PENDAHULUAN
1
Gambar 1.1. Batas Wilayah Kecamatan Menteng
Jumlah penduduk yang terbanyak pada Kelurahan Menteng dengan jumlah 29.052
orang.
Tabel 1.3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Kecamatan Menteng tahun 2017
2
KELAMIN
3
Pelayanan kesehatan diberikan kepada semua golongan, dan tidak
membedakan umur, pekerjaan, status sosial ekonomi, agama, ras dan lain-lain,
akan tetapi lebih diprioritaskan bagi golongan masyarakat yang
berpenghasilan rendah.
4
2. Pelaksanaan upaya kesehatan yang semula lebih bersifat terpilah-pilah
(fragmented) berubah menjadi kegiatan yang terpadu (integrated)
3. Sumber pembiayaan kesehatan yang semula lebih banyak dari pemerintah
berubah menjadi pembiayaan kesehatan lebih banyak dari masyarakat
4. Pergeseran pola pembayaran dalam pelayanan kesehatan yang semula fee for
service menjadi pembayaran secara pra-upaya
5. Pergeseran pemahaman tentang kesehatan dari pandangan konsumtif
menjadi investasi
6. Upaya kesehatan yang semula lebih banyak dilakukan oleh pemerintah akan
bergeser lebih banyak dilakukan oleh masyarakat sebagai mitra pemerintah
(partnership)
7. Pembangunan kesehatan yang semula bersifat terpusat (centralization)
menjadi otonomi daerah (decentralization)
8. Pergeseran proses perencanaan dari top down menjadi bottom up seiring
dengan era desentralisasi
5
b. Pelayanan UKM dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi masyarakat
c. Pelayanan UKP dilaksanakan oleh Puskesmas dan fasilitas pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat
d. Optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan Puskesmas
dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan
e. Pendekatan pelayanan yang diberikan berdasarkan kebutuhan dan
permasalahan yang sesuai dengan pola kehidupan masyarakat perkotaan
B. Puskesmas Kawasan Pedesaan
6
b. Akses transportasi umum rutin 1 kali dalam 1 minggu, jarak tempuh pulang
pergi dari ibukota kabupaten memerlukan waktu lebih dari 6 jam, dan
transportasi yang ada sewaktu-waktu dapat terhalang iklim atau cuaca; dan
c. Kesulitan pemenuhan bahan pokok dan kondisi keamanan yang tidak stabil.
7
4. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)
8
kemandirian hidup.
c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan, dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Puskesmas akan selalu berupaya
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar dan
memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan serta
meningkatkan efisiensi pengelolaan dana, sehingga dapat dijangkau oleh
seluruh anggota masyarakat.
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat
yang berkunjung dan bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi
dan dengan menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai.
9
e) Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan danupaya
kesehatan berbasis masyarakat
f) Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas
g) Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan
h) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan
cakupan Pelayanan Kesehatan
i) Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk
dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan
penyakit.
2. Penyelenggaraan Unit Kesehatan Perorangan/UKP tingkat pertama di wilayah
kerjanya. Dalam menjalankan fungsinya Puskesmas berwewenang:
10
tersebut tidak menimbulkan ketergantungan
d) Memberi pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat
e) Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanankan
program puskesmas.
11
1. Prinsip Paradigma Sehat
Berdasarkan prinsip paradigma sehat, Puskesmas wajib mendorong
seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan
mengurangi risiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat. Paradigma adalah cara pandang orang terhadap diri dan
lingkungannya, yang akan memengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap
(afektif), dan bertingkah laku (psikomotorik). Paradigma juga dapat berarti
seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang diterapkan dalam
memandang realitas di sebuah komunitas. Dengan demikian, Paradigma Sehat
dapat didefinisikan sebagai cara pandang, asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang
mengutamakan upaya menjaga dan memelihara kesehatan, tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Dengan Paradigma Sehat maka
orang-orang yang sehat akan diupayakan agar tetap sehat dengan menerapkan
pendekatan yang holistik.
12
d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu maupun keluarga,
kelompok, dan masyarakat
4. Prinsip Pemerataan
Berdasarkan prinsip pemerataan, Puskesmas menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah
kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya,
dan kepercayaan. Puskesmas harus dapat membina jejaring/kerjasama dengan
fasilitas kesehatan tingkat pertama lainnya seperti klinik, dokter layanan primer
(DLP), dan lain-lain yang ada di wilayah kerjanya.
13
5. Prinsip Teknologi Tepat Guna
Berdasarkan prinsip teknologi tepat guna, Puskesmas menyelenggarakan
pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai
dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan, dan tidak berdampak buruk
bagi lingkungan.
14
2. Puskesmas Kelurahan Pegangsaan
Jl. Tambak No. 28 Pegangsaan Jakarta Pusat
3. Puskesmas Kelurahan Gondangdia
Jl. Agus Salim No. 19A Kebon Sirih Jakarta Pusat
Sarana dan Prasarana yang dimiliki oleh Puskesmas Kecamatan Menteng, yaitu:
1. Transportasi
- 1 buah Mobil Kijang Ambulans Puskesmas Keliling Inpres tahun
1989/1990
- 8 buah Sepeda Motor, 4 buah di Puskesmas Kecamatan dan 2 buah masing-
masing di Puskesmas Kelurahan
- 1 Unit Mobil Ambulans untuk Operasional Puskesmas (Mitsubishi L 300)
- 1 Unit Mobil Dinas Suzuku APV untuk Operasional Puskesmas diterima
tahun 2005
- 1 unit mobil puskesmas keliling (berupa suzuki APV yang diadakan
oleh puskesmas pada tahun 2010)
2. Alat Komunikasi
Telepon ada 6 buah, yaitu :
- Puskesmas Kecamatan Menteng dengan nomor : 31935836,
3157164, 3103439, Fax 31904965
- Puskesmas Kelurahan Pegangsaan dengan nomor : 31934355
15
Perencanaan obat-obatan disesuaikan dengan kebutuhan masing-
masing Puskesmas dengan melihat jumlah kunjungan pada tahun
sebelumnya.
