Anda di halaman 1dari 69

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.1.1 Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Menteng
1.1.1.1 Keadaan Geografis
1. Letak Wilayah
Kecamatan Menteng adalah sebuah kecamatan yang terletak di Jakarta Pusat
dan merupakan Pusat Pemerintahan dari Kota Administrasi Jakarta Pusat.
2. Batas Wilayah
a. Sebelah Utara: Kecamatan Gambir
b. Sebelah Barat: Kecamatan Tanah Abang
c. Sebelah Timur: Kecamatan Matraman
d. Sebelah Selatan: Kecamatan Setiabudi
3. Luas Wilayah
Kecamatan Menteng mempunyai luas wilayah 653,46 Ha. Mempunyai lima
kelurahan yaitu, Kelurahan Kebon Sirih, Kelurahan Gondangdia, Kelurahan
Cikini, Kelurahan Menteng, dan Kelurahaan Pegangsaan.

Tabel 1.1. Luas Wilayah, Jumlah Kecamatan, Kelurahan, Rukun Warga


dan Rukun Tetangga Tahun 2017

Kelurahan Luas Wilayah Jumlah RW Jumlah RT


(Ha)

Kebon Sirih 83,40 Ha 10 77


Gondangdia 145,82 Ha 5 40
Cikini 82,09 Ha 5 66
Menteng 243,90 Ha 10 137
Pegangsaan 98,25 Ha 8 104

Jumlah 653,46 Ha 38 424

Sumber: Profil Puskesmas Menteng 2017

1
Gambar 1.1. Batas Wilayah Kecamatan Menteng

1.1.1.2 Keadaan Demografis


Pada jumlah penduduk Kecamaan Menteng tahun 2017 didapatkan jumlah
seluruhnya sebanyak 85.840 orang.

Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Menteng Tahun 2017


Kelurahan Luas Wilayah Laki-Laki Perempuan Total
(Km2)
Menteng 2,44 14.463 14.589 29.052
Pegangsaan 0,98 13.530 13.376 26.906
Cikini 0,82 4.823 4.868 9.691
Gondangdia 1,46 2.171 2.389 4.560
Kebon Sirih 0,83 7.948 7.683 15.631
Total 6,53 42.935 42.905 85.840
Sumber: Profil Puskesmas Kecamatan Menteng Tahun 2017

Jumlah penduduk yang terbanyak pada Kelurahan Menteng dengan jumlah 29.052
orang.

Tabel 1.3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Kecamatan Menteng tahun 2017

No KELOMPOK JUMLAH PENDUDUK


UMUR
LAKI- PEREMPUA
(TAHUN) LAKI N LAKI-LAKI + RASIO
PEREMPUAN JENIS

2
KELAMIN

1 0 4 3.641 3.639 7.280 100.05


2 5 9 3.717 3.384 7.101 109.84
3 10 14 3.941 3.256 7.197 121.04
4 15 19 3.569 3.233 6.802 110.39
5 20 24 3.519 3.281 6.800 107.25
6 25 29 3.613 3.672 7.285 98.39
7 30 34 3.591 3.375 6.966 106.40
8 35 39 3.774 3.364 7.138 112.19
9 40 44 2.902 3.160 6.062 91.84
10 45 49 2.728 3.281 6.009 83.15
11 50 54 2.721 2.555 5.276 106.50
12 55 59 2.430 2.002 4.432 121.38
13 60 64 1.077 1.757 2.834 61.30
14 65 69 668 729 1.397 91.63
15 70 74 475 713 1.188 66.62
16 75 + 442 1.485 1.927 29.76
JUMLAH 42.808 42.886 85.694 99.82

1.1.1.3 Keadaan Lingkungan


1.1.1.3.1 Saran dan Prasarana
Kecamatan Menteng merupakan salah satu wilayah yang mempunyai
sarana dan prasarana yang cukup lengkap. Terdapat sarana ibadah seperti
Masjid dan Gereja, sarana pendidikan, sarana kebudayaan dan kesenian,
sarana olah raga, sarana kesehatan masyarakat dan keluarga berencana, serta
sarana perhubungan seperti stasiun kereta api, dan sarana bermain seperti
taman kota.
Sarana pelayanan kesehatan pemerintah yang terdiri dari Puskesmas
pemerintah dan sarana kesehatan swasta. Puskesmas Non Rawat Inap tahun
2017 berjumlah 2 unit. Sarana kesehatan lainnya di wilayah Kecamatan
Menteng seperti klinik, dokter praktek perorangan, praktik dokter bersama,
apotik dan pengobatan tradional berjumlah 53 sarana, dari jumlah tersebut
sudah memiliki izin praktek lengkap.

3
Pelayanan kesehatan diberikan kepada semua golongan, dan tidak
membedakan umur, pekerjaan, status sosial ekonomi, agama, ras dan lain-lain,
akan tetapi lebih diprioritaskan bagi golongan masyarakat yang
berpenghasilan rendah.

1.1.2 Gambaran Umum Puskesmas


1.1.2.1 Definisi Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) adalah salah satu sarana
pelayanan kesehatan masyarakat yang amat penting di Indonesia. Puskesmas
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes
No. 75 tahun 2014).
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diberikan oleh puskesmas
kepada masyarakat mencakup perencanaan, pelaksanaaan, evaluasi,
pencatatan, pelaporan, dan dituangkan dalam suatu sistem (Permenkes No.75
tahun 2014). Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk dengan
tidak membedakan-bedakan.
Di Indonesia, puskesmas merupakan tulang punggung pelayanan
kesehatan tingkat pertama. Konsep Puskesmas dilahirkan tahun 1968 ketika
dilangsungkan Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) I di Jakarta,
dimana dibicarakan upaya pengorganisasian system pelayanan kesehatan di
tanah air, karena pelayanan kesehatan tingkat pertama pada waktu itu
dirasakan kurang menguntungkan dan dari kegiatan-kegiatan seperti BKIA,
BP, dan P4M dan sebagiannya masih berjalan sendiri-sendiri dan tidak
berhubungan. Melalui Rekerkesnas tersebut timbul gagasan untuk menyatukan
semua pelayanan tingkat pertama kedalam suatu organisasi yang dipercaya dan
diberi nama Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
Dengan paradigma baru ini, mendorong terjadi perubahan konsep
yang sangat mendasar dalam pembangunan kesehatan, antara lain:
1. Pembangunan kesehatan yang semula lebih menekankan pada upaya kuratif
dan rehabilitatif menjadi lebih fokus pada upaya preventif dan kuratif tanpa
mengabaikan kuratif-rehabilitatif

4
2. Pelaksanaan upaya kesehatan yang semula lebih bersifat terpilah-pilah
(fragmented) berubah menjadi kegiatan yang terpadu (integrated)
3. Sumber pembiayaan kesehatan yang semula lebih banyak dari pemerintah
berubah menjadi pembiayaan kesehatan lebih banyak dari masyarakat
4. Pergeseran pola pembayaran dalam pelayanan kesehatan yang semula fee for
service menjadi pembayaran secara pra-upaya
5. Pergeseran pemahaman tentang kesehatan dari pandangan konsumtif
menjadi investasi
6. Upaya kesehatan yang semula lebih banyak dilakukan oleh pemerintah akan
bergeser lebih banyak dilakukan oleh masyarakat sebagai mitra pemerintah
(partnership)
7. Pembangunan kesehatan yang semula bersifat terpusat (centralization)
menjadi otonomi daerah (decentralization)
8. Pergeseran proses perencanaan dari top down menjadi bottom up seiring
dengan era desentralisasi

1.1.2.2 Wilayah Kerja Puskesmas


Dalam rangka pemenuhan Pelayanan Kesehatan yang didasarkan pada
kebutuhan dan kondisi masyarakat, Puskesmas dapat dikategorikan berdasarkan
karakteristik wilayah kerja dan kemampuan penyelenggaraan. Puskesmas
dikategorikan menjadi (Permenkes No.75 tahun 2014):
A. Puskesmas Kawasan Perkotaan
Puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling
sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria kawasan perkotaan sebagai berikut:
a. Aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduknya pada sektor non
agraris, terutama industri, perdagangan dan jasa
b. Memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah radius 2,5 km, pasar radius
2 km, memiliki rumah sakit radius kurang dari 5 km, bioskop, atau hotel
c. Lebih dari 90% (sembilan puluh persen) rumah tangga memiliki listrik
d. Terdapat akses jalan raya dan transportasi menuju fasilitas perkotaan

Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan oleh Puskesmas kawasan perkotaan


memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Memprioritaskan pelayanan UKM

5
b. Pelayanan UKM dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi masyarakat
c. Pelayanan UKP dilaksanakan oleh Puskesmas dan fasilitas pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat
d. Optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan Puskesmas
dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan
e. Pendekatan pelayanan yang diberikan berdasarkan kebutuhan dan
permasalahan yang sesuai dengan pola kehidupan masyarakat perkotaan
B. Puskesmas Kawasan Pedesaan

Puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling


sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria kawasan pedesaan sebagai berikut:
a. Aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduk pada sektor
agraris
b. Memiliki fasilitas antara lain sekolah radius lebih dari 2,5 km, pasar dan
perkotaan radius lebih dari 2 km, rumah sakit radius lebih dari 5 km, tidak
memiliki fasilitas berupa bioskop atau hotel
c. Rumah tangga dengan listrik kurang dari 90% (sembilan puluh persen)
d. Terdapat akses jalan dan transportasi menuju fasilitas

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan oleh Puskesmas kawasan pedesaan


memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Pelayanan UKM dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi masyarakat
b. Pelayanan UKP dilaksanakan oleh Puskesmas dan fasilitas pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat
c. Optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan Puskesmas
dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan
d. Pendekatan pelayanan yang diberikan menyesuaikan dengan pola
kehidupan masyarakat perdesaan

C. Puskesmas Kawasan Terpencil dan Sangat Terpencil

Puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan dengan karakteristik


sebagai berikut:
a. Berada di wilayah yang sulit dijangkau atau rawan bencana, pulau kecil,
gugus pulau, atau pesisir

6
b. Akses transportasi umum rutin 1 kali dalam 1 minggu, jarak tempuh pulang
pergi dari ibukota kabupaten memerlukan waktu lebih dari 6 jam, dan
transportasi yang ada sewaktu-waktu dapat terhalang iklim atau cuaca; dan
c. Kesulitan pemenuhan bahan pokok dan kondisi keamanan yang tidak stabil.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan oleh Puskesmas kawasan terpencil dan


sangat terpencil memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Memberikan pelayanan UKM dan UKP dengan penambahan kompetensi
tenaga kesehatan
b. Dalam pelayanan UKP dapat dilakukan penambahan kompetensi dan
kewenangan tertentu bagi dokter, perawat, dan bidan
c. Pelayanan UKM diselenggarakan dengan memperhatikan kearifan lokal
d. Pendekatan pelayanan yang diberikan menyesuaikan dengan pola kehidupan
masyarakat di kawasan terpencil dan sangat terpencil
e. Optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan Puskesmas
dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan
f. Pelayanan UKM dan UKP dapat dilaksanakan dengan pola gugus
pulau/cluster dan/atau pelayanan kesehatan bergerak untuk meningkatkan
aksesibilitas.

Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan. Dalam kondisi tertentu,


pada 1 (satu) kecamatan dapat didirikan lebih dari 1 (satu) Puskesmas. Kondisi
tertentu sebagaimana dimaksud ditetapkan berdasarkan pertimbangan
kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk dan aksebilitas.

Puskesmas merupakan perangkat pemerintah daerah tingkat II, sehingga


pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh bupati setelah mendengar
saran tekhnis dari kantor wilayah departemen kesehatan provinsi.

1.1.2.3 Pelayanan Kesehatan


Pelayanan kesehatan menyeluruh yang diberikan puskesmas meliputi:
1. Promotif (peningkatan kesehatan)
2. Preventif (upaya pencegahan)
3. Kuratif (pengobatan)

7
4. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)

Pelayanan tersebut ditunjukkan kepada semua penduduk tidak membedakan


jenis kelamin, umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai meninggal.

1.1.2.4 Visi Puskesmas


Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
tercapainya Kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat. Kecamatan
sehat adalah gambaran masyarakat Kecamatan di masa depan yang ingin dicapai
melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan
dan dengan perilaku sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya.
Indikator Kecamatan sehat yang ingin dicapai mencakup empat indikator
utama, yaitu :
1. Lingkungan sehat
2. Perilaku sehat
3. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
4. Derajat kesehatan penduduk Kecamatan
Rumusan visi untuk masing-masing Puskesmas harus mengacu pada visi
pembangunan kesehatan Puskesmas di atas yakni, terwujudnya Kecamatan sehat
yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah
Kecamatan setempat.

1.1.2.5 Misi Puskesmas


a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain yang
diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan,
yaitupembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat.
b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah
kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat
yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang
kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan, menuju

8
kemandirian hidup.
c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan, dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Puskesmas akan selalu berupaya
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar dan
memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan serta
meningkatkan efisiensi pengelolaan dana, sehingga dapat dijangkau oleh
seluruh anggota masyarakat.
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat
yang berkunjung dan bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi
dan dengan menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai.

