Anda di halaman 1dari 20

KARAKTERISTIK GURU EFEKTIF DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Posted by Qonitahaliyah | Posted in Ilmu Pengetahuan, Pendidikan | Posted on 11-03-2017

Tags: Guru, Ilmu Pengetahuan, Kelas, Metode Belajar, Model Pembelajaran, Pendidikan, Sekolah

Guru efektif adalah guru yang bisa memotivasi peserta didik untuk belajar dan meningkatkan
semangat belajar yang tumbuh dari kesadaran diri peserta didik, bukan karena takut pada gurunya.
Istilah guru yang baik dulu lebih banyak digunakan. Tetapi kini istilah guru efektif yang sering kali
digunakan karena sifatnya lebih terukur. Bila menggunakan istilah guru yang baik maka sifatnya
sebagai kemampuan personal guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dan pengajaran guru
efektif (effective teacher) mempunyai seperangkat karakter dan ciri tertentu untuk menggambarkan
guru professional, guru professional dituntut untuk memiliki kompetensi sebagai berikut:

1. Guru mempunyai komitmen pada siswa dalam memproses belajarnya. Ini berarti komitmen
tertinggi guru adalah pada kepentingan siswa.

2. Guru menguasai secara mendalam bahan atau materi pelajaran yang diajarkan serta cara
mengajarkannya kepada para peserta didik. Bagi guru, hal ini merupakan dua hal yang tidak
dapat dipisahkan.

3. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi
mulai pengamatan sampai tes hasil belajar.

4. Guru mampu berpikir yang sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari
pengalamannya.

5. Guru selayaknya adalah bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.

Apabila guru memiliki kelima kompetensi tersebut, maka guru tersebut dapat dikatakan sebagai
guru yang telah menjalankan tugasnya secara professional terutama berkaitan dengan tenaga
fungsional. Dengan lima karakter tersebut, maka memiliki harapan yang tinggi dalam meningkatkan
mutu dan hasil belajar siswa. Dan harapan yang tinggi ini dapat dilihat dari semangat dan kinerja
dalam menjalankan tugasnya.

Ada beberapa hal yang seharusnya selalu menjadi cerminan para guru, yaitu senantiasa untuk tidak
lupa memberikan pendidikan, bukan hanya sekedar memberikan pengajaran. Seringkali masalah
mendidik kadang terlupakan oleh sebagian guru, karena mayoritas yang tercermin saat kegiatan
belajar mengajar guru hanya mengajar dan terpaku pada materi kurikulum.

Ciri-ciri guru efektif:

1. Berpandangan luas tentang dunia pengajaran yang bermuara pada proses pemanusiaan
manusia. Memiliki rasa humor, empatik pada siswa, jujur, fleksibel, demokratik, berinteraksi
secara ilmiah, mudah bergaul dengan siswa. Memiliki kelas yang senantiasa terbuka dan
dapat menumbuhkan kepercayaan siswa.

2. Memiliki rasa percaya diri dan mempercayai orang lain.

3. Memiliki pengetahuan dan informasi yang luas dalam bidangnya.

4. Mampu berkomunikasi secara efektif, mampu mengembangkan interaksi untuk memaknai


pendapat.
5. Memahami kapasitas peserta didik dalam menerima informasi dengan memberikan
informasi sesuai dengan kapasitas peseta didik.

6. Menjelaskan dan memberi ilustrasi sebuah konsep secara abstrak maupun dengan contoh
nyata.

7. Mengajar secara urut dan runtut yang meliputi semua aspek yang harus diajarkan.

8. Mengundang pendapat peserta didik dengan pertanyaan yang kritis, tetapi bertanya dengan
suasana rileks.

9. Menggunakan berbagai metode pembelajaran.

10. Mengantisipasi apa yang akan terjadi di kelas.

11. Mengenal perilaku peserta didik yang tidak sesuai dengan aktivitas yang sedang berlangsung
di kelas.

12. Memiliki kepekaan atas kebutuhan peseta didik dan mampu menasehati dengan tepat.

13. Tahu bagaimana cara mencapai tujuan kelas.

14. Tenang dalam menghadapi masalah.

15. Menghindari perilaku marah yang berlebihan.

16. Memanfaatkan ruangan kelas secara optimal dalam mengajar tidak hanya berdiri di depan
kelas saja.

17. Lebih menekankan apresiasi daripada hukuman dalam mendisiplinkan murid.

http://qonitahaliyah.blog.upi.edu/2017/03/11/karakteristik-guru-efektif-dalam-perspektif-psikologi-
pendidikan/

Pengertian dan Ruang Lingkup Psikologi


Pendidikan
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan
pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan
belajar[1]. Dari batasan di atas terlihat adanya kaitan yang sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan
tindakan belajar. Karena itu, tidak mengherankan apabila beberapa ahli psikologi pendidikan menyebutkan
bahwa lapangan utama studi psikologi pendidikan adalah soal belajar. Dengan kata lain, psikologi pendidikan
memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan yang berkenaan dengan proses dan faktor-faktor yang
berhubungan dengan tindakan belajar.

Karena konsentrasinya pada persoalan belajar, yakni persoalan-persoalan yang senantiasa melekat pada subjek
didik, maka konsumen utama psikologi pendidikan ini pada umumnya adalah pada pendidik. Mereka memang
dituntut untuk menguasai bidang ilmu ini agar mereka, dalam menjalankan fungsinya, dapat menciptakan
kondisi-kondisi yang memiliki daya dorong yang besar terhadap berlangsungnya tindakan-tindakan belajar
secara efektif.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian psikologi dan pendidikan?

