Anda di halaman 1dari 10

Rigid Bronchoscopy in Airway Foreign

Bodies: Value of the Clinical and


Radiological Signs
Kunjan Acharya1
1Department of ENT-Head and Neck Surgery, Tribhuvan University Teaching Hospital, Maharajgunj, Kathmandu, Nepal

Abstrak
Pendahuluan Benda asing di jalan nafas merupakan keadaan darurat yang umum terjadi dalam
praktik THT. Seperti yang kita ketahui, Bronkoskopi Rigid adalah metode pilihan untuk
mengeluarkan benda asing, meski kadang-kadang mengarah ke spesialis yang melakukan
bronkoskopi yang tidak perlu, yang menghadapkan pasien pada bahaya anestesi umum.
Tujuan Tujuan penelitian saya ialah untuk menghitung sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi
positif, rasio odds dari tanda klinis dan radiologis, membandingkan dengan standar emas, prosedur
bronkoskop kaku (rigid).
Metode Ini adalah studi analitik prospektif yang dirancang di University Teaching Hospital dan
dilakukan selama periode 18 bulan, dari bulan Maret 2011 sampai Agustus 2012. Pengumpulan
data dikelompokkan secara luas menjadi tiga kategori yang berbeda: (1) Gejala, seperti ada
tidaknya tersedak , Sianosis, dan kesulitan bernapas; (2) Tanda klinis, seperti ada tidaknya masuk
ke udara, krepitasi, dan rhonchi; (3) Temuan rontgen dada yang menunjukkan adanya benda asing.
Hasil Ada total 40 bronkoskopi rigid yang dilakukan dengan anestesi umum untuk alasan
diagnosis dan terapeutik. Diantara 40 pasien yang menjalani bronkoskopi rigid, 32 (80%)
ditemukan memiliki benda asing di saluran napas mereka sementara 8 pasien (20%) menunjukkan
hasil bronkoskopi negatif. Riwayat tersedak ialah satu-satunya gejala klinis yang secara statistik
Signifikan (p 1/4 0,043) dengan rasio odds 5.
Kesimpulan Bronkoskopi Rigid adalah teknik standar emas untuk diagnosis dan prosedur pilihan
untuk menghilangkan BA dari jalan nafas. Bagaimanapun, masih ada peluang kecil hasil negatif,
apalagi bila tidak ada riwayat aspirasi.

Pendahuluan pasien pada risiko GA dan komplikasi


prosedur itu sendiri. Menurut Righini,1
Benda Asing (BA) di jalan napas adalah salah bronkoskopi rigid dengan anestesi umum
satu keadaan darurat yang sering dihadapi yang tidak diperlukan dapat menyebabkan
dokter bedah THT. Presentasi klinisnya anak terkena risiko komplikasi prosedur
bervariasi, mulai dari keadaan klinis yang perioperatif (8-17%) seperti bronkospasme,
tidak bergejala sampai keadaan pernafasan desaturasi dan perdarahan, atau edema jalan
yang buruk yang memerlukan perhatian dan nafas. Oleh karena itu, keputusan yang tepat
intervensi segera. Standar emas untuk untuk melakukan BP didasarkan pada temuan
manajemennya ialah bronkoskopi yang kaku klinis dan dukungan radiologis. Penelitian
(rigid) (BR) dengan anestesi umum. saya bertujuan untuk mengkorelasikan
Bronkoskopi rigid, dilakukan di presentasi klinis dan temuan dada X-ray
bawah Anestesi Umum (GA), menghadapkan dengan hasil BR (BR positif versus negatif).
Menurut Hsu,2 kelompok usia dengan kecurigaan klinis yang kuat terhadap benda
BA di jalan napas berkisar antara 1-3 tahun. asing di jalan napas dengan riwayat tersedak,
Namun bisa juga terjadi pada anak yang lebih sianosis, sulit bernafas, disertai adanya tanda
tua. Keputusan penting untuk melakukan klinis, seperti penurunan masuknya udara,
bronkoskopi rigid ialah berdasarkan latar sianosis, atau krep. Pasien dari segala usia
belakang klinis. Termasuk riwayat dan dan jenis kelamin yang memenuhi syarat
temuan klinis. Sangat penting untuk untuk kriteria inklusi disertakan. Sebelum
menanyakan riwayat tersedak atau aspirasi prosedur, residen THT memeriksa semua
kepada orang tua atau pengasuh. Pada pasien dan mencatat temuan di Performa.
pemeriksaan klinis, benda asing di jalan Setelah itu semua pasien menjalani rontgen
napas dapat menunjukkan suara nafas yang dada dan CT scan dada jika diindikasikan. X-
berkurang di sisi yang terkena atau adanya Ray dada mencari tanda-tanda radiologis,
rhonchi. Pada saat yang sama, dua atau lebih kehadiran benda asing seperti segmen yang
temuan mungkin terjadi. Tanda radiologi kolaps, konsolidasi, udara yang terperangkap
dapat berupa paru kolaps, bayangan atau kadang-kadang benda asing itu sendiri
radiopak, atau area konsolidasi. jika benda asing tersebut bersifat radio-opak.
Hipotesis penelitian saya ialah untuk Data yang dikumpulkan dibagi ke
menunjukkan hubungan tanda klinis dan dalam tiga kategori yang berbeda: (1)
radiologis dan adanya BA di jalan napas. Ini Simtomatologi (gejala-gelaja), seperti ada
membantu kita memahami hubungan temuan tidaknya tersedak, sianosis, dan sulit
radiologis dan klinis dengan hasil bernafas; (2) Tanda klinis, seperti ada
bronkoskopi, untuk menghindari tidaknya udara masuk, krep, dan rhonkhi; (3)
bronkoskopi negatif. Tanda radiologis, seperti temuan rontgen
dada polos.
Tujuan Setelah melakukan evaluasi klinis
dan rontgen dada, semua pasien menjalani
Tujuan penelitian saya adalah untuk bronkoskopi rigid dengan anestesi umum.
menghitung sensitivitas, spesifisitas, nilai Kami menggunakan bronkoskop tipe kaku
prediksi positif, dan odds rasio tanda klinis (rigid) untuk melakukan bronkoskopi. Kami
dan radiologis dan membandingkannya menentukan ukuran bronkoskop sesuai usia
dengan temuan bronkoskopi rigid. anak. Setelah induksi anestesi intravena,
kami melakukan laringoskopi langsung dan
Metode memasukkan bronkoskop dengan bantuan
laringoskop secara bergantian dan
Penelitian ini merupakan studi analitik menggunakan teleskop 0 derajat untuk
prospektif yang dilakukan selama periode 18 menemukan benda asing tersebut. Setelah
bulan, dari bulan Maret 2011 sampai Agustus diidentifikasi, kami menggunakan tang optic
2012. Semua pihak terlibat dalam melakukan (optical forceps) untuk menahan dan
bronkoskopi rigid dan pengangkatan benda mengeluarkan benda asing.
asing. Penelitian ini dilakukan di rumah sakit Namun, terkadang sulit untuk
tingkat tersier. mengeluarkan BA pada usaha/percobaan
Dewan peninjau institusional pertama, sehingga prosedurnya diulangi
menyetujui studi ini sebelum melakukan setelah 2-3 hari. Keputusan untuk
studi dan subjek telah memberikan melanjutkan atau menghentikan prosedur
persetujuan formal mereka. Kriteria inklusi tergantung pada pendarahan intraoperatif dan
penelitian ini ialah semua pasien dengan saturasi oksigen. Sejumlah perdarahan yang
menghalangi prosedur operasi dan saturasi Pada pemeriksaan klinis, riwayat
oksigen yang membahayakan keadaan tersedak adalah gejala yang paling umum dan
anestesi pasien menyebabkan kami menunda penurunan masuknya udara adalah temuan
prosedur. yang paling umum, seperti yang ditunjukkan
Setelah mengekstraksi benda asing, pada Tabel 1.
kami mengulangi prosedur bronkoskopi Di antara 40 pasien yang menjalani
untuk memeriksa benda asing yang tersisa BR, 32 (80%) memiliki benda asing di jalan
dan juga untuk memeriksa percabangan napas mereka, sementara 8 pasien (20%)
trakeobronkial terhadap trauma apa pun. memiliki hasil BR negatif.
Temuan bronkoskopi rigid Bila manifestasi klinis yang berbeda
dikorelasikan dengan tanda dan gejala klinis dianalisis dengan temuan bronkoskopi rigid
menggunakan SPSS 16. Kami menghitung (menggunakan analisis crosstabulasi),
sensitivitas, spesifisitas nilai prediksi positif. riwayat tersedak merupakan satu-satunya
Kami menganalisis hubungan statistik manifestasi, yang secara statistik signifikan
temuan klinis dan rontgen dada dengan (p 1/4 0,043) dengan odds ratio 5. Rincian
bronkoskopi rigid. tabulasi silang (crosstabulation) antara
temuan BR dan Manifestasi klinis
Hasil ditunjukkan pada Tabel 2.
Demikian pula, saya menggunakan
Ada total 40 BR yang dilakukan dengan data untuk menghitung sensitivitas,
anestesi umum untuk alasan diagnosis dan spesifisitas, nilai prediksi positif dan negatif
terapeutik. Usia pasien berkisar antara 8 untuk masing-masing manifestasi klinis,
bulan sampai 13 tahun. Dari 40 pasien, 29 seperti yang ditunjukkan pada Gambar. 1.
(72,5%) adalah pria dan 11 (27,5%) adalah
wanita.