1.1.2.6 Strategi Puskesmas


a. Mengembangkan dan menetapkan pendekatan kewilayahan
b. Mengembangkan dan menetapkan azas kemitraan serta pemberdayaan
masyarakat dan keluarga
c. Meningkatkan profesionalisme petugas
d. Mengembangkan kemandirian puskesmas sesuai dengan kewenangan yang
diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

1.1.2.7 Fungsi Puskesmas


Menurut Permenkes No. 75 tahun 2014, Puskesmas menyelenggarakan fungsi:
1. Penyelenggaraan Unit Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama di
wilayah kerjanya. Dalam menjalankan fungsinya Puskesmas berwewenang:
a) Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan
b) Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan
c) Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat
dalam bidang kesehatan
d) Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerjasama dengan sektor lain terkait

9
e) Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan danupaya
kesehatan berbasis masyarakat
f) Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas
g) Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan
h) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan
cakupan Pelayanan Kesehatan
i) Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk
dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan
penyakit.
2. Penyelenggaraan Unit Kesehatan Perorangan/UKP tingkat pertama di wilayah
kerjanya. Dalam menjalankan fungsinya Puskesmas berwewenang:

a) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif,


berkesinambungan dan bermutu
b) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya promotif
dan preventif
c) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat
d) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan keamanan dan
keselamatan pasien, petugas dan pengunjung
e) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja
sama inter dan antar profesi
f) Melaksanakan rekam medis
g) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses
Pelayanan Kesehatan

3. Wahana pendidikan tenaga kesehatan


Proses dalam melaksanakan fungsinya dilakukan dengan cara :
a) Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam
rangka menolong dirinya sendiri
b) Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan
menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien
c) Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis
maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan

10
tersebut tidak menimbulkan ketergantungan
d) Memberi pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat
e) Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanankan
program puskesmas.

1.1.2.8 Upaya Kesehatan Puskesmas


Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat
pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama. Upaya kesehatan
dilaksanakan secara terintegrasi dan berkesinambungan (Permenkes No. 75 tahun
2014).
Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama meliputi upaya kesehatan
masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan.
1. Upaya kesehatan masyarakat esensial meliputi:
a. Pelayanan promosi kesehatan
b. Pelayanan kesehatan lingkungan
c. Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana
d. Pelayanan gizi
e. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit

2. Upaya kesehatan masyarakat pengembangan merupakan upaya kesehatan


masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya
yang sifatnya inovatifdan/atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi
pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah
kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-masing Puskesmas.
3. Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dilaksanakan dalam bentuk:
a. Rawat jalan
b. Pelayanan gawat darurat
c. Pelayanan satu hari (one daycare)
d. Home care
e. Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan
pelayanan kesehatan. (Permenkes No. 75 tahun 2014).

1.1.2.9. Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas


Penyelenggaraan Puskesmas terdapat 6 (enam) prinsip berikut yang harus ditaati:

11
1. Prinsip Paradigma Sehat
Berdasarkan prinsip paradigma sehat, Puskesmas wajib mendorong
seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan
mengurangi risiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat. Paradigma adalah cara pandang orang terhadap diri dan
lingkungannya, yang akan memengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap
(afektif), dan bertingkah laku (psikomotorik). Paradigma juga dapat berarti
seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang diterapkan dalam
memandang realitas di sebuah komunitas. Dengan demikian, Paradigma Sehat
dapat didefinisikan sebagai cara pandang, asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang
mengutamakan upaya menjaga dan memelihara kesehatan, tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Dengan Paradigma Sehat maka
orang-orang yang sehat akan diupayakan agar tetap sehat dengan menerapkan
pendekatan yang holistik.

2. Prinsip Pertanggungjawaban Wilayah


Berdasarkan prinsip pertanggungjawaban wilayah, Puskesmas
menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di
wilayah kerjanya. Pembangunan kesehatan pada hakikatnya adalah
penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia, untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Penanggung
jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah
kabupaten/kota adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan Puskesmas
bertanggung jawab untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang
dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan
kemampuannya. Puskesmas sebagai penanggung jawab wilayah bertugas untuk
melaksanakan pembangunan kesehatan guna mewujudkan Kecamatan Sehat,
yaitu masyarakat yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat, yang meliputi kesadaran,


kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat
b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu secara adil dan merata
c. Hidup dalam lingkungan yang sehat

12
d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu maupun keluarga,
kelompok, dan masyarakat

3. Prinsip Kemandirian Masyarakat


Berdasarkan prinsip kemandirian masyarakat, Puskesmas mendorong
kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, dan kelompok/masyarakat
melalui pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan adalah segala upaya fasilitasi
yang bersifat non- instruktif, guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
individu, keluarga, dan kelompok/masyarakat agar dapat mengidentifikasi
masalah yang dihadapi dan potensi yang dimiliki, serta merencanakan dan
melakukan pemecahan masalah tersebut dengan memanfaatkan potensi yang ada.
Pemberdayaan mencakup pemberdayaan perorangan, keluarga, dan
kelompok/masyarakat. Pemberdayaan perorangan merupakan upaya
memfasilitasi proses pemecahan masalah guna meningkatkan peran, fungsi, dan
kemampuan perorangan dalam membuat keputusan untuk memelihara
kesehatannya. Pemberdayaan keluarga merupakan upaya memfasilitasi proses
pemecahan masalah guna meningkatkan peran, fungsi, dan kemampuan keluarga
dalam membuat keputusan untuk memelihara kesehatan keluarga tersebut.
Pemberdayaan kelompok/masyarakat merupakan upaya memfasilitasi proses
pemecahan masalah guna meningkatkan peran, fungsi, dan kemampuan
kelompok/masyarakat dalam membuat keputusan untuk memelihara kesehatan
kelompok/masyarakat tersebut.
Pemberdayaan dilaksanakan dengan berbasis pada tata nilai perorangan,
keluarga, dan kelompok/masyarakat sesuai dengan kebutuhan, potensi, dan sosial
budaya setempat. Pemberdayaan dilakukan melalui pendekatan edukatif untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat, serta
kepedulian dan peran aktif dalam berbagai upaya kesehatan.

4. Prinsip Pemerataan
Berdasarkan prinsip pemerataan, Puskesmas menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah
kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya,
dan kepercayaan. Puskesmas harus dapat membina jejaring/kerjasama dengan
fasilitas kesehatan tingkat pertama lainnya seperti klinik, dokter layanan primer
(DLP), dan lain-lain yang ada di wilayah kerjanya.

13
5. Prinsip Teknologi Tepat Guna
Berdasarkan prinsip teknologi tepat guna, Puskesmas menyelenggarakan
pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai
dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan, dan tidak berdampak buruk
bagi lingkungan.

6. Prinsip Keterpaduan dan Kesinambungan


Berdasarkan prinsip keterpaduan dan kesinambungan, Puskesmas
mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan UKM dan UKP
lintas program dan sektor serta melaksanakan sistem rujukan yang didukung
dengan manajemen Puskesmas.

1.1.3 Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Menteng


1.1.3.1 Visi, Misi Puskesmas Kecamatan Menteng
Visi
Menjadi pusat pelayanan kesehatan primer yang professional,
komprehensif, berstandar Internasional dan menjadi pilihan utama bagi
seluruh lapisan masyarakat tahun 2020.
Misi
Menyiapkan SDM yang professional, menyediakan sarana dan prasarana
yang berstandar nasional dan internasional. Meningkatkan akses layanan
kesehatan untuk seluruh lapisan masyarakat, menyelenggarakan UKP dan
UKM secara bersamaan dan berkesinambungan.

1.1.3.2 Sarana dan Prasarana Puskesmas Kecamatan Menteng


Sarana pelayanan kesehatan pemerintah yang terdiri dari Puskesmas
pemerintah dan sarana kesehatan swasta. Puskesmas Non Rawat Inap tahun 2017
berjumlah 2 unit. Sarana kesehatan lainnya di wilayah Kecamatan Menteng seperti
klinik, dokter praktek perorangan, praktik dokter bersama, apotik dan pengobatan
tradional berjumlah 53 sarana, dari jumlah tersebut sudah memiliki izin praktek
lengkap. Pelayanan kesehatan masyarakat di BLUD Puskesmas Kecamatan Menteng
terdiri dari 3 wilayah pelayanan:
1. Puskesmas Kecamatan Menteng
Jl. Pegangsaan Barat No.14 Menteng Jakarta Pusat

14
2. Puskesmas Kelurahan Pegangsaan
Jl. Tambak No. 28 Pegangsaan Jakarta Pusat
3. Puskesmas Kelurahan Gondangdia
Jl. Agus Salim No. 19A Kebon Sirih Jakarta Pusat

Sarana dan Prasarana yang dimiliki oleh Puskesmas Kecamatan Menteng, yaitu:
1. Transportasi
- 1 buah Mobil Kijang Ambulans Puskesmas Keliling Inpres tahun
1989/1990
- 8 buah Sepeda Motor, 4 buah di Puskesmas Kecamatan dan 2 buah masing-
masing di Puskesmas Kelurahan
- 1 Unit Mobil Ambulans untuk Operasional Puskesmas (Mitsubishi L 300)
- 1 Unit Mobil Dinas Suzuku APV untuk Operasional Puskesmas diterima
tahun 2005
- 1 unit mobil puskesmas keliling (berupa suzuki APV yang diadakan
oleh puskesmas pada tahun 2010)

2. Alat Komunikasi
Telepon ada 6 buah, yaitu :
- Puskesmas Kecamatan Menteng dengan nomor : 31935836,
3157164, 3103439, Fax 31904965
- Puskesmas Kelurahan Pegangsaan dengan nomor : 31934355

3. Alat medis dan non medis


a. Alat Rontgen di ruangan khusus, untuk ini dipasang dengan PB dan 1
petugas Radiographer
b. Alat pemeriksaan 1 unit EKG
c. 1 unit alat USG dan 2 unit nebulizer (bantuan APBN dan bantuan
APBD)
d. 3 Dental unit di Puskesmas Kecamatan Menteng dan masing-masing 1
unit di Puskesmas Kelurahan
e. Peralatan laboratorium lengkap
f. Alat Perlengkapan, Kartu Diagnosis, Kartu Pasien, Formulir laporan
sebagian dianggarkan dari Swadana dan yang lainnya dari Dana
Subsidi Pemda DKI Jakarta
g. Obat-obatan

15
Perencanaan obat-obatan disesuaikan dengan kebutuhan masing-
masing Puskesmas dengan melihat jumlah kunjungan pada tahun
sebelumnya.

Tabel 1.4. Prasarana Gedung Puskesmas di Kecamatan Menteng


Uraian Kec. Menteng Kel. Pegangsaan
Luas Tanah (m2) 1300 547
Luas Bangunan (m2) 1500 (5 lantai) 460 (3 lantai)
Pembangunan Gedung 1988 1999/2000
Atap Genteng Genteng
Plafon Eternit Eternit
Dinding Tembok Tembok
Lantai Keramik Keramik
Pagar Besi Besi
WC 7 2
Listrik (watt) 53.000 28.000
Telepon Ada Ada
Nomor 31935836 3193455
Air PAM PAM

1.1.3.3
Struktur
Organisasi
Puskesmas Kecamatan Menteng dipimpin oleh drg. Alamas Hidayati dan
membawahi 119 karyawannya.

16
1.1.3.4 Sumber Daya Manusia
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui
pendidikan dibidang kesehatan,untuk melakukan praktek. Gambaran tenaga
kesehatan yang mendukung penyediaan pelayanan yang berkualitas di wilayah
Kecamatan Menteng Tahun 2017.

