PENDAHULUAN
Pada saat itu Jepang memiliki peran besar dalam Kyoto Protokol dimana
Jepang melakukan lobby kepada negara-negara yang belum menjadi negara pihak
untuk ikut serta bergabung didalam Protokol Kyoto. Protokol Kyoto menjadi lebih
kuat pada 18 November 2004 setelah 55 anggota meratifikasi emisinya termasuk
negara-negara industri. Kebijakan negara Annex didalam Kyoto Protokol juga
berbeda dengan UNFCCC karena didalam Protokol Kyoto hanya terdapat 2 Annex.
1
Protokol Kyoto bertujuan menjaga konsentrasi GRK di atmosfer agar berada pada tingkat yang tidak
membahayakan sistem iklim bumi. Untuk mencapai tujuan itu, Protokol mengatur pelaksanaan
penurunan emisi oleh negara industri sebesar 5 % di bawah tingkat emis i tahun 1990 dalam periode
2008-2012 melalui mekanisme Implementasi Bersama (Joint Implementation), Perdagangan Emisi
(Emission Trading), dan Mekanisme PembangunanBersih (Clean Development Mechanism).
UNFCCC, The Mechanisms under the Kyoto Protocol:
Emissions Trading, the Clean Development Mechanism and Joint Implementation, di akses dari:
<http://unfccc.int/kyoto_protocol/mechanisms/items/1673.php> (21 september 2013)
1
Negara Annex I dan negara non Annex. Negara Annex I terdiri dari negara pihak
yang memiliki ekonomi maju sedangkan non Annex merupakan negara dengan
ekonomi yang sedang berkembang.
Pada bulan Desember 2012 Pertemuan Negara Pihak dari Protokol Kyoto
serta sidang COP 18-UNFCCC di Doha -Qatar, bersepakat bahwa Protokol Kyoto ini
akan diperpanjang masa berlakunya hingga tahun 2020, karena didalam perundingan
tidak memperoleh kesepakatan mengenai komitmen baru. Untuk memperjelas
kerangka waktunya dalam tulisan ini disebut sebagai Protokol Kyoto bagian ke-2.3
Tujuan dari Protokol Kyoto Bagian ke-2 untuk mengisi kekosongan hukum
internasional akibat berakhirnya masa berlaku Protokol Kyoto. Namun usaha tersebut
tidak disetujui oleh tiga negara pihak yaitu Jepang, Kanada dan Rusia. Karena mereka
menginginkan ada komitmen baru dari negara pihak karena semakin meningkatnya
emisi GRK dan meminta semua negara polutor menanggung beban dan kewajiban
yang sama.
2
BPKP,.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2004 Tentang Pengesahan Kyoto
Protocol To The United Nations Framework C'onvention On Climate Change (Protokol Kyoto Atas
Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Perubahan Iklim). www.BPKP.go.id
. (pada 17 sept 2013)
3
Dalam Protokol Kyoto bagian kedua tidak banyak perubahan mengenai mekanisme. Namun adanya
pembatasan emisi karbon dioksida global dalam sebesar 16% karena kurangnya partisipasi Kanada,
Jepang, Rusia, Belarus, Ukraina, Selandia Baru dan Amerika Serikat. Selain itu, fakta bahwa negara -
negara berkembang seperti RRC (emitor terbesar di dunia), India dan Brazil juga tidak tunduk pada
pengurangan emisi di bawah ketentuan Protokol Kyoto. UN Climate Conference throws Kyoto a
Lifeline". The Globe and Mail.
2
Tabel 1.1 Perbedaan Protokol Kyoto 2008 dan 2012
Keluarnya Jepang dari negara pihak merupakan keputusan yang cukup besar
mengingat jasa-jasa yang telah ia lakukan bagi Protokol Kyoto. Hal tersbut dilakukan
oleh Jepang melihat bahwa negara- negara berkembang menyumbang emisi GRK tapi
tidak memiliki kewajiban untuk mengurangi GRK secara signifikan. Hal tersbut
terjadi pada China dimana ia merupakan emiter tertinggi. Kabut asap telah
menyelimuti 850 ribu kilometer persegi wilayah daratan China Kota Jinan dan Xi'an
merupakan kota terparah terdampak polusi udara di China, selain sejumlah kota
lainnya seperti Beijing, Shijia-zhuang, Tianjin, Zhenzhou, dan Chendu Konsentrasi
udara kotor mencapai titik 250 mikrograms per meter kubik - nya, ini merupakan titik
4
UNFCCC. Doha Amendment To The Kyoto Protocol Doha, 8 December 2012 Pasal 3. (21
December 2012) <http://treaties.un.org/doc/Publication/CN/2012/CN.718.2012-Eng.pdf> (21
september 2013)
3
berbahaya dan seharusnya konsentrasi udara kotor hanya berada di angka 25. 5
Keluarnya Jepang dari negara pihak dikatakan dalam pernyataan yang disampaikan
oleh Masahiko Horie, dari tim negosiasi Jepang, mengatakan: "Hanya negara-negara
maju yang secara hukum terikat oleh Protokol Kyoto dan emisi negara maju hanya
26% dari emisi global, Jika hal tersebut terus dilakukan maka hanya seperempat dari
dunia yang terikat secara hukum didalam Protokol Kyoto dan tiga perempat negara di
dunia tidak terikat sama sekali". 6
Posisi Jepang menyatakan tidak ingin lagi berkomitmen dalam protokol kyoto
bagian ke dua, sudah dinyatakan sejak COP ke 16 di Meksiko,Cancun. Menurut
negosiator Jepang Akira Yamada, mereka tidak ingin mengakhiri Protokol Kyoto.
