Anda di halaman 1dari 4

RANGKUMAN MATERI KULIAH

Kontruksi Teori Akuntansi

Nama : Nur Faizah Fauziah


NIM : A31115018
Sasaran Pembelajaran : dapat menjelaskan perbedaan perspektif teori-teori pragmatis,
sintaksis dan semantic, normative, dan positif dalam akuntansi
keuangan.

Suatu disiplin ilmu dapat dipandang sebagai pengetahuan ilmiah apabila disiplin tersebut
memiliki status keilmuan yang jelas. Hal ini dikarenakan status keilmuan yang jelas akan
memperkokoh keberadaaan atau eksistensi ilmu itu sendiri, manakala disiplin tersebut
mendapat pengujian secara ilmiah. Status keilmuan suatu disiplin, menunjukkan kesiapan
disiplin ilmu tersebut untuk diuji secara empiris. Teori akuntansi berisi keseluruhan analisis dan
komponennya yang menjadi sumber acuan untuk menjelaskan dan memprediksi gejala atau
peristiwa dalam akuntansi. Seperangkat konsep, definisi dan proposisi yang saling berkaitan
secara sistematis yang diajukan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena atau fakta.
Seperangkat hipotesis tersebut merupakan hasil penelitian dengan menggunakan metode
ilmiah tertentu. Teori akuntansi sendiri merupakan suatu pengetahuan yang menjelaskan
mengapa praktik akuntansi berjalan seperti yang ada sekarang.

1. Teori Pragmatis
Teori pragmatis menekankan pada pengaruh laporan serta ikhtisar akuntansi terhadap
perilaku atau keputusan. Penekanan dalam perkembangan teori akuntansi adalah penerimaan
orientasi komunikasi dan pengambilan keputusan. Sasarannya pada relevansi informasi yang
dikomunikasikan kepada para pengambil keputusan dan perilaku berbagai individu atau
kelompok sebagai akibat penyajian informasi akuntansi serta pengaruh laporan dari pihak
eksternal terhadap manajemen dan pengaruh umpan balik terhadap tindakan para akuntan dan
auditor. Jadi, teori perilaku mengukur dan menilai pengaruh-pengaruh ekonomik, psikologis,
dan sosiologis dari prosedur akuntansi alternatif dan media pelaporannya.

a. Pendekatan Pragamatis Deskriptif, untuk konstruksi teori akuntansi merupakan sebuah


pendekatan induktif dimana terori tersebut didasarkan pada pengamatan terus-menerus
terhadap perilaku akuntan untuk menyalin prosedur dan prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku. Pendekatan deskriptif mungkin adalah metode tertua dan paling universal
digunakan dalam konstruksi teori akuntansi. Sampai saat ini, pendekatan ini adalah cara
yang populer untuk mempelajari keterampilan akuntansidimana akuntan dilatih dengan
cara magang atau diberi artikel untuk berlatih akuntan. Namun, ada beberapa kritik dari
pendekatan ini untuk konstruksi teori akuntansi: 1) pendekatan pragmatis deskriptif tidak
mencakup penilaian analisis dari kualitas tindakan akuntan, tidak ada penilaian apakah
akuntan melaporkan dengan cara mereka seharusnya, 2) Pendekatan ini tidak
menyediakan teknik akuntansi yang ditantang. Misalnya, metode dan teknik akuntan dan
mengajarkan mereka metode dan teknik tersebut kepada para siswa, 3) Pendekatan
pragmatis deskriptif memfokuskan perhatian pada perilaku akuntan, bukan pada
pengukuran atribut perusahaan, seperti aset, kewajiban dan keuntungan.
b. Pendekatan Pragmatis Psikologis, berbeda dengan pendekatan pragmatis deskriptif di
mana teori tersebut mengamati perilaku akuntan, pendekatan pragmatis psikologis
mengamati tanggapan pengguna output keuangan. Akuntan akan menghitung transaksi
keuangan untuk menunjukkan perbedaan sintaksis yang berguna untuk membuat laporan
keuangan yang kemudian akan dipakai oleh penggunanya. Reaksi oleh pengguna
digunakan sebagai bukti bahwa laporan keuangan bermanfaat dan berisi informasi yang
relevan.
2. Teori Sintaksis dan semantik
Salah satu interpretasi teoritis akuntansi biaya tradisional historis adalah bahwa sebagian
besar merupakan teori sintaksis. Penafsiran ini dapat digambarkan sebagai berikut: system
semantik adalah transaksi dan pertukaran tercatat dalam voucher, jurnal dan buku besar bisnis.
Hasil ini kemudian disimpulkan berdasarkan lokasi dan asumsi akuntansi biaya historis.
Sebagai contoh, kami mengasumsikan bahwa inflasi tidak akan dicatat dan nilai pasar nilai
aktiva dan kewajiban diabaikan. Kami lalu menggunakan akuntansi double-entry dan prinsip-
prinsip akuntansi biaya historis untuk menghitung laba rugi dan posisi keuangan. Proposisi
individu diverifikasi setiap kali laporan diaudit dengan memeriksa perhitungan dan manipulasi.
Dengan cara ini teori biaya historis telah dikonfirmasi berkali-kali.

