Anda di halaman 1dari 6

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Etika


Istilah etika berasal dari bahasa Yunani kuno yakni ethos dalam bentuk
tunggal mempunyai arti: tempat tinggal yang biasa; padang rumput; kandang;
kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam bentuk jamak (ta
etha) artinya adalah adat kebiasaan. Jadi, berdasarkan hal tersebut etika berarti ilmu
tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. (Bertens, 1993).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), etika merupakan ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak).

Etika secara umum dapat dibagi menjadi :


2.1.1. Etika Umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia
bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori
etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia
dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu
tindakan. Etika umum dapat di analogkan dengan ilmu pengetahuan, yang
membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.

2.1.2. Etika Khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang
kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana saya
mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan
khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip
moral dasar. Namun, penerapan itu dapat juga berwujud : Bagaimana saya
menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan
khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia
bertindak etis. Cara bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau
tidanakn, dan teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya.
Etika khusus dibagi menjadi 2 macam yaitu Etika Individual dan Etika Sosial:
1. Etika Individual
Membahas kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri dan dengan
kepercayaan agama yang dianutnya serta kewajiban dan tanggung jawabnya
terhadap Tuhannya.

2. Etika Sosial
Membahas norma-norma sosial yang harus dipatuhi dalam
hubungannya dengan manusia, masyarakat, bangsa dan Negara.

2.2. Pengertian Nilai, Norma dan Moral


2.2.1. Pengertian Nilai
Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda
untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik
minat seseorang atau kelompok. Nilai bersumber pada budi yang berfungsi
mendorong dan mengarahkan (motivator) sikap dan perilaku manusia. Nilai
sebagai suatu sistem merupakan salah satu wujud kebudayaan di samping
sistem sosial dan karya.

Lorens Bagus (2002) dalam bukunya Kamus Filsafat menjelaskan


tentang nilai yaitu sebagai berikut: 1) Nilai dalam bahasa Inggris value, bahasa
Latin valere (berguna,mampu akan, berdaya, berlaku, kuat). 2) Nilai ditinjau
dari segi Harkat adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai,
diinginkan, berguna, atau dapat menjadi objek kepentingan. 3) Nilai ditinjau
dari segi Keistimewaan adalah apa yang dihargai, dinilai tinggi atau dihargai
sebagai sesuatu kebaikan. Lawan dari suatu nilai positif adalah tidak bernilai
atau nilai negative. Baik akan menjadi suatu nilai dan lawannya (jelek, buruk)
akan menjadi suatu nilai negative atau tidak bernilai. 4) Nilai ditinjau dari
seudut Ilmu Ekonomi yang bergelut dengan kegunaan dan nilai tukar benda-
bendsa material, pertama kali mengunakan secara umum kata nilai. (Mulyadi,
2006)

Pandangan para ahli tentang nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat :


a. Alport mengidentifikasikan nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupan
masyarakat dalam enam macam, yaitu :
1). Nilai teori
2). Nilai ekonomi
3). Nilai estetika
4). Nilai sosial
5). Nilai politik dan
6). Nilai religi
b. Max Scheler, mengelompokkan nilai menjadi enam tingkatan, yaitu:
1). Nilai kenikmatan
2). Nilai kehidupan
3). Nilai kejiwaan
4). Nilai kerohanian
c. Notonegoro, membedakan nilai menjadi tiga, yaitu:
1). Nilai material
2). Nilai vital
3). Nilai kerokhanian

Nilai berperan sebagai pedoman menentukan kehidupan setiap manusia.


Nilai manusia berada dalam hati nurani, kata hati dan pikiran sebagai suatu
keyakinan dan kepercayaan yang bersumber pada berbagai sistem nilai.

2.2.2. Pengertian Norma


Norma adalah perwujudan martabat manusia sebagai mahluk budaya,
moral, religi, dan sosial. Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur
yang dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi. Oleh karena itu norma dalam
perwujudannya norma agama, norma filsafat, norma kesusilaan, norma hukum
dan norma sosial.
Norma memiliki kekuatan untuk dipatuhi karena adanya sanksi. Norma-norma
yang terdapat dalam masyarakat antara lain :
a. Norma agama adalah ketentuan hidup masyarakat yang ber-sumber pada
agama.
b. Norma kesusilaan adalah ketentuan hidup yang bersumber pada hati nurani,
moral atau filsafat hidup.
c. Norma hukum adalah ketentuan-ketentuan tertulis yang berlaku dan
bersumber pada UU suatu Negara tertentu.
d. Norma sosial adalah ketentuan hidup yang berlaku dalam hubungan antara
manusia dalam masyarakat.