Tabel 1.5 Jumlah Pegawai Puskesmas Kecamatan Menteng


NO JENIS TENAGA PENDIDIKAN PNS NON PNS
1 Kepala Puskesmas S1 1
Kepala Sub Bagian Tata
2 Usaha S1 1
3 Dokter Umum S1 9 9
4 Dokter Gigi S1 6 2
5 Apoteker S1 2 4
6 Asisten Apoteker SLTA / D3 4 2
7 Perawat S1 3
8 Perawat SLTA / D3 5 17
9 Perawat Gigi D3 1
10 Bidan D3 5 9
12 Analis Laboratorium D3 1 6
13 Radiografer D3 1
14 Kesehatan Lingkungan S1 1
15 Kesehatan Masyarakat S1 2

17
16 Kesehatan Lingkungan D3 1
17 Perekam medik D3 1
18 Administrasi S1 2 3
19 Administrasi D3 1 4
20 Administrasi SLTA 3 8
21 Pengemudi SLTA 6
JUMLAH 48 72

Sumber: Profil Puskesmas Kecamatan Menteng 2017

1.1.3.5 Jenis Layanan di BLUD Puskesmas Kecamatan Menteng

1. Layanan Medis Umum


2. Layanan Kesehatan Gigi
3. Layanan Kesehatan Ibu dan Anak
4. Layanan Kesehatan Gizi
5. Layanan Kegawatdaruratan
6. Layanan Rumah Bersalin
7. Layanan Kesehatan TB Paru
8. Layanan TB Farmasi
9. Layanan Laboratorium
10. Layanan MTBS
11. Layanan Pemeriksaan Jenazah
12. Layanan Radiologi
13. Layanan Kesehatan Jiwa
14. Layanan Kesehatan Haji
15. Layanan Puskesmas Keliling
16. Layanan Tindakan
17. Layanan 24 Jam

1.1.3.6 Daftar Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kecamatan Menteng

Tabel 1.6 Sepuluh Penyakit Terbanyak Tahun 2017


NO NAMA PENYAKIT JUMLAH

1 Infeksi Akut Lain Pernafasan Atas 11.945

18
2 Penyakit Darah Tinggi 5588
3 Peny. Pulpa & Jar Pariapikal 5950
4 Peny. Pd.Sistem Otot & Jar. Pengikat 2960
5 Diare 2333
6 Karier Gigi 1596

7 Penyakit Kulit Alergi 1339


8 Tonsilitis 1176
9 Infeksi Telinga Tengah 857
10 Penyakit Kulit Infeksi 833
Sumber: Profil Puskesmas Kecamatan Menteng 2017

1.1.4 Program Keluarga Berencana di Puskesmas Kecamatan Menteng


Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu program pemerintah
dalam rangka menekan angka pertumbuhan penduduk di Indonesia. Program KB di
Indonesia tidak lagi hanya terfokus pada pengaturan kelahiran dalam rangka pengendalian
penduduk dan peningkatan kesejahteraan ibu dan anak, berkembangnya isu HAM,
termasuk hak-hak reproduksi dan hak-hak perempuan (kesejahteraan gender) mendorong
program KB untuk memberikan penekanan yang sama pada program kesehatan reproduksi
serta peningkatan partisipasi pria. Pemakaian kontrasepsi mempunyai fungsi ganda yaitu
sebagai pengendalian kelahiran dan peningkatan kualitas kesehatan reproduksi. Tujuan
Keluarga Berencana secara umum adalah menurunkan angka kelahiran dan meningkatkan
kesehatan ibu sehingga di dalam keluarganya akan berkembang.

1.1.4.1 Tujuan
Keluarga berencana (KB) adalah perencanaan kehamilan, sehingga
kehamilan hanya terjadi pada waktu yang diinginkan. Tujuannya agar :
1. Tujuan umum berupa menurunkan angka kelahiran dan meningkatkan
kesehatan ibu sehingga mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera (NKKBS) melalui pengendalian pertumbuhan, meningkatkan
keikut sertaan kelestrarian ber-KB seluruh pelosok sehingga akan
menurunkan angka fertilitas yang bermakna.
2. Tujuan khusus berupa; Meningkatkan pemerataan pemakaian MKJP baik

19
terhadap peserta baru maupun kb aktif, meningkatkan dan semakin
meratanya penggarapan terhadap generasi muda dalam kaitannya dengan
pendewasaan usia kawin dan sebagai bantuan mendukung gerakan KB
nasional di daerah, Semakin meratanya kemandirian masyarakat dalam ikut
serta memberikan pelayanan atau mendapatkan pelayanan KB
(BKKBN,2014).
Pelayanan KB merupakan salah satu strategi untuk mendukung
percepatan penurunan Angka Kematian Ibu melalui:

1. Mengatur waktu, jarak dan jumlah kehamilan


2. Mencegah atau memperkecil kemungkinan seorang perempuan hamil
mengalami komplikasi yang membahayakan jiwa atau janin selama
kehamilan, persalinan dan nifas
3. Mencegah atau memperkecil terjadinya kematian pada seorang
perempuan yang mengalami komplikasi selama kehamilan, persalinan
dan nifas.
Pelayanan KB sangat diperlukan untuk mencegah kehamilan
yang tidak diinginkan, unsafe abortion dan komplikasi yang pada
akhirnya dapat mencegah kematian ibu. Selain itu, Keluarga Berencana
merupakan hal yang sangat strategis untuk mencegah kehamilan Empat
Terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak).

1.1.4.2 Sasaran
Sasaran program Keluarga Berencana adalah Pasangan Usia Subur (PUS)
dan Perkiraan Permintaan Masyarakat (PPM). Jumlah pasangan usia subur yang
menjadi 24 sasaran program ditetapkan berdasarkan survei pasangan usia subur yang
dilaksanakan sekali setiap tahun dan pelaksanaannya dikoordinasikan oleh PLKB
(Petugas Lapangan Keluarga Berencana) di masing-masing kelurahan atau dari
BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) (BKKBN,2014).
Sasaran program Keluarga Berencana mempunyai tiga sasaran diantaranya:
1. Sasaran Primer; Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala
upaya pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan
kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi kepala keluarga untuk
masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk masalah KIA
(kesehatan ibu dan anak), anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan sebagainya.

20
Upaya promosi yang dilakukan terhadap sasaran primer ini sejalan dengan
strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment).
2. Sasaran Sekunder; Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya.
Disebut sasaran sekunder karena dengan memberikan pendidikan kesehatan pada
kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan memberikan pendidikan
kesehatan pada masyarakat disekitarnya. Disamping itu dengan perilaku sehat para tokoh
masyarakat sebagai hasil pendidikan kesehatan yang diterima, maka para tokoh
masyarakat ini akan memberikan contoh atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat
sekitarnya. Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran sekunder ini adalah
sejalan dengan strategi dukungan sosial (social support).

3. Sasaran Tersier; Para pembuat keputusan atau penentuan kebijakan baik ditingkat
pusat, maupun daerah adalah sasaran tersier pendidikan kesehatan dengan
kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan
mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh masyarakat (sasaran sekunder),
dan juga kepada masyarakat umum (sasaran primer). Upaya promosi kesehatan
yang ditujukan kepada sasaran tersier ini sejalan dengan strategi advokasi
(BKKBN,2014).

1.1.4.3 Program dan Upaya


Program dan Upaya KB Nasional antara lain :

1. Pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja dan konseling calon pengantin


2. Konseling dan pelayanan KB pada WUS/PUS
3. Promosi KB pasca persalinan
4. Pelayanan KB pasca persalinan
5. Penerangan dan motivasi
6. Pelembagaan program
7. Pendidikan KB
8. Pendidikan dan pelatihan tenaga program
9. Pelayanan KB
10. Pencapaian peserta KB Baru
11. Pencapaian peserta KB Aktif

21
12. Prasarana dan Sarana
13. Pelaporan dan Penelitian
(BKKBN dan Kemenkes R.I. 2012)

1.1.4.4 Ruang Lingkup


Mengadakan penyuluhan KB, baik di Puskesmas maupun di masyarakat (pada
saat kunjungan, posyandu, pertemuan dengan kelompok PKK, dasa wisma dan
sebagainya). Termasuk dalam kegiatan penyuluhan ini adalah konseling untuk PUS
(BKKBN dan Kemenkes R.I. 2012). Menyediakan dan pemasangan alat-alat
kontrasepsi, meliputi:
1. IUD
2. Pil KB
3. Implant (susuk KB)
4. Suntik
5. Kondom
Kegiatan program KB di Puskesmas Kecamatan Menteng adalah mengadakan
penyuluhan KB, menyediakan alat-alat kontrasepsi dan memberikan pelayanan KB
pada usia subur serta mengadakan pelayanan KB keliling.
Akseptor KB terdiri dari dua, yaitu KB baru dan KB aktif. KB baru adalah
akseptor yang baru mengikuti program KB pertama kali tetapi belum tentu
berdomisili di Kecamatan Menteng. Sedangkan KB aktif adalah akseptor yang
mengikuti KB terusmenerus yang berdomisili di Kecamatan Menteng (BKKBN dan
Kemenkes R.I. 2012).

1.1.4.5 Strategi Pendekatan dan Cara Operasional Program Pelayanan KB


Strategi pendekatan dalam program keluarga berencana antara lain (BKKBN,2014):
1. Pendekatan kemasyarakatan (community approach). Diarahkan untuk
meningkatkan dan menggalakkan peran serta masyarakat (kepedulian) yang
dibina dan dikembangkan secara berkelanjutan.
2. Pendekatan koordinasi aktif (active coordinative approach)
Mengkoordinasikanberbagai pelaksanaan program KB dan pembangunan
keluarga sejahtera sehingga dapat saling menunjang dan mempunyai kekuatan
yang sinergik dalam mencapai tujuan dengan menerapkan kemitraan sejajar.
3. Pendekatan integrative (integrative approach) Memadukan pelaksanaan kegiatan
pembangunan agar dapat mendorong dan menggerakkan potensi yang dimiliki
oleh semua masyarakat sehingga dapat menguntungkan dan memberi manfaat
pada semua pihak.

22
4. Pendekatan kualitas (quality approach) Meningkatkan kualitas pelayanan baik
dari segi pemberi pelayanan (provider) dan penerima pelayanan (klien) sesuai
dengan situasi dan kondisi.
5. Pendekatan kemandirian (self rellant approach) Memberikan peluang kepada
sektor pembangunan lainnya dan masyarakat yang telah mampu untuk segera
mengambil alih peran dan tanggung jawab dalam pelaksanaan program KB
nasional.
6. Pendekatan tiga dimensi ( three dimension approach) Strategi tiga dimensi
program KB sebagai pendekatan program KB nasional, dibagi dalam tiga tahap
pengelolaan program KB sebagai berikut :
a. Tahap perluasan jangkauan
Pola tahap ini penggarapan program lebih difokuskan lebih kepada sasaran :
Coverage wilayah
Penggarapan wilayah adalah penggarapan program KB lebih diutamakan
pada penggarapan wilayah potensial, seperti wilayah Jawa, Bali dengan
kondisi jumlah penduduk dan laju pertumbuhan yang besar
Coverage khalayak
Mengarah kepada upaya menjadi akseptor KB sebanyak-banyaknya. Pada
tahap ini pendekatan pelayanan KB didasarkan pada pendekatan klinik.
b. Tahap pelembagaan
Tahap ini untuk mengantisipasi keberhasilan pada tahap potensi yaitu tahap
perluasan jangkauan. Tahap coveragewilayah diperluas jangkauan propinsi
luar Jawa Bali. Tahap ini inkator kuantitatif kesertaan ber- KB pada kisaran
45-65 % dengan prioritas pelayanan kontrasepsi dengan metode jangka
panjang, dengan memanfaatkan momentum-momentum besar.
c. Tahap pembudayaan program KB
Pada tahap coverage wilayah diperluas jangkauan propinsi seluruh Indonesia.
Sedangkan tahap coverage khalayak diperluas jangkauan sisa PUS yang
menolak, oleh sebab itu pendekatan program KB dilengkapi dengan
pendekatan Takesra (Tabungan Keluarga Sejahtera) dan Kukesra (Kredit
Usaha Keluarga Sejahtera). Adapun kegiatan/cara operasional pelayana KB
adalah sebagai berikut :
a. Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi dilakukan dengan
memberikan penerangan konseling, advokasi, penerangan kelompok
(penyuluhan) dan penerangan massa melalui media cetak, elektronik.
Dengan penerangan, motivasi diharapkan meningkat sehingga terjadi
peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku masyarakat dalam

23
ber KB, melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga
sehingga tercapai Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).
b. Pelayanan kontrasepsi dan pengayoman peserta KB
Dikembangkan program reproduksi keluarga sejahtera. Para wanita
baik sebagai calon ibu atau ibu, merupakan anggota keluarga yang paling
rentan mempunyai potensi yang besar untuk mendapatkan KIE dan
pelayanan KB yang tepat dan benar dalam mempertahankan fungsi
reproduksi. Dalam mencapai sasaran reproduksi sehat, dikembangkan 2
gerakan yaitu: pengembangan gerakan KB yang makin mandiri dan
gerakan keluarga sehat sejahtera dan gerakan keluarga sadar HIV/AIDS.
Pengayoman, melalui program ASKABI (Asuransi Keluarga Berencana
Indonesia), tujuan agar merasa aman dan terlindung apabila terjadi
komplikasi dan kegagalan.
c. Peran serta masyarakat dan institusi pemerintah PSM ditonjolkan
(pendekatan masyarakat) serta kerjasama institusi pemerintah (Dinas
Kesehatan, BKKBN, Depag, RS, Puskesmas).
d. Pendidikan KB Melalui jalur pendidikan (sekolah) dan pelatihan, baik
petugas KB, bidan, dokter berupa pelatihan konseling dan keterampilan
(Saifuddin A B, 2003).

1.1.4.6 Macam Metode Kontrasepsi yang Ada Dalam Program KB (Keluarga


Berencana) Di Indonesia
1. Metode Kontrasepsi Sederhana
Metode kontrasepsi sederhana ini terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi
sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi
tanpa alat antara lain : Metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Coitus Interuptus,
metode Kalender, Metode Lendir Serviks (MOB), Metode Suhu Basal Badan,
dan Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu basal dan lendir servik.
Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma,
dan spermisida.
2. Metode Kontrasepsi Hormonal
Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu kombinasi
(mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan yang hanya berisi
progesteron saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil dan
suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi progesteron terdapat
pada pil, suntik dan implant.