Tabel 1 Distribusi frekuensi tanda klinis & radiologis

Ada Tidak ada

Riwayat tersedak 27 (67.5%) 13 (32.5%)

Riwayat sianosis 8 (20%) 32 (80%)


Gejala
Riwayat sulit
24 (60%) 16 (40%)
bernapas

Total 31 (77.5%)

Bilateral absent: 2
Penurunan
9 (22.5%)
masuknya udara
Tanda klinis Unilateral absent: 3

Unilateral menurun: 26

Krepitasi Total 10 (25%) 30 (75%)


Krepitasi unilateral: 8

Krepitasi bilateral: 2

Total 6 (15%)

Rhonchi Rhonchi unilateral: 5 34 (85%)

Rhonchi bilateral: 1

Abnormal 21(52.5%)

Bayangan radiopak: 8
Tanda
X-ray dada/thorax Normal 19 (47.5%)
radiologis
Konsolidasi: 3

Paru-paru kolaps: 10

Tabel 2 Analisis antara temuan BR dan manifestasi klinis

Temuan BR Manifestasi Klinis


P value (Chi square test)
Benda Asing Riwayat tersedak

Tidak Ada Ada

Tidak ada BA: 8 5 3 0.043 Odds ratio: 5

Ada BA: 32 8 24

Kesulitan dalam bernapas

Tidak ada Ada


0.439 (using Fishers Exact
Tidak ada BA: 8 2 6
Test)
Ada BA: 32 14 18

Riwayat Sianosis

Tidak ada Ada

Tidak ada BA: 8 7 1 0.553

Ada BA: 32 25 7
Pemasukan udara

Normal Menurun

Tidak ada BA: 8 3 5


0.256
Ada BA: 32 6 26

Krepitasi

Tidak ada Ada

Tidak ada BA: 8 6 2


1.00
Ada BA: 32 24 8

Rhonchi

Tidak ada Ada

Tidak ada BA: 8 7 1


0.82
Ada BA: 32 27 5

X-ray Dada/Thorax

Normal Abnormal

Tidak ada BA:8 3 5


0.52
Ada BA: 32 16 16

*BR=Bronkoskopi Rigid, BA=Benda Asing

Diskusi terhadap kehadiran BA di jalan napas.


