Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PENGOLAHAN LIMBAH PABRIK

LIMBAH CAIR PABRIK TAHU


LIMBAH CAIR PABRIK TAHU
Karakteristik Limbah Cair Tahu

Tabel 1. Karakteristik Limbah Cair Tahu

No Parameter Satuan Nilai Baku Mutu (*)


o
1. Suhu C 30 38
2. pH - 5,5 6,0 9,0
3. TSS mg/L 664 100
4. BOD5 mg/L 720 150
5. COD mg/L 853 275
Sumber : Anggraini (2013)
(*) Baku mutu Perda Jateng No 5 Tahun 2012
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan karakteristik air limbah yang digunakan dalam penelitian
belum memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan, yaitu Perda Prov Jateng No 5 Tahun 2012.
1. pH
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2013) pH awal limbah cair tahu
adalah sebesar 5,45. Jika dibandingkan dengan Perda Provinsi Jawa Tengah Nomer 5
tahun 2012, pH limbah cair tahu yang diperbolehkan berkisar antara 6,0-9,0, maka dapat
disimpulkan bahwa pH limbah cair tahu belum memenuhi baku mutu. Hal ini
dikarenakan limbah cair tahu terdapat sisa asam yang berasal dari proses penggumpalan
dalam pembuatan tahu.
2. BOD
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2013) kadar BOD awal limbah
cair tahu adalah sebesar 720 mg/L. jika dibandingkan dengan Perda Provinsi Jawa Tengah
Nomer 5 tahun 2012, kadar BOD dalam limbah cair tahu belum memenuhi baku mutu
yang telah ditentukan yaitu 150 mg/L. hal ini dikarenakan limbah cair tahu mengandung
kandungan organic yang tinggi.
3. COD
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2013) kadar COD awal limbah
cair tahu adalah sebesar 853 mg/L. jika dibandingkan dengan Perda Provinsi Jawa
Tengah Nomer 5 tahun 2012, kadar BOD dalam limbah cair tahu belum memenuhi baku
mutu yang telah ditentukan yaitu 275 mg/L. hal ini dikarenakan limbah cair tahu
mengandung kandungan organic yang tinggi.
4. TSS
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2013) kadar TSS awal limbah
cair tahu adalah sebesar 664 mg/L. jika dibandingkan dengan Perda Provinsi Jawa
Tengah Nomer 5 tahun 2012, kadar BOD dalam limbah cair tahu belum memenuhi baku
mutu yang telah ditentukan yaitu 100 mg/L.
5. Suhu
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2013) bahwa suhu (temperature)
awal limbah cair tahu adalah sebesar 30oC. jika dibandingkan dengan Perda Provinsi
Jawa Tengah Nomer 5 tahun 2012, kadar BOD dalam limbah cair tahu belum memenuhi
baku mutu yang telah ditentukan yaitu 38oC.
DAMPAK LIMBAH CAIR TAHU

1. Dampak limbah cair tahu bagi lingkungan

Dampak negatif limbah usaha kecil pangan dapat menimbulkan masalah dalam
penanganannya karena mengandung sejumlah besar karbohidrat, protein, lemak, garam-
garam, mineral, dan sisa-sisa bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan dan
pembersihan. Air buangan (efluen) atau limbah buangan dari pengolahan pangan dengan
Biological Oxygen Demand ( BOD) tinggi dan mengandung polutan seperti tanah, larutan
alkohol, panas dan insektisida. Apabila efluen dibuang langsung ke suatu perairan akibatnya
menganggu seluruh keseimbangan ekologik dan bahkan dapat menyebabkan kematian ikan
dan biota perairan lainnya.