24
3. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR yang
mengandung hormon (sintetik progesteron) dan yang tidak mengandung hormon.
4. Metode Kontrasepsi Mantap
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode Operatif Wanita
(MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal dengan
tubektomi karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat saluran
tuba/tuba falopii sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma.
Sedangkan MOP sering dikenal dengan Vasektomi yaitu memotong atau
mengikat saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak diejakulasikan.
5. Metode Kontrasepsi Darurat
Metode kontrasepsi yang dipakai dalam kondisi darurat ada 2 macam yaitu pil
dan AKDR (Cunningham F G, Gant NF, 2009).

1.1.4.7 Cara Penyimpanan Alat Kontrasepsi


Tabel 1.7 Uraian Cara Penyimpanan Alat Kontrasepsi
Jenis Kontrasepsi Kondisi Penyimpanan Masa Kadaluwarsa
1. Pil Simpan di tempat kering, 5 tahun
dan jauhkan dari sinar
matahari langsung
2. Kondom Simpan di tempat kering, 3-5 tahun
yaitu suhu > 40C dan
jauhkan dari sinar
matahari langsung, bahan
kimia, dan bahan yang
mudah rusak
3. AKDR Lindungi dari 7 tahun
kelembabab, sinar
matahari langsung, suhu
15-30C
4. Spermisida Simpan pada ruang 3-5 tahun
bersuhu 15-30C, jauhkan
dari temperatur tinggi
5. Implant Simpan di tempat kering, 5 tahun
suhu > 30C
6. Suntik KB Simpan pada suhu 15- 5 tahun
30C posisi vials tegak
lurus menghadap ke atas,

25
jauhkan dari sinar
matahari langsung

1.1.4.8 Hasil Kegiatan Program Keluarga Berencana di Puskesmas Wilayah


Kecamatan Menteng

Akseptor KB terdiri dari :


1) Akseptor KB baru
Akseptor KB baru adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang pertama kali
menggunakan kontrasepsi setelah mengalami kehamilan yang berakhir dengan
keguguran atau kelahiran.
2) Akseptor KB lama
Akseptor KB lama adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang melakukan
kunjungan ulang termasuk pasangan usia subur yang menggunakan alat
kontrasepsi kemudian pindah atau ganti ke cara atau alat yang lain atau mereka
yang pindah klinik baik menggunakan cara yang sama atau cara (alat) yang
berbeda.
3) Akseptor KB aktif
Peserta KB aktif adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang pada saat ini masih
menggunakan salah satu cara atau alat kontrasepsi.
4) Akseptor Dropout
Akseptor yang menghentikan pemakaian kontrasepsi lebih dari 3 bulan.
Secara umum, berdasarkan surat keputusan Kepala Dinas Kesehatan Prov.
DKI Jakarta tahun 2008, target untuk peserta KB baru dan KB Aktif tahun 2017
adalah 90% dari PPM (Perkiraan Permintaan Masyarakat).
Indikator pelayanan KB :
1. Tenaga
2. Sarana dan prasarana
3. Cakupan pelayanan
Sedangkan untuk Puskesmas Kecamatan Menteng target pencapaian selama lima
bulan pada KB Aktif adalah 37,5% dan drop out 0%.

26
Tabel 1.8 Cakupan Peserta KB Aktif di Puskesmas Kecamatan Menteng
Periode Januari Mei 2017
No. Puskesmas PUS KB Pencapaian Target
(a) AKTIF (b/a x 100 (%)
(b) %)

1 KEL. MENTENG 3.783 2.672 70,63 37,5


2 KEL. CIKINI 3.152 1.024 32,48 37,5
3 KEL. PEGANGSAAN 1.133 2.435 214,94 37,5
4 KEL. KEBON SIRIH 1.846 1.839 99,62 37,5
5 KEL. GONDANGDIA 715 559 78,18 37,5

JUMLAH 10.629 8.529 80,24 37,5

Tabel 1.9 Cakupan Peserta Pil dengan KB Aktif di Puskesmas Kecamatan


Menteng Periode Januari Mei 2017

No. Puskesmas KB Pil Pencapaian


AKTIF (b) (b/a x 100
(a) %)

1 KEL. MENTENG 2.672 172 6,43


2 KEL. CIKINI 1.024 78 7,61
3 KEL. PEGANGSAAN 2.435 187 7,67
4 KEL. KEBON SIRIH 1.839 161 8,75
5 KEL. GONDANGDIA 559 35 6,26

JUMLAH 8.529 633 7,42

Tabel 1.10 Cakupan Peserta Suntik dengan KB Aktif di Puskesmas


Kecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017
No. Puskesmas KB Suntik Pencapaian
AKTIF (b) (b/a x 100
(a) %)

27
1 KEL. MENTENG 2.672 1.879 70,32
2 KEL. CIKINI 1.024 834 81,44
3 KEL. PEGANGSAAN 2.435 1.762 72,36
4 KEL. KEBON SIRIH 1.839 1.288 70,03
5 KEL. GONDANGDIA 559 412 73,70

JUMLAH 8.529 6175 78,73

Tabel 1.11 Cakupan Peserta IUD dengan KB Aktif di Puskesmas Kecamatan


Menteng Periode Januari Mei 2017
No. Puskesmas KB IUD Pencapaian
AKTIF (b) (b/a x 100
(a) %)

1 KEL. MENTENG 2.672 478 17,88


2 KEL. CIKINI 1.024 128 12,50
3 KEL. PEGANGSAAN 2.435 298 12,23
4 KEL. KEBON SIRIH 1.839 308 16,74
5 KEL. GONDANGDIA 559 94 16,81

JUMLAH 8.529 1.306 15,31

Tabel 1.12 Cakupan Peserta Implan dengan KB Aktif di Puskesmas


Kecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017
No. Puskesmas KB Implan Pencapaian
AKTIF (b) (b/a x 100
(a) %)

1 KEL. MENTENG 2.672 73 2,73


2 KEL. CIKINI 1.024 19 1,85
3 KEL. PEGANGSAAN 2.435 52 2,13
4 KEL. KEBON SIRIH 1.839 52 2,82
5 KEL. GONDANGDIA 559 5 0,89

JUMLAH 8.545 201 2,35

28
Tabel 1.13 Cakupan Peserta MOW dengan KB Aktif di Puskesmas
Kecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017
No. Puskesmas KB MOW Pencapaian
AKTIF (b) (b/a x 100%)
(a)

1 KEL. MENTENG 2.672 20 0,74


2 KEL. CIKINI 1.024 14 1,36
3 KEL. PEGANGSAAN 2.435 22 0,90
4 KEL. KEBON SIRIH 1.839 11 0,59
5 KEL. GONDANGDIA 559 6 1,07

JUMLAH 8.529 73 0,85

Tabel 1.14 Cakupan Peserta MOP dengan KB Aktif di Puskesmas


Kecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017
No. Puskesmas KB MOP Pencapaian
AKTIF (b) (b/a x 100
(a) %)

1 KEL. MENTENG 2.672 4 0,14


2 KEL. CIKINI 1.024 0 0
3 KEL. PEGANGSAAN 2.435 2 0,08
4 KEL. KEBON SIRIH 1.839 1 0,05
5 KEL. GONDANGDIA 559 0 0

JUMLAH 8.545 7 0,08

Tabel 1.15 Cakupan Peserta Kondom dengan KB Aktif di Wilayah


Puskesmas Kecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017
No. Puskesmas KB Kondom Pencapaian
AKTIF (b) (b/a x 100
(a) %)

1 KEL. MENTENG 2.672 46 1,72

29
2 KEL. CIKINI 1.024 19 1,85
3 KEL. PEGANGSAAN 2.435 44 1,80
4 KEL. KEBON SIRIH 1.839 18 0,97
5 KEL. GONDANGDIA 559 7 1,25

JUMLAH 8.545 134 1,56

Tabel 1.16 Cakupan Peserta KB Baru di Puskesmas Kecamatan Menteng


Periode Januari Mei 2017
No. Puskesmas PPM KB BARU Pencapaian Target
(%)
(a) (b) (b/a x 100
%)

1 KEL. MENTENG 1.029 53 5,15 37,5%


2 KEL. CIKINI 1.029 50 4,85 37,5%
3 KEL. PEGANGSAAN 514 64 12,45 37,5%
4 KEL. KEBON SIRIH 514 31 6,03 37,5%
5 KEL. GONDANGDIA 343 110 32,06 37,5%

JUMLAH 3.433 308 8,97 37,5%

Tabel 1.17 Cakupan Peserta Pil dengan KB Baru di Puskesmas Kecamatan


Menteng Periode Januari Mei 2017
No. Puskesmas PPM Pil (b) Pencapaian
(a) (b/a x 100
%)

1 KEL. MENTENG 1.029 5 0,48


2 KEL. CIKINI 1.029 3 0,29
3 KEL. PEGANGSAAN 514 0 0
4 KEL. KEBON SIRIH 514 0 0
5 KEL. GONDANGDIA 343 0 0

JUMLAH 3.433 8 0,23

Tabel 1.18 Cakupan Peserta Suntik dengan KB Baru di Puskesmas


Kecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017
No. Puskesmas PPM Suntik (b) Pencapaian

30
(a) (b/a x 100
%)

1 KEL. MENTENG 1.029 28 2,72


2 KEL. CIKINI 1.029 39 3,79
3 KEL. PEGANGSAAN 514 3 0,58
4 KEL. KEBON SIRIH 512 16 3,11
5 KEL. GONDANGDIA 343 4 1,16

JUMLAH 3.433 90 2,62

Tabel 1.19 Cakupan Peserta IUD dengan KB Baru di Puskesmas Kecamatan


Menteng Periode Januari Mei 2017

No. Puskesmas PPM IUD (b) Pencapaian


(a) (b/a x 100
%)

1 KEL. MENTENG 1.029 22 2,13


2 KEL. CIKINI 1.029 13 1,26
3 KEL. PEGANGSAAN 514 4 0,77
4 KEL. KEBON SIRIH 514 13 2,52
5 KEL. GONDANGDIA 343 0 0

JUMLAH 3.433 52 1,51

Tabel 1.20 Cakupan Peserta Implan dengan KB Baru di Puskesmas


Kecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017
No. Puskesmas PPM Implan (b) Pencapaian
(a) (b/a x 100
%)

1 KEL. MENTENG 1.029 4 0,38


2 KEL. CIKINI 1.029 5 0,48
3 KEL. PEGANGSAAN 514 1 0,19
4 KEL. KEBON SIRIH 514 7 1,36
5 KEL. GONDANGDIA 343 1 0,29

31
JUMLAH 3.433 18 0,52

Tabel 1.21 Cakupan Peserta MOW dengan KB Baru di Puskesmas


Kecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017
No. Puskesmas PPM MOW (b) Pencapaian
(a) (b/a x 100
%)

1 KEL. MENTENG 1.029 2 0,19


2 KEL. CIKINI 1.029 0 0
3 KEL. PEGANGSAAN 514 1 0,19
4 KEL. KEBON SIRIH 514 0 0
5 KEL. GONDANGDIA 343 0 0

JUMLAH 3.433 3 0,08

Tabel 1.22 Cakupan Peserta Kondom dengan KB Baru di Puskesmas


Kecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017
No. Puskesmas PPM Kondom Pencapaian
(a) (b) (b/a x 100
%)

1 KEL. MENTENG 1.029 2 0,19


2 KEL. CIKINI 1.029 3 0,29
3 KEL. PEGANGSAAN 514 3 0,58
4 KEL. KEBON SIRIH 514 1 0,19
5 KEL. GONDANGDIA 343 0 0

JUMLAH 3.433 9 2,62

Tabel 1.23 Cakupan Peserta MOP dengan KB Baru di Puskesmas


Kecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017
No. Puskesmas PPM MOP (b) Pencapaian
(a) (b/a x 100
%)

1 KEL. MENTENG 1.029 0 0

32
2 KEL. CIKINI 1.029 0 0
3 KEL. PEGANGSAAN 514 0 0
4 KEL. KEBON SIRIH 514 0 0
5 KEL. GONDANGDIA 343 0 0

JUMLAH 3.433 0 0

Tabel 1.24 Cakupan Peserta KB Pasca Persalinan di Puskesmas Kecamatan


Menteng Periode Januari Mei 2017
No. Puskesmas Sasaran KB Pasca Pencapaian
Bulin Persalinan (b/a x 100
(a) (b) %)

1 KEL. MENTENG 350 36 10,28


2 KEL. CIKINI 76 9 11,84
3 KEL. PEGANGSAAN 272 21 7,72
4 KEL. KEBON SIRIH 171 8 4,67
5 KEL. GONDANGDIA 35 0 0

JUMLAH 904 74 8,18

Tabel 1.25 Cakupan Peserta Kondom dengan KB Pasca Persalinan di


Puskesmas Kecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017
No. Puskesmas Sasaran Kondom (b) Pencapaian
Bulin (a) (b/a x 100
%)

1 KEL. MENTENG 350 5 1,42


2 KEL. CIKINI 76 0 0
3 KEL. PEGANGSAAN 272 2 0,73
4 KEL. KEBON SIRIH 171 0 0
5 KEL. GONDANGDIA 35 0 0

JUMLAH 904 7 0,77

Tabel 1.26 Cakupan Peserta Pil dengan KB Pasca Persalinan di Puskesmas

33
Kecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017

No. Puskesmas Sasaran Pil (b) Pencapaian

Bulin (a) (b/a x 100

%)

