Anda di halaman 1dari 23

1.

Bab I
Bab I
Pendahuluan

Tingginya tingkat kriminalitas saat ini menyebabkan tingginya permintaan visum.


Hal ini menjadi perhatian kita sebagai dokter umum karena walaupun permintaan visum
biasanya diajukan kepada rumah sakit besar baik umum maupun swasta, tidak menutup
kemungkinan permintaan visum diajukan kepada kita sebagai dokter umum pada saat
kita melakukan tugas di suatu daerah. Untuk itu sebagai dokter umum kita wajib dapat
melakukan visum dan membuat laporannya melalui Visum et Repertum.

Dalam setiap melakukan visum, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang untuk


memperjelas dan membuktikan kebenaran suatu kasus. Karena sebenarnya, pada
setiap kejadian kejahatan hampir selalu ada barang bukti yang tertinggal, seperti yang
dipergunakan oleh seorang ahli hukum kenamaan Italia yang bernama E. Ferri, 1859-
1927, bahwa ada yang dinamakan saksi diam yang terdiri antara lain atas :

1. Benda atau tubuh manusia yang telah mengalami kekerasan.

2. Senjata atau alat yang dipakai untuk melakukan kejahatan.

3. Jejak atau bekas yang ditinggalkan oleh si penjahat pada tempat


kejadian.

4. Benda-benda yang terbawa oleh si penjahat baik yang berasal dari benda
atau tubuh manusia yang mengalami kekerasan maupun yang berasal
dari tempat kejadian.

5. Benda-benda yang tertinggal pada benda atau tubuh manusia yang


mengalami kekerasan atau ditempat kejadian yang berasal dari alat atau
senjata yang dipakai ataupun berasal dari si penjahat sendiri. (10)

Bila saksi diam tersebut diteliti dengan memanfaatkan berbagai macam ilmu
forensik (forensik sciences) maka tidak mustahil kejahatan tersebut akan dapat
terungkap dan bahkan korban yang sudah membusuk atau hangus serta pelakunya
akan dapat dikenali.

Sebagai contoh, pada kasus infantisida, untuk kepentingan pengadilan perlu


diketahui apakah bayi tersebut lahir hidup kemudian meninggal karena pembunuhan

1
atau memang lahir mati, dengan mudah dapat kita ketahui dengan melakukan
pemeriksaan hidrostatik, dimana bila jaringan paru yang dicelupkan ke dalam air tawar
tersebut mengapung maka bayi tersebut dilahirkan dalam keadaan hidup.3

Oleh sebab itu, pemeriksaan penunjang khususnya pemeriksaan laboratorium


sederhana menjadi sangat dibutuhkan keberadaannya. Dalam membantu kita sebagai si
pembuat visum untuk memperjelas suatu kasus kejadian kejahatan, karena dengan
mengetahui secara pasti pemeriksaan penunjang laboratorium sederhana apa saja yang
dapat dilakukan dalam kasus-kasus tertentu, apa yang kita lakukan menjadi tepat guna.
Sehingga dapat membantu terungkapnya kebenaran yang sesungguhnya akan suatu
kasus kejadian kejahatan seperti moto yang berlaku dalam forensik bahwa melalui
visum, barang/ benda yang tidak bernyawa dan tidak bergerak dapat dibuat berbicara
oleh para dokter yang melakukan visum melalui Visum et Repertum.3

Forensik serologi adalah ilmu yang digunakan untuk menjawab sejumlah


pertanyaan yang berbeda ketika darah ditemukan di TKP. Tes pertama yang dilakukan
adalah untuk menentukan apakah sesuatu benar-benar darah, dan kemudian untuk
menentukan apakah itu darah manusia. Tes juga dilakukan untuk menentukan golongan
darah dan faktor Rh, dan untuk mencari tahu yang antigen dan antibodi yang hadir.5

Darah adalah bahan yang paling penting untuk bukti pada peristiwa kriminal
dewasa ini. Diantara berbagai cairan tubuh, darah merupakan yang paling penting
karena merupakan cairan biologik dengan sifat-sifat potensial lebih spesifik untuk
golongan manusia tertentu.5

Tujuan utama pemeriksaan darah forensik sebenarnya adalah untuk membantu


identifikasi pemilik darah tersebut, dengan membandingkan bercak darah yang
ditemukan di TKP (tempat kejadian perkara) pada obyek-obyek tertentu (lantai, meja,
kursi, karpet, senjata, dan sebagainya), manusia dan pakaiannya dengan darah korban
atau darah tersangka pelaku kejahatan.2

Darah sangat penting untuk tersangka maupun korban dari suatu kejahatan.
Pewarnaan darah akan dapat menceritakan mengenai posisi dan tindak suatu peristiwa
kejahatan/pembunuhan. Siapa yang membunuh dan siapa yang memulai. Pelaku tindak
kriminal berusaha menutupi dengan jalan menghilangkan tanda bukti yaitu dengan
membersihkan darah dan menghilangkan jejak.2

2
Pemeriksaan bercak darah merupakan salah satu pemeriksaan yang paling
sering dilakukan pada laboratorium forensik. Karena darah mudah sekali tercecer pada
hampir semua bentuk tindakan kekerasan, penyelidikan terhadap bercak darah ini
sangat berguna untuk mengungkapkan suatu tindakan kriminil.3

Bercak darah yang terdapat pada objek-objek di sekitar korban sering kali
disamarkan oleh pelaku. Objek yang paling sering adalah baju korban, seringkali pelaku
kejahatan menghilangkan barang bukti berupa darah tersebut dengan berbagai cara
antara lain : membuang baju korban, mencuci baju korban dengan tujuan untuk
menghilangkan bercak darah yang ada, sehingga pada saat dilihat tidak akan diketahui
adanya darah.2