2. Apa objek kajian psikologi dan psikologi pendidikan?

3. Apa ruang lingkup psikologi pendidikan?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Psikologi dan Psikologi Pendidikan

Psikologi yang dalam istilah lama disebut ilmu jiwa itu berasal dari kata bahasa inggris psycology. kata psycology
merupakan dua akar kata yang bersumber dari kata greek (yunani), yaitu satu) psyche yang berarti jiwa; dua)
logos yang berarti ilmu. jadi, secara harfiah psikologi memang berarti ilmu jiwa.

Psikologi lebih banyak dikaitkan dengan kehidupan organisme manusia. alam hubungan ini, psikologi
didefenisikan sebagai ilmu pengetahuan yang berusaha memahami perilaku manusia, alasan dan cara mereka
melakukan sesuatu, dan juga memahami bagaimana makhluk tersebut berfikir dan berperasaan[2]

Bruno (1987) membagi pengertian psikologi dalam tiga bagian yang pada prinsipnya saling
berhubungan. Pertama, psikologi adalah studi (pendidikan) mengenai ruh. Kedua, psikologi adalah ilmu
pengetahuan mengenai kehidupan mental. ketiga, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai tingkah laku
organisme.

Chaplin (1972) dalam dictionary of Psychology mendefinisikan psikologi sebagai ilmu pengetahuan mengenai
perilaku manusia dan hewan, juga penyelidikan terhadap organisme dalam segala ragam dan kerumitannya
ketika mereaksi arus dan perubahan dalam sekitar dan peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang mengubah
lingkungan.[3]

Psikologi berasal dari perkataan Yunani psyche yang artinya jiwa, dan logos yang artinya ilmu pengetahuan.
Jadi secara etimologi (menurut arti kata) psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai
macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya, atau disebut dengan ilmu jiwa.

Berbicara tentang jiwa, terlebih dahulu kita harus dapat membedakan antara nyawa dengan jiwa. Nyawa adalah
daya jasmaniah yang adanya tergantung pada hidup jasmani dan menimbulkan perbuatan badaniah, yaitu
perbuatan yang di timbulkan oleh proses belajar. Misalnya : insting, refleks, nafsu dan sebagainya. Jika jasmani
mati, maka mati pulalah nyawanya.

Sedang jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak, yang menjadi penggerak dan pengatur bagi
sekalian perbuatan-perbuatan pribadi (personal behavior) dari hewan tingkat tinggi dan manusia. Perbutan
pribadi ialah perbuatan sebagai hasil proses belajar yang di mungkinkan oleh keadaan jasmani, rohaniah, sosial
dan lingkungan. Proses belajar ialah proses untuk meningkatkan kepribadian (personality ) dengan jalan
berusaha mendapatkan pengertian baru, nilai-nilai baru, dan kecakapan baru, sehingga ia dapat berbuat yang
lebih sukses, dalam menghadapi kontradiksi-kontradiksi dalam hidup. Jadi jiwa mengandung pengertian-
pengertian, nilai-nilai kebudayaan dan kecakapan-kecakapan.[4]

Pengertian psikologi diatas menunjukkan beragamnya pendapat para ahli psikologi. Perbedaan tersebut
bermuasal pada adanya perbedaan titik berangkat para ahli dalam mempelajari dan membahas kehidupan jiwa
yang kompleks ini. Dan dari pengertian tersebut paling tidak dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan perbuatan individu, dimana individu tersebut tidak dapat
dilepaskan dari lingkungannya.[5]

Pendidikan dari kata didik, lalu kata ini mendapat awalan me sehingga menjadi mendidik, artinya memelihara
dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi akhlak dan kecerdasan pikiran[6]. Selanjutnya,
pendidikan menurut KBBI adalah peroses pengubahan sikap dan tata laku sesorang atau kelompok dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.[7]

Psikologi Pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi yang menyelidiki masalah psikologis yang terjadi dalam
dunia pendidikan. Sedangkan menurut ensiklopedia amerika, Pengertian psikologi pendidikan adalah ilmu yang
lebih berprinsip dalam proses pengajaran yang terlibat dengan penemuan penemuan dan menerapkan prinsip
prinsip dan cara untuk meningkatkan keefisien di dalam pendidikan.[8]

Dari uarian di atas, kita dapat mengetahu pengertian dari psikologi dan pengertian pendidikan itu
sendiri.Sepanjang atau selagi kita masih berpendapat bahwa psikologi adalah suatu ilmu yang berusaha
menyelidiki semua aspek keperibadian dasar tingkah laku manusia, baik yang bersifat jasmaniah maupun
rohaniah, baik secara teoritis maupun dengan melihat kegunaannya di dalam praktek, baik secara individual
maupun dalam hubungannya dengan manusia lain atau lingkungannya, mungkin kita akan mengatakan bahwa
psikologi pendidikan itu sebenarnya sudah termasuk di dalam psikologi, dan tidak perlu dipersoalkan atau
dipisahkan menjadi sesuatu disiplin ilmu tersendiri.[9] Psikologi pendidikan dapat disimpulkan bahwa psikologi
pendidikan adalah cabang dari psikologi yang dalam penguraian dan penelitiannya lebih menekankan pada
maslah pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik maupun mental, yang sangat erat hubungannya dalam
masalah pendidikan terutama yang mempengaruhi proses dan keberhasilan belajar.[10]

B. Objek Kajian Psikologi dan Psikologi Pendidikan

1. Objek Kajian Psikologi

Objek Psikologi dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Objek Material adalah sesuatu yang dibahas, dipelajari atau diselidiki, atau suatu unsure yang
ditentukan atau sesuatu yang dijadikan sasaran pemikiran, objek material mencakup apa saja, baik hal-
hal konkret (kerohanian, nilai-nilai, ide-ide). Objeknya yaitu manusia.[11]

2. Objek formal adalah cara memandang, cara meninjau yang dilakukan oleh seorang peneliti terhadap objek
materialnya serta prinsip-prinsip yang digunakannya. Objek formal juga digunakan sebagai pembeda ilmu yang
satu dengan ilmu yang lain ( psikologi, antropologi, sosiologi, dan lain-lain). Objeknya yaitu dari segi tingkah laku
manusia, objek tersebut bersifat empiris atau nyata, yang dapat diobservasi untuk memorediksi,
menggambarkan sesuatu yang dilihat. Caranya melihat gerak gerik seseorang bagaimana ia melakukan sesuatu
dan melihat dari matanya.