1 KEL. MENTENG 350 0 0

2 KEL. CIKINI 76 0 0

3 KEL. PEGANGSAAN 272 0 0

4 KEL. KEBON SIRIH 171 0 0

5 KEL. GONDANGDIA 35 0 0

JUMLAH 904 0 0

Tabel 1.27 Cakupan Peserta Suntik dengan KB Pasca Persalinan di


Puskesmas Kecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017
No. Puskesmas Sasaran Suntik (b) Pencapaian
Bulin (a) (b/a x 100
%)

1 KEL. MENTENG 350 11 3,14


2 KEL. CIKINI 76 2 2,63
3 KEL. PEGANGSAAN 272 8 2,94
4 KEL. KEBON SIRIH 171 3 1,75
5 KEL. GONDANGDIA 35 0 0

JUMLAH 904 24 2,65

Tabel 1.28 Cakupan Peserta IUD dengan KB Pasca Persalinan di Puskesmas


Kecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017

34
No. Puskesmas Sasaran IUD (b) Pencapaian
Bulin (a) (b/a x 100
%)

1 KEL. MENTENG 350 22 66,28


2 KEL. CIKINI 76 5 6,57
3 KEL. PEGANGSAAN 272 9 3,30
4 KEL. KEBON SIRIH 171 7 4,09
5 KEL. GONDANGDIA 35 0 0

JUMLAH 904 43 4,75

Tabel 1.29 Cakupan Peserta Implan dengan KB Pasca Persalinan di


Puskesmas Kecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017
No. Puskesmas Sasaran Implan (b) Pencapaian
Bulin (a) (b/a x 100
%)

1 KEL. MENTENG 350 1 0,28


2 KEL. CIKINI 76 0 0
3 KEL. PEGANGSAAN 272 0 0
4 KEL. KEBON SIRIH 171 1 0,58
5 KEL. GONDANGDIA 35 0 0

JUMLAH 904 2 0,22

Tabel 1.30 Cakupan Peserta MOW dengan KB Pasca Persalinan di


Puskesmas Kecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017
No. Puskesmas Sasaran MOW (b) Pencapaian
Bulin (a) (b/a x 100
%)

1 KEL. MENTENG 350 2 0,57

35
2 KEL. CIKINI 76 1 1,31
3 KEL. PEGANGSAAN 272 0 0
4 KEL. KEBON SIRIH 171 0 0
5 KEL. GONDANGDIA 35 0 0

JUMLAH 904 3 0,33

Tabel 1.31 Cakupan Peserta MOP dengan KB Pasca Persalinan di


Puskesmas Kecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017
No. Puskesmas Sasaran MOP (b) Pencapaian
Bulin (a) (b/a x 100
%)

1 KEL. MENTENG 325 0 0


2 KEL. CIKINI 100 0 0
3 KEL. PEGANGSAAN 277 0 0
4 KEL. KEBON SIRIH 197 0 0
5 KEL. GONDANGDIA 46 0 0

JUMLAH 945 0 0

Tabel 1.32 Cakupan Peserta KB Lama di Puskesmas Kecamatan Menteng


Periode Januari Mei 2017

No. Puskesmas PUS KB Pencapaian

(a) LAMA(b) (b/a x 100

36
%)

1 KEL. MENTENG 3.783 368 9,72

2 KEL. CIKINI 3.152 59 1,87

3 KEL. PEGANGSAAN 1.133 492 43,42

4 KEL. KEBON SIRIH 1.846 121 6,55

5 KEL. GONDANGDIA 715 44 6,15

JUMLAH 10.629 1084 10,19

Tabel 1.33 Cakupan Peserta Drop Out di Puskesmas Kecamatan Menteng


Periode Januari Mei 2017
No. Puskesmas PUS DROP Pencapaian Target
(a) OUT (b) (b/a x 100
%)

1 KEL. MENTENG 3.783 6 0,15 0


2 KEL. CIKINI 3.152 3 0,09 0
3 KEL. PEGANGSAAN 1.133 8 0,70 0
4 KEL. KEBON SIRIH 1.846 1 0,05 0
5 KEL. GONDANGDIA 715 0 0 0

JUMLAH 10.629 18 0,16 0

1.2 Identifikasi Masalah


Dari berbagai hasil pencapaian program KB yang dievaluasi di Puskesmas
Kecamatan Menteng Periode Januari 2017 Mei 2017, program-program yang
tidak memenuhi standar yaitu kurang dari target yang selanjutnya akan dilakukan
evaluasi. Program dievaluasi karena adanya masalah pada program tersebut yaitu

37
belum mencapai target yang sudah ditetapkan, adanya kemudahan dalam
mengakses data serta pencatatan dan pelaporan yang lengkap. Adapun identifikasi
masalah yang didapatkan antara lain:

1. Cakupan Peserta KB Aktif di Puskesmas Sekecamatan Menteng Periode Januari


Mei 2017 adalah sebesar 80,24%
2. Cakupan Peserta KB Baru di Puskesmas Sekecamatan Menteng Periode Januari Mei
2017 adalah sebesar 8,97%
3. Cakupan Peserta Drop Out di Puskesmas Sekecamatan Menteng Periode Januari
Mei 2017 adalah sebesar 0,16%

1.3 Rumusan Masalah


Setelah identifikasi masalah dari program-program tersebut pada Puskesmas
Kecamatan Menteng periode Januari Mei 2017 terdapat 7 poin yang menjadi
masalah. Kemudian dilakukan perhitungan dan pembandingan nilai kesenjangan antara
apa yang diharapkan (expected) dengan apa yang telah terjadi (observed), dilakukan
perumusan masalah untuk membuat perencanaan yang baik sehingga masalah yang ada
dapat diselesaikan. Rumusan masalah dari cakupan KB di Puskesmas Kecamatan
Menteng adalah sebagai berikut:
1. Cakupan Peserta KB Aktif di Puskesmas Sekecamatan Menteng Periode Januari
Mei 2017 adalah sebesar 80,24% di atas target yaitu 37,5%
2. Cakupan Peserta KB Baru di Puskesmas Sekecamatan Menteng Periode Januari
Mei 2017 adalah sebesar 8,97% di bawah target yaitu 37,5%
3. Cakupan Peserta Drop Out di Puskesmas Sekecamatan Menteng Periode Januari
Mei 2017 adalah sebesar 0,16% tidak sesuai target yaitu 0%

BAB II
PENETAPAN PRIORITAS MASALAH DAN PENYEBAB MASALAH

2.1 Penetapan Prioritas Masalah


Masalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected) dengan apa yang
aktual terjadi (observed). Idealnya, semua permasalahan yang timbul harus dicarikan jalan

38
keluarnya, namun karena keterbatasan sumber daya, dana, dan waktu menyebabkan tidak
semua permasalahan dapat dipecahkan sekaligus. Untuk itu perlu ditentukan masalah yang
menjadi prioritas. Setelah pada tahap awal merumuskan masalah, maka dilanjutkan dengan
menetapkan prioritas masalah yang harus dipecahkan. Prioritas masalah didapatkan dari data
atau fakta yang ada secara kualitatif, kuantitatif, subjektif, objektif serta adanya pengetahuan
yang cukup.
Pada BAB I, telah dirumuskan masalah yang terdapat pada program Keluarga
Berencana (KB) yang merupakan salah satu dari 7 program kesehatan dasar di Puskesmas
Kecamatan Menteng. Dikarenakan adanya keterbatasan sumber daya manusia, dana, dan
waktu, maka dari semua masalah yang telah dirumuskan, perlu ditetapkan masalah yang
menjadi prioritas untuk diselesaikan.
Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan pembobotan.
Untuk dapat menetapkan kriteria, pembobotan dan skoring perlu dibentuk sebuah kelompok
diskusi. Agar pembahasan dapat dilakukan secara menyeluruh dan mencapai sasaran, maka
setiap anggota kelompok diharapkan mempunyai informasi dan data yang tersedia. Beberapa
langkah yang dilakukan dalam penetapan prioritas masalah meliputi:
1. Menetapkan kriteria
2. Memberikan bobot masalah
3. Menentukan skoring tiap masalah

2.1.1 Non-Scoring Technique


Bila tidak tersedia data, maka cara penetapan prioritas masalah yang lazim digunakan
adalah teknik non skoring.
Dengan menggunakan teknik ini, masalah dinilai melalui diskusi kelompok, oleh
sebab itu juga disebut Nominal Group Technique (NGT). NGT terdiri dari dua,yaitu:

A. Metode Delbeq
Menetapkan prioritas masalah menggunakan tekhnik ini dilakukan melalui
diskusi dan kesepakatan sekelompok orang, namun yang tidak sama keahliannya.
Sehingga untuk menentukan prioritas masalah, diperlukan penjelasan terlebih dahulu
untuk memberikan pengertian dan pemahaman peserta diskusi, tanpa mempengaruhi
peserta diskusi. Hasil diskusi ini adalah prioritas masalah yang disepakati bersama.

39
B. Metode Delphi
Yaitu masalah masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang mempunyai
keahlian yang sama melalui pertemuan khusus. Para peserta diskusi diminta untuk
mengemukakan pendapat mengenai beberapa masalah pokok. Masalah yang
terbanyak dikemukakan pada pertemuan tersebut, menjadi prioritas masalah.

2.1.1 Scoring Technique


Berbagai teknik penentuan prioritas masalah dengan menggunakan teknik skoring
antara lain:

2.1.2.1 Metode Bryant


Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu:
1. Prevalence
Besarnya masalah yang dihadapi
2. Seriousness
Pengaruh buruk yang diakibatkan oleh suatu masalah dalam masyarakat dan
dilihat dari besarnya angka kesakitan dan angka kematian akibat masalah
kesehatan tersebut.
3. Manageability
Kemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan sumber daya.
1. Community concern
Sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah kesehatan tersebut.
Parameter diletakkan pada baris dan masalah-masalah yang ingin dicari
prioritasnya diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang diberikan adalah satu
sampai lima yang ditulis dari arah kiri ke kanan sesuai baris untuk tiap masalah.
Kemudian dengan penjumlahan dari arah atas ke bawah sesuai kolom untuk
masing-masing masalah dihitung nilai skor akhirnya. Masalah dengan nilai
tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas masalah. Tetapi metode ini juga
memiliki kelemahan yaitu hasil yang didapat dari setiap masalah terlalu
berdekatan sehingga sulit untuk menentukan prioritas masalah yang akan
diambil.

2.1.2.2 Metode Matematik PAHO

40
Dalam metode ini parameter diletakkan pada kolom dan masalah-masalah yang
ingin dicari prioritasnya diletakkan pada baris, dan digunakan kriteria untuk penilaian
masalah yang akan dijadikan sebagai prioritas masalah. Kriteria yang dipakai ialah:
1. Magnitude
Berapa banyak penduduk yang terkena masalah atau penyakit yang ditunjukkan
dengan angka prevalensi
2. Severity
Besarnya kerugian yang timbul yang ditunjukkan dengan case fatality rate
masing-masing penyakit.
3. Vulnerability
Sejauh mana ketersediaan teknologi atau obat yang efektif untuk mengatasi
masalah tersebut
4. Community and political concern
Menunjukkan sejauh mana masalah tersebut menjadi concern atau kegusaran
masyarakat dan para politisi
5. Affordability
Menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia.

2.1.2.1 Metode MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment)


Pada metode ini parameter diletakkan pada baris dan harus ada kesepakatan
mengenai bobot kriteria yang akan digunakan, dan masalah-masalah yang ingin dicari
prioritasnya diletakkan pada kolom. Metode ini memakai lima kriteria untuk penilaian
masalah tetapi masing-masing kriteria diberikan bobot penilaian dan dikalikan dengan
penilaian masalah yang ada sehingga hasil yang didapat lebih objektif.
Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas masalah. Kriteria
yang dipakai terdiri dari:
1. Emergency
Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga
menimbulkan kematian atau kesakitan. Parameter yang digunakan dalam kriteria
ini adalah CFR (Case Fatality Rate), jika masalah yang dinilai berupa penyakit.
Adapun jika yang dinilai adalah masalah kesehatan lain, maka digunakan
parameter kuantitatif berupa angka kematian maupun angka kesakitan yang dapat
ditimbulkan oleh permasalahan tersebut.
2. Greatest member

41
Kriteria ini digunakan untuk menilai seberapa banyak penduduk yang terkena
masalah kesehatan tersebut. Untuk masalah kesehatan yang berupa penyakit,
maka parameter yang digunakan adalah prevalence rate. Sedangkan untuk
masalah lain, maka greatest member ditentukan dengan cara melihat selisih
antara pencapaian suatu kegiatan pada sebuah program kesehatan dengan target
yang telah ditetapkan.
3. Expanding Scope
Menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sector lain di
luar sektor kesehatan. Parameter penilaian yang digunakan adalah seberapa luas
wilayah yang menjadi masalah, berapa banyak jumlah penduduk di wilayah
tersebut, serta berapa banyak sektor di luar sektor kesehatan yang berkepentingan
dengan masalah tersebut.
4. Feasibility
Kriteria lain yang harus dinilai dari suatu masalah adalah seberapa mungkin
masalah tersebut diselesaikan. Parameter yang digunakan adalah ketersediaan
sumber daya manusia berbanding dengan jumlah kegiatan, fasilitas terkait
dengan kegiatan bersangkutan yang menjadi masalah, serta ada tidaknya
anggaran untuk kegiatan tersebut.
5. Policy
Berhubung orientasi masalah yang ingin diselesaikan adalah masalah kesehatan
masyarakat, maka sangat penting untuk menilai apakah masyarakat memiliki
kepedulian terhadap masalah tersebut serta apakah kebijakan pemerintah
mendukung terselesaikannya masalah tersebut. Hal tersebut dapat dinilai dengan
apakah ada seruan atau kebijakan pemerintah yang concern terhadap masalah
tersebut, apakah ada lembaga atau organisasi masyarakat yang concern terhadap
permasalahan tersebut, serta apakah masalah tersebut terpublikasi diberbagai
media.