3
2. Bab II

Bab II

Tinjauan Pustaka

2.1. Pengertian Serologi Forensik

Serologi Forensik adalah studi dan pemeriksaan yang bertujuan untuk


menganalisis darah dan cairan tubuh dalam berbagai tindak pidana. Ilmu serologi
memungkinkan para ilmuwan forensik untuk membedakan cairan tubuh yang ditemui di
tempat kejadian dan kemudian melakukan berbagai tes untuk mengidentifikasi darimana
cairan ini berasal.1 Meskipun analisis DNA dan sidik jari adalah lebih akurat untuk
mengidentifikasi seorang individu, namun pemeriksaan serologi dapat dilakukan dengan
cepat dan murah disamping memberikan data akurat.5

Terdapat banyak jenis cairan yang dihasilkan dalam tubuh manusia dan tetap
ada didalam tubuh pada setiap waktu. Cairan ini sangat berguna untuk membantu ahli
forensik dan ahli patologi dalam mengumpulkan bukti, menentukan bagaimana kematian
seseorang dapat terjadi, dan dapat juga mengidentifikasi pelaku tindak pidana.2

2.2. Darah

Darah adalah cairan serologis yang terdiri dari beberapa jenis sel disuspensikan
dalam larutan berair asin yang disebut plasma.(Jika seseorang menganggap bahwa
organisme hidup seperti manusia telah berevolusi dari spesies awalnya hidup dan
bernapas dalam air laut, maka orang mungkin menduga bahwa larutan garam dari
plasma darah adalah cara tubuh internalisasi air laut dan hidup di tanah kering).5

Warna darah berasal dari sel-sel darah merah (RBC) atau eritrosit (partikel
berbentuk disk ditampilkan di atas). Sel darah merah membuat sekitar 40% dari darah
(berdasarkan volume). Hal ini mudah terlihat dalam tes sentrifugal sederhana. Setiap sel
darah merah diisi dengan hemoglobin, protein yang membawa oksigen ke jaringan dan
membawa karbon dioksida dari jaringan.5

Hemoglobin mengangkut oksigen dengan menggunakan heme, sebuah cincin


seperti besar molekul yang memiliki pusatnya atom tunggal dari besi (Fe), yang adalah

4
apa yang sebenarnya mengikat oksigen untuk membentuk besi (hydr) kompleks oksida.
Properti kimia heme yang memberikan kemampuan ini dalam ikatan kovalen banyak
ganda yang membentuk cincin. Ini ikatan ganda dapat digeser ke dalam banyak
berbeda "resonansi" konfigurasi.Hal ini memungkinkan untuk oksigen lebih banyak
untuk dilakukandibandingkan jika hanya larut dalam darah.5

Rata-rata, jumlah darah adalah 8% dari total berat badan dimana 5 sampai 6 liter
darah untuk pria dan 4 sampai 5 liter darah untuk wanita. Hilangnya volume darah
sebanyak 40% dari berat tubuh akan menyebabkan syok yang bersifat ireversibel dan
berujung pada kematian.5

Ada berbagai sel ditemukan dalam darah. Sel darah putih misalnya, adalah
instrumental dalam sistem kekebalan tubuh dengan memproduksi antibodi untuk
membela terhadap perangkat lunak berbahaya pembawa penyakit bakteri, virus, atau
jamur.Trombosit adalah fragmen sel darah putih (juga ditampilkan di atas) yang
membantu pembekuan darah menjumlahkan dan membentuk serat dalam pembukaan
luka yang memerangkap sel-sel darah merah untuk membentuk keropeng.5

Dimana seorang ilmuwan (imunolog) tertarik untuk mempelajari sel darah putih,
sedangkan seorang ahli forensik tertarik pada sel darah merah. Pada serum, seorang
analisis dapat membedakan antara darah yang segar dan darah yang sudah beberapa
menit kontak dengan udara luar. Dalam serum juga ditemukan Antibodi, yang penting
untuk pemeriksan forensik. Pada sel darah merah, analis dapat memeriksa suatu
substansi yang terdapat pada permukaan sel yaitu antigen yang sangat penting untuk
pemeriksaan forensic.5

Pada hukum forensik, darah selalu dijadikan sebagai barang bukti, tetapi
kekuatan barang bukti adalah tipe golongan darah individu. Sampai sekarang serologi
forensik dapat dijadikan barang bukti yang kuat untuk memperkirakan hubungan antara
orang tertentu dengan orang lain. Bahkan pada kembar identik mungkin mempunyai
DNA profil yang sama, tetapi profil antibodinya berbeda.5

2.2.1. Komponen Darah

Darah sedikit bersifat alkali terdiri dari 55% cairan (plasma, serum) dan
40% padat (sel, fibrin). Darah mengandumg sir, sel, enzim protein, dan substansi
organic yang bersirkulasi ke seluruh system vaskuler (pembuluh darah),
membawa bahan nutrisi, dan menyalurkan oksigen serta bahan sisa untuk

5
dibuang. Cairan darah terdiri dari plasma yang sebagian besar adalah air dan
serum yang berwarna kekuningan yang merupakan cairan mengandung zat beku
darah. Bahan padatan terdiri dari sel darah merah dan sel darah putih, dimana
seorang ilmuwan/imunolog tertarik untuk mempelajari sel darah putih, sedangkan
seorang ahli forensik tertarik pada sel darah merah. Pada serum, seorang analisi
dapat membedakan antara darah yang segar dan darah yang beberapa menit
kontak dengan udara luar. Dalam serum juga ditemukan antibodi, yang penting
untuk pemeriksaan forensik. Pada sel darah merah, analis dapat memeriksa
substansi yang terdapat pada permukaan sel yaitu antigen yang sangat penting
untuk pemeriksaan forensic.5

2.2.2. Golongan Darah

Pada hukum forensik, darah selalu dijadikan sebagai barang bukti, tetapi
kekuatan barang bukti adalah tipe golongan darah individu. Sampai sekarang
serologi forensik dapat dijadikan barang bukti yang kuat umtuk memperkirakan
hubungan antara orang tertentu dengan orang lain. Bahkan pada orang yang
kembar identik mungkin mempunyai DNA profile yang sama tetapi profil
antibodinya berbeda.5

Tipe golongan darah yang disebut tipe A-B-O, telah ditemukan tahun
1901. Beberapa tahun kemudian pada tahun 1937, reaksi antigen-antibodi dalam
darah ditemukan, dimana yang sering ditemukan adalah factor ABH, Mn, Rh, dan
Gm (diantara lebih dari 100 antigen yang ada). Kebanyakan orang hanya
mengenal faktor Rh (rhesus factor), yang secara teknis disebut D-Antigen. Ada
lebih dari 256 antigen dan 23 sistem penggolongan darah yang diasarkan pada
antigen tersebut. Antigen adalah struktur kimia yang melekat pada permukaan
sel darah merah. Sedangkan Antibodi adalah protein yang mengambang pada
cairan darah (terutama serum yang berhubungan dengan factor clotting /
pembeku darah). Karena suatu individu kadang terkena alergi atau infeksi oleh
agen penyakit (TB, smallpox, dan hepatitis), sehingga substansi tersebut aktif
melawannya. Prinsip dasar dari serologi adalah setiap ada antigen akan
terbentuk Antibodi yang spesifik. Sehingga dengan demikian semua golongan
darah didefinisikan sebagai antigen pada sel darah merahnya dan ada Antibodi
terhadap antigen tersebut dalam serumnya.5

6
Tabel 1. golongan darah, antigen, dan antibodinya.

Golongan Antigen dalam sel


Antibodi dalam serum
darah darah merah
A A Anti-B

B B Anti-A

AB AB Bukan anti-A atau anti B

O O Anti-A atau antiB

Pada tabel diatas terlihat bahwa darah golongan A akan teraglutinasi oleh
serum anti-A, golongan B teraglutinasi serum anti-B, golongan darah AB akan
teraglutinasi oleh anti-A dan anti-B. Persentasi jumlah populasi penduduk dunia
sangat berpengaruh terhadap ras dan variasi geografis. Secara normal, jumlah
persentasi tersebut sebagai berikut:5

Table 2. Persentase jumlah penduduk yang mempunyai golongan darah A, B, AB,


O

O A B AB
43-45% 40-42% 10-12% 3-5%

O+39% A+35% B+8% AB+4%

O-6% A-5% B-2% AB-1%

Diantara ras/suku bangsa golongan A adalah paling banyak ditemukan


pada ras kaukasia, golongan B paling banyak pada ras Asia dan Afrika. Tetapi
yang paling sering dijadikan pegangan adalah distribusi dari komponen Rhesus
(Rh), yang diekspresikan dalam bentuk (+) dan (-) yang ada pada setiap
golongan darah dalam bentuk angka.5

Golongan darah sistem ABO yang selanjutnya disebut golongan darah


merupakan salah satu indikator identitas seseorang. Pada orang hidup, golongan
darah sering digunakan untuk kepentingan transfusi dan donor, sementara pada
orang yang sudah meninggal, kegunaan golongan darah lebih tertuju pada
identifikasi. Pada beberapa kasus kriminal dan non kriminal misalnya kasus ragu

7
keturunan (disputed parentage), golongan darah bisa menjadi petunjuk identitas
seseorang (Michino et al., 2005; Contreras, 1995). Pada beberapa kasus
kematian dengan barang bukti berupa bercak darah, identifikasi golongan darah
ini penting sekali dalam kaitannya dengan kecocokan golongan darah pada
barang bukti karena golongan darah memberikan data identitas yang spesifik

8
Bab III

Bab III

Pembahasan

2.3. Pemeriksaan Darah

Darah segar mempunyai nilai yang lebih penting daripada darah kering, karena
uji darah segar dapat memperoleh hasil yang lebih baik. Darah akan mengering setelah
kontak dengan udara luar dalam waktu 3-5 menit. Begitu darah mengering maka darah
akan berubah warna dari merah menjadai coklat kehitaman. Darah pada kasus kriminal
dapat berbentuk genangan darah, tetesan, usapan atau bentuk kerak. Dari genangan
darah akan diperoleh nilai yang lebih baik untuk mendapatkan darah segar. Tetesan
darah akan dapat diperkirakan jatuhnya darah dari ketinggian seberapa dan sudut
seberapa. Ilmu forensik mengenai analisis percikan darah dapat menduga bahwa
jatuhnya darah tegak lurus ke lantai dan dalam jarak 0-2 feet akan membentuk percikan
bulat dengan pinggir bergerigi. Usapan darah pada lantai atau dinding akan dapat
menunjukkan arah usapan, biasanya pada awal usapan adalah bentuk yang besar dan
kemudian mengecil pada akhir usapan. Kerak darah yang kering harus diuji dengan tes
kristalin untuk menentukan darah tersebut benar darah atau bukan.5

Karakteristik utama dari darah ialah hemoglobin, tes-tes yang dilakukan dalam
forensik untuk darah berdasarkan keberadaan hemoglobin atau komponen-komponen
yang ada di dalamnya. Hemoglobin merupakan protein yang berfungsi mengangkut
oksigen dari paru-paru ke jaringan seluruh tubuh. Hemoglobin terdiri atas heme yang
mengangkut oksigen dan globin komponen protein. Tes yang dilakukan di forensik untuk
identifikasi darah sebenarnya mendeteksi keberadaan dari heme. Digunakan beberapa
substansi berwarna tertentu yang bila dicampur dengan peroksida akan merubah warna
dasarnya yang disebut oksidasi. Kebanyakan enzim umumnya akan mempercepat
reaksi. Enzim adalah katalis yang mempercepat reaksi dan heme berfungsi sebagai
katalis.1

Pemeriksaan darah pada forensik sebenarnya bertujuan untuk membantu


identifikasi pemilik darah tersebut. Sebelum dilakukan pemeriksaan darah yang lebih
lengkap, terlebih dahulu kita harus dapat memastikan apakah bercak berwarna merah
itu darah. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan guna menentukan:1

9
a. Bercak tersebut benar darah

b. Darah dari manusia atau hewan

c. Golongan darahnya, bila darah tersebut benar dari manusia

Untuk menjawab pertanyaan pertanyaan diatas, harus dilakukan pemeriksaan


laboratorium sebagai berikut 1:

1. Pemeriksaan Penyaringan (presumptive test)

2. Pemeriksaan Meyakinkan/Test Konfirmasi PadaDarah

2.3.1. Bentuk bercak darah

Untuk mengenal dan melakukan interpretasi dari bentuk bercak darah hanya
dapat diperoleh dari pengalaman melakukan pemeriksaan yang teliti di tempat kejadian
perkara. Dengan mempelajari gambaran dari tetesan, percikan atau hapusan darah
pada suatu tempat keterangan yang sangat berharga dapat diperoleh sehubungan
dengan sifat-sifat suatu trauma. Pada umumnya kita bedakan 2 bentuk dasar bercak
darah:1

Bercak darah yang terjadi pada tempat yang berhubungan erat dengan bagian
tubuh darimana, darah keluar. Ini penting untuk pemeriksaan dactyroscopi,
pemeriksaan bekas-bekas tapak kaki (voetpoor)1.

Bercak darah yang terjadi setelah darah dari jarak tertentu jatuh pada suatu
tempat.1

2.3.2. Apakah bercak itu darah?

Haemoglobin adalah suatu konjugate protein dan terdiri atas dua baglan: protein
molekule ialah globin dan suatu nonprotein molekul ialah hematin yang mengandung
besi. Haemoglobin secara hydrolise dengan asam lemah atau alkali dapat diuraikan
menjadi kedua bagian tersebut diatas.1

Derivat-derivat haemoglobin yang perlu diketahui :

Haematin adalah derivat haemoglobin yang terdapat didalam bercak


darah yang sudah lama berwarna coklat tak larut dalam air. Dapat dibuat

10
kristal yang dinamakan haemin. Haemin terbentuk karena haemoglobin
diuraikan oleh asam lambung1.

Methaernoglobin: mudah larut dalam air, merah coklat terjadi bila darah
kena hawa dan sinar dan pada keracunan dengan oxalic acid, aniline,
amyl nitrit1.

Haemochromgen: reduced alkalin haematin, warna merah, tejadi bila


oxy Hb dicampur dengan suatu reducing agent dan alkali. Spectrumnya
sangat khas dan adalah terbaik dari semua spectra darah untuk
diagnosa1.

Haematoporphirin: tidak larut air. Terjadi bila darah dicampur dengan


asam atau basa kuat. Terdapat dalam bentuk asam dan alkali dengan
spectrum yang berlainan. Sangat berguna untuk membuktikan adanya
darah dimana bercak-bercak darah telah bercampur dengan bahan-
bahan lain1.

Untuk menentukan apakah suatu noda merupakan bercak darah atau bukan
adalah dengan menggunakan tes presumtif. Tes ini memberikan dua hasil pemeriksaan
yang berbeda yaitu mengeliminasi substansi yang didapat (bukan darah), memberikan
kemungkinan (positif presumtif) dari sampel yang diteskan (mungkin darah). Salah satu
adalah dengan menggunakan senyawa yang dapat memberikan efek ketika
bersentuhan dengan darah. Hasil ini adalah cara sederhana dan cepat untuk
membuktikan bahwa sebenarnya sampel tersebut adalah darah1.

Tes presumtif merupakan tes dugaan karena adanya memberikan kemungkinan


hasil yang false-positive (pemutih yang bereaksi dengan luminol) atau hasilnya yang
terlalu meluas (sampel adalah darah tetapi belum tentu berasal dari manusia). Tes
presumtif yang umum dilakukan untuk darah antara lain Phenolphthalein, Luminol,
Hemastix, and Leuco-crystal Violet (blood).4

Ada banyak tes penyaring yang dapat dilakukan untuk membedakan apakah
bercak tersebut berasal dari darah atau bukan, karena hanya yang hasilnya positif saja
yang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.4

Prinsip pemeriksaan penyaringan:

H2O2 > H2O + On

11
Reagen -> perubahan warna (teroksidasi)

Pemeriksaan penyaringan yang biasa dilakukan adalah dengan reaksi benzidine


dan reaksi fenoftalin. Reagen dalam reaksi benzidine adalah larutan jenuh Kristal
Benzidin dalam asetat glacial, sedangkan pada reaksi fenoftalin digunakan reagen yang
dibuat dari Fenolftalein 2g + 100 ml NaOH 20% dan dipanaskan dengan biji-biji zinc
sehingga terbentuk fenolftalein yang tidak berwarna.4

Hasil positif menyatakan bahwa bercak tersebut mungkin darah sehingga perlu
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Sedangkan hasil negative pada kedua reaksi
tersebut memastikan bahwa bercak tersebut bukan darah.4

Tes ini didasarkan bahwa heme dapat mengkatalisis hidrogen peroksida. Cairan
H2O2 direaksikan dengan sampel dan akan terjadi reaksi teroksidasi yang menghasilkan
perubahan warna. Penting untuk dicatat bahwa hasil tes yang positif tidak berarti bahwa
noda tersebut atau sampel adalah darah, apalagi untuk menentukan dengan pasti
sampel adalah darah manusia, karena berbagai enzim dan logam tertentu juga bisa
memberikan hasil positif.4

Metode ini didasarkan bahwa heme dari hemoglobin memiliki sifat seperti
peroksida yang mengkatalis pemecahan hidrogen peroksida. Zat yang teroksidasi ini
dapat bereaksi dengan substrat lainnya yang akan menghasilkan perubahan warna.
Substrat yang umum digunakan adalah benzidin dan bahan lainnya seperti tetramethyl-
benzidines, orto-tolidine, leukomalachite hijau, leucocrystal ungu dan fenolftalein - yang
terakhir ini dikenal sebagai tes Kastle-Meyer. Reaksi dengan 3-aminophthalhydrazide
(Luminol) yang menghasilkan cahaya.4

Tes katalitik sangat sensitif (darah dapat dideteksi dengan pengenceran sekitar 1
di 100.000), tetapi terdapat beberapa faktor yang dapat memberikan interpretasi hasil
yang salah sehingga tes ini tidak spesifik untuk darah. Zat yang dapat mengganggu
hasil yang diinginkan pada tes katalitik termasuk enzim seperti katalase dan peroksidase
(dapat ditemukan pada tanaman dan hewan), bahan kimia dan logam yang teroksidasi
khususnya tembaga dan besi.4

Ketika hasil diinterpretasikan harus lebih teliti, terutama ketika pengujian


dilakukan luar ruangan, di mana banyak jenis bahan tanaman yang dapat ditemukan,
atau pengujian di kendaraan, di mana permukaan logam dapat mengganggu.4 Prinsip
umum adalah bahwa jika tes adalah negatif, darah tidak ada, tapi jika tes ini positif maka

12
sampel kemungkinan adalah darah tetapi tidak pasti. Untuk alasan ini tes sering
digambarkan sebagai tes "dugaan".4

1. Reaksi Benzidine (Test Adler)

Dulu Benzidine test pada forensic banyak dilakukan oleh Adlers (1904).
Tes Benzidine atau Test Adler lebih sering digunakan dibandingkan dengan tes
tunggal pada identifikasi darah lainnya. Karena merupakan pemeriksaan yang
paling baik yang telah lama dilakukan. Pemeriksaan ini sederhana, sangat
sensitif dan cukup bermakna. Jika ternyata hasilnya negatif maka dianggap tidak
perlu untuk melakukan pemeriksaan lainnya.4

Cara pemeriksaan reaksi Benzidin:

Sepotong kertas saring digosokkan pada bercak yang dicurigai kemudian


diteteskan 1 tetes H2O2 20% dan 1 tetes reagen Benzidin.

Hasil:

Hasil positif pada reaksi Benzidin adalah bila timbul warna biru gelap pada
kertas saring.

2. Reaksi Phenolphtalein (Kastle Meyer Test)

Prosedur test identifikasi yang sekarang ini, mulai banyak menggunakan


Phenolphtalein. Pada penelitian yang dilakukan oleh Kastle (1901,1906), zat ini
menghasilkan warna merah jambu terang saat digunakan pada test identifikasi
darah. Konfirmasi noda terlihat menggunakan Kastle-Meyer tes. Di mana reagen
mendeteksi berada dalam bergerak bentuk cara melakukannya yaitu dengan
menggosok lembut pada noda dan basah. Hasilnya langsung terlihat dari
perubahan warna, dari kuning pucat ke biru kehijauan yang intens menunjukkan
kemungkinan adanya darah. Tes ini sangat sensitif tetapi karena cara itu sudah
diatur tidak mudah dimodifikasi untuk memeriksa untuk gangguan mungkin4.

Pada uji Kastle-Meyer yang fenolftalein disimpan dalam larutan basa


yang didalamnya terdapat seng, larutan ini tidak berwarna. Oksidasi dengan
hemoglobin dan peroksida menyebabkan perubahan warna yang cepat menjadi
merah muda terang, Awalnya tes dilakukan dalam satu langkah, tapi banyaknya
gangguan potensial dapat dihilangkan dengan melakukan tes dalam dua
langkah4.

13
Dalam bentuk asli, sejumlah kecil reagen Kastle-Meyer yang telah
dipersiapkan dicampur dengan etanol 95% (volume sama) dan 10% larutan
hydrogen peroksida. Noda yang dicuragai darah kemudian digosok dengan
sepotong kecil kertas filter dan ditambahkan setetes campuran pereaksi ke
kertas. Perubahan warna menjadi merah muda merupakan indikasi dari adanya
hemoglobin, yang telah dikatalisis pemecahan hidrogen peroksida. Namun, yang
digunakan dalam formulir ini, tes akan memberikan hasil yang tampaknya positif
dengan bahan pengoksidasi lainnya. Dalam versi pengujian dua langkah, reagen
Kastle-Meyer hanya dicampur dengan etanol 95% (volume sama). Larutan
ditambahkan ke noda pada kertas filter. Jika warna pink atau warna merah
langsung berubah, yaitu tanpa penambahan hidrogen peroksida4.

