Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Nicolaia speciosa Horan merupakan tanaman tahunan dari keluarga

Zingiberaceae yang berbentuk semak dengan tinggi 1-3 m dan dikenal dengan

nama kecombrang atau dikenal juga dengan nama puwar kinjung. Spesies ini

disebut juga Phaemoeria speciosa atau ada pula yang menyebutnya Elletaria

speciosa. Daun, batang, bunga, dan rimpang Nicolaia speciosa Horan dilaporkan

mengandung saponin, dan flavonoida, sedangkan rimpangnya mengandung

polifenol dan minyak atsiri (Hakim, 2009).

Penelitian yang telah dilakukan terhadap rimpang Nicolaia speciosa Horan

yaitu ekstrak etanol rimpangnya memiliki aktivitas antifungi terhadap

Trichophyton mentagrophytes dan Trichophyton rubrum yang setara dengan 11,61

ppm Klotrimazol untuk Trichophyton rubrum dan setara dengan 10,27 ppm untuk

Trichophyton mentagrophytes (Hakim, 2009).

Pengaruh antrimikroba ekstrak n-heksana 3% dan 6% rimpang kecombrang

terhadap bakteri makanan dan fungi dengan metode difusi disk dan dengan

Randomize Block Design memberikan zona hambat pada E.coli 0 mm, pada

B.aureus 3,25 mm dan pada fungi 13,875 mm (Naufalin, et.al., 2010).

Penelitian lain yang telah dilakukan terhadap rimpang Nicolaia speciosa

(Bl.) Horan yaitu uji sitotoksisitas ekstrak etanol secara in-vitro terhadap sel

leukimia L1210 dengan metode hitung langsung menghasilkan IC50 sebesar

1
2

25,5939 ppm. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol rimpang

kecombrang memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel leukemia L1210 (Zilhadia

et.al., 2011)

Penelitian yang telah dilakukan adalah tentang uji aktivitas antioksidan

ekstrak etanol rimpang Nicolaia speciosa Horan dengan hasil yang diperoleh yaitu

nilai IC50 sebesar 407,38 ppm (tokoferol sebagai kontrol positif) (Kojong et.al.,

2010).

Saat ini ditemukan bahwa radikal bebas berperan dalam terjadinya berbagai

penyakit. Hal ini dikarenakan radikal bebas sangat reaktif dan dapat mengoksidasi

protein, lemak, DNA, dan vitamin (Kojong et.al., 2010). Efek oksidatif radikal

bebas dapat menyebabkan peradangan dan penuaan dini. Tubuh manusia tidak

memiliki cadangan antioksidan berlebih, maka tubuh memerlukan antioksidan

eksogen. Penggunaan formalin masih ditemukan pada bidang perikanan sebesar

25% (Naufalin et.al., 2010). Kondisi ini mendukung untuk dapat memproduksi

antioksidan alami dan pengawet alami, dari bahan tumbuhan di Indonesia seperti

kecombrang (Nicolaia speciosa (Bl.) Horan).

Antioksidan didefinisikan sebagai senyawa kimia yang dapat

menyumbangkan satu atau lebih elektron kepada radikal bebas sehingga dapat

diredam (Suhartono, 2002). Berdasarkan proses terbentuknya, antioksidan

dibedakan antara antioksidan alami dan antioksidan sintetis (Dalimartha, 1999).

Adanya kekhawatiran akan kemungkinan efek samping yang belum diketahui dari

antioksidan sintetik menyebabkan antioksidan alami menjadi alternatif yang

sangat dibutuhkan (Sumarni, 2005). Beberapa antioksidan sintetik dapat


3

membahayakan kesehatan seperti BHA dan BHT yang pada konsentrasi tinggi

dapat menyebabkan pembengkakan organ hati (Marpaung, 2008). Dikenal

beberapa jenis metode pengujian aktivitas antioksidan yaitu uji kualitatif (dengan

metode kromatografi lapis tipis (Macek, 1972), metode Ferric Reducing Ability of

Plasma (FRAP), metode Trapping Antioxidant Parameter (TRAP)) dan uji

kuantitatif yang meliputi metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) (Molyneux,

2004), metode CUPRAC (cupric ion reducing antioxidant capacity) dan uji

ABTS (Asam 2,2-Azinobis(3-etilbenzatiazolin)-6-sulfonat)) (Antolovich et.al.,

2002).