Demikian pula, penelitian yang dilakukan
Gejala paling umum dari aspirasi benda asing oleh Gursu Kiyan a (2009)3 et al pada 192
ialah tersedak (67,5%), yang merupakan pasien selama periode 5 tahun (2003-2007)
satu-satunya hasil statistik yang signifikan menunjukkan riwayat aspirasi dan penurunan
dalam penelitian ini. Demikian pula, masuknya udara keduanya signifikan secara
penurunan pemasukan udara yang hadir pada statistik, nilai p <0,0001 pada kedua variabel
77% pasien, namun tidak signifikan dalam tersebut.
penelitian kami. Namun, Righini dkk1 Riwayat aspirasi merupakan
mengungkapkan temuan yang bertentangan parameter klinis yang penting untuk
dengan penelitian kami. Dalam studi mereka, memutuskan BP seperti yang ditunjukkan
aspirasi BA serta penurunan pemasukan pada penelitian kami. Hal ini didukung oleh
udara unilateral secara statistik signifikan studi yang dilakukan oleh Martinot dkk.4 Dia
melakukan studi banding antara Bronkoskopi ada parameter klinis seperti tersedak, sulit
Rigid dan Fleksibel untuk menemukan bernafas, sianosis, penurunan masuknya
tingkat bronkoskopi negatif dengan dua udara, rhonchi dan krep yang secara individu
teknik yang berbeda. Dia mengadopsi sebuah memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang
algoritma pengobatan dimana anak yang tinggi. Ini mungkin menjadi salah satu faktor
memiliki riwayat aspirasi langsung dilakukan penting yang bertanggung jawab untuk
prosedur bronkoskopi rigid, menghindari memprediksi hasil bronkoskopi rigid. Dalam
yang fleksibel. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian saya, penurunan pemasukan udara
menanyakan riwayat merupakan hal yang unilateral memiliki sensitivitas paling tinggi
sangat penting dan tidak boleh diabaikan. yaitu 81% sedangkan sianosis dan kehadiran
Demikian pula, sensitivitas dan rhonchi pada auskultasi memiliki spesifisitas
spesifisitas tanda klinis dan radiologis yang yang sangat tinggi yaitu 87%.
ditampilkan pada Gambar. 1. Namun tidak

Gambar 1 Diagram menunjukkan Sensitivitas dan Spesifisitas untuk variabel klinis yang berbeda.

Penelitian yang dilakukan oleh Kiyan merupakan indikator tertinggi dalam analisis
3
et al pada 192 pasien yang menjalani kami, yang mencapai spesifisitas 87%.
bronkoskopi rigid, dengan adanya wheeze Dalam studi Kiyan et al3, adanya batuk
(mengi) sebagai gejala, memiliki sensitivitas produktif juga memiliki spesifisitas yang
tertinggi pada 87,7%, diikuti dengan sangat tinggi, yaitu 96,3%, yang tidak
penurunan masuknya udara secara unilateral dipertimbangkan selama rancangan
pada Auskultasi (78,3%). Hasil ini sedikit penelitian saya. Namun, kehadiran rhonchi
berbeda dari penelitian ini, karena saya memiliki spesifisitas tertinggi dalam
belum menganggap mengi sebagai gejala penelitian saya, namun bukan merupakan
selama pengumpulan data namun spesifisitas indikator yang tertinggi pada penelitian
penurunan pemasukan udara secara unilateral Kiyan et al,3 walaupun nilainya serupa (yaitu
hampir sama. Dalam studi yang sama, 85%).
kehadiran sianosis memiliki spesifisitas yang Hasil di atas menunjukkan bahwa
sangat tinggi, pada 98,1%, yang juga selalu ada kemungkinan bronkoskopi negatif
yang mengekspos/menghadapkan pasien dengan penelitian lain yang dilakukan oleh
terhadap bahaya anestesi umum dan penulis yang berbeda.
kemungkinan komplikasi bronkoskopi rigid Literatur tentang bronkoskopi negatif
selama prosedur dan setelahnya. Hal ini mencakup penelitian yang dilakukan oleh
karena ketidakmampuan untuk Oren Cavel dkk5 yang menunjukkan tingkat
mengidentifikasi parameter klinis tunggal yang berbeda pada bronkoskopi negatif dan
yang dapat memprediksi kehadiran benda komplikasinya, yang ditunjukkan pada
asing di jalan napas dalam setiap kasus. Tabel 3. Tingkat bronkoskopi rigid negatif
Tingkat bronkoskopi rigid negatif dalam berkisar antara 18% sampai 43%, dan
penelitian saya adalah 20%, yang serupa sebagian besar berkisar di sekitar 20 %.

