Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bom kalorimeter berkaitan dengan pengukuran besaran energi suatu materi. Jenis alat

kalorimeter yang non aliran dan telah lazim digunakan berupa bom kalorimeter untuk

penentuan nilai kalor bahan bakar padat dan bahan bakar cair. Masalah bom kalorimeter

berkaitan dengan ukuran besaran energi suatu materi. Besaran-besaran energi mencakup sifaf

termodinamika sistem, nilai kalor biasanya dinyatakan dalam kalori/gram. Bom kalorimeter

ksusus digunakan untuk menentukan kalor dari reaksi-reaksi pembakaran. Reaksi

pembakaran yang terjadi dalam bom akan menghasilkan kalor dan diserap oleh air dan bom,

oleh karena itu tidak ada kalor yang akan terbuang ke lingkungan (Diannovitasari, 2012).
1

Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian lainnya adalah batuan sedimen yang
dapat terbakar, terbentuk dari suatu endapan organik, utamanya dadalah sisa-sisa tumbuhan
dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon,
hidrogen dan oksigen. Berdasarkan tingkat pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan,
panas dan waktu. Batu bara umumnya terdiri dari antrasit, bituminius, subbituminus, lignit
dan gambut. Disamping itu batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifaf-sifaf
fisika dan kimia yang kompleks dan dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Pembentukan batu
bara tersebut memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada masa tertentu
sepanjang sejarah geologi (Anonim, 2012).
2

Berdasarkan penjabaran di atas, maka untuk mengetahui lebih mendalam tentanng penentuan
panas pembakaran maka dilakukanlah suatu percobaan tentang penentuan panas pembakaran
dengan bom kalorimeter.

B. Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan nilai panas pembakaran suatu sampel

dengan menggunakan bom kalorimeter.

C. Tujuan Percobaan
Prinsip dari percobaan ini adalah penentuan suatu kalori dengan menggunakan sampel

batu bara dan alat bom kalorimeter lalu dilanjutkan dengan penitrasian sisa hasil pembakaran

dengan natrium karbonat sebagai titran dan metil orange sebagai indikator.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Panas yang timbul atau diserap pada suatu reaksi panas itu tidak bergantung pada

hasil akan tetapi bagaimana reaksi tersebut berlangsung awal dan akhir. Berdasarkan hukum

Hess tersebut maka dapat dicari panas reaksi bagi suatu reaksi-reaksi yang sukar dilakukan.

Panas pembentukan adalah panas reaksi pada pembentukan satu mol suatu zat dari unsur-

unsurnya, jika aktivitas pereaksinya satu, hal ini disebut dengan panas pembentukan standar.

Untuk zat cair, gas dan padat keadaan standarnya adalah keadaan pada satu atmosfer. Panas

pembakaran adalah panas yang timbul pada pembakaran satu mol suatu zat, biasanya panas

pembakaran ditentukan secara eksprimen pada V tetap dalam bom kalorimeter. Dari ini dapat

dicari H :

Dari panas pembakaran, dapat diperoleh panas pembentukan senyawa-senyawa organik.


Panas pembakaran mempunyai arti penting pada bahan-bahan bakar sebab nilai suatu bahan
bakar ditentukan oleh besarnya panas pembakaran zat yang bersangkutan (Sugiyarto, 1997,

hal: 74-76).
3

Sifat-sifat air yang memberikan definisi asal dari kalori adalah banyaknya perubahan
temperatur yang dialami air waktu mengambil atau melepaskan sejumlah panas. Istilah umum
untuk sifat ini disebut kapasitas panas yang didefinisikan sebagai jumlah panas yang
diperlukan untuk mengubah temperatur suatu benda sebesar 10C. Besarnya panas spesifik
untuk air disebabkan karena adanya sedikit pengaruh dari laut terhadap cuaca. Reaksi kimia
yang umum digunakan untuk menghasilkan energi adalah pembakaran, yaitu suatu reaksi
cepat antara bahan bakar dengan oksigen yang disertai terjadinya api. Bahan bakar utama
dewasa ini adalah bahan bakar fosil, yaitu gas alam, minyak bumi dan batu bara. Bahan bakar
fosil itu berasal dari pelapukan sisa organisme, baik tumbuhan atau hewan (Anonim, 2012).
4

Kalorimeter bom adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang dibebaskan
pada pembakaran sempurna (dalam O2 berlebih) suatu senyawa, bahan makanan dan bahan
bakar. Sejumlah sampel ditempatkan pada tabung beroksigen yang tercelup dalam medium
penyerap kalor dan sampel akan terbakar oleh api listrik dari kawat logam terpasang dalam
tabung (Anonim, 2012).