Mereka hanya tidak mau ada komitmen kedua bila Amerika dan negara berkembang
utama, seperti Cina, India, dan Brazil tidak kunjung ikut berkomitmen
mereduksiemisi, Protokol Kyoto hanya mencakup sekitar 30 persen emisi global
karena dua penyebab polusi utama, Cina dan Amerika tidak tercakup , Yamada
menyatakan tanpa Amerika dan Cina, Protokol kyoto bukanlah jalan yang adil dan
efektif untuk perubahan. 7 Ketidak berhasilan Protokol K yoto
dibuktikandengangagalnyabeberapaNegaradidalammengurangiemisi GRK. Terdapat
5
Metrotv. Tingkat Polusi di China Memprihatinkan.Di unggah pada Jum'at, 01 February 2013
<http://www.metrotvnews.com/metronews/video/2013/02/01/7/170217/Tingkat-Polusi-di-China-
Memprihatinkan> (10 September 2013).
6
Fiona Harvey. UN: methane released from melting ice could push climate past tipping point.
Diunggah pada 27 November 2012 <http://www.theguardian.com/environment/2012/nov/27/doha-
climate-conference-un-methane> (19 september 2013)
7
Andi Noviriyanti. Jepang Tolak Periode Kedua Protokol Kyoto. Di unggah pada 12 Desember
2010. <http://idehijau.com/2010/12/12/jepang-tolak-periode-kedua-protokol-kyoto/>. (20 September
2013).
4
beberapa negara yang tidak dapat mengurangi emisi GRK yang ditargetkan oleh
Protokol Kyoto sebesar 5% dari tahun 1990. Yaitu:8
8
Wall Street Jurnal. Rapor Merah Protokol Kyoto. Di unggah pada 8 Januari 2013.
<http://indo.wsj.com/posts/2013/01/08/rapor-merah-protokol-kyoto/>. (20 September 2013)
9
MOFA. MOFA: Summary and Evaluation of COP 18/CMP 8(the 18th Conference of Parties to the
UNFCCC and the 8th Session of the Converence of the Parties Serving as the meeting of the Parties to
the Kyoto Protokol. Di unggah pada 8 Desember 2012.
<http://www.mofa .go.jp/policy/environment/warm/cop/cop18/summary.html> (25 September 2013 ).
5
mengecewakan banyak pihak, karena Jepang adalah tuan rumah COP3 ketika
Protokol Kyoto ditandatangani tahun 1997. 10
Selain itu ketidak ikut sertaan Jepang dalam Protokol Kyoto bagian ke-2 ini
menimbulkan ketakutan bagi negara- negara pihak lain karena dapatmenimbulkan
efek negatif bagi implementasi Protokol tersebut. Bila negara-negara maju dengan
kapasitas industri yang tinggi tidak ikut serta dalam usaha mengurangi emisi GRK
maka usaha kolektif dunia akan menjadi sia -sia dan akan menjadi ancaman besar
bagi eksistensi Protokol Kyoto. Hal tersebut karena Jepang merupakan negara
penyumbang emisi terbesar ke lima setelah Rusia, India, China, dan Amerika Serikat.
Jika dilihat lebih lanjut (lihat tabel 1.2 ) ke empat negara diatas Jepang ( US, China,
India, Rusia ) mereka tidak memiliki kewajiban hukum untuk mengurangi emisi
GRK. Amerika Serikat memang tidak berkomitmen sejak Protokol Kyoto bagian
pertama karena tidak meratifikasi Protokol Kyoto sehingga bukan merupakan negara
pihak yang berkewajiban melaksanakan ketentuan pelaksanaan Protokol Kyoto.