Cara Pemeriksaan reaksi Fenolftalein:

Sepotong kertas saring digosokkan pada bercak yang dicurigai langsung


diteteskan reagen fenolftalein.

Hasil:

Hasil positif pada reaksi Fenoftalin adalah bila timbul warna merah muda
pada kertas saring.

A. B.

Gambar 2. A. Warna pink menunjukkan aktivitas dari hemolisis dan


fenolftalin,menunjukkan hasil positif. B. tidak terdapat darah pada sampel, tidak tampak
hemolisis

peroksida dan perubahan warna, hasil tes negatif

2.3.3. Deteksi dan identifikasi bercak darah

14
Setelah didapatkan hasil bahwa suatu bercak merah tersebut adalah darah maka
dapat dilakukan pemeriksaan selanjutnya yaitu pemeriksaan meyakinkan darah
berdasarkan terdapatnya pigmen atau kristal hematin (hemin) dan hemokhromogen2.

Terdapat empat jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk memastikan


bercak darah tersebut benar berasal dari manusia, yaitu :

1. Cara kimiawi

Terdapat dua macam tes yang dapat dilakukan untuk memastikan bahwa yang
diperiksa itu bercak darah, atas dasar pembentukan kristal-kristal hemoglobin yang
dapat dilihat dengan mata telanjang atau dengan mikroskopik. Tes tersebut antara lain
tes Teichmann dan tes Takayama4.

a. Test Teichman (Tes kristal haemin)

Pertama kali dilakukan oleh Teicmann (1853). Test diawali dengan memanaskan
darah yang kering dengan asam asetat glacial dan chloride untuk membentuk
derivate hematin. Kristal yang terbentuk kemudian diamati di bawah mikroskop,
biasanya Kristal muncul dalam bentuk belah-belah ketupat dan berwarna coklat4.

Cara pemeriksaan:

Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek tambahkan 1butir
kristal NaCL dan 1 tetes asam asetat glacial, tutup dengan kaca penutup
dan dipanaskan.

Hasil:

Hasil positif dinyatakan dengan tampaknya Kristal hemin HCL yang


berbentuk batang berwarna coklat yang terlihat dengan mikroskopik.(1)

Kesulitan :

Mengontrol panas dari sampel karena pemanasan yang terlalu panas atau
terlalu dingin dapat menyebabkan kerusakan pada sampel.

b. Test Takayama (Tes kristal B Hemokromogen)

Apabila heme sudah dipanaskan dengan seksama dengan menggunakan


pyridine dibawah kondisi basa dengan tambahan sedikit gula seperti glukosa,
Kristal pyridine ferroprotoporphyrin atau hemokromogen akan terbentuk4.

15
Cara kerja:

Tempatkan sejumlah kecil sampel yang berasal dari bercak pada gelas
objek dan biarkan reagen takayama mengalir dan bercampur dengan
sampel. Setelah fase dipanaskan, lihat di bawah mikroskop.

Hasil :

Hasil positif dinyatakan dengan tampaknya kristal halus berwarna merah


jambu yang terlihat dengan mikroskopik.

Gambar 10. Tes Takayama positif membentuk Kristal yang dapat dilihatdibawah
mikroskop

Kelebihan:

Test dapat dilakukan dan efektif dilakukan pada sampel atau bercak yang
sudah lama dan juga dapat memunculkan noda darah yang menempel
pada baju. Selain itu test ini juga memunculkan hasil positif pada sampel
yang mempunyai hasil negative pada test Teichmann.

Selain dua tes tersebut terdapat juga tes yang digunakan untuk memastikan
bercak tersebut berasal dari darah, yaitu :

c. Pemeriksaan Wagenaar

Cara pemeriksaan:

Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek, letakkan juga
sebutir pasir, lalu tutup dengan kaca penutup sehingga antara kaca obyek
dan kaca penutup terdapat celah untuk penguapan zat. Kemudian pada
satu sisi diteteskan aseton dan pada sisi lain di tetes kan HCL encer,
kemudian dipanaskan.

16
Hasil:

Hasil positif bila terlihat Kristal aseton hemin berbentuk batang berwarna
coklat. Hasil negative selain menyatakan bahwa bercak tersebut bukan
bercak darah, juga dapat dijumpai pada pemeriksaan terhadap bercak
darah yang struktur kimiawinya telah rusak, misalnya bercak darah yang
sudah lama sekali, terbakar dan sebagainya.

2. Cara serologik

Pemeriksaan serologik berguna untuk menentukan spesies dan golongan darah.


Untuk itu dibutuhkan antisera terhadap protein manusia (anti human globulin) serta
terhadap protein hewan dan juga antisera terhadap golongan darah tertentu2.

Prinsip pemeriksaan adalah suatu reaksi antara antigen (bercak darah) dengan
Antibodi (antiserum) yang dapat merupakan reaksi presipitasi atau reaksi aglutinasi2.

a. Test Presipitin Cincin

Test Presipitin Cincin menggunakan metode pemusingan sederhana antara dua


cairan didalam tube. Dua cairan tersebut adalah antiserum dan ekstrak dari
bercak darah yang diminta untuk diperiksa4.

