banyaknya penduduk laki-laki dan
penduduk perempuan menurut umur. (TPLDUI, 2010)
Pengelompokan penduduk berdasarkan ciri-ciri tertentu dapat diklasifikasikan sebagai
berikut : (Sanusi, 2003)
1. Biologis: meliputi umur, dan jenis kelamin.
2. Sosial, antara lain meliputi tingkat pendidikan, status perkawinan dan sebagainya.
3. Ekonomi, meliputi penduduk yang aktif secara ekonomi, lapangan pekerjaan,
tingkat pendapatan,
4. Geografis, berdasarkan tempat tinggal, daerah perkotaan, pedesaan, propinsi,
kabupaten, dsb.
5. Budaya: agama, adat istiadat, dan lain sebagainya
a) Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin (Mantra, 2000)
Umur dan jenis kelamin merupakan karakteristik penduduk yang pokok. Struktur ini
mempunyai pengaruh penting baik terhadap tingkah laku demografis maupun sosial
ekonomi.
Distribusi Umur : Dalam demografi distribusi umur penduduk dapat
digolongkan antara lain menurut umur satu tahunan maupun lima tahunan.

b) Pengelompokan Penduduk Berdasarkan Ciri-Ciri Sosial (Mantra, 2000)


Sosial meliputi antara lain tingkat pendidikan penduduk, status perkawinan,
dan sebagainya.

c) Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan, tercermin pada :


1. Kepandaian mambaca dan menulis (Literacy)

13
Penduduk dikatakan dapat membaca dan menulis jika mereka dapat membaca dan
menulis surat/kalimat sederhana; membaca dan menulis huruf braile; orang cacat yang
pernah bisa membaca dan menulis. Sedangkan mereka tergolong buta huruf jika
mereka tak bisa membaca dan menulis atau bisa membaca tetapi tidak bisa menulis.
2. Tingkat pendidikan yang ditamatkan
Tamat yang dimaksud adalah mereka yang meninggalkan sekolah setelah
mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi sampai akhir dengan mendapat tanda
tamat/ijazah, baik dari sekolah negeri maupun sekolah swasta. (Mantra, 2000)

d) Komposisi penduduk menurut status perkawinan


Berdasarkan status perkawinannya, penduduk berumur 10 tahun ke atas dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
a. Belum Kawin
b. Kawin
c. Cerai
d. Duda atau Janda

e) Penduduk Berdasarkan Ciri-Ciri Ekonomi


Ciri-ciri yang meliputi lapangan pekerjaan, jenis pekerjaan, status pekerjaan, dan
sebagainya. (Mantra, 2000)

2.3.2 Persebaran Penduduk


Persebaran penduduk atau disebut juga distribusi penduduk menurut tempat tinggal dapat
dibagi menjadi dua kategori yaitu persebaran penduduk secara geografis dan persebaran
penduduk secara administratif, disamping itu ada persebaran penduduk menurut klasifikasi
tempat tinggal yakni desa dan kota. Secara geografis, penduduk Indonesia tersebar di
beberapa pulau besar dan pulau-pulau atau kepulauan. Secara administratif (dan politis),
penduduk Indonesia tersebar di 33 propinsi, yang mempunyai lebih dari 440 kabupaten dan
kota. (Mantra, 2000)

Secara garis besarnya persebaran penduduk dapat digolongkan menurut:


1) Geografis

14
Persebaran penduduk secara geografis adalah karakteristik penduduk menurut batas-
batas alam seperti pantai, sungai, danau dan sebagainya. Indonesia yang terdiri dari
beberapa kepulauan besar dan kecil, penduduknya tersebar secara tidak merata.
Terdapat 922 pulau berpenghuni dan 12.675 pulau tanpa penghuni. Pulau yang terpadat
penduduknya adalah pulau Jawa, lebih dari separuh (64%) penduduk Indonesia
bertempat tinggal di pulau tersebut, padahal luasnya hanya 6,6% dari luas wilayah
Indonesia. Sedangkan daerah Kalimantan yang luasnya 27,2% hanya dihuni oleh 4,4%
dari seluruh penduduk Indonesia. (Mantra,2000)