Beberapa teori akuntansi mengkritik pendekatan ini. Mereka berpendapat bahwa teori
tersebut memiliki konten semantik hanya atas dasar input. Tidak ada operasi empiris
independen untuk memverifikasi output yang dihitung, misalnya, keuntungan atau aset total.
Angka-angka ini tidak diamati, mereka hanya sekedar penjumlahan sederhana saldo rekening,
dan proses audit ini, pada dasarnya, hanya sebuah perhitungan kembali. Proses audit
memverifikasi masukan dengan memeriksa dokumen yang digaris bawahi dan memeriksa
perhitungan matematis tapi tidak memverifikasi output akhir. Hal ini berarti bahwa bahkan jika
laporan akuntansi disusun dengan menggunakan sintaks yang sempurna, mereka mungkin
memiliki sedikit, jika ada, nilai dalam pelaksanaan.

3. Teori Normative
Disini akuntansi dianggap sebagai norma peraturan yang harus diikuti tidak peduli apakah
berlaku atau dipraktekkan sekarang atau tidak. Teori normative berusaha untuk membenarkan
tentang apa yang seharusnya dipraktekkan, misalnya pernyataan yang menyebutkan bahwa
laporan keuangan seharusnya didasarkan pada metode pengukuran aktiva tertentu. Menurut
Nelson (1973) dalam literature akuntansi teori normative sering dinamakan teori apriori (artinya
dari sebab ke akibat atau bersifat deduktif). Alasannya teori normative bukan dihasilkan dari
penelitian empiris, tetapi dihasilkan dari kegiatan semi-research.

Teori normative hanya menyebutkan hipotesis tentang bagaimana akuntansi seharusnya


dipraktekkan tanpa menguji hipotesis tersebut. Pada awal perkembangannya, teori akuntansi
normative belum menggunakan pendekatan investigasi, dan cenderung disusun untuk
menghasilkan postulat akuntansi.

Perumusan akuntansi normative mencapai masa keemasan pada tahun 1950 dan1960an.
Selama periode ini perumus akuntansi lebih tertarik pada rekomendasi kebijakan dan apa yang
seharusnya dilakukan, bukan apa yang sekarang dipraktekkan. Pada periode tersebut, teori
normative lebih berkonsentrasi pada:
a. Penciptaan laba sesungguhnya (true income), teori ini berkonsentrasi pada penciptaan
pengukur tunggal yang unik dan benar untuk aktiva dan laba. Meskipun demikian, tidak ada
kesepakatan terhadap apa yang dimaksud denganpengukur nilai dan laba yang benar.
b. Pengambilan keputusan (decision usefulness), pendekatan ini menganggap bahwa tujuan
dasar dari akuntansi adalah untuk membantu proses pengambilan keputusan dengan cara
menyediakan data akuntansi yang relevan atau bermanfaat.

Pada kebanyakan kasus, teori ini didasarkan pada konsep ekonomi klasik tentang laba
dan kemakmuran (wealth) atau konsep ekonomi pengambilan keputusan rasional. Biasanya
konsep tersebut didasarkan juga pada penyesuaian rekening karena pengaruh inflasi atau nilai
pasar dari aktiva. Teori ini pada dasarnya merupakan teori pengukuran akuntansi. Teori
tersebut bersifat normative karena didasarkan pada anggapan, Akuntansi seharusnya
merupakan system pengukuran:
Laba dan nilai dapat diukur secara tepat;
Akuntansi keuangan bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi;
Pasar tidak efisien (dalam pengertian ekonomi)
Ada beberapa pengukur laba yang unik.

Karena teori normatif dianggap merupakan pendapat pribadi yang subyrktif maka tidak
bisa diterima begitu saja, harus dapat diuji secara empiris agar memiliki dasar teori yang kuat.
Pendukung teori ini biasanya menggambarkan system akuntansi yang dihasilkan sebagai
sesuatu yang ideal, merekomendasikan penggantian system akuntansi cost histories dan
pemakaian teori normatif oleh semua pihak.

4. Teori Positif

Metode yang diawali dari suatu teori atau model ilmiah yang sedang berlaku atau diterima
umum. Berdasarkan teori ini, dirumuskan problem penelitian untuk mengamati perilakuatau
fenomena nyata yang tidak ada dalam teori. Kemudian dikembangkan teori untukmenjelaskan
fenomena tadi dan dilakukan penelitian secara terstruktur dan peraturan yangstandar dengan
melakukan perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengumpulan datadan pengujian
statistik ilmiah. Sehingga diketahui apakah hipotesis yang dirumuskan diterima atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai