Anda di halaman 1dari 3

Abstrak

Latar belakang : Peningkatan prevalensi infeksi pada sindrom nefrotik terjadi


karena kehilangan imunoglobulin, defek fungsi sel T, adanya asites, malnutrisi,
dan terapi imunosupresif serta berkaitan dengan faktor lainnya. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk meneliti insidensi, etiologi, dan kepekaan antibiotik
terhadap Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada anak dengan presentasi Sindrom
Nefrotik (SN).

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif yang dilakukan di


Rumah Sakit IMS dan SUM, Bhubaneswar, India. Penelitian dilakukan terhadap
76 anak berusia diantara 2-12 tahun dengan diagnosis sindrom nefrotik dari bulan
April 2014 sampai dengan Maret 2016.

Hasil : Rerata usia sampel laki laki 5,90,5 tahun dan perempuan 6,20,8 tahun.
Piuria ditemukan pada 44 (57,89%) pasien. Infeksi saluran kemih lebih sering
terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan dengan rasio sebesar 1,9:1. ISK
merupakan infeksi yang paling banyak dijumpai dan terutama disebabkan oleh E.
Coli pada 18 (39%), Klebsiella Sp. 7 (15, 21%) dan kultur negatif pada 8
(17,28%) kasus. Terdapat resistensi in vitro tinggi pada organisme terhadap
cefixime dan ampicillin, tetapi sensitif terhadap cefotaxime, amikacin,
ceftriazone, piperacillin-tazobactum, dan vancomycin.

Simpulan : Disarankan bahwa ISK perlu dicari pada pasien dengan sindrom
nefrotik dan pengobatan harus dilakukan secara cepat dan tepat dengan
mempertimbangkan etiologi dan faktor predisposisi. ISK merupakan infeksi
paling umum yang menyertai SN dikarenakan berbagai faktor. Indeks kecurigaan
yang tinggi dan pemberian antibiotik yang tepat akan membantu mengurangi
morbiditas dan mortalitas.

Kata kunci : Anak, Sindrom Nefrotik, Prevalensi, ISK

Pendahuluan

Insidensi dari semua bentuk sindrom nefrotik pada anak adalah 2-4/100.000
penduduk dengan angka kematian sebesar 1-2%.1,3 Selain sebagai penyebab
umum kematian SN juga dikaitkan dengan morbiditas dan respon buruk terhadap
terapi steroid atau menyebabkan relaps pada pasien SN.

Sepsis menjadi salah satu penyebab utama kematian pada anak dengan SN. 4
Insidensi bervariasi pada berbagai penelitian di india berkisar antara 19-36%. oleh
karena itu, sangat penting untuk mengetahui perkembangan terkini mengenai
prevalensi infeksi pada anak dengan NS dan organisme yang lazim, sebagai
pertimbangan untuk menentukan terapi antibiotik yang sesuai. Perubahan pada
kedua mekanisme selular dan humoral terjadi karena kehilangan imunoglobulin
melalui urin, faktor B properdin (opsonin), terapi imunosupresif, malnutrisi,
edema dan asites sebagai media perkembangan potensial dan kerusakan sel yang
di mediasi imun bertanhhung jawab atas terjadinya peningkatan insidiensi infeksi
pada SN. Usia yang lebih muda, tingkat keparahan klinis dengan asites berat,
penggunaan obat sitotoksik dibandingkan dengan terapi tunggal predinsolon dan
tingginya proteinuria menjadi faktor resiko infeksi pada NS, dimana kolesterol
serum > 400mg/dl dan hipoalbuminemia <1.5 mg/dl merupakan penyebab
terjadinya peritonitis bakterialis spontan. Pada anak SN dengan infeksi organisme
yang sering ditemukan adalah pneumococcus, haemophilus influenza,
streptococcus beta hemoliticus, dan bakteri gram negatif.
Infeksi Staphylococcus aureus merupakan infeksi yang jarang terjadi meskipun
dapat menyebabkan selulitis, osteomielitis pada pasien SN. Pada beberapa kasus
bayi dengan sindrom nefrotik kongenital tipe Finnish sekitar 56% infeksi
disebabkan oleh Staphylococcus aureus termasuk S. aureus koagulase negatif, dan
1 bayi meninggal karena empiema. Pneumonia merupakan infeksi yang sering
terjadi (sekitar 18-30%) pada sindroma nefrotik, namun empiema thoracis sangat
jarang terjadi dan dilaporkan hanya terdapat satu penelitian pada pasien yang
tidak mendapatkan terapi glukokortikoid.
Metode
Sebuah penelitian retrospektif pada seluruh pasien dengan diagnosis sindrom
nefrotik (edema, hiperkolesterolemia, hipoalbuminemia, dan proteinuria masif)
yang diakui oleh Pediatric Ward of IMS and SUM Hospital, Bhubaneswear, dari
Agustus 2014 sampai Juli 2016. Demografi pasien, usia, jenis kelamin, hasil
kultur urin, pola sensitivitas antibiotik in vitro terhadap isolasi organisme telah
tercatat. Spesimen urin dari anak dengan sindrom nefrotik secara rutin ditampung
menggunakan kontainer bersih dan dengan cepat dikirim ke laboratorium.
Spesimen selanjutnya segera diproses. Lima milimeter ose penuh dari sampel
diinokulasi di atas agar darah dan plates agar CLE0D. Plate agar darah diinkubasi
secara aerob selama 18-24 jam pada suhu 37C. Sampel yang menunjukkan
sekurangnya 105 koloni bakteri per milimeter urin dipertimbangkan sebagai
indikasi bakteriuria yang signifikan (ISK). Kasus dengan adanya tanda dan gejala
dari ISK beserta piuria juga dipertimbangkan sebagai ISK. Identifikasi spesies
organisme dilakukan menggunakan metode standar biokimiawi dan tes
sensitivitas antimikroba dilakukan menggunakan teknik stokes disc diffusion.
Analisis statistik pada penelitian ini menggunakan Chi square test dan T-test.
Hasil :

Anda mungkin juga menyukai