2) Administratif dan Politis


Persebaran penduduk secara administrasi adalah karakteristik penduduk menurut batas-
batas wilayah administrasi yang ditetapkan oleh suatu negara, misalnya jumlah
penduduk di desa A atau di kecamatan B. (Mantra, 2000)
Secara administratif dan politis penduduk Indonesia tersebar di 33 propinsi;
kemudian di tiap-tiap propinsi secara administrative dibagi dalam Kabupaten,
Kecamatan, dan Kelurahan. Dalam sistim administrasi pemerintahan di Indonesia
terdapat tiga daerah khusus atau istimewa yang setingkat dengan propinsi yaitu :
a. Daerah Istimewa Aceh
b. Daerah Istimewa Yogyakarta
c. Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Faktor Penyebab Persebaran Penduduk


Persebaran atau distribusi penduduk adalah bentuk penyebaran penduduk di suatu wilayah
atau negara, apakah penduduk tersebut tersebar merata atau tidak. Kepadatan penduduk
adalah angka yang menunjukkan jumlah rata-ratap penduduk pada setiap Km2 pada suatu
wilayah negara. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran dan kepadatan penduduk
tiap-tiap daerah atau negara sebagai berikut (TPLDUI, 2010):
1. Faktor Fisiografis
2. Faktor Biologis
3. Faktor Kebudayaan dan Teknologi

Kegunaan mengetahui kepadatan penduduk suatu wilayah adalah (TPLDUI, 2010) :


a. Untuk mengetahui persebaran penduduk suatu wilayah

15
b. Untuk mengetahui telah terjadi peledakan penduduk disuatu wilayah atau belum yang
bersifat memonitor
c. Untuk mengetahui penyebab perbedaan kepadatan penduduk dengan daerah lain
disekitarnya
d. Untuk mengetahui pusat-pusat kebudayaan, dimana budaya timbul pada penduduk yang
padat dan penduduk makin padat budaya makin tinggi .

Dampak Persebaran peduduk yang tidak merata

Persebaran penduduk antara kota dan desa juga mengalami ketidakseimbangan.


Perpindahan penduduk dari desa ke kota di Indonesia terus mengalami peningkatan dari
waktu ke waktu. Urbanisasi yang terus terjadi menyebabkan terjadinya pemusatan
penduduk di kota yang luas wilayahnya terbatas. Pemusatan penduduk di kota-kota besar
seperti Jakarta, Surabaya, Medan dan kota-kota besar lainnya dapat menimbulkan dampak
buruk terhadap lingkungan hidup seperti (TPLDUI, 2010):
1. Munculnya permukiman liar
2. Sungai-sungai tercemar karena dijadikan tempat pembuangan sampah baik oleh
masyarakat maupun dari pabrik-pabrik industri
3. Terjadinya pencemaran udara dari asap kendaraan dan industri
4. Timbulnya berbagai masalah sosial seperti perampokan, pelacuran dan lain-lain.

2.4 Statistik Vital

16
Data statistik vital (vital statistics) juga disebut dengan kejadian vital, mengacu pada
proses pengumpulan data dan penerapan metode statistik dasar pada data tersebut guna
mengidentifikasi fakta-fakta kesehatan yang vital di dalam suatu masyarakat, populasi,
atau wilayah tertentu. Data morbiditas, mortalitas, harapan hidup, kelahiran, kematian,
pernikahan, perceraian, data kependudukan, dan sensus, semuanya merupakan data
statistik vital.
Data statistik vital mencakup data populasi yang dipadukan dengan informasi yang
berkaitan dengan status kesehatan, penyakit, cedera, dan peristiwa kematian. Pada intinya,
data statistik vital terdiri atas semua data penduduk ditambah dengan data yang berkaitan
dengan kesehatan (penyakit). Informasi yang diperoleh dari pengumpulan, analisis, dan
distribusi data penting untuk perencanaan dan prediksi pergerakan dan perubahan
penduduk. Informasi kematian dan kelahiran merupakan inti dan sangat berguna di dalam
perencanaan layanan kesehatan.