Metode ini memakai lima kriteria yang tersebut di atas untuk penilaian masalah
dan masing-masing kriteria harus diberikan bobot penilaian untuk dikalikan dengan
penilaian masalah yang ada sehingga hasil yang didapat lebih objektif. Pada metode ini
harus ada kesepakatan mengenai kriteria dan bobot yang akan digunakan.
Dalam menetapkan bobot, dapat dibandingkan antara kriteria yang satu dengan
yang lainnya untuk mengetahui kriteria mana yang mempunyai nilai bobot yang lebih

42
tinggi. Nilai bobot berkisar satu sampai lima, dimana nilai yang tertinggi adalah kriteria
yang mempunyai bobot lima.
1. Bobot 5: sangat penting
2. Bobot 4: penting
3. Bobot 3: cukup penting
4. Bobot 2: tidak penting
5. Bobot 1: sangat tidak penting

2.1.3 Pemilihan Metode MCUA


Berdasarkan kriteria yang ada, maka diputuskan untuk menggunakan metode MCUA
karena metode ini menempatkan parameter pada kedudukan dengan berdasarkan bobot
dan memberikan hasil final score yang objektif di mana score yang diberikan pada tiap-
tiap parameter ditambahkan, lebih sederhana dan mudah dalam penggunaannya. Dari
masalah yang didapat diberikan penilaian pada masing-masing masalah dengan
membandingkan masalah satu dengan lainnya, kemudian tiap masalah tersebut diberikan
nilai.

2.1.3.1 Emergency
Emergency menunjukkan besar kerugian yang ditimbulkan oleh masalah. Ini
ditujukan dengan case fatality rate (CFR) masing-masing penyakit. Sedangkan untuk
masalah-masalah yang tidak berhubungan dengan penyakit digunakan proxy. Nilai
proxy didapatkan dari berbagai sumber, sedangkan sistem scoring proxy CFR
ditentukan berdasarkan hasil diskusi, argumentasi, serta justifikasi. Pada
permasalahan ini, pengaruh jangka panjang KB adalah untuk menurunkan angka
kematian ibu (AKI), sehingga kelompok kami memakai angka kematian ibu sebagai
proxy. Angka Kematian Ibu adalah 305 orang per 100.000 jumlah kelahiran hidup,
menjadi 0,305 % (sumber: Depkes,2015).

Tabel 2.1. Penentuan Nilai Emergency berdasarkan Proxy AKI


Range (%) Nilai
0-5 1
5,01-10 2
10,01-15,0 3

43
15,0-20 4
20,01-25 5
25,01-30 6
30,01-35 7
35,01-40 8
40,01-45 9
45,01-50 10

Tabel 2.2 Skoring Emergency terhadap Program KB di Wilayah Puskesmas


Se-Kecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017
PROXY
DAFTAR CAKUPAN TARGET NILAI
NO AKI/100.000 SKOR
MASALAH (%) (%) PROXY
(%)
1 Cakupan Peserta KB 80,24 37,5 0,305 43,0 9
Aktif di Puskesmas
Sekecamatan
Menteng Periode
Januari Mei 2017
2 Cakupan Peserta KB 8,97 37,5 0,305` 28,83 6
Baru di Puskesmas
Sekecamatan
Menteng Periode
Januari Mei 2017
3 Cakupan Peserta Drop 0,16 0 0,305 0,46 1
Out di Puskesmas
Sekecamatan
Menteng Periode
Januari Mei 2017

2.1.3.2 Greatest Member


Kriteria ini digunakan untuk menilai seberapa banyak penduduk yang terkena
masalah kesehatan tersebut. Untuk masalah kesehatan yang berupa penyakit,
maka parameter yang digunakan adalah prevalence rate. Sedangkan untuk masalah
lain, maka greatest member ditentukan dengan cara melihat selisih antara
pencapaian suatu kegiatan pada sebuah program kesehatan dengan target yang
telah ditetapkan.

44
Tabel 2.3. Penentuan Nilai Greatest Member
Range (%) Nilai
0-5 1
5,01-10 2
10,01-15,0 3
15,0-20 4
20,01-25 5
25,01-30 6
30,01-35 7
35,01-40 8
40,01-45 9
45,01-50 10

Tabel 2.4 Skoring Greatest Member terhadap Program KB di Wilayah Puskesmas Se-
Kecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017
CAKUPAN TARGET
NO DAFTAR MASALAH SELISIH SKOR
(%) (%)
1 Cakupan Peserta KB Aktif di 80,24 37,5 42,74 9
Puskesmas Sekecamatan Menteng
Periode Januari Mei 2017
2 Cakupan Peserta KB Baru di 8,97 37,5 28,53 6
Puskesmas Sekecamatan Menteng
Periode Januari Mei 2017
3 Cakupan Peserta Drop Out di 0,16 0 0,16 1
Puskesmas Sekecamatan Menteng
Periode Januari Mei 2017

2.1.3.3 Expanding Scope


Expanding Scope menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu
permasalahan terhadap sektor lain di luar sektor kesehatan. Dinilai melalui
azas keterpaduan puskesmas, yaitu melalui lintas sektor. Adanya
keterpaduan lintas program diberikan nilai 1, sedangkan yang tidak ada
kaitan dengan sektor lain diberikan nilai 0. Adanya keterpaduan lintas sektor
lain di luar sektor kesehatan memiliki nilai 1 jika terpadu dengan 1 lintas
sektoral, nilai 2 jika terpadu dengan 2 lintas sektoral, dan nilai 3 jika terpadu
dengan > 2 lintas sektoral, serta nilai 0 jika tidak ada keterpaduan lintas
sektoral.

Tabel 2.5 Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Keterpaduan Lintas Program
Periode Januari Mei 2017

45
KETERPADUAN LINTAS PROGRAM NILAI

Tidak ada keterpaduan lintas program 0

Ada keterpaduan lintas program 1

Tabel 2.6 Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Keterpaduan Lintas Sektoral
Periode Januari Mei 2017

KETERPADUAN LINTAS SEKTORAL NILAI

Tidak ada keterpaduan lintas sectoral 0

Ada keterpaduan dengan 1 lintas sectoral 1

Ada keterpaduan dengan 2 lintas sectoral 2

Ada keterpaduan dengan >2 lintas sectoral 3

Tabel 2.7 Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Luas Wilayah

Luas Wilayah NILAI

<2 Ha 1

>2 Ha 2

Tabel 2.8 Skoring Expanding Scope terhadap Program KB di Wilayah Puskesmas


Se-Kecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017
Luas Lintas Lintas
NO DAFTAR MASALAH SKOR
Wilayah Program Sektor
1 Cakupan Peserta KB Aktif di 2 1 3 6
Puskesmas Sekecamatan Menteng
Periode Januari Mei 2017
2 Cakupan Peserta KB Baru di 2 1 3 6
Puskesmas Sekecamatan Menteng
Periode Januari Mei 2017
3 Cakupan Peserta Drop Out di 2 1 1 4
Puskesmas Sekecamatan Menteng
Periode Januari Mei 2017

2.1.3.4 Feasibility

46
Feasibility menunjukkan sejauh mana kemungkinan program kerja yang
terdapat di puskesmas dapat atau tidak dilaksanakan.Untuk menilai hal tersebut
digunakan sistem scoring dilihat dari ketersediaan sumber daya manusia, program
kerja, material, serta transportasi yang efektif serta efisien untuk mengatasi
masalah tersebut.
Adapun parameter yang digunakan untuk menilai apakah suatu masalah
dapat diselesaikan meliputi:
1. Rasio tenaga kerja puskesmas terhadap jumlah penduduk (Sumber Daya
Manusia/ SDM). Semakin banyak jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah
penduduk, maka kemungkinan suatu permasalahan terselesaikan akan
semakin besar. Oleh karena itu, dilakukan perhitungan ratio tenaga kesehatan
di setiap Puskesmas kelurahan terhadap jumlah penduduk yang menjadi
sasaran program kesehatan dimasing-masing wilayah puskesmas.
2. Ketersediaan fasilitas (material), fasilitas juga merupakan hal yang
dibutuhkan untuk menjalankan suatu kegiatan dan menyelesaikan suatu
masalah dan cakupan kegiatan tersebut. Namun, fasilitas yang dibutuhkan
oleh setiap kegiatan berbeda-beda. Oleh karena itu, dibuatkan kategori untuk
fasilitas yang dibutuhkan oleh kegiatan-kegiatan tersebut. Kategori fasilitas
digolongkan menjadi dua yaitu ketersediaan tempat dan alat. Penilaian
berdasarkan ada atau tidak ada. Digolongkan ada bila dari kegiatan
pelaksanaan program tidak ada masalah, yaitu selalu tersedia dan diberi nilai
dua. Digolongkan tidak ada bila tidak tersedia dan diberi nilai satu.

Tabel 2.9 Penentuan Nilai Feasibility Berdasarkan Ketersediaan Tenaga Kerja


Ketersediaan Tenaga Kerja Score
Ada dan cukup 3
Ada tetapi kurang 2
Tidak ada 1

Tabel 2.10 Penentuan Nilai Feasibility Berdasarkan Ketersediaan Alat/Obat


Kategori Ketersediaan Nilai
Alat/Obat Tersedia 2
Tidak Tersedia 1

Tabel 2.11 Skoring Feasibility terhadap Program KB di Wilayah Puskesmas Se-


Kecamatan Menteng Periode Januari Mei2017

47
Tenaga
N Fasilitas
DAFTAR MASALAH Kerja SKOR
O Alat / Obat
Puskesmas
1 Cakupan Peserta KB Aktif di 2 2 4
Puskesmas Sekecamatan Menteng
Periode Januari Mei 2017

2 Cakupan Peserta KB Baru di 2 2 4


Puskesmas Sekecamatan Menteng
Periode Januari Mei 2017
3 Cakupan Peserta Drop Out di 2 2 4
Puskesmas Sekecamatan Menteng
Periode Januari Mei 2017

2.1.3.5 Policy
Untuk dapat diselesaikan, aspek lain yang harus dipertimbangkan dari suatu
masalah kesehatan adalah apakah pemerintah memiliki concern terhadap masalah
tersebut. Parameter yang digunakan untuk menilai seberapa concern pemerintah
adalah kebijakan pemerintah yang concern terhadap permasalahan tersebut, serta
apakah masalah tersebut terpublikasi di berbagai media. Parameter tersebut
diberikan nilai berdasarkan parameter yang dapat memberikan informasi yang
paling dapat dipahami masyarakat serta pendekatan secara personal dengan individu
mengenai kegiatan KB. Kebijakan pemerintah diberikan nilai terendah dikarenakan
proses sosialisasi bergantung pada sektor-sektor lain agar dapat sampai ke
masyarakat. Program khusus KB diberi nilai tertinggi dikarenakan pendekatan
terhadap anggota masyarakat sudah berjalan langsung sebagai usaha eradikasi &
eliminasi penyakit yang ditekankan oleh pihak pemerintahan.
Dalam menilai aspek kebijakan pemerintah, penilaian mengacu kepada:
1. Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta nomor 212 tahun 2016.
2. Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2013 tentang RPJMD Provinsi DKI Jakarta
tahun 2013-2017
3. Peraturan Daerah provinsi DKI Jakarta Nomor 12 tahun 2014 Organisasi
Perangkat Daerah

4. Peraturan Gubernur Nomor 186 tahun 2012 tentang Program Ketahanan


Keluarga

48
5. Peraturan Gubernur Nomor 31 tahun 2013 tentang penyelenggaraan kesehatan
reproduksi

6. Peraturan Gubernur Nomor 47 tahun 2014 tentang Perubahan atas peraturan


Gubernur Nomor 162 tahun 2010 tentang Pelayanan Keluarga Berencana di
Provinsi DKI Jakarta

7. Peraturan Gubernur Nomor 227 tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan perempuan dan Keluarga Berencana.