Dalam makalah ini tidak akan dibicarakan psikologi yang membicarakan hewan atau psikologi hewan, melainkan
membicarakan tentang psikologi yang berobyekkan manusia. Yang sampai saat ini dibedakan menjadi dua,
yaitu :

1) Psikologi Umum

Psikologi umum adalah psikologi yang menyelidiki dan mempelajari kegiatan-kegiatan atau aktifitas-aktifitas
psikis manusia pada umumnya yang dewasa, yang normal, dan yang beradab (berkultur)[12]

Macam-macam psikologi umum :

a. Psikologi perkembangan

Psikolgi yang membicarakan perkembangan psikis manusia dari masa bayi sampai tua yang mencakuo psikologi
anak, psikologi puber atau adolesensi ( psikologi pemuda ), psikologi orang dewasa, psikologi orang tua.

b. Psikologi sosial

Psikologi yang khusus membicarakan tentang tingkah laku atau aktivitas-aktivitas manusia dalam hubungannya
dengan situasi sosial.
c. Psikologi pendidikan

Psikologi yang khusus menguraikan kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas manusia dalam hubungannya
dengan situasi pendidikan, misalnya bagaimana cara menarik perhatian agar pelajaran dapat dengan mudah
diterima, bagaimana cara belajar dan sebagainya.

d. Psikologi kepribadian dan tipologi

Psikologi yang khusus menguraikan tentang struktur pribadi manusia, mengenai tipe-tipe kepribadian manusia.

e. Psikopatologi

Psikologi yang khusus menguraikan mengenai keadaan psikis yang tidak norman atau abnormal

f. Psikologi Kriminil

Psikologi yang khusus berhubungan dengan soal-soal kejahatan atau kriminalitas.

g. Psikologi perusahaan

Psikologi yang khusus berhubungan dengan soal-soal perusahaan

2) Psikologi Khusus

Psikologi yang menyelidiki dan mempelajari segi-segi kekhususan dari aktivitas-aktivitas psikis manusia. Hal-hal
yang khusus yang menyimpang dari hal-hal yang umum dibicarakan dalam psikologi khusus.

2. Objek Kajian Psikologi Pendidikan

Objek kajian psikologi pendidikan tanpa mengabaikan persoalan psikologi guru terletak pada peserta didik.
Karena hakikat pendidikan adalah pelayanan khusus diperuntukkan bagi peserta didik. Oleh karena itu objek
kajian psikologi pendidikan, selain teori-teori psikologi pendidikan sebagai ilmu, tetapi lebih condong pada aspek
psikologis peserta didik, khususnya ketika mereka terlibat dalam proses pembelajaran.

Menurut Glover dan Ronning bahwa objek kajian psikologi pendidikan mencakup topik-topik tentang
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, hereditas dan lingkungan, perbedaan individual peserta didik,
potensi dan karakteristik tingkah laku peserta didik, pengukuran proses dan hasil pendidikan dan pembelajaran,
kesehatan mental, motivasi dan minat, serta disiplin lain yang relean.[13]

Sedangkan menurut Syaodih Sukmadinata dalam Syaiful Sagala mengatakan bahwa objek kajian psikologi
pendidikan adalah interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk meningkatkan kemampuan peserta didik,
dengan dukungan sarana dan fasilitas tertentu yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.[14]

Psikologi pendidikan berusaha untuk mewujudkan tindakan psikologis yang tepat dalam interaksi antar setiap
faktor pendidikan. Pengetahuan psikologis tentang peserta didik menjadi hal yang sangat penting dalam
pendidikan. Karena itu, pengetahuan tentang psikologi pendidikan seharusnya menjadi kebutuhan bagi para
guru, bahkan bagi tiap orang yang menyadari dirinya sebagai pendidik.

Secara garis besar banyak ahli membatasi objek kajian psikologi pendidikan menjadi tiga macam:

1. Mengenai belajar, yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip, dan ciri-ciri khas perilaku belajar peserta
didik, dan sebagainya;
2. Mengenai proses belajar, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar
peserta didik;
3. Mengenai situasi belajar, yakni suasana dan keadaan lingkungan, baik bersifat fisik maupun nonfisik
yang berhubungan dengan kegiatan belajar peserta didik.

C. Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan


Jika kita bertanya mengenai lingkup (scope) psikologi pendidikan, maksudnya bertanya tentang apa saja yang
dibicarakn oleh psikologi pendidikan, maka berdasarkan berbagai buku psikologi pendidikan akan diperoleh
jawaban yang berbeda-beda. Sebagian buku menunjukan lingkup yang luas, sedangkan buku-buku yang lain
menunjukkan ingkup yang lebih sempit atau terbatas.