Hal yang diperlukan untuk membuat data sensus adalah laporan dan pencatatan
penyakit, monitoring lingkungan, survei kesehatan rumah tangga, survei kesehatan
nasional, studi observasi informal, studi penelitian, dan registrasi kejadian vital. Registrasi
kejadian vital adalah pencatatan kelahiran, kematian, status perkawinan, abortus, penyakit
yang harus dilaporkan, serta pencatatan dan penelusuran riwayat penderita penyakit
menular tertentu.

1. Angka kematian ibu : jumlah ibu yang meninggal saat proses persalinan dalam 100.000
persalinan hidup.

2. Angka kelahiran : Banyaknya kelahiran setiap tahun dalam 100 penduduk

17
3. Angka kesabaran : Kelahiran hidup setiap 1000 perempuan antara umur 15-44 tahun
4. Angka kematian bayi : Kematian bayi sejak kelahirannya sampai berumur 12 bulan

5. Angka kematian perinatal : jumlah kematian perinatal dalam 100.000 pesalinan hidup
6. Angka lahir mati : jumlah lahir mati dalam 100 persalinan hidup
7. Angka kematian neonatus : jumlah kematian neonatus dalam 1000 persalinan hidup

Angka-angka tersebut dipergunakan untuk menilai kemampuan pelayanan kesehatan


masyarakat dalam satu negara. Angka ini sangat berkaitan erat dengan keadaan sosial
ekonomi dan pendapatan perkapita. Terdapat hubungan yang erat antara pndapatan
perkapita dan kedejahteraan, yaitu makin tinggi pendapatan perkapita, makin rendah
angka kematian suatu negara.

18
2.5 Ukuran Dasar Demografi

1. Jumlah absolut
Jumlah mutlak suatu penduduk atau kejadian lain untuk suatu daerah dan aktu tertentu.
Contoh : jumlah penduduk kota Surabaya 18 Maret 2016 = 2.957.728 jiwa

2. Proporsi atau biasa disebut dengan persentase


Suatu perbandingan anatar suatu kelompok penduduk tertentu dibandingkan dengan
jumlah penduduk keseluruhan. Dalam perbandingan tersebut pembilang merupakan
bagian dari penyebut.
Contoh :

19
3. Rasio
Perbandingan jumlah terhadap jumlah lainnya, dimana pembilang dan penyebut
merupakan kelompok yang berlainan sama sekali yag dikalikan dengan suatu konstanta
tertentu.
Misalnya : rasio jenis kelamin adalah perbandingan antara jumlah penduduk laki laki
dan penduduk perempuan di suatu wilayah pada suatu waktu tertentu. Bila jumlah laki
laki dinyatakan dengan simbol aa dan jumlah perempuan dengan simbol b, maka
rasio jenis kelamin (sex ratio = SR) dapat ditulis dengan
rumus :
k = konstanta

4. Rate
Angka yang menunjukkan kemungkinan terjadinya suatu kejadian/penyakit tertentu
dalam populasi dan waktu tertentu atau perbandingan antara kejadian dengan jumlah
penduduk yang memiliki resiko kejadian tersebut. Digunakan untuk menyatakan
dinamika dan kecepatan kejadian tertentu dalam masyarakat.
Besarnya Rate =A/B x Konstanta (K).
Contoh : Morbidity rate, Mortality rate, Natality rate.