1.1.3.3
Struktur
Organisasi
Puskesmas Kecamatan Menteng dipimpin oleh drg. Alamas Hidayati dan
membawahi 119 karyawannya.
16
1.1.3.4 Sumber Daya Manusia
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui
pendidikan dibidang kesehatan,untuk melakukan praktek. Gambaran tenaga
kesehatan yang mendukung penyediaan pelayanan yang berkualitas di wilayah
Kecamatan Menteng Tahun 2017.
17
16 Kesehatan Lingkungan D3 1
17 Perekam medik D3 1
18 Administrasi S1 2 3
19 Administrasi D3 1 4
20 Administrasi SLTA 3 8
21 Pengemudi SLTA 6
JUMLAH 48 72
18
2 Penyakit Darah Tinggi 5588
3 Peny. Pulpa & Jar Pariapikal 5950
4 Peny. Pd.Sistem Otot & Jar. Pengikat 2960
5 Diare 2333
6 Karier Gigi 1596
1.1.4.1 Tujuan
Keluarga berencana (KB) adalah perencanaan kehamilan, sehingga
kehamilan hanya terjadi pada waktu yang diinginkan. Tujuannya agar :
1. Tujuan umum berupa menurunkan angka kelahiran dan meningkatkan
kesehatan ibu sehingga mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera (NKKBS) melalui pengendalian pertumbuhan, meningkatkan
keikut sertaan kelestrarian ber-KB seluruh pelosok sehingga akan
menurunkan angka fertilitas yang bermakna.
2. Tujuan khusus berupa; Meningkatkan pemerataan pemakaian MKJP baik
19
terhadap peserta baru maupun kb aktif, meningkatkan dan semakin
meratanya penggarapan terhadap generasi muda dalam kaitannya dengan
pendewasaan usia kawin dan sebagai bantuan mendukung gerakan KB
nasional di daerah, Semakin meratanya kemandirian masyarakat dalam ikut
serta memberikan pelayanan atau mendapatkan pelayanan KB
(BKKBN,2014).
Pelayanan KB merupakan salah satu strategi untuk mendukung
percepatan penurunan Angka Kematian Ibu melalui:
1.1.4.2 Sasaran
Sasaran program Keluarga Berencana adalah Pasangan Usia Subur (PUS)
dan Perkiraan Permintaan Masyarakat (PPM). Jumlah pasangan usia subur yang
menjadi 24 sasaran program ditetapkan berdasarkan survei pasangan usia subur yang
dilaksanakan sekali setiap tahun dan pelaksanaannya dikoordinasikan oleh PLKB
(Petugas Lapangan Keluarga Berencana) di masing-masing kelurahan atau dari
BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) (BKKBN,2014).
Sasaran program Keluarga Berencana mempunyai tiga sasaran diantaranya:
1. Sasaran Primer; Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala
upaya pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan
kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi kepala keluarga untuk
masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk masalah KIA
(kesehatan ibu dan anak), anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan sebagainya.
20
Upaya promosi yang dilakukan terhadap sasaran primer ini sejalan dengan
strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment).
2. Sasaran Sekunder; Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya.
Disebut sasaran sekunder karena dengan memberikan pendidikan kesehatan pada
kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan memberikan pendidikan
kesehatan pada masyarakat disekitarnya. Disamping itu dengan perilaku sehat para tokoh
masyarakat sebagai hasil pendidikan kesehatan yang diterima, maka para tokoh
masyarakat ini akan memberikan contoh atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat
sekitarnya. Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran sekunder ini adalah
sejalan dengan strategi dukungan sosial (social support).
3. Sasaran Tersier; Para pembuat keputusan atau penentuan kebijakan baik ditingkat
pusat, maupun daerah adalah sasaran tersier pendidikan kesehatan dengan
kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan
mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh masyarakat (sasaran sekunder),
dan juga kepada masyarakat umum (sasaran primer). Upaya promosi kesehatan
yang ditujukan kepada sasaran tersier ini sejalan dengan strategi advokasi
(BKKBN,2014).
21
12. Prasarana dan Sarana
13. Pelaporan dan Penelitian
(BKKBN dan Kemenkes R.I. 2012)
22
4. Pendekatan kualitas (quality approach) Meningkatkan kualitas pelayanan baik
dari segi pemberi pelayanan (provider) dan penerima pelayanan (klien) sesuai
dengan situasi dan kondisi.
5. Pendekatan kemandirian (self rellant approach) Memberikan peluang kepada
sektor pembangunan lainnya dan masyarakat yang telah mampu untuk segera
mengambil alih peran dan tanggung jawab dalam pelaksanaan program KB
nasional.