Tabel 3 Studi menunjukkan tingkat BR negatif yang berbeda

Jumlah Tingkat BR Keterangan, komentar


Artikel Komplikasi
bronkoskopi negatif penulis

47% kasus,
Retrospektif, '' untuk
sebagian besar
menghindari BR yang
komplikasi anestesi
tidak beralasan, dokter
Maddali 175 20% minor. Faktor
harus
risiko anestesi IV,
mengetahui/memahami
waktu BR > 30
presentasi klinis ABA
menit

Retro, ''karena tingkat


komplikasi yang rendah,
kami mengklaim bahwa
bahkan adanya sedikit
keraguan ABA
0.5% mayor 2.9%
Kiyan et al3 207 26%
minor
menggunakan kriteria
ini, mengharuskan BR
untuk menghindari
komplikasi lebih lanjut
dari ABA yang
terlewatkan''

Prospektif, mengusulkan
Righini et 4% bronko spasme sebuah algoritma untuk
54 16% 4% edema memilih antara
al1 subglotis bronkoskopi fleksibel
dan BR

Cohen et 142 (flexible and Prospektif, menyarakan


penggunaan bronkoskopi
under 57% 8.5%
al8 RB
fleksibel dan BR
general
bersadarkan/bergantung
anesthesia) kecurigaan

Prospektif, ''riwayat
medis adalah kunci
untuk diagnosis ABA.
Even et al9 98 43%
Jika diduga ABA,
bronkoskopi harus
dilakukan''

Retrospektif,
mengusulkan sistem
Kadmon et 47%, 14% pada
penilaian
91 kasus yang jelas 4%
al10 (8/59)
terkomputerisasi untuk
mengetahui kebutuhan
akan bronkoskopi

5%, Faktor risiko


Bronkoskopi
Ciftci et darurat, prosedur
663 16% berkepanjangan, Retrospektif
al11 diagnosis tertunda,
jenis BA (manik-
manik, tutup pena)

Prospektif, BR pada
kasus yang mendesak
Martinot et 28, semua kasus atau secara klinis dan
18%
al4 yang jelas radiologis jelas,
bronkoskopi fleksibel
untuk yang lainnya

Retrospektif, jika
Hoeve et aspirasi BA
115 26%
al12 dipertimbangkan, BR
diwajibkan

15% diperlukan
Rizk, penggantian ke Retrospektif, 12% BR
106 23% assisted-ventilasi didahului dengan flex
Rassi13 karena bradikardia karena suspensi rendah
dan desaturasi

