Aang Respi LBM 4
Aang Respi LBM 4
STEP 7
sistem saraf serotoninergik. Jika melanocortin dirangsang maka akan terjadi anorexia (tidak
napsu makan. Kebalikannya, NPY bersifat prophagic., artinya jika dirangsang maka napsu
makan akan meningkat. Interaksi kedua sistem inilah yang mengatur imbang asupan dan
pemakaian energi.
Gambar B. Pada banyak penyakit sistemik, sitokin faktor pemicu proteolisis akan diproduksi
oleh sel darah putih, dan ini akan merangsang pembentukan serotonin dan merangsang
melanocortin. Efek perangsangan ini adalah anoreksia. Serotonin berasal dari triptofan.
Triptofan masuk ke dalam sistem saraf pusat melalui saluran yang sama dengan BCAA
(branch-chained amino acids). Jadi triptofan bersaing dengan BCAA. Ada bukti bahwa
triptofan, disusul dengan penurunan serotonin. Kemudian napsu makan akan meningkat.
Aang Khoirul Anam LBM 4
http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=734
Guyton & hall. 2008. Fisiologi kedokteran. Edisi 11. jakarta : EGC
Sistem saraf berperan besar dalam fisiologi selera makan. Ada banyak daerah pada otak yang
merupakan pusat-pusat selera makan, serta saraf-saraf tepi yang merupakan jaras untuk
Hipotalamus adalah pusat pengendali selera makan terbesar. Ada dua daerah pada
ventromedial. Nukleus lateralis terletak di setiap sisi lateral hipotalamus dan berperan
sebagai pusat lapar. Nukleus ini bekerja dengan cara mendorong sel saraf motorik untuk
mencari makanan. Stimulasi di daerah ini akan menyebabkan makan dalam jumlah banyak
(hiperfagia), sedangkan destruksi di daerah ini menyebabkan kehilangan selera makan, yang
dapat berujung pada kehilangan berat badan, massa otot, dan penurunan metabolisme tubuh.
Sedangkan nukleus ventromedial adalah pusat kenyang. Stimulasi di daerah ini akan
menyebabkan perasaan kenyang sehingga tidak mau makan (afagia), sebaliknya destruksi di
daerah ini akan menyebabkan hasrat untuk makan yang berlebih dan dapat berakibat obesitas.
Daerah lain pada otak yang berperan dalam pengaturan selera makan adalah nukleus
paraventrikular, nukleus dorsomedial, dan nukleus arkuata pada hipotalamus. Lesi pada
Aang Khoirul Anam LBM 4
nukleus paraventrikular mengakibatkan makan dalam jumlah berlebih, sedangkan lesi pada
nukleus dorsomedial menyebabkan tidak mau makan. Adapun nukleus arkuata merupakan
makanan.
Batang otak juga berperan dalam pengambilan makanan. Dalam hal ini batang otak lebih ke
arah mekanisme makan, seperti sekresi air liur, menjilat, mengunyah, menelan dll.
Adapun daerah lain pada otak yang berperan dalam pengambilan makanan
adalah amygdala dan korteks prefrontalis. Keduanya berperan dalam pengindraan bau
makanan. Lesi pada amygdala dapat meningkatkan selera makan namun dapat juga
menurunkannya, bergantung kepada daerah lesi itu sendiri. Salah satu efek penting dari
kendala selera makan parsial dan tidak bisa menentukan jenis/kualitas makanan yang
dimakannya.
Pada daerah-daerah yang telah disebutkan di atas, neurotransmitter dan hormon memegang
peranan penting. Substansi biokimia tersebutlah yang menentukan apakah selera makan akan
dihambat (kenyang) atau dicetuskan (lapar). Untuk itu dikenal pengkategorian sebagai
berikut: (1) Substansi orexigenic yaitu substansi yang mencetuskan rasa lapar dan
(2) substansi anorexigenic yang menghambat selera makan (dengan kata lain, kenyang).
bersifat anorexigenic. Sedangkan substansi yang mencetuskan rasa lapar adalah neuropeptide
reseptor melanocortin (MCR) pada nukleus paraventrikular. Aktivasi pada MCR akan
sehingga dapat menyebabkan obesitas. Khusus untuk peningkatan pemakaian energi, MCR
bekerja diperantarai oleh nucleus tractus solitarius dan menstimulasi aktivitas sistem saraf
simpatis.
AGRP, yang bersifat orexigenic, adalah antagonis alami dari MCR. Dengan demikian, AGRP
bekerja dengan cara menginhibisi efek dari MCR dan meningkatkan pengambilan makanan.