6. Pendekatan tiga dimensi ( three dimension approach) Strategi tiga dimensi
program KB sebagai pendekatan program KB nasional, dibagi dalam tiga tahap
pengelolaan program KB sebagai berikut :
a. Tahap perluasan jangkauan
Pola tahap ini penggarapan program lebih difokuskan lebih kepada sasaran :
Coverage wilayah
Penggarapan wilayah adalah penggarapan program KB lebih diutamakan
pada penggarapan wilayah potensial, seperti wilayah Jawa, Bali dengan
kondisi jumlah penduduk dan laju pertumbuhan yang besar
Coverage khalayak
Mengarah kepada upaya menjadi akseptor KB sebanyak-banyaknya. Pada
tahap ini pendekatan pelayanan KB didasarkan pada pendekatan klinik.
b. Tahap pelembagaan
Tahap ini untuk mengantisipasi keberhasilan pada tahap potensi yaitu tahap
perluasan jangkauan. Tahap coveragewilayah diperluas jangkauan propinsi
luar Jawa Bali. Tahap ini inkator kuantitatif kesertaan ber- KB pada kisaran
45-65 % dengan prioritas pelayanan kontrasepsi dengan metode jangka
panjang, dengan memanfaatkan momentum-momentum besar.
c. Tahap pembudayaan program KB
Pada tahap coverage wilayah diperluas jangkauan propinsi seluruh Indonesia.
Sedangkan tahap coverage khalayak diperluas jangkauan sisa PUS yang
menolak, oleh sebab itu pendekatan program KB dilengkapi dengan
pendekatan Takesra (Tabungan Keluarga Sejahtera) dan Kukesra (Kredit
Usaha Keluarga Sejahtera). Adapun kegiatan/cara operasional pelayana KB
adalah sebagai berikut :
a. Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi dilakukan dengan
memberikan penerangan konseling, advokasi, penerangan kelompok
(penyuluhan) dan penerangan massa melalui media cetak, elektronik.
Dengan penerangan, motivasi diharapkan meningkat sehingga terjadi
peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku masyarakat dalam
23
ber KB, melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga
sehingga tercapai Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).
b. Pelayanan kontrasepsi dan pengayoman peserta KB
Dikembangkan program reproduksi keluarga sejahtera. Para wanita
baik sebagai calon ibu atau ibu, merupakan anggota keluarga yang paling
rentan mempunyai potensi yang besar untuk mendapatkan KIE dan
pelayanan KB yang tepat dan benar dalam mempertahankan fungsi
reproduksi. Dalam mencapai sasaran reproduksi sehat, dikembangkan 2
gerakan yaitu: pengembangan gerakan KB yang makin mandiri dan
gerakan keluarga sehat sejahtera dan gerakan keluarga sadar HIV/AIDS.
Pengayoman, melalui program ASKABI (Asuransi Keluarga Berencana
Indonesia), tujuan agar merasa aman dan terlindung apabila terjadi
komplikasi dan kegagalan.
c. Peran serta masyarakat dan institusi pemerintah PSM ditonjolkan
(pendekatan masyarakat) serta kerjasama institusi pemerintah (Dinas
Kesehatan, BKKBN, Depag, RS, Puskesmas).
d. Pendidikan KB Melalui jalur pendidikan (sekolah) dan pelatihan, baik
petugas KB, bidan, dokter berupa pelatihan konseling dan keterampilan
(Saifuddin A B, 2003).
24
3. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR yang
mengandung hormon (sintetik progesteron) dan yang tidak mengandung hormon.
4. Metode Kontrasepsi Mantap
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode Operatif Wanita
(MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal dengan
tubektomi karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat saluran
tuba/tuba falopii sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma.
Sedangkan MOP sering dikenal dengan Vasektomi yaitu memotong atau
mengikat saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak diejakulasikan.
5. Metode Kontrasepsi Darurat
Metode kontrasepsi yang dipakai dalam kondisi darurat ada 2 macam yaitu pil
dan AKDR (Cunningham F G, Gant NF, 2009).
25
jauhkan dari sinar
matahari langsung
26
Tabel 1.8 Cakupan Peserta KB Aktif di Puskesmas Kecamatan Menteng
Periode Januari Mei 2017
No. Puskesmas PUS KB Pencapaian Target
(a) AKTIF (b/a x 100 (%)
(b) %)
27
1 KEL. MENTENG 2.672 1.879 70,32
2 KEL. CIKINI 1.024 834 81,44
3 KEL. PEGANGSAAN 2.435 1.762 72,36
4 KEL. KEBON SIRIH 1.839 1.288 70,03
5 KEL. GONDANGDIA 559 412 73,70
28
Tabel 1.13 Cakupan Peserta MOW dengan KB Aktif di Puskesmas
Kecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017
No. Puskesmas KB MOW Pencapaian
AKTIF (b) (b/a x 100%)
(a)
29
2 KEL. CIKINI 1.024 19 1,85
3 KEL. PEGANGSAAN 2.435 44 1,80
4 KEL. KEBON SIRIH 1.839 18 0,97
5 KEL. GONDANGDIA 559 7 1,25
30
(a) (b/a x 100
%)
31
JUMLAH 3.433 18 0,52
32
2 KEL. CIKINI 1.029 0 0
3 KEL. PEGANGSAAN 514 0 0
4 KEL. KEBON SIRIH 514 0 0
5 KEL. GONDANGDIA 343 0 0
JUMLAH 3.433 0 0
33
Kecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017
%)
2 KEL. CIKINI 76 0 0
5 KEL. GONDANGDIA 35 0 0
JUMLAH 904 0 0
34
No. Puskesmas Sasaran IUD (b) Pencapaian
Bulin (a) (b/a x 100
%)
35
2 KEL. CIKINI 76 1 1,31
3 KEL. PEGANGSAAN 272 0 0
4 KEL. KEBON SIRIH 171 0 0
5 KEL. GONDANGDIA 35 0 0
JUMLAH 945 0 0
36
%)
37
belum mencapai target yang sudah ditetapkan, adanya kemudahan dalam
mengakses data serta pencatatan dan pelaporan yang lengkap. Adapun identifikasi
masalah yang didapatkan antara lain:
BAB II
PENETAPAN PRIORITAS MASALAH DAN PENYEBAB MASALAH
38
keluarnya, namun karena keterbatasan sumber daya, dana, dan waktu menyebabkan tidak
semua permasalahan dapat dipecahkan sekaligus. Untuk itu perlu ditentukan masalah yang
menjadi prioritas. Setelah pada tahap awal merumuskan masalah, maka dilanjutkan dengan
menetapkan prioritas masalah yang harus dipecahkan. Prioritas masalah didapatkan dari data
atau fakta yang ada secara kualitatif, kuantitatif, subjektif, objektif serta adanya pengetahuan
yang cukup.