Tabel. 2.12 Penentuan Nilai Policy


Parameter Score
Penyuluhan:
Ada 2
Tidak Ada 1
Media (Cetak dan/atau Elektronik):
Elektronik dan Cetak 2
Elektronik atau Cetak 1
Kebijakan Pemerintah (Nasional dan/atau Daerah):
Dua atau lebih Kebijakan 2
Satu Kebijakan 1

Tabel. 2.13. Skoring Policy terhadap Program KB di Wilayah Puskesmas


Se-Kecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017
No Daftar Masalah Penyuluhan Media Kebijakan Nilai
1 Cakupan Peserta KB Aktif di 2 1 2 5
Puskesmas Kecamatan Menteng
Periode Januari Mei 2017
2 Cakupan Peserta KB Baru di 2 1 2 5
Puskesmas Kecamatan Menteng
Periode Januari Mei 2017
3 Cakupan Peserta Drop Out di 2 1 2 5
Puskesmas Kecamatan Menteng
Periode Januari Mei 2017

2.2 Menentukan Kemungkinan Penyebab Masalah


Dari kelima aspek tersebut di atas, hasil nilai kemudian dikalikan dengan bobot
sehingga didapatkan bobot nilai. Hasil perhitungan skor bobot nilai adalah sebagai
berikut:

49
Tabel 2.14. Penentuan Prioritas Masalah Menurut Metode MCUA di Wilayah
Puskesmas se-Kecamatan Menteng Periode Januari Mei Tahun 2017
MS-1 MS-2 MS-3
No Parameter Bobot
N BN N BN N BN
1 Emergency 1 9 9 6 6 1 1
2 Greatest Member 4 9 36 6 24 1 4
3 Expanding Scope 2 6 12 6 12 4 8
4 Feasibility 3 4 12 4 12 4 12
5 Policy 5 5 25 5 25 5 25
Jumlah 106 79 40

Keterangan :
1. MS-1: Cakupan Peserta KB Aktif di Puskesmas Sekecamatan Menteng Periode
Januari Mei 2017 adalah sebesar 80,24% di atas target yaitu 37,5%
2. MS-2: Cakupan Peserta KB Baru di Puskesmas Sekecamatan Menteng Periode
Januari Mei 2017 adalah sebesar 8,97% di bawah target yaitu 37,5%
3. MS-3: Cakupan Peserta Drop Out di Puskesmas Sekecamatan Menteng Periode
Januari Mei 2017 adalah sebesar 0,16% tidak sesuai target yaitu 0%
4. N: Nilai
5. BN: Bobot Nilai

2.2 Menentukan Penyebab Masalah


Setelah dilakukan penetapan prioritas terhadap masalah yang ada, selanjutnya
ditentukan kemungkinan penyebab masalah untuk mendapatkan penyelesaian yang ada
terlebih dahulu. Pada tahap telah dicoba mencari apa yang menjadi akar permasalahan
dari setiap masalah yang merupakan prioritas. Pada tahap ini digunakan diagram sebab
akibat yang disebut juga diagram tulang ikan (fishbone diagram/ishikawa). Dengan
memanfaatkan pengetahuan dan dibantu dengan data yang tersedia dapat disusun
berbagai penyebab masalah secara teoritis.
Penyebab masalah dapat timbul dari bagian input maupun proses. Input, yaitu
sumber daya atau masukan oleh suatu sistem. Sumber daya sistem adalah:
1. Man : jumlah staf/petugas, keterampilan, pengetahuan, dan motivasi kerja.
2. Money : jumlah dana tersedia.
3. Material : jumlah peralatan medis dan jenis obat.
4. Method : cara penggunaan obat.
Proses adalah kegiatan sistem. Melalui proses, input akan diubah menjadi output.
Tahapan proses terdiri dari:

1. Planning (perencanaan) : Sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan


organisasi, sampai dengan menetapkan alternatif kegiatan unuk mencapainya.

50
2. Organizing (pengorganisasian) : Rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun
semua sumber daya (potensi) yang dimiliki organisasi dan memanfaatkannya secara
efisien untuk mencapai tujuan organisasi.

3. Actuating (pelaksana): proses bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja
secara optimal menjalankan tugas-tugas pokoknya sesuai dengan keterampilan yang
telah dimiliki dan dukungan sumber daya yang tersedia.

4. Controlling (monitoring): proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan


kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi
jika terjadi penyimpangan.

Pada tahapan proses, input selanjutnya akan diubah menjadi output. Adapun
tahapan proses tersebut terjadi dalam suatu lingkungan (environment), sehingga keadaan
lingkungan pun dapat mempengaruhi suatu sistem.
Masalah prioritas untuk program KB di wilayah Kecamatan Menteng yang akan
ditetapkan penyebab masalah dengan menggunakan diagram fishbone adalah sebagai
berikut:

MS-1 Cakupan Peserta KB Aktif di Puskesmas Sekecamatan Menteng Periode Januari


Mei 2017 adalah sebesar 80,24% di atas target yaitu 37,5%

MS-2 Cakupan Peserta KB Baru di Puskesmas Sekecamatan Menteng Periode Januari


Mei 2017 adalah sebesar 8,97% di bawah target yaitu 37,5%

51
Gambar 2.1. Fishbone Cakupan Peserta KB Aktif di Puskesmas Sekecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017

52
Gambar 2.2. Fishbone Cakupan Peserta KB Baru di Puskesmas Sekecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017

53
2.3 Menentukan Penyebab Masalah Yang Dominan
Pada tahap ini adalah menentukan penyebab masalah yang dominan. Dari tiga
prioritas masalah yang mungkin dengan menggunakan metode Ishikawa atau lebih dikenal
dengan fishbone (diagram tulang ikan), yang telah dikonfirmasi dengan data menjadi akar
penyebab masalah (yang terdapat pada kotak). Dari akar penyebab masalah tersebut, dapat
dicari akar penyebab masalah yang paling dominan. Penyebab masalah yang paling
dominan adalah penyebab masalah yang apabila diselesaikan, maka secara otomatis
sebagian besar masalah-masalah yang lainnya dapat dipecahkan. Penentuan akar
penyebab masalah yang paling dominan dengan cara diskusi, argumentasi, justifikasi dan
pemahaman program yang cukup. Di bawah ini adalah penyebab masalah yang dominan
dalam program KB pada puskesmas di wilayah Puskesmas Sekecamatan Menteng.

2.3.1 MS 1: Cakupan Peserta KB Aktif di Puskesmas Sekecamatan Menteng Periode


Januari Mei 2017 adalah sebesar 80,24% di atas target yaitu 37,5%
Berdasarkan data yang ditemukan dari MS 1: Cakupan Peserta KB Aktif di
Puskesmas Sekecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017 adalah sebesar 80,24%
berada di atas target yaitu 37,5%. Hal demikian dapat terjadi karena beberapa hal, seperti:
Akar penyebab masalah yang ditemukan pada input adalah:
1. Kurangnya petugas KB untuk membantu pencatatan data (Man)
2. Kurangnya pelatihan pada petugas dalam menginput data pencatatan (Material)

Akar penyebab masalah yang ditemukan pada proses adalah:


1. Dana puskesmas terbatas untuk membiayai SDM yang banyak (Organizing).
2. Persepsi untuk lebih mengejar karir (Actuating).
3. Tugas puskesmas yang banyak (Controlling).

Dari lima akar penyebab masalah di atas, maka ditetapkan dua akar penyebab masalah
yang paling dominan, berdasarkan data, informasi, observasi langsung juga pemahaman
yang cukup. Kedua akar penyebab masalah yang paling dominan tersebut adalah:
1. Kurangnya petugas KB untuk membantu pencatatan data (Man)
2. Kegiatan puskesmas yang banyak dilaksanakan (Planning)

2.3.2 MS 2: Cakupan Peserta KB Baru di Puskesmas Sekecamatan Menteng Periode


Januari Mei 2017 adalah sebesar 8,97% di bawah target yaitu 37,5%

54
Berdasarkan data yang ditemukan dari MS-2 : Cakupan Peserta KB Baru di
Puskesmas Sekecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017 adalah sebesar 8,97%
berada di bawah target yaitu 37,5%. Hal demikian dapat terjadi karena beberapa hal,
seperti:
Akar penyebab masalah yang ditemukan pada input adalah:
1. Kurangnya petugas KB untuk mensosialisasikan KB (Man)
2. Kurangnya pelatihan pada petugas dalam menginput data pencatatan (Material)
3. Petugas memiliki banyak tugas lain yang harus dilaksanakan (Method)

Akar penyebab masalah yang ditemukan pada proses adalah:


1. Kegiatan puskesmas banyak yang dilaksanakan (Planning)
2. Kegiatan puskesmas banyak yang dilaksanakan (Organizing)
3. Keterbatasan waktu dokter untuk memberikan pengarahan kepada petugas (Actuating)
4. Tugas puskesmas yang banyak (Controlling)

Akar penyebab masalah yang ditemukan pada lingkungan (Environtment) adalah:


1. Banyaknya PUS yang belum ber-KB (Environment)

Dari delapan akar penyebab masalah di atas, maka ditetapkan dua akar penyebab
masalah yang paling dominan, berdasarkan data, informasi, observasi langsung juga
pemahaman yang cukup. Kedua akar penyebab masalah yang paling dominan tersebut
adalah:
1. Kurangnya petugas KB untuk mensosialisasikan KB (Man)
2. Kegiatan puskesmas banyak yang dilaksanakan (Plannning)
3. Banyaknya PUS yang belum ber-KB (Environment)

55
BAB III

PENETAPAN ALTERNATIF CARA PEMECAHAN MASALAH

Setelah menentukan penyebab masalah yang paling dominan, untuk mengurangi atau
bahkan menghilangkan akar penyebab masalah yang paling dominan tersebut, maka
ditentukan beberapa alternatif pemecahan masalah. Penetapan alternatif pemecahan masalah
dengan menggunakan metode MCUA (Multiple Criteria Utility Assesment), yaitu dengan
memberikan skor 12 pada bobot berdasarkan hasil diskusi, argumentasi, dan justifikasi
kelompok. Parameter diletakkan pada baris, sedangkan alternatif diletakkan pada kolom.
Selanjutnya kepada setiap masalah kemudian diberikan nilai dari kolom kiri ke kanan
sehingga hasil yang didapatkan merupakan perkalian antara bobot kriteria dengan skor dari
setiap alternatif masalah dan dijumlahkan tiap baris menurut setiap kriteria berdasarkan
masing-masing alternatif masalah tersebut.
Kriteria dalam penetapan alternatif masalah yang terbaik adalah:
1. Dapat memecahkan masalah dengan sempurna
Diberi nilai 12, dimana nilai 2 merupakan masalah yang paling mungkin diselesaikan
dan nilai 1 merupakan masalah yang paling sulit diselesaikan.
2. Mudah dilaksanakan
Diberi nilai 12, di mana nilai 2 merupakan masalah yang paling mudah dilaksanakan
dan nilai 1 merupakan masalah yang paling sulit dilaksanakan.
3. Murah biayanya
Diberi nilai 12, di mana nilai 2 merupakan masalah yang paling mahal
pelaksanaannya, dan 1 merupakan masalah yang paling murah biaya pelaksanaannya.
4. Waktu penerapan sampai masalah terpecahkan tidak lama
Diberi nilai 12, di mana nilai 2 merupakan masalah yang paling dapat diselesaikan
dengan cepat, dan nilai 1 merupakan masalah yang memerlukan waktu paling lama
dalam penyelesaiannya.