Sedangkan China dan India tidak termaksud kedalam negara Annex 1, karena masih
termasuk kedalam kelompok negara berkembang. Rusia dan Kanada memiliki posisi
yang sama dengan Jepang bahwasanya ia tidak berkomitmen didalam Protokol Kyoto
pada COP 18 di Doha. Hal tersebut dapat menjadi ancaman besar bagi Protokol
Kyoto karena jika kelima penyumbang emisi terbesar didunia tidak ikut serta didalam
10
Adi. Jepang Tetap Tolak Komitmen Kedua Protokol Kyoto. Di unggah pada03 Desember
2012<http://www.siej.or.id/?w=article&nid=435>.(10 maret 2013).
6
Protokol Kyoto maka usaha untuk mengurangi emisi GRK akan sia-sia karena lima
besar penyumbang emisi terbesar tidak mengurangi emisi GRK.
RES
Rank % Change
1990 2010 2011 investment
(prev Country 1990-
mt CO2 mt CO2 mt CO2 needed
yr) 2011
(bln euro)
Saudi-
9 (9) 242 563 609 +152 9.7
Arabia
Mengapa Jepang menyatakan tidak lagi berkomitmen terhadap Protokol Kyoto pada
amandemen Doha?
7
- Ekologi Politik
Terdapat hubungan antara kebijakan dan lingkungan yang biasa kita sebut
dengan kebijakan lingkungan. Dalam pebuatan kebijakan tersebut melibatkan
campurtangan pemerintah, dalam hal ini manusia merupakan pelaku utama didalam
pembuatan kebijakan. Permasalahan lingkungan menjadi masalah ekologi politik
ketika terdapat campur tangan manusia dalam menyelesaikan permasalahan
lingkungan dan terdapat policy yang mengatur untuk menyelesaikan permasalahan
tersbut.
Ekologi politik memliki makna yang berbeda menurut para ahli, menurut Peet
and Watts, ekologi dapat diartikan sebagai, pendekatan yang dihasilkan membantu
mengungkapkan kaitan-kaitan antara dinamika lingkungan setempat dengan proses
politik dan ekonomi yang lebih luas. 11 Menurut Bryant (1997:21) asumsi pokok
ekologi politik ialah perubahan lingkungan tidak bersifat netral, tetapi merupakan
suatu bentuk politik lingkungan yang banyak melibatkan aktor-aktor yang
berkepentingan baik pada tingkat lokal, regional, maupun global. 12 Ekologi Politik
menurut Bryant merupakan bidang yang luas dan intelektual eklektik 13
Dalam studi kasus ini electic approach yang terdapat dalam kasus ini adalam
mengenai politik dan ekonomi. Politik / peran elit merupakan peran penting didalam
membuat kebijakan serta menjalankan sebuah keb ijakan di Jepang hal tersebut tidak
lain karena posisi elit yang sangat kuat dan memiliki pengaruh di Jepang. Peran elit di
Jepang memiliki pengaruh dalam sistem politik di Jepang.
11
Ahmad Tarmiji Alkhudri. Ekologi Politik: Body Of Knowledge, Sejarah Pemikiran, Dan
Perkembangan Empirik Terkini. Jurnal Komunitas Volume 6 Nomor 2, Desember (2012) : 174
12
ibid
13
W.M.Adams . Green Development, 2nd edition Environment and sustainability in the Third
World. (New York: Routledge.1990) : 251
8
menjadi dua kelompok yaitu masyarakat yang besar dan kelompok elit yang kecil.
Masyarakat dengan skala kecil inilah yang di sebut elit serta kebijakan yang diambil
bukan merupakan refleksi dari pandangan masyarakat yang besar namun merupakan
cerminan persepsi dan nilai- nilai elit yang berlaku. 14
Dalam hal ini yang dimaksud dengan elit adalah birokrat, politisi dan
pengusaha. Ketiga komponen tersebut berada didalam iron triangle . 15 Iron triangle
memiliki pengaruh yang besar didalam sistem politik Jepang. Hubungan yang terjadi
didalam iron triangle saling menguntungkan dan menguatkan. Dalam gambar 1.1
menjelaskan bahwa Politisi, Birokrat serta Pengusaha merupakan pemegang
kekuasaan di Jepang. Hal tersebut karena ketiga posisi tersebut merupakan peran
kunci dalam membuat dan meng-goalkan sebuah kebijakan.
