Anda di halaman 1dari 3

Kelompok 7: Ita Faradina H.

(F1F015001)
Mohasym Budi S. (F1F015006)
Pilari Agemanati K. (F1F015018)
Ardhito Rafid D. (F1F015045)
Bhilla Aliffitria (F1F015055)
Mata Kuliah: Permasalahan Pembangunan Negara Berkembang

FENOMENA PENGANGGURAN DI INDONESIA

Pengangguran bukanlah masalah baru di negara berkembang. Dilihat dari definisi


pengangguran itu sendiri, menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dalam indikator
ketenagakerjaan, pengangguran adalah penduduk yang tidak bekerja namun sedang mencari
pekerjaan atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru atau penduduk yang tidak mencari
pekerjaan karena sudah diterima bekerja tetapi belum mulai bekerja. Dari data terbaru yang
dikeluarkan oleh BPS (Badan Pusat Statistik), pengangguran di Indonesia per tahun 2017 ini
mengalami penurunan. Hal itu dilihat dari TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) tahun lalu
sebesar 5,50 persen sedangkan di tahun 2017 ini 5,33 persen. TPT sendiri merupakan
indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat penawaran tenaga kerja yang tidak
digunakan atau tidak terserap oleh pasar kerja.
Pengangguran yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain
besarnya angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan kerja, kebutuhan jumlah dan jenis
tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang, dalam hal ini seringkali terjadi
ketidaksesuaian antara tingkat pendidikan yang dibutuhkan dengan yang tersedia (Nanga,
2001: 18). Selain itu, pengangguran juga seringkali disebabkan oleh adanya orang-orang yang
tidak memiliki motivasi untuk bekerja atau adanya lapangan pekerjaan yang mengharuskan
adanya keterampilan khusus. Banyaknya sumber daya manusia Indonesia yang tidak
berkualitas akibat pendidikan yang kurang juga menjadi penyebab banyaknya pengangguran,
karena dalam hal ini dunia usaha tentu tidak bersedia menerima tenaga kerja yang memiliki
pendidikan dan keterampilan yang rendah. Menurut laporan World Economic Forum 2015,
Indonesia saat ini sedang kekurangan sumber daya manusia (SDM) yang mampu
menduduki kursi manajerial. Pada 2020, diproyeksikan Indonesia hanya mampu
menyediakan 56% dari kebutuhan SDM untuk posisi manajer tingkat menengah.
Pengangguran yang terjadi di dalam suatu perekonomian dapat memiliki dampak
atau akibat buruk baik terhadap perekonomian maupun individu dan masyarakat. Salah satu
dampak buruk pengangguran terhadap perekonomian yaitu pengangguran menyebabkan
masyarakat tidak dapat memaksimalkan kesejahteraan yang mungkin dicapainya. Sedangkan
salah satu dampak pengangguran terhadap individu dan masyarakat yaitu pengangguran dapat
menyebabkan kehilangan mata percaharian dan pendapatan. Di negara-negara maju, para
penganggur memperoleh tunjangan (bantuan keuangan) dari badan asuransi pengangguran.
Oleh sebab itu, mereka masih mempunyai pendapatan untuk membiayai kehidupannya dan
keluarganya. Mereka tidak perlu bergantung kepada tabungan mereka atau bantuan orang lain.
Di negara-negara sedang berkembang tidak terdapat asuransi pengangguran dan karenanya
kehidupan penganggur harus dibiayai oleh tabungan masa lalu atau pinjaman/ bantuan
keluarga dan teman-teman (Nanga, 2001).
Berdasarkan uraian terkait pengangguran di atas, tentu saja permasalahan
pengangguran ini sangat memerlukan solusi yang dapat diterapkan untuk mengurangi jumlah
penggangguran di Indonesia. Salah satu solusi yang kami rekomendasikan adalah dengan
menciptakan lapangan kerja padat karya. Arti dari lapangan kerja padat karya ini sendiri
adalah suatu kegiatan pemberdayaan masyarakat. Salah satu kegiatan yang ada di dalamnya
adalah pembuatan atau rehabilitasi infrastruktur sederhana. Kegitan ini juga memanfaatkan
dan mengoptimalisasi sumber daya lokal yang tersedia di dekat masyarakat. Program Padat
Karya juga merupakan program yang terkait dengan program lainnya yaitu pemberdayaan
masyarakat secara bersama-sama bertujan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sosial
masyarakat pedesaan (DIREKTORAT PKK & PTKSI DITJEN BINAPENTA & PKK).
Selain itu, program padat karya solusi lainnya yang dapat dilakukan untuk menekan angka
penggangguran kita dapat melihat bagaimana Thailand yang terbilang cukup berhasil
menekan angka pengangguran dengan cara membuat kebijakan-kebijakan yang dilakukan
oleh kementrian tenaga kerjanya seperti menjalin kerjasama dengan perusahaan lokal maupun
internasional yang berpotensi untuk membuka lapangan kerja di dalam negaranya, selain itu
Thailand melalui departemen tenaga kerja juga melakukan standarisasi kurikulum terkait
dengan pengembangan dan peningkatan skill dari warganya (Worahtai Tangsatitkul, 2005).
Seperti yang kita ketahui bersama, masih banyak masyarakat Indonesia yang belum
sadar dalam mencari pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Kami
menyimpulkan bahwa pengangguran itu sendiri disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
kesempatan kerja yang terbatas serta ketidaksesuaian dengan kemampuan atau skill yang
dimiliki masyarakat dan tidak adanya lapangan pekerjaan yang tersedia yang dapat
menampung semua angkatan kerja. Adapun solusi yg ditawarkan adalah dengan mengadakan
program kerja padat karya, dimana nantinya masyarakat akan diajarkan mengenai
pemanfaatan dan cara mengoptimalkan potensi sumber daya lokal yang tersedia di lingkungan
masyarakat. Program padat karya sendiri memiliki keterkaitan dengan program lainnya
seperti program pemberdayaan masyarakat.

Sumber:
Thoyibah, Rizki. 2015. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Pengangguran. (on-line)
https://www.academia.edu/12641090/Analisis_Faktor_Faktor_Penyebab_Penganggur
an_Di_Kota_Surabaya, diakses 9 September 2017.

Nanga, Muana. 2001. Makroekonomi Teori, Masalah dan Kebijakan Edisi Perdana. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.

Florentin, Vindry. 2017. Sentimen Dalam Negeri Dorong Rupiah Menguat 1,05 % Pekan Ini.
(on-line)
https://m.tempo.co/read/news/2017/09/10/088907727/sentimen-dalam-negeri-dorong-
rupiah-menguat-1-05-pekan-ini, diakses pada 9 September 2017.

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/10415/F.%20BAB%20II.pdf?sequen
ce=6&isAllowed=y, diakses pada 9 September 2017.

Anda mungkin juga menyukai