Pada BAB I, telah dirumuskan masalah yang terdapat pada program Keluarga
Berencana (KB) yang merupakan salah satu dari 7 program kesehatan dasar di Puskesmas
Kecamatan Menteng. Dikarenakan adanya keterbatasan sumber daya manusia, dana, dan
waktu, maka dari semua masalah yang telah dirumuskan, perlu ditetapkan masalah yang
menjadi prioritas untuk diselesaikan.
Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan pembobotan.
Untuk dapat menetapkan kriteria, pembobotan dan skoring perlu dibentuk sebuah kelompok
diskusi. Agar pembahasan dapat dilakukan secara menyeluruh dan mencapai sasaran, maka
setiap anggota kelompok diharapkan mempunyai informasi dan data yang tersedia. Beberapa
langkah yang dilakukan dalam penetapan prioritas masalah meliputi:
1. Menetapkan kriteria
2. Memberikan bobot masalah
3. Menentukan skoring tiap masalah
A. Metode Delbeq
Menetapkan prioritas masalah menggunakan tekhnik ini dilakukan melalui
diskusi dan kesepakatan sekelompok orang, namun yang tidak sama keahliannya.
Sehingga untuk menentukan prioritas masalah, diperlukan penjelasan terlebih dahulu
untuk memberikan pengertian dan pemahaman peserta diskusi, tanpa mempengaruhi
peserta diskusi. Hasil diskusi ini adalah prioritas masalah yang disepakati bersama.
39
B. Metode Delphi
Yaitu masalah masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang mempunyai
keahlian yang sama melalui pertemuan khusus. Para peserta diskusi diminta untuk
mengemukakan pendapat mengenai beberapa masalah pokok. Masalah yang
terbanyak dikemukakan pada pertemuan tersebut, menjadi prioritas masalah.
40
Dalam metode ini parameter diletakkan pada kolom dan masalah-masalah yang
ingin dicari prioritasnya diletakkan pada baris, dan digunakan kriteria untuk penilaian
masalah yang akan dijadikan sebagai prioritas masalah. Kriteria yang dipakai ialah:
1. Magnitude
Berapa banyak penduduk yang terkena masalah atau penyakit yang ditunjukkan
dengan angka prevalensi
2. Severity
Besarnya kerugian yang timbul yang ditunjukkan dengan case fatality rate
masing-masing penyakit.
3. Vulnerability
Sejauh mana ketersediaan teknologi atau obat yang efektif untuk mengatasi
masalah tersebut
4. Community and political concern
Menunjukkan sejauh mana masalah tersebut menjadi concern atau kegusaran
masyarakat dan para politisi
5. Affordability
Menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia.
41
Kriteria ini digunakan untuk menilai seberapa banyak penduduk yang terkena
masalah kesehatan tersebut. Untuk masalah kesehatan yang berupa penyakit,
maka parameter yang digunakan adalah prevalence rate. Sedangkan untuk
masalah lain, maka greatest member ditentukan dengan cara melihat selisih
antara pencapaian suatu kegiatan pada sebuah program kesehatan dengan target
yang telah ditetapkan.
3. Expanding Scope
Menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sector lain di
luar sektor kesehatan. Parameter penilaian yang digunakan adalah seberapa luas
wilayah yang menjadi masalah, berapa banyak jumlah penduduk di wilayah
tersebut, serta berapa banyak sektor di luar sektor kesehatan yang berkepentingan
dengan masalah tersebut.
4. Feasibility
Kriteria lain yang harus dinilai dari suatu masalah adalah seberapa mungkin
masalah tersebut diselesaikan. Parameter yang digunakan adalah ketersediaan
sumber daya manusia berbanding dengan jumlah kegiatan, fasilitas terkait
dengan kegiatan bersangkutan yang menjadi masalah, serta ada tidaknya
anggaran untuk kegiatan tersebut.
5. Policy
Berhubung orientasi masalah yang ingin diselesaikan adalah masalah kesehatan
masyarakat, maka sangat penting untuk menilai apakah masyarakat memiliki
kepedulian terhadap masalah tersebut serta apakah kebijakan pemerintah
mendukung terselesaikannya masalah tersebut. Hal tersebut dapat dinilai dengan
apakah ada seruan atau kebijakan pemerintah yang concern terhadap masalah
tersebut, apakah ada lembaga atau organisasi masyarakat yang concern terhadap
permasalahan tersebut, serta apakah masalah tersebut terpublikasi diberbagai
media.