Politisi
(LDP)
Pengusaha Birokrat
Sumber: disarikan dari Haffner John, Thomas Casas, Jean Pierre Lehman. Japans Open future : An
Agenda for Global Citizenship. 2009
14
Winarno,Budi. Kebijakan Public : Teori Dan Proses (Yogyakarta : Medpress, 2006) : 43-44
15
Haffner John, et al.Japans Open future : An Agenda for Global Citizenship. (United Kingdom :
Wimbledon Publishing Company. 2009) : 148
9
Dalam hal ini peran pengusaha didalam sistem politik Jepang cukup besar
karena hubungan antara pengusaha, politisi dan birokrat cukup dekat dan saling
mempengaruhi. Pegusaha memiliki kedekatan dengan Politikus dan Birokrat, hal
tersebut membuat pengusaha memiliki peran penting didalam pengambilan keputusan
di Jepang.
Keterkaitan antara politik dan lingkungn di Jepang sangan erat pada awal
industrialisasi belum ada kebijakan / perjanjian secara multilateral untuk mengatur
emisi GRK namun setelah terjadi Industrialisasi tepatnya pada tahun 1990an terdapat
perjanjian multilateral yang juga di sepakati oleh Jepang, dimana Jepang harus
mengurangi emisi GRK-nya.
16
F. Harutoshi. Environmental Problems in Postwar Japanese Society. International Journal of
Japanese Sociology. No. 1, (1992) : 3
10
yang sangat baik. Jepang dapat meningkatkan perekonomian negaranya hingga dapat
dikatakan Japan miracle. Namun keadaan tersebut tidak berlangsung lama.
17
BBC Indonesia. Ekonomi Jepang tumbuh lebih lambat dari perkiraan. Di unggah pada12 Agustus 2013.
<http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2013/08/130812_bisnis_jepang.shtml> . (17 September
2012).
18
Edited by Richard Peet, et al.Global Political Ecology. (New York. Routledge. 2011) : 2
19
W.M.Adams, Green Development, 2nd edition Environment and sustainability in the Third World.
( New York. Routledge. 1990) : 251
11
campurtangan manusia. Ketika terdapat masalah lingkungan maka akan muncul
masalah sosial. Ketika terdapat solusi mengenai lingkungan maka terdapat pula solusi
mengenai masalah sosial bagi manusia. Hal tersebut terjadi tidak lain hubungan
antara manusia dan lingkungan sangat erat dan memiliki keterkaitan.
Keputusan Jepang untuk keluar menjadi anggota pihak dalam Protokol Kyoto
didasari oleh kepentingan domestiknya. Pertama, stagnasi ekonomi Jepang menjadi
urgensi untuk membangkitkan dan meningkatkan perekonomian berbasis industri.
Kedua, perubahan persepsi elit mengenai proritas nasional. Kondisi ekonomi Jepang
yang diwarnai oleh stagnasi ekonomi yang telah terjadi cukup lama. Hal tersebut
membuat Jepang harus segera keluar dari stagnasi ekonomi dengan cara
12
meningkatkan perekonomian di sektor industri. Prioritas nasional Jepang pada tahun
1997 memiliki fokus kepada masalah lingkungan. Namun pada tahun 2012
perekonomian Jepang semakin mengkhawatirkan karena stagnasi ekonomi yang
sangat lama. Sehingga persepsi elit mengenai prioritas nasional cenderung kepada
peningkatan ekonomi dan hal ini tidak sesuai dengan Protokol Kyoto pada COP 18 di
Doha. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat kaitan antara politik dan
lingkungan.
Dalam tugas akhir ini penulis membagi menjadi 4 bab, yang terdiri dari:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab I penulis akan menulis mengenai latar belakang masalah,
rumusan masalah, landasan konseptual, argumen utama, metode
penelitian dan sistematika penulisan
BAB II PERDEBATAN MENGENAI PROTOKOL KYOTO
Pada bab II, penulis akan meneliti bagaimana posisi elit Jepang yang
berada dalam iron triangle yaitu: Politisi, Birokrat dan Pengusaha dalam
Protokol Kyoto pada Doha Amandemen dan melihat siapa yang memiliki
peran paling dominan dan mengapa.
BAB III KONTEKS EKONOMI POLITIK
13
Pada bab III, penulis akan mengkolaborasi bagaimana hubungan antara
perekonomian Jepang dengan keadaan lingkungannya pada saat
industrialisasi, serta bagaimana perubahan persepsi elit Jepang mengenai
prioritas nasional.
BAB IV KESIMPULAN
Bab terakhir dari penelitian ini akan berisi kesimpulan dari rangkaian
penelitian yang telah dilakukan.
14