Nilai kalor bahan bakar adalah suatu besaran menunjukkan nilai energi kalor yang

dihasilkan dari suatu proses pembakaran setiap satuan massa bahan bakar. Bahan bakar yang

banyak digunakan adalah umumnya berbentuk senyawa hidrokarbon. Entalpi pembakaran

adalah selisih antara entalpi dari produk dengan entalpi dari reaktan itu ketika pembakaran

sempurna berlangsung pada temperature dan tekanan tertentu. Pembakaran sempurna terjadi

jika semua komponen bahan bakar, terbakar semuanya dan membentuk ikatan dengan

komponen-komponen udara yang membentuk suatu senyawa baru. Tujuan dari mengetahui

nilai bahan bakar adalah untuk memilih bahan bakar yang sesuai dengan keperluan dalam

kehidupan (Sandra, 2012).

Perpindahan kalor pada volum tetap bom kalorimeter yang bereaksi dalam sebuah

bejana kecil yang tertutup dan bejana di tempatkan dalam sebuah kalorimeter. Pada waktu
molekul-molekul bereaksi secara kimia, kalor akan dilepas atau diambil dengan perubahan
suhu pada fluida kalorimeter diukur. Karena bejana ditutup rapat, volumenya tetap dan tak

ada kerja pada tekanan volume yang dilakukan. Oleh karena itu, perubahan energi internal

sama dengan besarnya kalor yang diserap oleh reaksi kimia pada volume tetap:
5

Percobaan pada volume konstan ini sering kurang menguntungkan atau sulit untuk dilakukan.

Percobaaan tersebut memerlukan penggunaaan bejana reaksi yang dirancang dengan baik

sehingga dapat tahan terhadap perubahan pada tekanan yang besar dan terjadi pada beberapa
atau banyak reaksi kimia (Gillis, 2001, hal: 200).

Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan

sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa

tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri

dari karbon, hidrogen dan oksigen. Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang

dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas:

antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut.Batu bara juga adalah batuan organik

yang memiliki sifaf-sifaf fisika dan kimia yang kompleks dan dapat ditemui dalam berbagai

bentuk. Pembentukan batu bara tersebut memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya

terjadi pada masa tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman karbon, kira-kira 340 juta

tahun yang lalu adalah masa pembentukan batu bara yang paling produktif, dimana hampir

seluruh deposit batu bara yang ekonomis di belahan bumi bagian utara terbentuk (Anonim,

2012).

Menuurut anonim (2012) jenis-jenis tumbuhan pembentuuk batu bara adalah:

a. Alga, dari zaman pre kambrium hingga ordovisium dan bersel tunggal, sangat sedikit

endapan batu bara pada periode ini.

b. Silofita, dari zaman silur yang merupakan turunan dari alga, sedikit endapan pada periode

ini.

c.
6

Pteridofita, umur devon atas hingga karbon atas. Materi pembentuk batu bara berumur
karbon, pertumbuhan tanpa bunga dan biji yang berkembang biak dengan spora.

d. Gymnospermae, merupakan tumbuhan heterokseksual, biji terbungkus dalam buah,

mengandung kadar getah atau resin yang tinggi.

e. Angiospermae, jenis tumbuhan modern, buah yang menutupi bijinya, jantan dan

betina berada dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding gymnospermae sehingga

secara umum batu bara yang terbentuk kuranng dapat diawetkan.

BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Waktu dan Tempat

Hari/tanggal : Selasa/15 Mei 2012

Pukul : 08.00 11.00 WITA

Tempat : Laboratorium Kimia Fisika

Lantai I, Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar

B. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan adalah :

1. Alat

Bom kalorimeter, neraca analitik, buret asam 50 mL, alat-alat gelas, stopwatch, botol

semproot dan spatula.

2. Bahan

Aquadest (H2O), batu bara, kawat, metil orange dan natrium karbonat (Na2CO3).

C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja dari percobaan ini adalah:

1.
7

Mengisi bom kalorimeter dengan sampel batu bara dan kawat yang sudah dirangkai dengan
gas oksigen pada tekanan 30 atm.

2.
8

Mengisi jaket bom kalorimeter dengan 2 liter aquadest lalu memasukkan tabung bom
kalorimeter dengan posisi yang sesuai kemudian menyalakan bom kalorimeter.
3. Mengamati waktu pembakaran selama 5 menit dan mencatat suhunya pada menit ke-6

sampai ke-10 untuk bagian pertama dan pada menit ke-18 sampai ke-23 untuk bagian kedua

pada bom kalorimeter tersebut.

4. Mematikan alat bom kalorimeter dan mengosongkan gas oksigen yang ada pada tabung bom

kalorimeter.

5. Mengukur panjng sisa kawat dikali 2,3 kalori.

6. Membilas dengan aquadest sisa dari sampel batu bara lalu sampel tersebut menitrasinya

dengan natrium karbonat dan indikator metal orange.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
No waktu (menit) suhu (0C)
1 5 30,816
2 6 30,814
3 7 30,811
4 8 30,808
5 9 30,806
6 10 308,033
7 18 32,331
8 19 32,328
9 20 32,324
10 21 32,319
11 22 32,314
12 23 32,309

2. Analisa Data

Dik: tc = 32, 331 menit

ta = 30,8033 menit

b-a = 1,6

c-d = 6,4

C2 = 0 mL

C1 = 3,2 mL

C3 = 17,02 kalori
9

Mbatu bara = 1,09 gram


10

Dit: t. ?