NPY, yang juga bersifat orexigenic, dilepaskan dari nukleus arcuata. NPY dilepaskan ketika
simpanan energi menurun, dan di saat bersamaan aktivitas POMC dihambat sehingga
makanan dapat dibagi menjadi (1) regulasi jangka pendek yang bertujuan untuk mencegah
seseorang makan terlalu banyak dalam suatu kesempatan demi optimalisasi sistem
pencernaan dan (2) regulasi jangka panjang yang bertujuan memelihara simpanan energi
secara konstan dalam waktu yang relatif lama dan erat kaitannya dengan status gizi.
pengambilan makanan.
kesempatan. Dengan demikian maka sistem perncernaan dapat bekerja secara optimal dalam
mengolah dan menyerap sari makanan. Jika hanya mengandalkan sinyal yang dihasilkan oleh
simpanan energi (regulasi jangka panjang), maka perlu waktu yang sangat lama untuk
menghentikan seseorang makan. Oleh karena itu, regulasi jangka pendek melibatkan
mekanisme yang mampu bekerja dengan cepat dalam menstimulasi dan menginhibisi selera
makan:
Ketika makanan masuk ke lambung, maka lambung akan mengalami distensi. Peregangan
(mekanik) yang terjadi ini menyebabkan sinyal ditransmisikan melalui nervus vagus ke pusat
Kolesistokinin (CCK) adalah hormon yang dilepaskan ketika lemak memasuki duodenum.
CCK ini akan menurunkan selera makan dengan cara mengaktivasi jaras melanokortin.
Peptide YY (PYY) adalah hormon yang dilepaskan oleh traktus gastrointestinal (khususnya
ileum dan kolon) yang bersifat menekan rasa lapar. Pengeluaran hormon PYY ini dipengaruhi
oleh jumlah kalori yang dicerna dan komposisi makanan, di mana semakin banyak lemak
Selain itu, keberadaan makanan pada saluran cerna menstimulasi sekresi glucagon-like
peptide yang memperkuat sekresi insulin. Baik glucagon-like peptide dan insulin sama-sama
lambung. Hormon ini mengalami peningkatan pada saat puasa, sesaat menjelang makan, dan
mengalami penurunan setelah makan. Diduga hormon ini bersifat orexigenic karena
Reseptor oral
esofageal yang diberi makanan. Kendati makanan tersebut tidak akan pernah
sampai ke usus (karena adanya fistula), derajat lapar hewan tersebut menjadi
mulut saat makan seperti mengunyah, membasahi, mengulum dan mengecap yang
mekanisme inhibisi rasa lapar ini hanya bertahan 20-40 menit, jauh lebih singkat
gastrointestinal.
BB turun
Berat badan menurun pada penderita TBC, karena penderita TBC akan cenderung
mengalami Anoreksia, sehingga nafsu makan akan menurun dan badan akan
Keringat malam mungkin merupakan gejala klinis TB penting pada dewasa dan bukan gejala
utama pada anak. Pada orang dewasa yang sehat pada malam hari istirahat atau tidur,
metabolisme (BMR) menurun, sedangkan pada keadaan sakit TB yang merupakan proses
infeksi atau sakit TB metabolisme meningkat sehingga akan berkeringat pada malam hari.
Aang Khoirul Anam LBM 4
Pada anak, yang masih fase tumbuh, growth hormon malam hari, metabolisme meningkat,
Selain diproduksi, suhu juga dikeluarkan dari tubuh, tergantung pada suhu
sekitarnya. Bila suhu sekitar rendah,maka suhu yang akan dikeluarkan dari
tubuh melalui radiasi / konveksi, sedangkan bila suhu sekitar tinggi, maka
suhu akan dikeluarkan dari tubuh melalui evaporasi (berkeringat). Tubuh dapat
permukaan tubuh (kulit) sehingga suhu dapat diangkut ke perifer oleh darah
dan dikeluarkan. Cara lain adalah dengan evaporasi (berkeringat yang diatur
Keringat malam adalah suatu keluhan subyektif berupa berkeringat pada malam hari yang
diakibatkan oleh irama temperatur sirkadian normal yang berlebihan. Suhu tubuh normal
manusia memiliki irama sirkadian di mana paling rendah pada pagi hari sebelum fajar yaitu
36.1C dan meningkat menjadi 37.4 C atau lebih tinggi pada sore hari sekitar pukul 18.00
(Young, 1988; Boulant, 1991, Dinarello and Bunn, 1997) sehingga kejadian demam/
keringat malam mungkin dihubungkan dengan irama sirkadian ini. Variasi antara suhu tubuh
terendah dan tertinggi dari setiap orang berbeda- beda tetapi konsisten pada setiap orang.
Belum diketahui dengan jelas mengapa tuberkulosis menyebabkan demam pada malam hari.
Ada pendapat keringat malam pada pasien tuberkulosis aktif terjadi sebagai respon salah satu
molekul sinyal peptida yaitu tumour necrosis factor alpha (TNF-) yang dikeluarkan oleh sel-
Aang Khoirul Anam LBM 4
sel sistem imun di mana mereka bereaksi terhadap bakteri infeksius (M.tuberculosis).