5. Rata-rata
Ukuran nilai tengah yang diperoleh dengan cara menjumlahkan semua nilai pengamatan
yang didapat kemudian dibagi banyaknya pengamatan yang ada.

6. Frekuensi
Ukuran yang menyatakan berapa kali aktivitas/suatu kegiatan dilaksanakan pada periode
waktu tertentu.

7. Cakupan
Ukuran untuk menilai pencapaian hasil pelaksanaan dari suatu terget kegiatan yang
ditentukan pada periode tertentu.

20
Ukuran Ukuran Demografi :
a. Fertilitas
Kemampuan riil seseorang wanita untuk melahirkan, yang dicerminkan dalam jumlah
bayi yang dilahirkan.
Ukuran fertilitas yaitu :
1. Crude Birth Rate (CBR) / Angka Kelahiran Kasar

2. General Fertility Rate (GFR) / Angka Kelahiran Umum

3. Age Spesific Fertility Rate (ASFR)


Banyaknya kelahiran selama setahun per 1000 wanita pada kelompok umur tertentu.
Angka ini dapat digunaka untuk membedakan fertilitas menurut karakteristik.
Rumus ASFR :

21
ASFR lebih cermat dibandingkan GFR karena telah memperhintungkan kemampuan
perempuan untuk melahirkan sesuai dengan umurnya. Menggunakan ukuran ASFR
memungkinkan dilakukan studi fertilitas menurut kohor (tahun kelahiran) atau menurut
kelompok umur tertentu.
4. Total Fertility Rate (TFR) / Angka Kelahiran Total
Jumlah anak yang akan dipunyai seorang wanita selama masa reproduksinya

Keterangan:
i= kelompok umur (15-19) thn s/d (45-49) thn
ASFR = jumlah kelahiran per 1000 perempuan keluarga umur (15-19) thn s/d (45-49) thn

b. Mortalitas / angka kematian


1. Crude Death Rate / angka kematian kasar
Besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1000 penduduk.
Rumus :

Keterangan :
CDR : crude death rate (angka kematian kasar)
D: jumlah kematian (death) pada tahun tertentu
P : jumlah penduduk pada pertengahan tahun tertentu
K : bilangan konstan 100
Angka kematian kasar berguna untuk memberikan gambaran mengenai keadaan
kesejahteraan penduduk pada suatu tahun yang bersangkutan. Apabila dikurangkan dari
angka kelahiran kasar (CBR) akan menjadi dasar perhitungan pertumbuhan penduduk
alamaiah (Rate of Natural Increase).

Keterbatasan :
1. Ukuran ini dianggap kasar karena tidak memperhitungkan struktur umum penduduk
2. Data kematian sering underestimate

22
3. Dalam sensus penduduk ataupun survei, kematian dilaporkan terjadi di waktu
lampau

2. Age Spesific Death Rate (ASDR) / angka kematian usia tertentu


Banyaknya kematian pada kelompok umur tertentu per 1000 penduduk dalam
kelompok umur yang sama. ASDR lebih baik dan rinci dibanding CDR karena melihat
kematian pada kelompok umur tertentu.
ASDR dapat dibandingkan antar wilayah, terutama pada umur umur tertentu yang
menjadi isu. Contoh : ASDR untuk kelompok 60 keatas dapat dibandingkan untuk
melihat kecenderungan aging population dan juga kesehatan/kesejahteraan lansia
tersebut.
Rumus :

3. Infant Mortality Rate (IMR) / angka kematian bayi


Banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada
satu tahun tertentu. IMR dapat di hitung apabila terjadi antara saat setelah bayi lahir
sampai bayi belum berusia tepat satu tahun.
Macam macam kematian bayi :
a. Kematian bayi endogen/neonatal : terjadi di bulan pertama setelah dilahirkan dan
disebabkan faktor faktor yang dibawa anak sejak lahir.
b. Kematian bayi eksogen/post neo-natal : terjadi setelah usia satu bulan sapai satu
tahun dan disebabkan faktor faktor dari lingkungan luar.
Rumus :