Metode ini memakai lima kriteria yang tersebut di atas untuk penilaian masalah
dan masing-masing kriteria harus diberikan bobot penilaian untuk dikalikan dengan
penilaian masalah yang ada sehingga hasil yang didapat lebih objektif. Pada metode ini
harus ada kesepakatan mengenai kriteria dan bobot yang akan digunakan.
Dalam menetapkan bobot, dapat dibandingkan antara kriteria yang satu dengan
yang lainnya untuk mengetahui kriteria mana yang mempunyai nilai bobot yang lebih
42
tinggi. Nilai bobot berkisar satu sampai lima, dimana nilai yang tertinggi adalah kriteria
yang mempunyai bobot lima.
1. Bobot 5: sangat penting
2. Bobot 4: penting
3. Bobot 3: cukup penting
4. Bobot 2: tidak penting
5. Bobot 1: sangat tidak penting
2.1.3.1 Emergency
Emergency menunjukkan besar kerugian yang ditimbulkan oleh masalah. Ini
ditujukan dengan case fatality rate (CFR) masing-masing penyakit. Sedangkan untuk
masalah-masalah yang tidak berhubungan dengan penyakit digunakan proxy. Nilai
proxy didapatkan dari berbagai sumber, sedangkan sistem scoring proxy CFR
ditentukan berdasarkan hasil diskusi, argumentasi, serta justifikasi. Pada
permasalahan ini, pengaruh jangka panjang KB adalah untuk menurunkan angka
kematian ibu (AKI), sehingga kelompok kami memakai angka kematian ibu sebagai
proxy. Angka Kematian Ibu adalah 305 orang per 100.000 jumlah kelahiran hidup,
menjadi 0,305 % (sumber: Depkes,2015).
43
15,0-20 4
20,01-25 5
25,01-30 6
30,01-35 7
35,01-40 8
40,01-45 9
45,01-50 10
44
Tabel 2.3. Penentuan Nilai Greatest Member
Range (%) Nilai
0-5 1
5,01-10 2
10,01-15,0 3
15,0-20 4
20,01-25 5
25,01-30 6
30,01-35 7
35,01-40 8
40,01-45 9
45,01-50 10
Tabel 2.4 Skoring Greatest Member terhadap Program KB di Wilayah Puskesmas Se-
Kecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017
CAKUPAN TARGET
NO DAFTAR MASALAH SELISIH SKOR
(%) (%)
1 Cakupan Peserta KB Aktif di 80,24 37,5 42,74 9
Puskesmas Sekecamatan Menteng
Periode Januari Mei 2017
2 Cakupan Peserta KB Baru di 8,97 37,5 28,53 6
Puskesmas Sekecamatan Menteng
Periode Januari Mei 2017
3 Cakupan Peserta Drop Out di 0,16 0 0,16 1
Puskesmas Sekecamatan Menteng
Periode Januari Mei 2017
Tabel 2.5 Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Keterpaduan Lintas Program
Periode Januari Mei 2017
45
KETERPADUAN LINTAS PROGRAM NILAI
Tabel 2.6 Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Keterpaduan Lintas Sektoral
Periode Januari Mei 2017
<2 Ha 1
>2 Ha 2
2.1.3.4 Feasibility
46
Feasibility menunjukkan sejauh mana kemungkinan program kerja yang
terdapat di puskesmas dapat atau tidak dilaksanakan.Untuk menilai hal tersebut
digunakan sistem scoring dilihat dari ketersediaan sumber daya manusia, program
kerja, material, serta transportasi yang efektif serta efisien untuk mengatasi
masalah tersebut.
Adapun parameter yang digunakan untuk menilai apakah suatu masalah
dapat diselesaikan meliputi:
1. Rasio tenaga kerja puskesmas terhadap jumlah penduduk (Sumber Daya
Manusia/ SDM). Semakin banyak jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah
penduduk, maka kemungkinan suatu permasalahan terselesaikan akan
semakin besar. Oleh karena itu, dilakukan perhitungan ratio tenaga kesehatan
di setiap Puskesmas kelurahan terhadap jumlah penduduk yang menjadi
sasaran program kesehatan dimasing-masing wilayah puskesmas.
2. Ketersediaan fasilitas (material), fasilitas juga merupakan hal yang
dibutuhkan untuk menjalankan suatu kegiatan dan menyelesaikan suatu
masalah dan cakupan kegiatan tersebut. Namun, fasilitas yang dibutuhkan
oleh setiap kegiatan berbeda-beda. Oleh karena itu, dibuatkan kategori untuk
fasilitas yang dibutuhkan oleh kegiatan-kegiatan tersebut. Kategori fasilitas
digolongkan menjadi dua yaitu ketersediaan tempat dan alat. Penilaian
berdasarkan ada atau tidak ada. Digolongkan ada bila dari kegiatan
pelaksanaan program tidak ada masalah, yaitu selalu tersedia dan diberi nilai
dua. Digolongkan tidak ada bila tidak tersedia dan diberi nilai satu.