2.2.3. Pengertian Moral


Pengertian moral berasal dari kata mos (mores) yang sinonim dengan
kesusilaan, kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk,
yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia. Seorang pribadi yang
taat kepada aturan-aturan, kaidah-kaidah dan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakatnya, dianggap sesuai dan bertindak secara moral. Jika sebaliknya
yang terjadi maka pribadi itu dianggap tidak bermoral. Moral dalam
perwujudannya dapat berupa peraturan dan atau prinsip-prinsip yang benar,
baik terpuji dan mulia. Moral dapat berupa kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai
dan norma yang mengikat kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
(Bertens, 1993)

2.3.Nilai Dasar, Nilai Instrumental dan Nilai Praksis


2.3.1. Nilai Dasar
Meskipun nilai bersifat abstrak dan tidak dapat diamati oleh panca indra
manusia, namun dalam kenyataannya nilai berhubungan dengan tingkah laku
manusia. Setiap meiliki nilai dasar yaitu berupa hakikat, esensi, intisari atau
makna yang dalam dari nilai-nilai tersebut. Nilai dasar berifat universal karena
karena menyangkut kenyataan obyek dari segala sesuatu. Contohnya tentang
hakikat Tuhan, manusia serta mahkluk hidup lainnya.
Apabila nilai dasar itu berkaitan dengan hakikat Tuhan maka nilai dasar
itu bersifat mutlak karena Tuhan adalah kausa prima (penyebab pertama). Nilai
dasar yang berkaitan dengan hakikat manusia maka nilai-nilai itu harus
bersumber pada hakikat kemanusiaan yang dijabarkan dalam norma hukum
yang diistilahkan dengan hak dasar (hak asasi manusia). Dan apabila nilai dasar
itu berdasarkan kepada hakikat suatu benda (kuatutas,aksi, ruang dan waktu)
maka nilai dasar itu juga dapat disebut sebagai norma yang direalisasikan dalam
kehidupan yang praksis. Nilai Dasr yang menjadi sumber etika bagi bangsa
Indonesia adalah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
2.3.2. Nilai Instrumental
Nilai instrumental adalah nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan dari
nilai dasar. Nilai dasar belum dapat bermakna sepenuhnya apabila belum
memiliki formulasi serta parameter atau ukuran yang jelas dan konkrit. Apabila
nilai instrumental itu berkaitan dengan tingkah laku manusia dalam kehidupan
sehari-hari makan itu akan menjadi norma moral. Namun apabila nilai
instrumental itu berkaitan dengan suatu organisasi atau Negara, maka nilai
instrumental itu merupakan suatu arahan, kebijakan, atau strategi
yangbersumber pada nilai dasar sehingga dapat juga dikatakan bahwa nilai
instrumental itu merupakan suatu eksplisitasi dari nilai dasar. Dalam kehidupan
ketatanegaraan Republik Indonesia, nilai-nilai instrumental dapat ditemukan
dalam pasal-pasal undang-undang dasar yang merupakan penjabaran Pancasila.
2.3.3. Nilai Praksis
Nilai praksis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental
dalam kehidupan yang lebih nyata dengan demikian nilai praksis merupakan
pelaksanaan secara nyata dari nilai-nilai dasar dan nilai-nilai instrumental.

2.4. Hubungan Nilai, Norma, dan Moral


Keterkaitan nilai, norma dan moral merupakan suatu keyataan yang seharusnya
tetap terpelihara di setiap waktu pada hidup dan kehidupan manusia. Keterkaitan itu
mutlak digarisbawahi bila seorang individu, masyarakat, bangsa dan Negara
menghendaki fondasi yang kuat tumbuh dan berkembang.
Sebagaimana tersebut diatas maka nilai akan berguna menuntun sikap dan
tingkah laku manusia bila dikonkritkan dan diformulakan menjadi lebih obyektif
sehingga memudahkan manusia untuk menjabarkannya dalam aktivitas sehari-hari.
dalam kaitannya dengan moral maka aktivitas turunan dari nilai dan norma akan
memperoleh integritas dan martabat manusia. Derajat kepribadian itu amat ditentukan
oleh moralitas yang mengawalnya. Sementara itu hubungan antara moral dan etika
seringkali disejajarkan arti dan maknanya. Namun demikian, etika dalam pengertiannya
tidak berwenang menentukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan seseorang.
Wewenang itu dipandang berada di tangan pihak yang memberikan ajaran moral.
Referensi :

http://ikeyko-bleky.mhs.narotama.ac.id/2012/10/01/etika-umum-dan-etika-khusus/

https://books.google.co.id/books?id=wSTf79ehWuAC&printsec=frontcover&hl=id&source=
gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false

http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195204141980021-
DUDUNG_RAHMAT_HIDAYAT/HAKIKAT_DAN_MAKNA_NILAI.pdf

Anda mungkin juga menyukai