*ABA=Aspirasi Benda Asing, BA=Benda Asing, BR=Bronkoskopi Rigid


Oleh sebab itu, modalitas alternatif namun dengan kecurigaan klinis BA di jalan
investigasi lebih diutamakan, apalagi jika napas, manajemen selanjutnya harus
klinisi tidak menemukan riwayat aspirasi. disesuaikan. Alat alternatif untuk
Juga, seperti yang disarankan oleh Martinot mengkonfirmasi adanya BA harus
dkk4 dalam penelitian pada pasien yang digunakan, seperti CT scan thorax atau
dijadwalkan untuk menjalani bronkoskopi bronkoskopi fleksibel.
fleksibel yang memiliki riwayat aspirasi
negatif sebelum melakukan bronkoskopi Referensi
rigid. Bronkoskopi fleksibel merupakan jalan 1 Righini CA, Morel N, Karkas A, et al.
alternatif untuk mendeteksi BA di jalan napas What is the diagnostic value of
bila tidak ada riwayat aspirasi yang pasti. flexible bronchoscopy in the initial
Namun, sulit dilakukan pada anak-anak yang investigation of children with
sangat muda dan juga memiliki kemungkinan suspected foreign body aspiration?
bronkoskopi negatif: 12% (Righini et al)1 dan Int J Pediatr Otorhinolaryngol
38% (Martinot et al).4 2007;71(9):13831390
Alat investigasi lainnya pada pasien
2 2 Hsu Wc, Sheen Ts, Lin Cd, Tan Ct,
yang dicurigai mempunyai riwayat BA yang
Yeh Th, Lee Sy. Clinical experi-
di jalan napas adalah CT thorax, karena
ences of removing foreign bodies in
bersifat noninvasive sehingga menjadi
the airway and esophagus with a rigid
alternatif untuk mendiagnosis BA pada kasus
endoscope: a series of 3217 cases
yang dicurigai. Penelitian yang dilakukan
from 1970 to 1996. Otolaryngol Head
oleh Bhat et al6 menunjukkan sensitivitas dan
spesifisitas CT scan yang tinggi masing- Neck Surg 2000;122(3):450454
masing 92,3 dan 85,5% pada 20 pasien. 3 Kiyan G, Gocmen B, Tugtepe H,
Demikian pula, pada penelitian yang Karakoc F, Dagli E, Dagli TE.
dilakukan oleh Bai et al7 pada 45 pasien Foreign body aspiration in children:
memiliki sensitivitas dan spesifisitas 100% the value of diagnostic criteria. Int J
dalam mendeteksi BA di jalan napas dengan Pediatr Otorhinolaryngol
menggunakan CT scan. Selain tingkat deteksi 2009;73(7):963967
BA yang tinggi dengan CT scan, juga
4 Martinot A, Closset M, Marquette
menunjukkan lokasi BA di jalan napas dan
CH, et al. Indications for flexible
menunjukkan jumlah BA, yang tentunya
versus rigid bronchoscopy in children
membantu ahli bedah untuk melakukan BR
with suspected foreign-body
dengan cara yang telah direncanakan.
aspiration. Am J Respir Crit Care
Med 1997;155(5):16761679
Kesimpulan 5 Cavel O, Bergeron M, Garel L,
Arcand P, Froehlich P. Questioning
Bronkoskopi rigid tetap merupakan standar the legitimacy of rigid bronchoscopy
emas untuk diagnosis dan pengelolaan BA as a tool for establishing the diagnosis
jalan nafas, namun memiliki kemungkinan of a bronchial foreign body. Int J
hasil negatif. Demikian pula, riwayat Pediatr Otorhinolaryngol
tersedak merupakan satu-satunya parameter 2012;76(2):194201
klinis yang secara signifikan terkait dengan
6 Bhat KV, Hegde JS, Nagalotimath
kehadiran BA di jalan napas. Oleh karena itu,
US, Patil GC. Evaluation of com-
dalam kasus dengan riwayat tersedak negatif,
puted tomography virtual
bronchoscopy in paediatric
tracheobronchial foreign body
aspiration. J Laryngol Otol
2010;124(8):875879
7 Bai W, Zhou X, Gao X, Shao C,
Califano JA, Ha PK. Value of chest
CT in the diagnosis and management
of tracheobronchial foreign bodies.
Pediatr Int 2011;53(4):515518
8 Cohen S, Avital A, Godfrey S, et al.
Suspected foreign body inhalation in
children: what are the indication for
bronchoscopy? J Pediatr
2009;155:276280
9 Even L, Heno N, Talmon Y, et al.
Diagnostic evalution of Foreign body
aspiration in Children: a prospective
study. J Pediatr Surg 2005;40:1122
1127
10 Kadmon G, Stern Y, Bron E, et al.
Computerise scoring system for the
diagnosis of foreign body aspiration
in children. Ann Otol Rhinol
Laryngol 2008;117:839843
11 Ciftci AO, Bingol-Kologlu M,
Senocak ME, et al. Bronchoscopy for
evalution of foreign body aspiration
in children. J Pediatrl Surg
2003;38:5557
12 Hoeve LJ, Rombout J, Pot DJ, et al.
Foreign body aspiration in children .
J Pediatr Surg 2003;38:11701176
13 Rizk H, Rassi S. foreign body
inhalation in paediatric population :
lesson learned from 106 cases. Eur
Ann Otorhino Laryngol Head Neck
Dis 2011;128(4):169174

Anda mungkin juga menyukai