47
Tenaga
N Fasilitas
DAFTAR MASALAH Kerja SKOR
O Alat / Obat
Puskesmas
1 Cakupan Peserta KB Aktif di 2 2 4
Puskesmas Sekecamatan Menteng
Periode Januari Mei 2017
2.1.3.5 Policy
Untuk dapat diselesaikan, aspek lain yang harus dipertimbangkan dari suatu
masalah kesehatan adalah apakah pemerintah memiliki concern terhadap masalah
tersebut. Parameter yang digunakan untuk menilai seberapa concern pemerintah
adalah kebijakan pemerintah yang concern terhadap permasalahan tersebut, serta
apakah masalah tersebut terpublikasi di berbagai media. Parameter tersebut
diberikan nilai berdasarkan parameter yang dapat memberikan informasi yang
paling dapat dipahami masyarakat serta pendekatan secara personal dengan individu
mengenai kegiatan KB. Kebijakan pemerintah diberikan nilai terendah dikarenakan
proses sosialisasi bergantung pada sektor-sektor lain agar dapat sampai ke
masyarakat. Program khusus KB diberi nilai tertinggi dikarenakan pendekatan
terhadap anggota masyarakat sudah berjalan langsung sebagai usaha eradikasi &
eliminasi penyakit yang ditekankan oleh pihak pemerintahan.
Dalam menilai aspek kebijakan pemerintah, penilaian mengacu kepada:
1. Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta nomor 212 tahun 2016.
2. Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2013 tentang RPJMD Provinsi DKI Jakarta
tahun 2013-2017
3. Peraturan Daerah provinsi DKI Jakarta Nomor 12 tahun 2014 Organisasi
Perangkat Daerah
48
5. Peraturan Gubernur Nomor 31 tahun 2013 tentang penyelenggaraan kesehatan
reproduksi
7. Peraturan Gubernur Nomor 227 tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan perempuan dan Keluarga Berencana.
49
Tabel 2.14. Penentuan Prioritas Masalah Menurut Metode MCUA di Wilayah
Puskesmas se-Kecamatan Menteng Periode Januari Mei Tahun 2017
MS-1 MS-2 MS-3
No Parameter Bobot
N BN N BN N BN
1 Emergency 1 9 9 6 6 1 1
2 Greatest Member 4 9 36 6 24 1 4
3 Expanding Scope 2 6 12 6 12 4 8
4 Feasibility 3 4 12 4 12 4 12
5 Policy 5 5 25 5 25 5 25
Jumlah 106 79 40
Keterangan :
1. MS-1: Cakupan Peserta KB Aktif di Puskesmas Sekecamatan Menteng Periode
Januari Mei 2017 adalah sebesar 80,24% di atas target yaitu 37,5%
2. MS-2: Cakupan Peserta KB Baru di Puskesmas Sekecamatan Menteng Periode
Januari Mei 2017 adalah sebesar 8,97% di bawah target yaitu 37,5%
3. MS-3: Cakupan Peserta Drop Out di Puskesmas Sekecamatan Menteng Periode
Januari Mei 2017 adalah sebesar 0,16% tidak sesuai target yaitu 0%
4. N: Nilai
5. BN: Bobot Nilai
50
2. Organizing (pengorganisasian) : Rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun
semua sumber daya (potensi) yang dimiliki organisasi dan memanfaatkannya secara
efisien untuk mencapai tujuan organisasi.
3. Actuating (pelaksana): proses bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja
secara optimal menjalankan tugas-tugas pokoknya sesuai dengan keterampilan yang
telah dimiliki dan dukungan sumber daya yang tersedia.
Pada tahapan proses, input selanjutnya akan diubah menjadi output. Adapun
tahapan proses tersebut terjadi dalam suatu lingkungan (environment), sehingga keadaan
lingkungan pun dapat mempengaruhi suatu sistem.
Masalah prioritas untuk program KB di wilayah Kecamatan Menteng yang akan
ditetapkan penyebab masalah dengan menggunakan diagram fishbone adalah sebagai
berikut:
51
Gambar 2.1. Fishbone Cakupan Peserta KB Aktif di Puskesmas Sekecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017
52
Gambar 2.2. Fishbone Cakupan Peserta KB Baru di Puskesmas Sekecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017
53
2.3 Menentukan Penyebab Masalah Yang Dominan
Pada tahap ini adalah menentukan penyebab masalah yang dominan. Dari tiga
prioritas masalah yang mungkin dengan menggunakan metode Ishikawa atau lebih dikenal
dengan fishbone (diagram tulang ikan), yang telah dikonfirmasi dengan data menjadi akar
penyebab masalah (yang terdapat pada kotak). Dari akar penyebab masalah tersebut, dapat
dicari akar penyebab masalah yang paling dominan. Penyebab masalah yang paling
dominan adalah penyebab masalah yang apabila diselesaikan, maka secara otomatis
sebagian besar masalah-masalah yang lainnya dapat dipecahkan. Penentuan akar
penyebab masalah yang paling dominan dengan cara diskusi, argumentasi, justifikasi dan
pemahaman program yang cukup. Di bawah ini adalah penyebab masalah yang dominan
dalam program KB pada puskesmas di wilayah Puskesmas Sekecamatan Menteng.