Buku yang lingkupnya lebih luas biasanya membahas selain proses belajar juga membahas tentang
perkembangan, hereditas dan lingkungan, kesehatan mental, evaluasi belajar dan sebagainya. Sedangkan buku
yang lingkupnya lebih sempit biasanya berkisar pada soal proses belajar mengajar saja. Perbedaan ini sangat
dipengaruhi oleh maksud penulis dalam menulis buku itu. Ada yang bermaksud hanya memberikan pengantar
saja, sehingga pembahasanya mengenai lingkup itu cukup luas, akan tetapi kurang mendalam. Sebaliknya ada
yang lingkup pembahasannya tidak luas, yaitu berkisar pada proses beljar, akan tetapi pembahasannya cukup
mendalam. Jadi, beleh dikatakan bahwa tidak ada dua buku psikologi pendidikan yang menunjukkan ruang
lingkup materi yang sama benar. Walaupun demikian, pada dasarnya psikologi pendidikan membahas hal-hal
sebagai berikut

a) Hereditas dan Lingkungan

b) Pertumbuhan dan Perkembangan

c) Potensial dan Karakteristik Tingkah laku

d) Hasil Proses Pendidikan dan Pengaruhnya Terhadap Individu yang Bersifat Personal dan Sosial

e) Higiene Mental dan Pendidikan dan

f) Evaluasi Hasil Pendidikan

Disamping itu perlu diketahui bahwa banyak buku psikologi pendidikan yang tidak member judul buku dengan
kata-kata psikologi pendidikan, padahal buku itu benar-benar buku psikologi pendidikan, dalam arti buku itu
membahas serta mendalami pokok-pokok bahasan tertentu dari psikologi pendidikan. Maka untuk mendalami
psikologi pendidikan tidak senantisa harus mempelajari buku yang berjudul psikologi pendidikan.

Namun menurut Sumadi Suryobroto ( 1987 ) Ruang Lingkup psikologi pendidikan meliputi :
Pengetahuan tentang psikologi pendidikan : pengertian ruang lingkup, tujuan mempelajari dan sejarah
munculnya psikologi pendidikan

Pembawaaan

Lingkungan fisik dan psikologis

Perkembangan siswa

Proses proses tingkah laku

Hakekat dan ruang lingkup belajar

Faktor yang mempengaruhi belajar

Hukum dan teori belajar

Pengukuran pendidikan

Aspek praktis pengukuran pendidikan

Transfer belajar

Ilmu statistik dasar

Kesehatan mental
Pendidikan membentuk watak / kepribadian

Kurikulum pendidikan sekolah dasar

Kurikulum pendidikan sekolah menengah

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Objek kajian psikologi pendidikan tanpa mengabaikan persoalan psikologi guru terletak pada peserta didik.
Karena hakikat pendidikan adalah pelayanan khusus diperuntukkan bagi peserta didik. Oleh karena itu objek
kajian psikologi pendidikan, selain teori-teori psikologi pendidikan sebagai ilmu, tetapi lebih condong pada aspek
psikologis peserta didik, khususnya ketika mereka terlibat dalam proses pembelajaran.

Secara garis besar banyak ahli membatasi objek kajian psikologi pendidikan menjadi tiga macam:

1. Mengenai belajar, yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip, dan ciri-ciri khas perilaku belajar peserta
didik, dan sebagainya;
2. Mengenai proses belajar, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar
peserta didik;
3. Mengenai situasi belajar, yakni suasana dan keadaan lingkungan, baik bersifat fisik maupun nonfisik
yang berhubungan dengan kegiatan belajar peserta didik.

[1]Whiterington, 1982, h. 10.

[2] Gleitmen, 1986.

[3] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2003), h. 7.

[4] Agus Sujanto, Psikologi Umum, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2001), hal.1

[5] Abu Ahmadi, Psikologi Umum, ( Semarang : Rineka Cipta, 1991), hal.5

[6] Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991. H. 232.

[7] Muhibbin Syah, Op. Cit.

[8] Muhibbin Syah, Psikologi Psikologi Pendidikan Dengen Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2003), h. 7

[9] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 7


[10] Ibid, h. 9.

[11] Alex Sobur, Psikologi Umum, ( Bandung : Pustaka Setia, 2003), hal.41

[12] Agus Sujanto, Psikologi Umum, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hal.41

[13] Danim dan Khairil, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru (Bandung Alfabeta, 2010).

[14] Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2010).

KARAKTERISTIK GURU EFEKTIF DALAM PERSPEKTIF

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan yang diampu oleh :
Dra. Hj. Siti Wuryan Indrawati, M.Pd.

Disusun oleh:
Hamim Ahmad ( NIM. 1404845 )
Selma Fitria Rahayu ( NIM. 1404009 )

Siti Marwah Mutiara ( NIM. 1404829 )

Dinda Diana Putri ( NIM. 1401395 )

Nur Qudsi Walida ( NIM. 1405811 )

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2014

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada
waktunya yang berjudul Karakteristik Guru Efektif Dalam Perspektif Psikologi Pendidikan

Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian Karakteristik Guru Efektif atau yang lebih
khususnya membahas konsep guru efektif, sertas ciri-ciri guru efektif . Diharapkan Makalah ini dapat
memberikan informasi kepada kita semua tentang karakteristik guru efektif.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha
kita. Amin.

Bandung, 03 Oktober 2014


Penyusun

Daftar Isi

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Guru Efektif

B. Konsep Guru Efektif

C. Sikap Guru Yang Baik

D. Ciri-ciri Guru Efektif

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era globalisasi saat ini, pendidikan Indonesia masih tertinggal dengan negara-negara yang lain.
Negara tetangga seperti Malaysia dan singapura pendidikannya sudah tinggi sehingga sumber daya
manusia di Negara tersebut berkualitas dan memiliki keahlian, rata-rata masyarakatnya sekolah
sampai tingkat sarjana berbeda dengan Indonesia yang masih tertinggal. Inilah salah satu faktor
masalah yang ada di Indonesiapendidikan yang masih rendah. Oleh karena itu indonesia harus mampu
meningkatkan mutu pendidikan, sehingga tidak kalah bersaing dengan negara lain. Negara kita harus
mencetak orang-orang yang berjiwa mandiri dan mampu berkompetisi di tingkat dunia. Saat ini,
Indonesia membutuhkan orang-orang yang dapat berfikir secara efektif, efisien dan juga produktif.
Hal tersebut dapat diwujudkan jika kita mempunyai tenaga pendidik yang handal, beradab,
berprofesional dan mampu mencetak generasi bangsa yang beradab,pintar dan bermoral.

Guru merupakan komponen pendidikan yang berperan sangat penting dalam kegiatan belajar
mengajar. Kedudukan guru merupakan posisi yang penting dalam dunia pendidikan khususnya di
lembaga pendidikan formal. Oleh karena itu, kebijakan sertifikasi bagi guru dan dosen memang suatu
langkah yang strategis untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

Kompetensi guru merupakan seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri
guru agar dapat mewujudkan kinerja secara tepat dan efektif. Sedangkan guru yang profesional adalah
guru yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga mampu
melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.

Guru merupakan orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar dan mencetak
generasi bangsa yang bermutu oleh karena itu guru harus diberikan kesejahteraan dan harus
diperhatikan lebih oleh pemerintah.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana karakteristik Guru Efektif ?

b. Bagaimana konsep Guru Efektif ?

c. Bagaimana sikap Guru Efektif ?

d. Apa saja ciri-ciri Guru Efektif ?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui karakteristik Guru Efektif

b. Untuk mengetahui konsep Guru Efektif

c. Untuk mengetahui sikap Guru Efektif

d. Untuk mengetahui ciri-ciri Guru Efektif


BAB II
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Guru Efektif
Istilah guru efektif merupakan terobosan terbaru di era sekarang karena lebih terukur
dibandingkan dengan istilah guru yang baik. Pengertian guru yang baik lebih bersifat sebagai
kemampuan personal seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dan pengajaran.
Sementara itu, pengertian guru efektif lebih bersifat sebagai kemampuan profesional. Guru efektif
adalah guru yang bisa memotivasi peserta didik untuk belajar dan meningkatkan semangat belajar
yang tumbuh dari kesadaran peserta pendidik itu sendiri, bukan karena takut pada gurunya.

Eksistensi seorang guru adalah sebagai pendidik profesional di sekolah, dalam hal ini guru
sebagai uswatun hasanah, jabatan administratif, dan petugas kemasyarakatan.

Guru efektif merupakan istilah lain dari guru profesional mempunyai seperangkat
karaktersitik atau ciri-ciri tertentu. Untuk menggambarkan sosok guru profesional, Dedi Supardi
mengutip laporan dari satu jurnal bertajuk Educational Leadership edisi Maret 1993.

Karakteristik guru adalah segala tindak tanduk atau sikap dan perbuatan guru baik di sekolah
maupun di lingkungan masyarakat. Misalnya, sikap guru dalam meningkatkan pelayanan,
meningkatkan pengetahuan, memberi arahan, bimbingan dan motivasi kepada peserta didik, cara
berpakaian, berbicara, dan berhubungan baik dengan peserta didik, teman sejawat, serta anggota
masyarakat lainnya

Guru merupakan orang tua kedua kita yang berada disekolah mengapa disebut orang tua
karena guru memiliki kewajiban mendidik dan memberikan pengajaran pada kita dengan istilah lain
guru sebagai pengganti orang tua pada saat orang tua tidak memiliki wakttu banyak untuk
memberikan pendidikan dan pengajaran pada kita serta dengan kekurangan-kekurangan yang dimiliki
orang tua sehingga menitipkan kita pada guru disekolah. Oleh karena itu kita harus menghormati
bapak ibu guru sebagaimana kita menghormati kepada kedua orang tua.

Semua di antara kita sudah sangat akrab dengan guru, baik sering bertatap muka
dan berkomunikasi. Akan tetapi, berapa banyak di antara kita yang pernah merenungkandan
memikirkan sesungguhnya seperti apa guru efektif itu? Mengapa kita harus mengatahuinya karena
pemahaman akan hakekat guru efektif ini sangat penting sebagai landasan tolak ukur dalam penilaian
guru yang baik. Kalau direnungkan secara mendalam, maka kita akan dapat menemukan beberapa
karakteristik guru efektif, antara lain:

a. Mempunyai cita-cita menjadi guru yang hebat atau professional,

b. Dalam kesehariannya tidak lepas dari yang namanya perencanaan yang matang,

c. Mampu menguasai teknologi, informasi dan komunikasi (tik),

d. Mampu membangun tim kerja yang kuat,

e. Mampu membangun networking yang kuat,

f. Menguasai metode pembelajaran dengan baik,

g. Mampu mengelola pembelajaran dengan baik,

h. Mempunyai semangat belajar yang kuat.

B. Konsep Guru Efektif


Menurut Soedjadi (2000:14) pengertian konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan
untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu
istilah atau rangkaian kata.

Menurut Bahri (2008:30) pengertian konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek
yang mempunyai ciri yang sama. Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap
objek-objek yang dihadapi, sehingga objek-objek ditempatkan dalam golongan tertentu. Objek-objek
dihadirkan dalam kesadaran orang dalam bentuk representasi mental tak berperaga. Konsep sendiri
pun dapat dilambangkan dalam bentuk suatu kata (lambang bahasa).

Menurut Singarimbun dan Effendi (2009) pengertian konsep adalah generalisasi dari
sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan barbagai fenomena
yang sama. Konsep merupakan suatu kesatuan pengertian tentang suatu hal atau persoalan yang
dirumuskan. Dalam merumuskan kita harus dapat menjelaskannya sesuai dengan maksud kita
memakainya.