Metode DPPH dilakukan untuk menentukan potensi antioksidan suatu

bahan terhadap DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil), suatu radikal bebas yang

stabil yang berwarna ungu yang apabila dianalisis dengan spektrofotometer UV-

VIS memberikan serapan pada pada 520 nm. Ketika bereaksi dengan senyawa

yang dapat mendonorkan atom radikal hidrogen (.H) (suatu bahan yang berpotensi

antioksidan), maka warna ungu akan hilang seiring tereduksinya DPPH. Warna

yang timbul selanjutnya dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-VIS untuk

selanjutnya dihitung prosentase peredaman bahan tersebut terhadap DPPH.

Kontrol positif yang sering digunakan adalah tokoferol, BHT, atau vitamin C.

Kelebihan metode DPPH dibanding yang lain yaitu pengerjaan lebih cepat,

sederhana, mudah, peka, dan memerlukan sedikit sampel.

Aktivitas antijamur suatu senyawa berdasarkan sifat toksisitasnya, antifungi

dapat bersifat fungistatik (menghambat daya pertumbuhan fungi) dan fungisidal


4

(membunuh fungi). Pada metode cakram kertas dibuktikan dengan adanya respon

penghambatan pertumbuhan fungi yang ditandai dengan halo (daerah bening

disekitar kertas cakram). Kelebihan metode cakram Kirby-Bauer adalah mudah

dilakukan, tidak memerlukan peralatan khusus, dan relatif murah (Murray, 1997).

Aktivitas antijamur dpat diuji melalui metode pengenceran tabung. Kelebihan

nilai MIC (Minimum Inhibitory Concentration) atau konsentrasi terendah suatu

agen antijamur yang diperlukan untuk menghambat perkembangan pertumbuhan

jamur secara nyata setelah diinkubasi selama waktu yang dikehendaki; fungi atau

nilai MFC (Minimum Fungicidal Concentration) untuk mengetahui efek

membunuh (Haba et al., 2003).

Pada penelitian ini akan dilakukan ekstraksi rimpang Nicolaia speciosa (Bl.)

Horan menggunakan pelarut n-heksana. Ekstrak yang diperoleh selanjutnya

dianalisis secara Gas Chromatography-Mass spectrometry (GC-MS) untuk

mengetahui senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak n-heksana,

selanjutnya ditentukan sifat fisik yaitu nilai indeks bias dengan alat refraktometer

Abbe. Disamping itu terhadap ekstrak n-heksana ini juga akan dilakukan uji

aktivitas antioksidan ekstrak n-heksana dari rimpang Nicolaia speciosa (Bl.)

Horan dengan metode DPPH serta pengaruhnya terhadap daya hambat

pertumbuhan jamur Candida albicans, dan Candida parapsilosis sebagai dengan

metode difusi cakram dan pengenceran dalam tabung. Kedua jamur ini dipilih

karena bersifat patogen dan sering dijumpai di masyarakat. Penentuan antijamur

tersebut dilakukan hingga diperoleh hanya MIC (Minimum Inhibitory

Concentration).
5

1.2 Rumusan Masalah

1. Senyawa metabolit sekunder apa yang terdapat dalam ekstrak n-heksana

rimpang Nicolaia speciosa (Bl.) Horan ?

2. Bagaimana hasil uji antioksidan ekstrak n-heksana rimpang Nicolaia

speciosa (Bl.) Horan dengan metode DPPH ?

3. Bagaimana hasil uji antijamur ekstrak n-heksana rimpang Nicolaia

speciosa (Bl.) Horan terhadap Candida albicans dan Candida

parapsilosis dengan metode difusi cakram dan pengenceran tabung ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak

n-heksana rimpang Nicolaia speciosa (Bl.) Horan.

2. Mengetahui hasil uji antioksidan pada ekstrak n-heksana rimpang

Nicolaia speciosa (Bl.) Horan dengan metode DPPH.

3. Mengetahui hasil uji antijamur ekstrak n-heksana rimpang Nicolaia

speciosa (Bl.) Horan terhadap Candida albicans dan Candida

parapsilosis dengan metode difusi cakram dan pengenceran tabung.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai informasi ilmiah

mengenai senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak n-heksana


6

rimpang Nicolaia speciosa (Bl.) Horan dan aktivitas antioksidan serta

antijamur terhadap Candida albicans dan Candida parapsilosis.

Anda mungkin juga menyukai