Anda di halaman 1dari 7

Resume Buku Time Out Dalam Parenting

Time out adalah suatu cara untuk mengendalikan marah dan menghentikan perilaku buruk anak,
dengan memberikannya kesempatan untuk menenangkan diri dan berpikir kembali atas
perbuatan yang dilakukannya . Time out di sini berarti cooling off atau relaksasi.

Anak-anak tidak lahir dengan membawa kemampuan untuk mengendalikan marah. teknik time
out adalah salah satu teknik yang bisa membantu melatih keterampilan ini pada anak.

Mengapa time out?


Rasulullah SAW bersabda, ... Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaklah ia diam." (HR Ahmad).

Saat kondisi marah, bagian otak yang berfungsi untuk berpikir (otak neokorteks) tidak
akan bekerja. Bagian otak yang bekerja saat marah adalah otak yang berfungsi untuk
mempertahankan diri (otak reptil).
Sumber: wikipedia.org
Gambar 4.1: Otak

Oleh karena itu, ketika anak marah, penyampaian pemahaman tidak akan efektif. Dalam
hal ini, amarah orangtua hanya akan memancing anak untuk semakin mempertahankan dirinya
bahkan melawan.

Adapun cara mengatasi anak mengamuk dengan memahami sistem kerja otak adalah membuat
anak tenang terlebih dahulu. Hal ini akan membuat otak reptil anak tidak aktif (tidak ada
perlawanan). Kemudian baru komunikasikan pesan yang ingin kita sampaikan kepada anak.

KAPAN DAN DIMANA TIME OUT DILAKUKAN ?

Time out diberikan ketika anak berperilaku buruk dan berlebihan dalam mengungkapkan
amarahnya, seperti memukul, berguling-guling, dan mengancam. Perilaku pada anak dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu perilaku baik dan perilaku buruk. Perilaku baik adalah
perilaku yang diharapkan ada pada anak. Adapun perilaku buruk dalam parenting merupakan
perilaku yang mengganggu dan atau menyakiti orang lain. Time out TIDAK digunakan untuk
menanamkan perilaku baik. Contoh perilaku baik diantaranya: belajar, ibadah, makan. Jadi kita
tidak boleh menerapkan time out agar anak mau belajar, mau shalat atau mau makan.

Mengenai tempat time out, pilihlah lokasi yang tenang seperti kamar, dan

kursi. Hindari tempat-tempat yang cukup ramai seperti ruangan bertelevisi, ruangan
dengan mainan, atau terdapat orang lain. Karena keberadaan benda-benda tersebut akan
membuyarkan konsentrasi anak ketika menjalani time out.

Time out juga sebaiknya tidak dilakukan di tempat yang terlalu gelap dan terkesan
sempit seperti kamar mandi dan gudang. Pemilihan tempat time out harus menghindari kesan
pada anak bahwa ruangan tersebut adalah tempat pengucilan anak karena telah berperilaku
buruk. Lokasi time out harus mencerminkan bahwa mereka diminta untuk diam di suatu tempat
guna menenangkan diri, bukan menjalani hukuman.

LAMA TIME OUT

Untuk PERILAKU BURUK 1- 2 menit x UMUR ANAK

KHUSUS untuk EMOSI BERLEBIHAN :

2 4 tahun memakai waktu

> 4 tahun : sampai anak tenang

Pada Usia Berapakah Boleh Diterapkan?


Time out berjalan efektif pada anak berusia 2 hingga 12 tahun. Dalam persiapan time
out ada langkah memberikan pemahaman dan membuat kesepakatan Jadi yang dilihat juga
kemampuan berpikir dan komunikasi anak.

Beberapa literatur menyatakan bahwa anak di bawah 2 tahun belum bisa diterapkan
time out karena keterbatasan kemampuan berpikir mereka. Bila mereka mengalami ledakan
emosi, menenangkannya bisa dengan langkah E (Empati mendengarkan) digabung dengan
sentuhan N (Notifikasi pembicaraan dan tindakan) disertai pengalihan. Hal ini berkaitan dengan
kemampuan berpikir dan komunikasi mereka yang masih terbatas.