Cara pemeriksaan :

Antiserum ditempatkan pada tabung kecil dan sebagian kecil ekstrak


bercak darah ditempatkan secara hati-hati pada bagian tepi antiserum.
Biarkan pada temperatur ruang kurang lebih 1,5 jam. Pemisahan antara
antigen dan Antibodi akan mulai berdifusi ke lapisan lain pada perbatasan
kedua cairan4.

Hasil:

Akan terdapat lapisan tipis endapan atau precipitate pada bagian antara
dua larutan. Pada kasus bercak darah yang bukan dari manusia maka tidak
akan muncul reaksi apapun.

b. Reaksi presipitasi dalam agar.

Cara pemeriksaan :

17
Gelas obyek dibersihkan dengan spiritus sampai bebas lemak, dilapisi
dengan selapis tipis agar buffer. Setelah agak mengeras, dibuat lubang
pada agar dengan diameter kurang lebih 2 mm, yang dikelilingi oleh
lubang-lubang sejenis. Masukkan serum anti-globulin manusia ke lubang di
tengah dan ekstrak darah dengan berbagai derajat pengenceran di lubang-
lubang sekitarnya. Letakkan gelas obyek ini dalam ruang lembab (moist
chamber) pada temperature ruang selama satu malam4.

Hasil :

Hasil positif memberikan presipitum jernih pada perbatasan lubang tengah


dan lubang tepi. Pembuatan agar buffer : 1 gram agar; 50 ml larutan buffer
Veronal pH 8.6; 50 ml aqua dest; 100 mg. Sodium Azide. Kesemuanya
dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer, tempatkan dalam penangas air
mendidih sampai terbentuk agar cair.

3. Pemeriksaan Mikroskopik

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat morfologi sel darah merah.

Cara pemeriksaan :

Darah yang masih basah atau baru mengering ditaruh pada kaca obyek
kemudian ditambahkan 1 tetes larutan garam faal, dan ditutup dengan kaca
penutup, lihat dibawah mikroskop. Cara lain, dengan membuat sediaan
apus dengan pewarnaan Wright atau Giemsa.

Hasil :

Pemeriksaan mikroskopik kedua sediaan tersebut hanya dapat


menentukan kelas dan bukan spesies darah tersebut. Kelas mamalia
mempunyai sel darah merah berbentuk cakram dan tidak berinti,
sedangkan kelas lainnya berbentuk oval atau elips dan tidak berinti Bila
terlihat adanya drum stick dalam jumlah lebih dari 0,05%, dapat dipastikan
bahwa darah tersebut berasal dari seorang wanita.

Kelebihan:

Dapat terlihatnya sel sel leukosit berinti banyak. Dapat terlihat adanya
drum stick pada pemeriksaan darah seorang wanita.

18
Penentuan golongan darah dari jenazah yang masih baru bisa dilakukan
langsung dengan metode aglutinasi direk. Penentuan golongan darah pada bercak
darah yang sudah kering lebih sulit bila dibandingkan dengan penentuan golongan
darah dari darah yang masih segar, terlebih lagi bila bercak darah tersebut sangat tua,
hal ini disebabkan sel-sel darah telah hancur.3 Penentuan golongan darah pada bercak
darah yang sudah kering masih dimungkinkan karena antigen yang terdapat pada
permukaan sel tetap utuh walaupun sel-selnya telah hancur, dengan pemeriksaan
tertentu antigen tersebut dapat direaksikan dengan antibodi sehingga golongan darah
tetap dapat ditentukan, dengan kata lain penetapan golongan darah dilakukan secara
tidak langsung.3

Metode forensik konvensional untuk identifikasi golongan darah adalah aglutinasi


direk, kombinasi antigen-antibodi yang terdiri dari absorpsi, elusi absorpsi, inhibisi
absorpsi dan beberapa metode lain. Metode-metode inilah yang sering digunakan dalam
identifikasi forensik.8 Pada identifikasi korban jenazah yang telah membusuk ataupun
hangus terbakar, sering sekali identifikasi forensik konvensional tidak dapat ditegakkan,
sehingga diperlukan cara identifikasi forensik lainnya yang lebih akurat yaitu analisis
Deoxyribo Nucleic Acid (DNA).9 Walaupun demikian pemeriksaan golongan darah
dengan metode konvensional masih banyak digunakan dalam kasus forensik, hal ini
disebabkan masih sangat tingginya biaya untuk pemeriksaan DNA.10

Pada orang hidup, pemeriksaan golongan darah dengan metode aglutinasi direk
maupun elusi absorpsi sudah diyakini menjadi pemeriksaan standar yang akurasinya
dapat diandalkan, hal tersebut tidak terlepas dari masih aktifnya reaksi antigen antibodi
di dalam tubuh manusia. Namun berbeda halnya dengan jenazah.3

Pemeriksaan golongan darah pada jenazah dengan menggunakan metode


aglutinasi direk maupun elusi absorpsi secara teoritis masih diragukan akurasinya,
mengingat protein pada dinding sel darah merah setelah kematian mengalami
kerusakan sehingga reaksi antigen antibodi tidak dapat terdeteksi secara visual. Pada
jenazah yang masih baru pemeriksaan golongan darah dapat dilakukan dengan metode
aglutinasi direk sampai suatu ketika protein pada dinding sel rusak, sementara untuk
jenazah yang sudah lama pemeriksaan dilakukan dengan elusi absorpsi.8

Tabel 3. Perbandingan metode pemeriksaan golongan darah.