Dari lima akar penyebab masalah di atas, maka ditetapkan dua akar penyebab masalah
yang paling dominan, berdasarkan data, informasi, observasi langsung juga pemahaman
yang cukup. Kedua akar penyebab masalah yang paling dominan tersebut adalah:
1. Kurangnya petugas KB untuk membantu pencatatan data (Man)
2. Kegiatan puskesmas yang banyak dilaksanakan (Planning)
54
Berdasarkan data yang ditemukan dari MS-2 : Cakupan Peserta KB Baru di
Puskesmas Sekecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017 adalah sebesar 8,97%
berada di bawah target yaitu 37,5%. Hal demikian dapat terjadi karena beberapa hal,
seperti:
Akar penyebab masalah yang ditemukan pada input adalah:
1. Kurangnya petugas KB untuk mensosialisasikan KB (Man)
2. Kurangnya pelatihan pada petugas dalam menginput data pencatatan (Material)
3. Petugas memiliki banyak tugas lain yang harus dilaksanakan (Method)
Dari delapan akar penyebab masalah di atas, maka ditetapkan dua akar penyebab
masalah yang paling dominan, berdasarkan data, informasi, observasi langsung juga
pemahaman yang cukup. Kedua akar penyebab masalah yang paling dominan tersebut
adalah:
1. Kurangnya petugas KB untuk mensosialisasikan KB (Man)
2. Kegiatan puskesmas banyak yang dilaksanakan (Plannning)
3. Banyaknya PUS yang belum ber-KB (Environment)
55
BAB III
Setelah menentukan penyebab masalah yang paling dominan, untuk mengurangi atau
bahkan menghilangkan akar penyebab masalah yang paling dominan tersebut, maka
ditentukan beberapa alternatif pemecahan masalah. Penetapan alternatif pemecahan masalah
dengan menggunakan metode MCUA (Multiple Criteria Utility Assesment), yaitu dengan
memberikan skor 12 pada bobot berdasarkan hasil diskusi, argumentasi, dan justifikasi
kelompok. Parameter diletakkan pada baris, sedangkan alternatif diletakkan pada kolom.
Selanjutnya kepada setiap masalah kemudian diberikan nilai dari kolom kiri ke kanan
sehingga hasil yang didapatkan merupakan perkalian antara bobot kriteria dengan skor dari
setiap alternatif masalah dan dijumlahkan tiap baris menurut setiap kriteria berdasarkan
masing-masing alternatif masalah tersebut.
Kriteria dalam penetapan alternatif masalah yang terbaik adalah:
1. Dapat memecahkan masalah dengan sempurna
Diberi nilai 12, dimana nilai 2 merupakan masalah yang paling mungkin diselesaikan
dan nilai 1 merupakan masalah yang paling sulit diselesaikan.
2. Mudah dilaksanakan
Diberi nilai 12, di mana nilai 2 merupakan masalah yang paling mudah dilaksanakan
dan nilai 1 merupakan masalah yang paling sulit dilaksanakan.
3. Murah biayanya
Diberi nilai 12, di mana nilai 2 merupakan masalah yang paling mahal
pelaksanaannya, dan 1 merupakan masalah yang paling murah biaya pelaksanaannya.
4. Waktu penerapan sampai masalah terpecahkan tidak lama
Diberi nilai 12, di mana nilai 2 merupakan masalah yang paling dapat diselesaikan
dengan cepat, dan nilai 1 merupakan masalah yang memerlukan waktu paling lama
dalam penyelesaiannya.
56
Dari akar penyebab masalah yang terpilih, ditetapkan alternatif pemecahan
masalah sebagai berikut:
Keterangan:
AL-1: Mengajak kader untuk membantu pencatatan data KB
AL-2: Menetapkan waktu khusus untuk setiap program tertentu
N: Nilai
BN: Bobot x Nilai
57
Dari akar penyebab masalah yang terpilih, ditetapkan alternatif pemecahan
masalah sebagai berikut:
Tabel 3.3 Akar penyebab masalah dan alternatif pemecahan masalah
No Akar Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah
1. Kurangnya petugas KB untuk Mengajak kader untuk membantu
mensosialisasikan KB program KB
58
1. Mengajak kader untuk membantu program KB
2. Menetapkan waktu khusus untuk setiap program tertentu
3. Mengadakan penyuluhan rutin mengenai metode KB
59
BAB IV
RENCANA DAN PELAKSANAAN PEMECAHAN MASALAH
Tabel 4.1.1 Rencana Usulan Kegiatan Pemecahan Masalah Cakupan Peserta KB Aktif
dengan Kondom di Puskesmas Sekecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017