Time Out Bukan Hukuman

Sebagian orangtua masih memandang time out sebagai teknik menghukum anak. Anak
yang tidak melakukan perilaku yang diinginkan orangtuanya, akan terkena time out. Umumnya
orangtua akan mendahuluinya dengan kalimat yang mengesankan hukuman, Kamu melakukan
hal buruk itu lagi. sesuai kesepakatan, kamu dihukum masuk kamar dan time out selama 7 menit.
Perlu dipahami bahwa Time out bukanlah sebuah hukuman. Time out adalah sebuah teknik
yang dilakukan orangtua untuk membantu anak berelaksasi. Anak diberikan jeda untuk
sendiri, berusaha merenung, serta tanpa diganggu dan tanpa mengganggu orang lain.

Time out menjadi hukuman ketika orangtua memprak-tekkannya dengan tidak tepat. Berikut
ini beberapa hal yang menyebabkan time out dinilai sebagai hukuman oleh anak:

Time out dilakukan oleh orangtua dengan marah.

Orangtua mengatakan bahwa time out merupakan hukuman atas perilaku anak yang
tidak sesuai arahannya.

Tempat time out yang menakutkan dan berkesan tempat penghukuman, seperti kamar
mandi dan ruang tertutup.

Tempat time out yang memungkinkan orang-orang dapat melihat anak seperti dihukum.

Untuk menghindari time out yang berkesan hukuman, perlu ditempuh langkah-langkah berikut:
Penerapan time out harus didahului beberapa tahapan lain, yaitu:
1. Pembentukan ikatan (bonding) antara orangtua dan anak dengan menggunakan
teknik R, E, dan N berupa pemilihan kata dan nada penuh kasih sayang disertai
sentuhan lembut (touching). Ikatan ini membuat anak lebih mempercayai orang tua
untuk dapat membimbingnya, termasuk dalam mengendalikan marah dengan time out.
2. Pemberian pemahaman dengan langkah E, N, dan T bahwa time out ditujukan untuk
menenangkan diri karena anak marah-marah ataupun berperilaku buruk. Dengan
pemahaman yang tepat, maka anak tidak akan menganggap bahwa time out
sebagai kesewenang-wenangan orang tua, tetapi lebih sebagai konsekuensi atas
perbuatan mereka sendiri.
3. Pembuatan kesepakatan bersama tentang pelaksanaan time out. Hal ini akan
memberikan hasil yang berbeda dibandingkan bila peraturan ditetapkan oleh satu
pihak saja (orangtua).
4. Sosialisasi bila teknik tersebut akan mulai diterapkan dalam keluarga.

Hindari mengatakan bahwa time out adalah hukuman dan beri istilah lain, seperti:
menenangkan diri dulu atau berpisah dulu.

Salah satu syarat pelaksanaan time out adalah tanpa marah. Pastikan orangtua benar-
benar tidak marah ketika mempraktikan teknik ini.
Hindari nada tinggi dan sikap tubuh mengancam. Sampaikan arahan time out dengan
nada datar dan tegas.
Hindari time out di tempat yang membuat anak merasa direndahkan karena dilihat oleh
banyak orang. Pilihlah tempat yang layak untuk menenangkan diri, yaitu: tanpa mainan,
tanpa TV, tanpa teman, dan aman.

Time out adalah teknik relaksasi untuk anak sekaligus sebagai konsekuensi negatif bila
mereka kesulitan menghentikan perilaku buruknya. Time out bukanlah hukuman.

Catatan : Time Out merupakan teknik pilihan terakhir. Bila dengan E (empati mendengarkan) dan N N
(Notifikasi pembicaraan dan tindakan) sentuhan, kata-kata yang menenangkan, pengalihan sudah
berhasil maka teknik time out tidak perlu dilakukan.