19
Metode Pemeriksaan Keuntungan Kerugian
Aglutinasi direk Cepat dan ringkas Pemeliharaan sampel sulit

Biaya Murah Sulit diperiksa pada pembusukan

Observasi Langsung Kontaminasi bakteri

Perubahan antigenisitas oleh bakteri

Elusi absorpsi Ringkas Butuh keterampilan dengan teknik


tertentu
Biaya murah
Membutuhkan waktu
Pemeliharaan
sampel mudah Observasi tidak langsung

Pemeriksaan ulang
mudah

20
Bab IV

Kesimpulan

Ketika noda merah ditemukan pada tempat kejadian perkara, maka noda
tersebut dapat dicurigai sebagai darah dan barang bukti. Untuk membuktikan apakah
sampel tersebut adalah darah, maka dapat dilakukan beberapa tes4. Tes-tes yang
dilakukan dalam forensik untuk darah berdasarkan keberadaan hemoglobin atau
komponen-komponen yang ada di dalamnya. Hemoglobin terdiri atas heme
yangmengangkut oksigen dan globin komponen protein. Tes yang dilakukan di forensik
untuk identifikasi darah sebenarnya mendeteksi keberadaan dari heme. Digunakan
beberapa substansi berwarna tertentu yang bila dicampur dengan peroksida akan
merubah warna dasarnya yang disebut oksidasi. Kebanyakan enzim umumnya
akanmempercepat reaksi. Enzim adalah katalis yang mempercepat reaksi dan heme
berfungsi sebagai katalis.

Tes pertama adalah tes presumtif yang bertujuan menyingkirkan substansi lain
selain darah, namun tes ini tidak dapat memastikan keberadaan darah. Tes Kastel
Meyer merupakan tes presumtif yang paling banyak dilakukan dimana bila hasilnya
positif maka akan menghasilkan warna pink. Luminol juga merupakan tes presumtif
yang sering digunakan. Terlebih luminol digunakan untuk mendeteksi keberadaan noda
darah yang sudah dihapus atau dicuci. Luminisens atau pendaran biru yang akan
dihasilkan bila luminol bereaksi dengan hemoglobin dan dapat dilihat bila cahaya lampu
dimatikan (ruangan gelap).

Bila telah ditetapkan bahwa sampel tersebut mungkin adalah darah, maka
pengujian dilanjutkan untuk mengkonfirmasi, apakah darah tersebut berasal dari
manusia atau hewan4. Untuk itu dilakukan tes konfirmasi antara lain : tes presipitasi
dimana darah dapat diidentifikasi berasal dari manusia melalui reaksi dengan antiserum
tertentu untuk komponen darah manusia, RSID-darah yang mendeteksi keberadaan
glycophorin A yang khas pada manusia ataupun ABAcard yang prinsipnya dimana
hemoglobin manusia yang akan bereaksi dengan antibodi monoklonal hemoglobin anti-
human.

Penentuan golongan darah dari sampel darah yang telah dikonfirmasi berasal
dari manusia, merupakan langkah selanjutnya yang dilakukan untuk mempersempit
pencarian. Pada jenazah yang masih baru pemeriksaan golongan darah dapat dilakukan

21
dengan metode aglutinasi direk sampai suatu ketika protein pada dinding sel rusak,
sementara untuk jenazah yang sudah lama pemeriksaan dilakukan dengan elusi
absorpsi.

Bila semua tes diatas telah dilakukan, maka uji DNA merupakan tahap akhir
yang lebih spesifik untuk menentukan kepemilikan dari noda darah tersebut.

22
Daftar Pustaka

1. Kusuma, H. M. Soekry Erfan, Prof. Dr. dr. Med. Sp.F(K), DFM; Yudianto, Ahmad, dr.
Sp.F, SH, M.kes. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Surabaya:
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga Surabaya; 2008.

2. Budiyanto, Arif, dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia; 1998.

3. Idries AM, Tjiptomartono AL. Penerapan ilmu kedokteran forensik dalam proses
penyidikan. Jakarta: Sagung seto; 2008.

4. Rustyadi, Dudut. Laboratorium Kedokteran Forensik Sederhana. Jakarta: Ilmu


Kedokteran Forensik dan Medikolegal FKUI; 2009.

5. Darmono. Serologi Forensik.


www.geocities.ws/kuliah_farm/farmasi_forensik/Serologi_forensic.doc. Diakses
Tanggal 2 November 2011

6. Michino J, Hata Y, Matsui K., Takizawa H, Kominato Y, Tabata S, et al. Demonstration


of A antigen and A allele of ABO histo-blood in nail in case with the absence of A
antigen and anti-A antibody in blood. Legal medicine. 2005;7(3):194-7.

7. Contreras M. Petunjuk penting transfusi. Edisi kedua. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC; 1995.

8. Nishi K., Rand S., Nakagawa T., Yamamoto A., Yamasaki S., Yamamoto Y.
et.al.. ABO Blood Typing from Forensic Materials - Merits and demerits of detection
methods utilized in our laboratories, and biological significance of the antigens Anil
Aggrawal's Internet Journal of Forensic Medicine and Toxicology. 2005;6(2)

9. Yudianto A. Effectiveness Of Cigarette Butts As An Alternative Material For Forensic


DNA Identification With Polymerase Chain Reaction (PCR) In Short Tandem Repeat
(STR) LOCI. Folia Medica Indonesiana. 2009;45(2):112-114.

10. Gizela BA. Uji laboratorium golongan darah manusia dengan proses degradasi
proteolitik. Berkala Ilmu Kedokteran. 2005;37(1):7-11.

23

Anda mungkin juga menyukai