Hgross..?

Peny:

r1 = (30,814-30,816) +

(30,811-30,814) +(30,808-30,811)+(30,806-30,808)+(30,8033-3,808)
5

r1 = (-0,002)+(-0,003)+(-0,003)+(-0,002)+(-0,0027)
5
r1 = -0,0127
5
r1 = -0,00254
0
C

r2 = (32,328-32,331) +

(32,324-32,328) +(32,319-32,324)+(32,314-32,319)+(32,309-32,314)
5

r2 = (-0,003)+(-0,004)+(-0,005)+(-0,005)+(-0,005)
5
r2 = -0,022
5
r2 = -0,0044
0
C

t = tc ta r1 (b-a) r2 (c-d)
= 32,331 - 30,8033 - (-0,00254 x 1,6) (-0,0044 x 6,4)

= 1,5277- (-0,004064) (-0,02816)

= 1,559924 0C

Sisa kawat = 10 cm 2,6 cm = 7,4 cm

= 7,4 cm x 2,3 kal/cm = 17,02 kal

11

W = Hm + C1 + C3
0
C
W = 6318 kal/0C + 3,2 mL + 17,02 kal
10C
W = 6338,22 kal/0C
10 C
W = 6338,22 kal/0C

Hgross = W x t C1 C2 C3
Mbatubara
Hgross = (6338,22 kal/0C x
1,559924 C) 3,2 mL 0 mL 17,02 kal
0

1,09 gram
Hgross = 9866,9214953 kal
1,09 gram
Hgross = 9052,22 kal/gram

B. Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan panas pembakaran dengan menggunakan

bom kalorimeter, dimana prinsip daripada bom kalorimeter adalah bekerja pada sistem

terisolasi yang tidak ada perpindahan, baik energi maupun massa. Hal yang pertama

dilakukan pada percobaan ini adalah mengisi tabung bom kalorimeter dengan sampel batu

bara sebanyak 1,09 gram dan kawat spanjang 10 kal/cm. dimana kawat ini membentuk huruf

V dan hanya menyentuh sampel batu bara tanpa menyentuh wadah dari sampel maupun dari

dinding tabung bom kalorimeter.

Kemudian mengisi jaket bom kalorimeter dengan 2 liter aquadest, tujuan penggunaan

aquadest yang diletakkan di dalam jaket bom kalorimeter adalah untuk menstabilkan suhu

dalam sistem sehingga panas dalam sistem tertutup ini merata pada semua sisi dari bom

kalorimeter, disamping itu pula aqudest merupakan cairan penghantar listrik yang baik.

Setelah itu tabung bom kalorimeter yang berisi sampel tersebut ditutup rapat lalu diberi gas

oksigen pada tekanan 26-30 atm. Setelah itu dimasukkan ke dalam jaket bom kalorimeter

dengan posisi yang sesuai lalu menyalakan bom kalorimeter tersebut.


12

Mengamati waktu pembakaran selama 5 menit dan mencatat perubahan suhunya pada
menit ke-6 sampai menit ke -10 untuk bagian pertama, setelah itu mencatat kembali suhunya
pada menit ke-18 sampai ke-23 untuk bagian kedua. Setelah selsesai maka bom kalorimeter
tersebut dimatikan dan melepaskan gas oksigen yang ada pada tabung bom kalorimeter serta
mengeluarkan sisa pembakaran sampel batu bara dan kawat. Sisa sampel batu bara tersebut
kemudian dmasukkan ke dalam erlenmeyer lalu dititrasi dengan natrium karboanat dan
ditambahkan dengan indikator metil orange, fungsi dari titrasi ini adalah untuk mengoreksi
kandungan nitrogen dan sulfur yang ada pada sampel tersebut sedangkan sisa pembakaran
dari kawat tersebut dihitung untuk mengetahui selisih dari kawat yang habis terbakar.
Dari analisa data maka didapatkan sisa panjang kawat sebesar 17,02 kalori dan energi

panas pembakaran dari sampel batu bara sebesar 9052,22 kalori/gram. Hal ini berarti

dalam 1 gram sampel batu bara terdapat 9052,22 kalori setiap gramnya yang ada dalam

sampel tersebut sedangkan menurut teori batas antara batu bara muda dan batu bara tua

terletak pada nilai kalori sebesar 5700 Kcal/Kg, hal ini berarti nilai kaori yang didapatkan

pada percobaan sangat jauh berbeda nilai kalori secara teori. Hal ini dapat disebabkan batu

bara yang digunakan pada percobaan sudah tersimpan lama di laboratorium sehingga

mengakibatkan perbedaan nilai kalori yang sangat signifikan.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Kesimpulan dari percobaan ini adalah panas pembakaran dari sampel batu bara

sebesar 9052,22 kalori/gram.

B. Saran
Saran dari percobaan ini sebaiknya untuk percobaan selanjutnya digunakan

sampel sampel batu bara diganti dengan pakan ternak agar dapat diketahui perbandingan

kalori dari sampel tersebut dari sampel tersebut.

Anda mungkin juga menyukai