2. Dampak limbah cair tahu bagi kesehatan

Romli,dkk (2009) menyatakan bahwa dampak yang ditimbulkanoleh pencemaran bahan


organik limbah industri tahu adalah gangguanterhadap kehidupan biotik yang disebabkan
oleh meningkatnya kandungan bahan organik. Selama proses metabolisme oksigen banyak
dikonsumsi,sehingga apabila bahan organik dalam air sedikit, oksigen yang hilangdari air
akan segera diganti oleh oksigen hasil proses fotosintesis dan oleh reaerasi dari udara.
Apabila konsentrasi beban organik terlalu tinggi,maka akan tercipta kondisi anaerobik yang
menghasilkan produkdekomposisi berupa amonia, karbondioksida, asam asetat, hirogen
sulfida,dan metana. Senyawa-senyawa tersebut sangat toksik bagi sebagian besarhewan air,
dan akan menimbulkan gangguan terhadap keindahan(gangguan estetika) yang berupa rasa
tidak nyaman dan menimbulkan bau.Bila kondisi anaerobik tersebut dibiarkan maka air
limbah akan berubahwarnanya menjadi cokelat kehitaman dan berbau busuk. Apabila
limbahini dialirkan ke sungai maka akan mencemari sungai dan bila masih digunakan
sebagai pemenuh kebutuhan sehari-hari maka akanmenimbulkan gangguan kesehatan berupa
penyakit gatal, diare, kolera,radang usus dan penyakit lainnya, khususnya yang berkaitan
dengan airyang kotor dan sanitasi lingkungan yang tidak baik (Romli, 2009).
SKEMA RANCANGAN PROSES PENGOLAHAN LIMBAH CAIR (LIMBAH TAHU)

PRIMARY TREATMENT

Flotation
Industri Bak Neutraliza- Coagulation an-
Pabrik Equali tion aer
Sedimentation
Tah Fine Screen zatio obi
u n c
Filtration

Activated
SECONDARY
Sludge
TREATMENT

GAC
Ozonation Filtrasi
adsorption

Pembuangan Akhir Limbah

TERTIARY TREATMENT
Keterangan :

Industri Pabrik Tahu

Merupakan industry yang menghasilkan limbah cair


A. PENGOLAHAN PRIMER
1. Fine Screen
Fungsinya untuk menyaring limbah tersuspensi, karena limbah tahu mengandung padatan
halus atau suspense maka diperlukan fine screen untuk penyaringannya.
1. Bak Equalization
Fungsinya untuk untuk menampung dari seluruh air limbah sebelum dilakukan
pemompaan ke unit pengolahan lanjut.
2. Neutralization
Fungsinya untuk menggabungkan beberapa sifat air limbah dengan sifat yang antagonis.
Unit ini juga dapat diterapkan bila salah satu limbah memiliki sifat yang ekstrim (terlalu
asam, atau terlalu basa). Penambahan bahan yang bersifat asam atau basa tergantung dari
jenis limbah yang dihasilkan. Netralisasi air limbah membantu dalm proses selanjutnya
terutama untuk pengolahan secara biologis, yang membutuhkan proses pengolahan pada
kondisi netral.
3. Coagulation
Merupakan pembubuhan bahan kimia yang berfungsi untuk membantu proses Flotasi
atau Proses Sedimentasi. Pebubuhan Koagulan atau Gas sering dilakukan pada unit
pembubuh kimia. Dengan penambahan bahan kimia akan mempercepat proses
sedimentasi. Proses flotasi pada umumnya ditambahkan bahan untuk meningkatkan berat
jenis air limbah sehingga bahan yang melayang dapat dibuat mengapung.
4. Flotation
merupakan salah satu proses pengolahan awal, dengan cara mengapung kan limbah dan
bahan melayang lain, sehingga flotation berfungsi untuk memisahkan antara air limbah
dengan bahan tersebut. Jenis bahan yang dilakukan proses pengolahan dengan metode ini
material/bahan yang melayang pada air limbah. Teknologi yang diterapkan pada
umumnya berupa pengaliran secara Up-Flow, sehingga material yang mengapung dapat
dipisahkan dengan scrabber. Untuk selanjutnya bahan yang berhasil dipisahkan dilakukan
proses pengolahan lanjut
5. Sedimentation
merupakan proses yang ditujukan untuk mengendapkan partikel yang dapat mengendap
secara gravitasi atau dengan bahan bantuan penambahan koagulan. Pengendapan
tersebut terutama ditujukan untuk memisahkan partikel diskrit dan partikel tersuspensi.
Pengendapan tersebut mampu mereduksi 30-40% bahan bahan tersuspensi. Proses
sedimentasi dapat dirancang dengan menggunakan pola pengendapan konvensional atau
dengan melakukan modifikasi dengan teknologi plate settler atau Tube Setller.
6. Filtration
Unit ini dirancang untuk mengendapkan materi yang tidak mengendap selama proses
sedimentasi. Filtrasi dilakukan melalui media yang dirancang dengan diameter tertentu.
Filtrasi mampu memisahkan partikel atau flokulan. Mekanisme filtrasi dapat berlangsung
secara fisik, kimia, dan biologis. Mekanisme secara fisik pemisahan ini dilakukan akan
adanya porositas media filter dan daya tarik dinding dan adsorbsi dari media. Mekanisme
kimia dapat terjadi akibat adanya reaksi kimia antara bahan yang akan dipisahkan dengan
oksigen yang berada pada media filter. Sedangkan mekanisme biologi dapat berlangsung
dengan adanya mikroorganisme aerob maupun an-aerob di dalam filter.
7. An-Aerobik Treatment
Pengolahan dengan teknologi an-aerob dilakukan untuk limbah dengan BOD lebih dari
1000 mg/lt. Pengolahan dengan metode ini dilakukan tanpa oksigen, sehingga penguraian
dilakukan oleh mirkoorganisme yang an-aerob. Proses pengolahan pada umumnya
berjalan relatif lambat dibandingkan dengan proses penguraian secara aerob. Hasil proses
penguraian menghasilkan H2S, CH4. NH3. Beberapa Teknologi yang dilakukan dengan
proses an-aerob adalah : UASB, Septic Tank, An-Aerobik Bio Filter dan sebagainya.

B. PENGOLAHAN SEKUNDER
1. Activated Sludge
Merupakan Proses pengolahan limbah yang dilakukan dengan memanfaatkan lumpur
aktif.

C. PENGOLAHAN TERSIER
1. Filtrasi
Merupakan proses lanjutan dengan memanfaatkan filter pada umumnya namun berbeda
dengan filter pada pengolahan primer.
2. Ozonitation
Fungsinya untuk melakukan netralisasi bahan organik yang berasal dari mikroorganisme
yang terangkut pada air limbah
3. GAC (Granular Active Carbon)
merupakan salah satu bentuk teknologi tersier yang berfungsi untuk mengendalikan bau
yang muncul baik dari Sox, H2S, NH3 atau bentuk gas yang lain.
Baku Mutu Pergub Jatim
Pembuangan Akhir Limbah
Merupakan tempat dimana air limbah yang telah diolah dibuang, biasanya tempat
pembuangan akhir limbah di sungai terdekat.
Volume = |-30,96| + |31,08| = 62,04 m3

Volume = Q x td
62,04 = Q x 5
Q = 15,5 m3

Misal h = 2 m, maka :
V =pxlxh
62,04 = p x l x 2
p x l = 31,02 m2

Misal l = 4 m, maka
p x l = 31,02 m2
p = 7,7 m2

Rancangan Bak Equalisasi yaitu dengan panjang 7,7 m lebar 4m m dan tinggi 2m m

Daftar Pustaka

Anggraini, Mumu & Yulianti. 2013. Pengolahan Limbah Cair Tahu secara Anaerob menggunakan system
Batch. Jurnal No 1 Vol 2

Romli, Muhammad & Suprihatin. (2009). Beban Pencemaran Limbah Cair Industri Tahu dan
Analisis Alternatif Strategi Pengelolaannya. Jurnal Purifikasi, 10: 2, 141154

Perda Prov Jateng No 5 Tahun 2012 tentang Baku Mutu Limbah Cair Tahu

Anda mungkin juga menyukai