(Ahmad, 2087) Dalam proses belajar-mengajar dapat dikatakan bahwa ini inti permasalahan
psikiologis terletak pada anak didik. Bukan berarti mengabaikan persoalan psikologi seorang pendidik,
namun dalam seseorang telah menjadi seorang pendidik maka ia telah melalui proses pendidikan dan
kematangan psikologis sebagai suatu kebutuhan dalam mengajar. Penguasaan guru tentang psikologi
pendidikan merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik.

Karakteristik Kompetensi Pedagogik Guru cms-formulasi Salah satu kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang guru adalah kompetensi pedagogik (MENDIKNAS. 2007, Robandi). Karakteristik
kompetensi tersebut seperti berikut:

a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,emosional, dan
intelektual. Penguasaan karakteristik tidak dapat dicapai apabila guru masih menjaga jarak (jauh)
dengan peserta didiknya. Selama guru tidak mau berperan sebagai orangtua yang baik, maka
pemahaman terhadap karakter peserta didiknya hanya sebuah terkaan belaka.

b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. Teori harus selalu
diperbaharui oleh seorang guru. Semakin siswa disibukkan dengan tugas-tugas dari gurunya, maka
selayaknya seorang guru harus semakin sibuk mendengarkan keluhan dari siswa ketika menyikapi
setumpuk tugasnya, sehingga guru akan membuahkan strategi-strategi baru dalam pengajarannya
untuk berusaha membantu memudahkan atau mencarikan jalan alternatif dalam penyelesaian
tugasnya. Guru harus selalu memotivasi diri untuk semakin rajin membaca dan berdiskusi baik secara
online maupun offline.

c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu. Kemampuan
guru untuk mengembangkan kurikulum yang lebih baik dari standar merupakan hal yang sangat
diharapkan. Pengembangan kurikulum ini tidak hanya peningkatan dari segi materi pembelajaran, tapi
aspek pendukungnya pun harus diperhatikan, seperti media pembelajaran. Kecermatan melihat
keberadaan siswa dan sarana yang tersedia harus diperhatikan secara serius dalam
mengimplementasikan kurikulum tersebut.

d. Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik Kegiatan pengembangan dapat berupa


berbagai kreativitas yang dibangun siswa bersama gurunya. Penting dicatat bahwa kreativitas itu
bukan hanya dilakukan oleh siswa, tapi harus bersama-sama dengan guru sebagai partner-nya.
Misalnya membangun kreativitas menulis di blog atau mengisi Facebook dengan posting-posting yang
mengandung nilai-nilai pendidikan.

e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan


pengembangan yang mendidik. Sudah banyak tool Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang
dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Dengan Microsoft Word guru/siswa dapat membuat
catatan sekolahnya dengan daftar isi yang mengandung Link ke halaman terkait. Microsoft PowerPoint
dapat digunakan guru/siswa untuk menyusun bahan presentasinya. Milis dapat digunakan siswa
sebagai sarana diskusi dengan siswa lainnya, bahkan dengan guru sekalipun. Dengan kehadiran media
online ini, komunikasi/konsultasi siswa dengan guru dalam rangka mengerjakan tugas-tugas
sekolahnya dapat dilakukan. Ketika guru memberikan tugas tidak cukup hanya memberikan tugas di
minggu pertama dan menunggu pengumpulannya di minggu kedua, tapi selama waktu antara minggu
pertama sampai minggu kedua harus tersedia waktu bagi siswa yang ingin berkonsultasi terkait
tugasnya.

f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimiliki. Secara sederhana, pada waktu istirahat atau hari-hari tertentu, lab komputer kadang-kadang
tidak digunakan, maka kesempatan ini dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk belajar/ menggunakan
komputer. Guru tidak hanya terpaku dengan waktu yang sudah dijadwalkan, tapi apabila ada waktu
yang bisa digunakan di luar jadwal itu akan lebih berpeluang membantu peserta didik dalam menggali
potensinya. Atau sekedar bertegur sapa dalam bahasa asing ketika waktu istirahat, ini menjadi modal
berharga untuk pengembangan potensi peserta didik. Bahkan mendukung siswa untuk mengikuti
perlombaan atau pelatihan di luar sekolah merupakan sikap guru yang bagus.

g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. Ini yang harus menjadi
sorotan cukup serius, karena selama ini komunikasi guru kepada siswanya masih dianggap kurang. Ini
terjadi salah satunya terlihat dari pemikiran bahwa siswa membutuhkan guru, bukan guru
membutuhkan siswa. Ini membuat guru jaga image, jual mahal, tidak mau proaktif membangun
komunikasi dengna siswanya. Guru dekat dengan siswa merasa khawatir akan mengurangi
reputasinya, padahal tidak demikian adanya. Kejujuran guru atas kelemahannya pun boleh diketahui
siswa, karena alih-alih mendapat ejekan para siswa, malahan mendapat doa dari mereka.

h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar Guru memiliki hak istimewa dalam
menentukan nilai siswa. Pemikiran ini harus ditinjau ulang, karena dalam prakteknya kadang-kadang
guru dengan kurang pertimbangan suka memberikan nilai jelek di ujian harian, UTS atau UAS, padahal
belum melakukan usaha-usaha yang tepat dalam pengajarannya. Ketika guru memberikan nilai merah,
maka guru tersebut harus bertanya kepada dirinya sendiri: Sudahkah ia memberikan perhatian khusus
kepada siswa yang diberi nilai merah itu? Sudah berapa kalikah ia memanggil siswa untuk diberikan
strategi-strategi alternatif agar berhasil dalam belajarnya? Sudah berapa jauh guru tersebut
membangun kerja sama dengan siswa dan orangtuanya agar nilai siswa tersebut bagus? Sungguh tidak
adil untuk situasi di negeri ini seperti saat ini apabila seorang guru hanya mengajar menggunakan gaya
mengajar yang sama untuk semua siswa, tiba-tiba di akhir semester siswa diberi nilai merah, padahal
guru tersebut tidak melakukan apa-apa untuk meningkatkan kemampuan siswa tersebut, selain hanya
remedial. Untuk apa minggu pertama gagal ujian, minggu kedua diadakan remedial. Padahal guru
tersebut belum sempat memberikan solusi belajar kepada siswa yang gagal ujian tersebut.