3.1. MS 1 Cakupan Peserta KB Aktif di Puskesmas Sekecamatan Menteng Periode


Januari Mei 2017 adalah sebesar 80,42% di bawah target yaitu 37,5%

56
Dari akar penyebab masalah yang terpilih, ditetapkan alternatif pemecahan
masalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Akar penyebab masalah dan alternatif pemecahan masalah


No Akar Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah
1. Kurangnya petugas KB untuk Mengajak kader untuk membantu
membantu pencatatan data KB pencatatan data KB
2. Kegiatan puskesmas banyak yang Menetapkan waktu khusus untuk
dilaksanakan setiap program tertentu

Tabel 3.2 Alternatif Pemecahan Masalah Cakupan Peserta KB Aktif di Puskesmas


Sekecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017
AL-1 AL-2
No Parameter Bobot
N BN N BN
1 Mudah dilaksanakan 4 2 8 1 4
2 Murah biayanya 3 1 3 2 6
3 Waktu penerapannya 2 2 4 2 4
sampai masalah
terpecahkan tidak terlalu
lama
4 Dapat menyelesaikan 1 2 2 2 2
dengan sempurna
Jumlah 17 16

Keterangan:
AL-1: Mengajak kader untuk membantu pencatatan data KB
AL-2: Menetapkan waktu khusus untuk setiap program tertentu
N: Nilai
BN: Bobot x Nilai

Dari hasil penetapan alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan metode


MCUA, berdasarkan peringkat didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Mengajak kader untuk membantu pencatatan data KB
2. Menetapkan waktu khusus untuk setiap program tertentu

3.2 MS-2 Cakupan Peserta KB Baru di Puskesmas Sekecamatan Menteng Periode


Januari - Mei 2017 adalah sebesar 8,97% di bawah target yaitu 37,5%

57
Dari akar penyebab masalah yang terpilih, ditetapkan alternatif pemecahan
masalah sebagai berikut:
Tabel 3.3 Akar penyebab masalah dan alternatif pemecahan masalah
No Akar Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah
1. Kurangnya petugas KB untuk Mengajak kader untuk membantu
mensosialisasikan KB program KB

2. Kegiatan puskesmas banyak yang Menetapkan waktu khusus untuk


dilaksanakan setiap program tertentu
3. Banyaknya PUS yang belum ber- Mengadakan penyuluhan rutin
KB mengenai metode KB

AL-1 AL-2 AL-3


No Parameter Bobot
N BN N BN N BN
Mudah 1 4
1 4 1 4 1 4
dilaksanakan
2 6
2 Murah biayanya 3 1 3 2 6
Waktu
penerapannya
3 sampai masalah 2 2 4 2 4 2 4
terpecahkan tidak
terlalu lama
Dapat
4 menyelesaikan 1 2 2 2 2 1 1
dengan sempurna
Jumlah 13 16 15
Tabel 3.4 Alternatif Pemecahan Masalah Cakupan Peserta KB Baru dengan
Puskesmas Sekecamatan Menteng Periode Januari Mei 201
Keterangan:
AL-1: Mengajak kader untuk membantu program KB
AL-2: Menetapkan waktu khusus untuk setiap program tertentu
AL-3: Mengadakan penyuluhan rutin mengenai metode KB
N: Nilai
BN: Bobot Nilai

Dari hasil penetapan alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan metode


MCUA, berdasarkan peringkat didapatkan hasil sebagai berikut:

58
1. Mengajak kader untuk membantu program KB
2. Menetapkan waktu khusus untuk setiap program tertentu
3. Mengadakan penyuluhan rutin mengenai metode KB

Dari hasil penetapan alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan metode


MCUA, berdasarkan peringkat didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Mengajak kader untuk membantu pencatatan data KB
2. Menetapkan waktu khusus untuk setiap program tertentu

59
BAB IV
RENCANA DAN PELAKSANAAN PEMECAHAN MASALAH

4.1 Penyusunan Rencana Pemecahan Masalah


Setelah ditemukannya alternatif pemecahan masalah maka sampailah pada tahap
penyusunan rencana pemecahan masalah. Dalam tahap ini, diharapkan dapat mengambil
keputusan-keputusan untuk memecahkan akar masalah yang dianggap paling dominan.
Perencanaan adalah upaya menyusun berbagai keputusan yang bersifat pokok yang
dipandang paling penting dan akan dilakukan menurut urutannya guna mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan rencana memecahkan
masalah.

3.1.1 MS 1 : Cakupan Peserta KB Aktif di Puskesmas Sekecamatan Menteng Periode


Januari Mei 2017 adalah sebesar 80,24% berada di atas target yaitu 37,5%
Agar dapat melaksanakan alternatif pemecahan masalah dari permasalahan MS
1 : Cakupan Peserta KB Aktif di Puskesmas Sekecamatan Menteng Periode Januari
Mei 2017 adalah sebesar 80,24% berada di atas target yaitu 37,5% yang didapatkan
dalam BAB III, maka dibuatlah rencana usulan kegiatan sebagai berikut

Tabel 4.1.1 Rencana Usulan Kegiatan Pemecahan Masalah Cakupan Peserta KB Aktif
dengan Kondom di Puskesmas Sekecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017
No Alternatif Rencana Kegiatan Sasaran Target Biaya
1. Mengajak kader - Melakukan Kader - Kader dapat Rp.
pembinaan pada membantu 100.000,- /
untuk membantu
kader tentang pencatatan data KB kegiatan
pencatatan data
pencatatan data dan membantu
KB KB setiap kegiatan
- Mengikutsertakan tentang KB
kader dalam setiap
kegiatan KB

No Alternatif Rencana Kegiatan Sasaran Target Biaya


2. Menetapkan - Mengadakan rapat Kepala - Mempunyai -
program efisiensi waktu dan
waktu khusus dengan kepala setiap
poskesmas pencapaian pada
untuk setiap program puskesmas

60
program tertentu untuk menetapkan setiap program
waktu pada setiap puskesmas

kegiatan

4.1.2 MS 2: Cakupan Peserta KB Baru di Puskesmas Sekecamatan Menteng Periode


Januari-Mei 2017 adalah sebesar 8,97% di bawah target yaitu 37,5%
Agar dapat melaksanakan alternatif pemecahan masalah dari permasalahan MS
-2: Cakupan Peserta KB Baru di Puskesmas Sekecamatan Menteng Periode Januari
Mei 2017 adalah sebesar 8,97% berada di bawah target yaitu 37,5% yang didapatkan
dalam BAB III, maka dibuatlah rencana usulan kegiatan sebagai berikut:

Tabel 4.1.2 Rencana Usulan Kegiatan Pemecahan Masalah Cakupan Peserta KB Baru
di Puskesmas Sekecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017
No Alternatif Rencana Kegiatan Sasaran Target Biaya
1. Mengajak kader - Melakukan Kader - Kader dapat Rp.
pembinaan pada membantu kegiatan 100.000,- /
untuk membantu
kader tentang KB KB sekaligus kegiatan
program KB - Mengikutsertakan melakukan
kader dalam setiap sosialisasi tentang
kegiatan KB KB

No Alternatif Rencana Kegiatan Sasaran Target Biaya


2. Menetapkan - Mengadakan rapat Kepala - Mempunyai -
program efisiensi waktu dan
waktu khusus dengan kepala setiap
poskesmas pencapaian pada
untuk setiap program puskesmas
setiap program
program tertentu untuk menetapkan puskesmas
waktu pada setiap
kegiatan

No Alternatif Rencana Kegiatan Sasaran Target Biaya


3 Mengadakan -Membuat program Pasangan Masyarakat Rp.
Usia mengetahui tata 100.000,-/K
penyuluhan rutin penyuluhan berkala
Subur cara, kelebihan dan egiatan
mengenai metode mengenai KB
kekurangan
KB -Melakukan mengenai alat

61
penyuluhan secara kontrasepsi yang
berkala terhadap dilakukan setiap
sebulan sekali
masyarakat mengenai
KB

4.2 Rencana Pelaksanaan Kegiatan Pemecahan Masalah

Setelah menyusun pemecahan masalah, maka akan dilakukan rencana pelaksanaan


pemecahan masalah yang disusun berdasarkan rencana usulan kegiatan.Perencanaan
pelaksanaan pemecahan masalah disajikan dalam bentuk tabel gant chart berikut ini:

62
Tabel 4.3 Rencana kegiatan Pemecahan Masalah Peserta KB Aktif di Puskesmas Sekecamatan Menteng

Bulan
NO Kegiatan Jan '17 Feb '17 Maret '17 April '17 Mei '17 Juni '17
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Menentukan petugas x
kesehatan selama
setahun yang akan
memberikan
penyuluhan setiap
bulan
2. Melakukan x X x x x x
penyuluhan mengenai
tata cara, kelebihan,
dan kekurangan alat
kontrasepsi
3 Membuat program x x x x x x x x x x x X
konsultasi KB dengan
kondom di Poli KIA
dua minggu sekali

63
Bulan
NO Kegiatan Juli '17 Ags'17 Sep '17 Okt '17 Nov '17 Des '17
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Menentukan petugas x
kesehatan selama
setahun yang akan
memberikan
penyuluhan setiap
bulan
2. Melakukan x x x x x X
penyuluhan mengenai
tata cara, kelebihan,
dan kekurangan alat
kontrasepsi kondom

3. Membuat program x x x x x x x x x x x X
konsultasi KB dengan
kondom di Poli KIA
dua minggu sekali

64
Tabel 4.4 Rencana kegiatan Pemecahan Masalah Peserta KB Baru di Puskesmas Sekecamatan Menteng

Bulan
NO Kegiatan Jan '17 Feb '17 Maret '17 April '17 Mei '17 Juni '17
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Menambah petugas KB untuk x
melakukan penyuluhan
2. Menyusun materi yang akan x
diberikan ke petugas
kesehatan tentang alat
kontrasepsi
3. Melaksanakan pelatihan x
kepada petugas KB tentang
kekurangan dan kelebihan
serta bagaimana cara
memasang alat kontrasepsi
dengan benar
4 Melakukan penyuluhan x x x x x X
mengenai tata cara, kelebihan,
dan kekurangan alat
kontrasepsi
5 Membuat panitia dan X
menyusun acara promosi dan
pengenalan alat kontrasepsi
kepada masyarakat
6 Mengadakan acara promosi X
dan pengenalan alat
kontrasepsi kepada
masyarakat

65
Bulan
NO Kegiatan Juli '17 Ags '17 Sept '17 Okt '17 Nov '17 Des '17
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Menambah petugas KB x
untuk melakukan
penyuluhan
2. Menyusun materi yang akan x
diberikan ke petugas
kesehatan tentang alat
kontrasepsi
3. Melaksanakan pelatihan x
kepada petugas KB tentang
kekurangan dan kelebihan
serta bagaimana cara
memasang alat kontrasepsi
yang benar
4. Melakukan penyuluhan x x x x x X
mengenai tata cara,
kelebihan, dan kekurangan
alat kontrasepsi
5. Membuat panitia dan X
menyusun acara promosi
dan pengenalan alat
kontrasepsi kepada
masyarakat
6. Mengadakan acara promosi x
dan pengenalan alat
kontrasepsi kepada
masyarakat

66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Setelah melewati berbagai proses, maka didapatkan satu program kesehatan dasar Puskesmas
Kecamatan Gambir yang dievaluasi, yaitu program Keluarga Berencana (KB) dan didapatkan 3
masalah yang teridentifikasi melewati diskusi dan justifikasi sehingga didapatkan satu prioritas
masalah selama bulan Januari Mei 2017, yaitu:
1. MS 1: Cakupan Peserta KB Aktif di Puskesmas Sekecamatan Menteng Periode
Januari Mei 2017 adalah sebesar 80,24% berada di atas target yaitu 37,5%
2. MS 2 : Cakupan Peserta KB Baru di Puskesmas Sekecamatan Menteng Periode
Januari Mei 2017 adalah sebesar 8,97 % berada di bawah target yaitu 37,5%

Selanjutnya prioritas masalah diatas dicari akar penyebab masalah yang paling dominan dan
setelah dilakukan diskusi, argumentasi, dan justifikasi, maka dapat disimpulkan akar penyebab
masalah yang dominan dari masalah yang diprioritaskan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Akar penyebab masalah dominan dari cakupan Peserta KB Aktif di Puskesmas
Sekecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017 adalah sebesar 80,24% berada di
atas target yaitu 37,5%
a. Kurangnya petugas KB untuk membantu pencatatan data (Man)
b. Tugas puskesmas yang banyak dilaksanakan (Controlling)
2. Akar penyebab masalah dari cakupan Peserta KB Baru di Puskesmas Sekecamatan
Menteng Periode Januari Mei 2017 adalah sebesar 8,97 % berada di bawah target
yaitu 37,5 %
a. Kurangnya petugas KB untuk mensosialisasikan KB (Man)
b. Kegiatan puskesmas banyak yang dilaksanakan (Plannning)
c. Banyaknya PUS yang belum ber-KB (Environment)

5.2 Saran
Berdasarkan permasalahan program kesehatan dasar tersebut, disarankan atau
direkomendasikan beberapa hal kepada Kepala Puskesmas Kecamatan Menteng adalah sebagai
berikut :

67
Alternatif pemecahan masalah dari permasalahan Cakupan Peserta KB Aktif di Puskesmas
Sekecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017 adalah
1. Mengajak kader untuk membantu pencatatan data KB
a. Melakukan pembinaan pada kader tentang pencatatan data KB
b. Mengikutsertakan kader dalam setiap kegiatan yang berhubungan dengan KB
2. Menetapkan waktu khusus untuk setiap program tertentu
a. Mengadakan rapat dengan kepala setiap program puskesmas untuk menetapkan waktu
pada setiap kegiatan

Alternatif pemecahan masalah dari permasalahan Cakupan Peserta KB Baru di Puskesmas


Sekecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017 adalah
1. Merekrut kader untuk membantu program KB
a. Melakukan pembinaan pada kader tentang KB
b. Mengikutsertakan kader dalam setiap kegiatan KB

2. Menetapkan waktu khusus untuk setiap program tertentu


a. Mengadakan rapat dengan kepala setiap program puskesmas untuk menetapkan waktu
pada setiap kegiatan
3. Mengadakan penyuluhan rutin mengenai metode KB
a. Membuat program penyuluhan berkala mengenai KB
b. Melakukan penyuluhan secara berkala terhadap masyarakat mengenai KB

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham F G, Gant NF. Williams Obstetri. Edisi ke-22.Volume 2. Jakarta,Penerbit Buku


Kedokteran EGC. 2009

Laporan Puskesmas Kecamatan Menteng 2015

Laporan Puskesmas Kecamatan Menteng 2016

68
Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan di Fasilitas Kesehatan. BkkbN dan
Kemenkes R.I. 2012

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana dalam Jaminan Kesehatan Nasional.


Jakarta, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BkkbN). 2014

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 Tahun 2014

Saifuddin A B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi Pertamacetakan Keempat.


Jakarta , Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2003

69

Anda mungkin juga menyukai