Teknis Time-Out
Time out memiliki teknis yang sangat khusus. Teknisnya pun perlu benar-benar dipahami
dan dilaksanakan dengan tepat agar sesuai dengan fungsinya. Berikut ini tahapan pelaksanaan
time out:

a. Pra Time Out


Dua syarat utama yang harus dipegang pada awal melaksanakan time out adalah tanpa
marah dan tanpa banyak kata. Tanpa memenuhi kedua syarat ini, time out yang kita
lakukan akan melenceng dari tujuan semula: membimbing anak berlatih mengendalikan
marah.

Sebelum melakukan time out, orang tua harus memastikan diri bahwa mereka memenuhi
kedua syarat tersebut. Selain itu, sebaiknya orangtua juga memikirkan alasan pemberian
time out kepada anak. Jangan sampai anak menganggap bahwa time out adalah hukuman
tanpa sebab. Apalagi jika sampai time out diberikan karena orangtua marah. Time out yang
dilakukan karena orangtua marah akan sangat menyakiti anak.

b. Time out
Ketika memutuskan untuk mulai melaksanakan time out, ada satu syarat yang harus terpenuhi,
yaitu siap untuk konsisten sampai akhir proses. Bila belum siap, sebaiknya tidak melakukan
time out dan cukup menggunakan teknik selain time out.
Time out dimulai dari pemberian peringatan dengan nada tegas dan jelas sebanyak
maksimal 3 kali, dengan jeda sekitar 5 detik antara setiap peringatan. Jika setelah
peringatan yang ketiga si anak tidak juga menghentikan perilaku buruknya, maka anak
dipersilahkan untuk time out.

Ada perbedaan bahasa dalam penyampaian peringatan antara time out untuk marah dan
untuk perilaku buruk, yaitu:

Untuk anak yang marah tak terkendali, pergunakanlah kata-kata berikut:


Kakak, silakan Kakak menenangkan diri dulu di kamar. Kalau sudah tenang, baru boleh
keluar. (untuk anak yang sudah berusia di atas 4 tahun)
Adik, di kamar dulu 6 menit. (untuk anak berusia 2 - 4 tahun)
Untuk menghentikan perilaku buruk :
Adik, silakan ke kamar dulu 5 menit. (untuk usia 2-12 tahun)

Usai menyuruh anak masuk ke tempat time out, ayah dan bunda harus memastikan anaknya
benar-benar menjalaninya. Bila anak keluar dari tempat time out dengan ekspresi
kemarahan yang masih terlihat, kembalikan lagi ke tempat time out.

Untuk anak yang bisa diangkat, silahkan diangkut ke tempat time out. Untuk anak yang sudah
besar tapi menolak time out, diperlukan time out pengganti berupa konsekuensi yang dipilih
bila time out standar tidak dapat dilaksanakan. Penjelasan mengenai konsekuensi ini, dapat
dilihat pada poin 4.

Selama time out, anak tidak boleh ditemani, apalagi diajak berbicara. Tidak boleh ada
mainan ataupun hiburan yang dapat mengalihkan anak dari time out.

c. Post time out


Post time out merupakan bagian yang menentukan hasil time out. Setelah anak tenang selama
beberapa menit, kita harus mendekatinya. Ajak anak untuk beraktivitas secara normal tanpa
menyinggung apapun. Beri juga pujian anak saleh dan anak baik kepada buah hati kita
sehingga mereka semakin terarah kepada predikat tersebut dan semakin mau bekerja sama
melakukan time out.
Anak yang sudah tenang atau bisa mengendalikan perilakunya setelah time out, akan sangat
bahagia sekali ketika mendapatkan perhatian dari orangtuanya berupa langkah E, sentuhan,
dan bentuk lainnya Mereka merasa dibantu untuk bisa melewati situasi yang berat dan sulit
dikendalikan.

Pada beberapa kondisi, terdapat situasi ketika anak masih tampak kesal atau sedih
berlebihan karena tidak suka melaksanakan time out. Kondisi ini umumnya tampak pada
anak 24 tahun yang masih belajar time out. Oleh karena itu, setelah waktu time out
terpenuhi, orang tua harus mendekati anak dan mengajaknya berkomunikasi dengan
langkah E (Empati mendengarkan).

Anda mungkin juga menyukai