i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. Hasil ujian harus
dijadikan masukan bagi guru untuk melakukan langkah pengajaran berikutnya. Contoh: Siswa A
mendapat nilai 100, Siswa B mendapat nilai 40. Maka guru tersebut harus berusaha keras
memberikan strategi-strategi alternatif untuk siswa B. Kalau perlakuan guru menyamaratakan antara
gaya belajar A dan B, maka kemungkinan besar prestasi belajar siswa B akan gagal lagi pada saat
ujian berikutnya.

j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Guru yang mudah
memberikan ilmu kepada siswanya, tidak terbatas di kelas saja merupakan tindakan yang bagus. Tidak
benar seorang guru harus jual mahal ilmu dengan alasan ia sudah mengeluarkan berjuta-juta rupiah
ketika masa kuliahnya. Perjumpaan dengan siswa, kapanpun waktunya, di manapun tempatnya, harus
memberikan inspirasi bagi siswa untuk mengembangkan potensi dan memotivasi diri untuk lebih giat
dalam belajar.

C. Sikap Guru Yang Baik


Menurut Danni Ronnie M ada enam belas pilar agar guru dapat mengajar dengan hati.
Keenam belas pilar tersebut menekankan pada sikap dan perilaku pendidik untuk mengembangkan
potensi peserta didik. Enam belas pilar pembentukan karakter yang harus dimiliki seorang guru, antara
lain:

a. kasih sayang,

b. penghargaan,

c. pemberian ruang untuk mengembangkan diri,


d. kepercayaan,

e. kerjasama,

f. saling berbagi,

g. saling memotivasi,

h. saling mendengarkan,

i. saling berinteraksi secara positif,

j. saling menanamkan nilai-nilai moral,

k. saling mengingatkan dengan ketulusan hati,

l. saling menularkan antusiasme,

m. saling menggali potensi diri,

n. saling mengajari dengan kerendahan hati,

o. saling menginsiprasi,

p. saling menghormati perbedaan.

Jika para pendidik menyadari dan memiliki menerapkan 16 pilar pembangunan karakter
tersebut jelas akan memberikan sumbangsih yang luar biasa kepada masyarakat dan negaranya.

Dalam Undang-Undang Guru ada beberapa kompetensi yang harus dimiliki seorang guru
diantaranya adalah :

a. kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik,

b. kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan
berwibawa serta menjadi teladan peserta didik,

c. kompetensi profesional adalah kamampuan penguasaan materi pelajaran luas mendalam,

d. kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan
efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

D. Ciri-ciri Guru Efektif


a. Berpandangan luas tentang dunia pengajaran yang bermuara pada proses pemanusiaan manusia.
Memiliki rasa humor, empatik pada siswa, jujur, fleksibel, demokratik, berinteraksi secara ilmiah,
mudah bergaul dengan siswa. Memiliki kelas yang senantiasa terbuka dan dapat menumbuhkan
kepercayaan siswa.

b. Memiliki rasa percaya diri dan mempercayai orang lain.

c. Memiliki pengetahuan dan informasi yang luas dalam bidangnya. Respek pada pengetahuan, selalu
mendorong siswa agar selalu belajar agar mereka memiliki kekuatan, semangat, kebahagiaan, dan
produktif
d. Mampu berkomunikasi secara efektif, mampu mengembangkan interaksi untuk memaknai pendapat.

e. Memahami kapasitas peserta didik dalam menerima informasi dengan memberikan informasi sesuai
dengan kapasitas peserta didik Menjelaskan dan memberi ilustrasi sebuah konsep secara abstrak
maupun dengan contoh nyata.

f. Mengajar secara urut dan runtut yang meliputi semua aspek yang harus diajarkan.

g. Mengudang pendapat peserta didik dengan pertanyaan yang kritis, tetapi bertanya dengan suasana
rileks.

h. Menggunakan berbagai metode pembelajaran.

i. Mengantisipasi apa yang akan terjadi di kelas.

j. Mengenal perilaku peserta didik yang tidak sesuai dengan aktivitas yang sedang berlangsung di kelas.

k. Memiliki kepekaan atas kebutuhan peserta didik dan mampu menasehati dengan tepat.

l. Tahu bagaimana cara mencapai tujuan kelas.

m. Tenag dalam menghadapi masalah.

n. Menghindari perilaku marah yang berlebihan.

o. Memanfaatkan ruangan kelas secara optimal dalam mengajar tidak hanya berdiri di depan kelas saja.

p. Lebih menekankan apresiasi daripada hukuman dalam mendisiplinkan murid.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Guru efektif adalah guru yang mampu memotivasi peserta didik untuk belajar dan
meningkatkan semangat belajar yang tumbuh kesadaran diri peserta didik, bukan karena takut pada
gurunya. Guru adalah seseorang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya dan
bertanggung jawab untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, menilai dan
mengevaluasi anak didiknya agar bermanfaat dimasa yang akan datang.

Seorang guru harus mengetahui karakteristik guru efektif, antara lain:

a. Mempunyai cita-cita menjadi guru yang hebat atau professional,

b. Dalam kesehariannya tidak lepas dari yang namanya perencanaan yang matang,

c. Mampu menguasai teknologi, informasi dan komunikasi (tik),

d. Mampu membangun tim kerja yang kuat,

e. Mampu membangun networking yang kuat,

f. Menguasai metode pembelajaran dengan baik,

g. Mampu mengelola pembelajaran dengan baik,

h. Mempunyai semangat belajar yang kuat.