Keterangan :
AKB : angka kematian bayi / infant mortality rate (IMR)
D0-<1th : jumlah kematian bayi (berumurr kurang 1 tahun ) pada satu tahun tertentu di
daerah tertentu
lahir hidup : jumlah kelahiran hidup pada satu tahun tertentu di daerah tertentu
K : 1000

23
Angka kematian bayi mencerminkan besarnya masalah kesehatan yang bertanggung
jawab langsung terhadap kematian bayi, seperti diare, infeksi saluran pernapasan dll,
tetapi juga mencerminkan tingkat kesehatan ibu. Angka kematian bayi juga dipakai
sebagai angka probabilitas untuk mengukur risiko kematian bayi saat lahir sampai
menjelang ulang tahun pertama.

24
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Persebaran penduduk Indonesia secara administratif ada di 33 provinsi kepadatan


penduduk tidak merata antara pulau Jawa dan luar Jawa, ini di atasi dengan program
transmigrasi. Ratio kepadatan penduduk (density ratio) merupakan perbandingan
banyaknya jumlah penduduk per km2 pada suatu wilayah dan tahun tertentu.
Pada konsep demografi, kepadatan penduduk dapat dilihat melalui komponen-
komponen demografi, antara lain: fertilitas (kelahiran), mortalitas (kematian), dan migrasi
(perpindahan). Migrasi dapat dilakukan antar kabupaten/kota dan migrasi internasional.
Hal ini dapat pula membantu persebaran penduduk agar dapat merata.

Melonjaknya penduduk di Indonesia menimbulkan berbagai masalah penyebaran


yang tidak merata, tingkat kesehatan, tingkat pendapatan serta tingkat pendidikan.
Pemerintah sudah melakukan program-program yang telah dibuat. Namun
pengimplementasian yang kurang baik, menyebabkan program-program tersebut tidak
berjalan sesuai dengan harapan. Guna menekan adanya masalah masalah kependudukan
dapat dilakukan upaya preventif dan promotif. Upaya promotif yang dapat dilakukan
antara lain melalui nutrisi adekuat, kebersihan diri, dan lingkungan. Upaya preventif
antara lain meningkatkan fasilitas pengobatan melalui fasilitas seperti Puskesmas. Dalam
hal ini, perawat komunitas dituntut untuk memahami konsep dasar demografi dan dapat
mengaplikasikan asuhan keperawatan komunitas di masyarakat.

25
DAFTAR PUSTAKA

Blacker, C.P., Stages in Population Growth, The Eugenics Revier, Vol. 39. No.3, October
1947, pp. 88-101

Caldwell, John. Towards a Restatement of Demographic Transition Theory, Population


and Development Review, Vol.2, Numbers 3 and 4, September/December, 1976, p. 323.

Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Mantra, Ida Barus.1985. Pengantar Studi Demografi. Yogyakarta : Nur Cahya.

Mantra, Bagoes Ida.2000.Demografi Umum Edisi Kedua.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Manuaba, Ida Bagus Gede, dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.

R.H. Pardoko, Kebijaksanaan Kependudukan Nasional, BKKBN, Jakarta; 1980. .

Rahayu, Sri. 2003. Masalah Kependudukan di Negara Indonesia. Universitas Sumatera


Utara.

Sharma, Rajendra K. 2007. Demography and Population Problems. New Delhi: Atlantic
Publishers

Tim Penulis Lembaga Demografi Universitas Indonesia. 2010. Dasar-dasar Demografi.


Salemba Empat.

www.bkkbn.go.id, tanggal 19 Maret 21.45

www.datastatistik-indonesia.com, tanggal 19 Maret 21.45

www.statcan.gc.ca/eng/concepts/definitions/fertility02, tanggal 20 Maret 2016 pukul 18.00

26

Anda mungkin juga menyukai