No Alternatif Rencana Kegiatan Sasaran Target Biaya
1. Mengajak kader - Melakukan Kader - Kader dapat Rp.
pembinaan pada membantu 100.000,- /
untuk membantu
kader tentang pencatatan data KB kegiatan
pencatatan data
pencatatan data dan membantu
KB KB setiap kegiatan
- Mengikutsertakan tentang KB
kader dalam setiap
kegiatan KB
60
program tertentu untuk menetapkan setiap program
waktu pada setiap puskesmas
kegiatan
Tabel 4.1.2 Rencana Usulan Kegiatan Pemecahan Masalah Cakupan Peserta KB Baru
di Puskesmas Sekecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017
No Alternatif Rencana Kegiatan Sasaran Target Biaya
1. Mengajak kader - Melakukan Kader - Kader dapat Rp.
pembinaan pada membantu kegiatan 100.000,- /
untuk membantu
kader tentang KB KB sekaligus kegiatan
program KB - Mengikutsertakan melakukan
kader dalam setiap sosialisasi tentang
kegiatan KB KB
61
penyuluhan secara kontrasepsi yang
berkala terhadap dilakukan setiap
sebulan sekali
masyarakat mengenai
KB
62
Tabel 4.3 Rencana kegiatan Pemecahan Masalah Peserta KB Aktif di Puskesmas Sekecamatan Menteng
Bulan
NO Kegiatan Jan '17 Feb '17 Maret '17 April '17 Mei '17 Juni '17
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Menentukan petugas x
kesehatan selama
setahun yang akan
memberikan
penyuluhan setiap
bulan
2. Melakukan x X x x x x
penyuluhan mengenai
tata cara, kelebihan,
dan kekurangan alat
kontrasepsi
3 Membuat program x x x x x x x x x x x X
konsultasi KB dengan
kondom di Poli KIA
dua minggu sekali
63
Bulan
NO Kegiatan Juli '17 Ags'17 Sep '17 Okt '17 Nov '17 Des '17
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Menentukan petugas x
kesehatan selama
setahun yang akan
memberikan
penyuluhan setiap
bulan
2. Melakukan x x x x x X
penyuluhan mengenai
tata cara, kelebihan,
dan kekurangan alat
kontrasepsi kondom
3. Membuat program x x x x x x x x x x x X
konsultasi KB dengan
kondom di Poli KIA
dua minggu sekali
64
Tabel 4.4 Rencana kegiatan Pemecahan Masalah Peserta KB Baru di Puskesmas Sekecamatan Menteng
Bulan
NO Kegiatan Jan '17 Feb '17 Maret '17 April '17 Mei '17 Juni '17
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Menambah petugas KB untuk x
melakukan penyuluhan
2. Menyusun materi yang akan x
diberikan ke petugas
kesehatan tentang alat
kontrasepsi
3. Melaksanakan pelatihan x
kepada petugas KB tentang
kekurangan dan kelebihan
serta bagaimana cara
memasang alat kontrasepsi
dengan benar
4 Melakukan penyuluhan x x x x x X
mengenai tata cara, kelebihan,
dan kekurangan alat
kontrasepsi
5 Membuat panitia dan X
menyusun acara promosi dan
pengenalan alat kontrasepsi
kepada masyarakat
6 Mengadakan acara promosi X
dan pengenalan alat
kontrasepsi kepada
masyarakat
65
Bulan
NO Kegiatan Juli '17 Ags '17 Sept '17 Okt '17 Nov '17 Des '17
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Menambah petugas KB x
untuk melakukan
penyuluhan
2. Menyusun materi yang akan x
diberikan ke petugas
kesehatan tentang alat
kontrasepsi
3. Melaksanakan pelatihan x
kepada petugas KB tentang
kekurangan dan kelebihan
serta bagaimana cara
memasang alat kontrasepsi
yang benar
4. Melakukan penyuluhan x x x x x X
mengenai tata cara,
kelebihan, dan kekurangan
alat kontrasepsi
5. Membuat panitia dan X
menyusun acara promosi
dan pengenalan alat
kontrasepsi kepada
masyarakat
6. Mengadakan acara promosi x
dan pengenalan alat
kontrasepsi kepada
masyarakat
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melewati berbagai proses, maka didapatkan satu program kesehatan dasar Puskesmas
Kecamatan Gambir yang dievaluasi, yaitu program Keluarga Berencana (KB) dan didapatkan 3
masalah yang teridentifikasi melewati diskusi dan justifikasi sehingga didapatkan satu prioritas
masalah selama bulan Januari Mei 2017, yaitu:
1. MS 1: Cakupan Peserta KB Aktif di Puskesmas Sekecamatan Menteng Periode
Januari Mei 2017 adalah sebesar 80,24% berada di atas target yaitu 37,5%
2. MS 2 : Cakupan Peserta KB Baru di Puskesmas Sekecamatan Menteng Periode
Januari Mei 2017 adalah sebesar 8,97 % berada di bawah target yaitu 37,5%
Selanjutnya prioritas masalah diatas dicari akar penyebab masalah yang paling dominan dan
setelah dilakukan diskusi, argumentasi, dan justifikasi, maka dapat disimpulkan akar penyebab
masalah yang dominan dari masalah yang diprioritaskan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Akar penyebab masalah dominan dari cakupan Peserta KB Aktif di Puskesmas
Sekecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017 adalah sebesar 80,24% berada di
atas target yaitu 37,5%
a. Kurangnya petugas KB untuk membantu pencatatan data (Man)
b. Tugas puskesmas yang banyak dilaksanakan (Controlling)
2. Akar penyebab masalah dari cakupan Peserta KB Baru di Puskesmas Sekecamatan
Menteng Periode Januari Mei 2017 adalah sebesar 8,97 % berada di bawah target
yaitu 37,5 %
a. Kurangnya petugas KB untuk mensosialisasikan KB (Man)
b. Kegiatan puskesmas banyak yang dilaksanakan (Plannning)
c. Banyaknya PUS yang belum ber-KB (Environment)
5.2 Saran
Berdasarkan permasalahan program kesehatan dasar tersebut, disarankan atau
direkomendasikan beberapa hal kepada Kepala Puskesmas Kecamatan Menteng adalah sebagai
berikut :
67
Alternatif pemecahan masalah dari permasalahan Cakupan Peserta KB Aktif di Puskesmas
Sekecamatan Menteng Periode Januari Mei 2017 adalah
1. Mengajak kader untuk membantu pencatatan data KB
a. Melakukan pembinaan pada kader tentang pencatatan data KB
b. Mengikutsertakan kader dalam setiap kegiatan yang berhubungan dengan KB
2. Menetapkan waktu khusus untuk setiap program tertentu
a. Mengadakan rapat dengan kepala setiap program puskesmas untuk menetapkan waktu
pada setiap kegiatan
DAFTAR PUSTAKA
68
Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan di Fasilitas Kesehatan. BkkbN dan
Kemenkes R.I. 2012
69