Guru profesional adalah guru yang mampu menerapkan hubungan yang berbentuk
multidimensional. Guru yang demikian adalah yang secara internal memiliki empat kompetensi, yaitu:
kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial.

Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional adalah:

a. Kompetensi Pedagogik

b. Kompetensi Kepribadian

c. Kompetensi professional

d. Kompetensi Sosial

B. Saran
Guru memiliki kedudukan yang terhormat karena guru merupakan pahlawan tanpa tanda jasa
yang patut untuk dihormati, oleh karena itu sebagai seorang guru harus selalu menjaga sikap dan
kepribadiaannya dengan baik agar menjadi contoh bagi anak didik dan masyarakat.

Sumber daya manusia harus lebih ditingkatkan agar generasi baru yang nantinya akan menjadi
seorang guru (calon guru) menjadi guru yang lebih professional dan berkualitas.

Guru juga harus mengurangi kebiasaan buruk yang sering dilakukan antara lain: sering
meninggalkan kelas disaat jam pelajaran, tidak menghargai siswa, pilih kasih terhadap siswa, kurang
persiapan dalam pembelajaran, menyuruh siswa menyuruh menulis di papan tulis, tidak disiplin,
kurang memperhatikan siswa, dan matrealistis.

Untuk itu mari kita tingkatkan mutu pendidikan nasional dengan memprioritaskan guru yang
benar-benar efektif, professional dan berkualitas.
http://hamimtea.blogspot.co.id/2015/05/karakteristik-guru-efektif-dalam.html
Hai, Sahabat Merahputih, tahukah bahwa tanggal 18 Maret diperingati sebagai Hari Arsitektur
Indonesia? Nah, arsitektur sendiri berarti seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi, baik
itu bangunan, konstruksi, jembatan, dan lain sebagainya.

Hasil karya para arsitektur dari masa ke masa, merupakan sebuah karya besar yang mencerminkan
sebuah peradaban. Karya besar arsitektur ini juga sebuah maha karya yang adiluhung, dan menjadi
saksi sejarah suatu bangsa.

Di Indonesia sendiri, secara garis besar perkembangan arsitektur dibagi menjadi lima periode.
Berikut merahputih.com merangkum lima periode perkembangan arsitektur di Indonesia.

1. Arsitektur Vernakular (Tradisional)

Arsitektur vernakular ini tumbuh dan berasal dari rakyat suatu daerah, yang juga merupakan
identitas dari setiap daerahnya. Karena, gaya bangunan yang tercermin menggambarkan tradisi dari
daerah tersebut. Indonesia merupakan negeri yang kaya etnisnya, sehingga memiliki berbagai
bangunan dengan gaya arsitektur vernakular yang berbeda-beda. Yang di antaranya adalah rumah
adat Tana Toraja, Rumah Joglo, Rumah Gadang dan lain sebagainya.

2. Arsitektur Zaman Hindu-Buddha

3. Salah satu bentuk arsitektur candi, yaitu bangunan keagamaan atau tempat
ibadah peninggalan masa lalu yang berasal dari zaman Hindu-Buddha.
Keindahan candi nampak pada arsitektur, relief, serta arcanya, dan pesan
yang disapaikan erat dengan spiritualitas, kreatifitas, dan keterampilan para
pembangun candinya. Arsitektur candi yang paling terkenal adalah Candi
Borobudur, yang terletak di wilayah Kecamatan Borobudur, Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah. Candi Borobudur juga merupakan satu dari tujuh
keajaiban dunia.

4. 3. Arsitektur Zaman Islam


Menara Kudus di Jawa Tengah yang bangunannya serupa candi (Foto : www.wikimedia.org)
Masjid-masjid kuno memiliki ciri khas yang sangat terkait dengan daerah tempat
masjid itu berada. Misalnya saja Menara Kudus yang mirip dengan bangunan
kerajaan Majapahit. Atau juga masjid di beberapa daerah lain yang bentuknya
mirip dengan unsur bangunan zaman Hindu-Buddha.

4. Arsitektur Kolonial
5. Salah satu gereja dengan bentuk arsitektur dengan ciri khas kolonial (Foto :
www.kaskus.com)
6. Bangunan dengan arsitektur ini berkembang pada saat Indonesia dijajah Belanda selama tiga
setengah abad. Arsitektur kolonial mengarah pada gaya Belanda yang dibangun oleh
pemerintah penjajah masa itu. Selama beberapa abad tersebut, gaya arsitektur pun ikut
berkembang. Mulai dari khas Prancis karena pemimpinnya kala itu merupakan mantan
pimpinan Napoleon, sampai seni kaca, dan juga tren modern Belanda yang disesuaikan iklim
tropis Indonesia.
7. 5. Arsitektur Kontemporer
Rumah minimalis merupakan salah satu ciri khas arsitektur kontemporer Indonesia masa
kini (Foto : www.pinterest.com)
Pasca kemerdekaan sampai sekarang, arsitektur terus berkembang menjadi
arsitektur kontemorer. Awal masa kemerdekaan, bangunan-bangunan yang muncul
masih berkualitas rendah karena perkembangan ekonominya masih belum kuat.
Lambat laun, orang-orang banyak pula yang menggunakan arsitektur pribadi untuk
mendesain rumah mereka sesuai keinginan. Sekarang, secara umum di Indonesia
tren arsitektur terbagi dua kutub, minimalis dan maksimalis (klasik).
https://merahputih.com/post/read/5-periode-perkembangan-arsitektur-indonesia

Anda mungkin juga menyukai