Monosit yang merupakan sumber TNF- akan meninggalkan aliran darah menuju kumpulan
Walaupun makrofag ini tidak dapat mengeradikasi bakteri secara keseluruhan, tetapi pada
orang imunokompeten makrofag dan sel-sel sitokin lainnya akan mengelilingi kompleks
bakteri tersebut untuk mencegah penyebaran bakteri lebih lanjut ke jaringan sekitarnya. TNF-
yang dikeluarkan secara berlebihan sebagai respon imun ini akan menyebabkan demam,
keringat malam, nekrosis, dan penurunan berat badan di mana semua ini merupakan
karakteristik dari tuberkulosis (Tramontana et al, 1995). Demam timbul sebagai akibat
respon sinyal kimia yang bersirkulasi yang menyebabkan hipotalamus mengatur ulang suhu
tubuh ke temperatur yang lebih tinggi untuk sesaat. Selanjutnya suhu tubuh akan kembali
normal dan panas yang berlebihan akan dikeluarkan melalui keringat. Untuk lebih jelasnya
berikut adalah fase demam. Pertama yaitu fase inisiasi di mana vasokonstriksi kutaneus akan
menyebabkan retensi panas dan menggigil untuk menghasilkan panas tambahan. Ketika set
point baru tercapai maka menggigil akan berhenti. Dengan menurunnya set point menjadi
berkeringat.
3. Apa hubungan sakit penderita dengan teman yang menderita sakit yang sama ?
Penularan tuberkulosis dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman
yang terdapat dalam paruparu penderita, pesebaran kuman tersebut di udara melalui
dahak berupa droplet. Penderita TB Paru yang mengandung banyak sekali kuman
dapat terlihat langung dengan mikroskop pada pemeriksaan dahaknya (penderita bta
positif) adalah sangat menular.
Penderita TB paru BTA positif mengeluarkan kumankuman keudara dalam bentuk
droplet yang sangat kecil pada waktu batuk atau bersin. Droplet yang sangat kecil ini
Aang Khoirul Anam LBM 4
mengering dengan cepat dan menjadi droplet yang mengandung kuman tuberkulosis
dan dapat bertahan di udara selama beberapa jam.
Droplet yang mengandung kuman ini dapat terhirup oleh orang lain. Jika kuman
tersebut sudah menetap dalam paru dari orang yang menghirupnya, maka kuman
mulai membelah diri (berkembang biak) dan terjadilah infeksi dari satu orang ke
orang lain.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3675/1/fkm-hiswani12.pdf
Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini
diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus pada
setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam
jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan semula. Sifat
batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi
produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena
terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tubrkulosis terjadi pada
kavitas, tetapi juga terjadi pada ulkus dinding bronkus
DAFTAR PUSTAKA
Somantri,Irman.2007. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Kozier, Barbara, & Glenora Erb.2003. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Edisi
5. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Aang Khoirul Anam LBM 4
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
Transudat adalah cairan dalam ruang interstitial yang terjadi hanya sebagai akibat
tekanan hidrostatik atau turunnya protein plasma intravascular yang meningkat (tidak
disebabkan proses peradangan/inflamasi). Berat jenis transudat pada umumnya
kurang dari 1.012 yang mencerminkan kandungan protein yang rendah
Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat jenis tinggi (diatas 1.020)
dan seringkali mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel darah putih yang
Aang Khoirul Anam LBM 4
melakukan emigrasi.Cairan ini tertimbun sebagai akibat permeabilitas vascular (yang
memungkinkan protein plasma dengan molekul besar dapat terlepas), bertambahnya
tekanan hidrostatik intravascular sebagai akibat aliran lokal yang meningkat pula dan
serentetan peristiwa rumit leukosit yang menyebabkan emigrasinya.
Transudat adalah penimbunan cairan dalam rongga serosa sebagai akibat karena
gangguan keseimbangan cairan dan bukan merupkan proses radang, misalnya karena
gangguan sirkulasi. Transudat mengandung sedikit protein, berat jenisnya rendah dan
tidak membeku. Transudat misalnya terjadi pada penderita penyakit jantung, penderita
payah jantung, menyebabkan tekanan dalam pembuluh dapat meninggi sehingga
cairan keluar dari pembuluh dan masuk ke dalam jaringan
Eksudat adalah cairan patologis dan sel yang keluar dari kapiler dan masuk ke dalam
jaringan pada waktu radang. Bila radang terjadi pada pleura, maka cairan radang juga
dapat mengisi jaringan sehingga terjadi gelembung, misalnya terjadi pada kebakaran.
Cairan yang terjadi akibat radang mengandung banyak protein sehingga berat jenisnya
lebih tinggi daripada plasma normal. Begitu pula cairan radang ini dapat membeku
karena mengandung fibrinogen
Infiltrat: gambaran densitas paru yang abnormal yang umumnya berbentuk bercak-
bercak atau titik-titik kecil dengan densitas sedang dan batas tidak tegas. Merupakan
gambaran suatu proses aktif paru.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31365/4/Chapter%20II.pdf.
sekarang meningkat dan > 50% di antaranya terjadi pada pasien HIV.
Kebanyakan kasus adalah hasil dari reaktivasi; reinfeksi juga dapat terjadi. Gejala
utamanya adalah batuk, penurunan berat badan, malaise, demam, dan keringat
malam. Batuk darah muncul pada sepertiga kasus. Temuan pada pemeriksaan fisis
sering tidak jelas. Foto thoraks biasanya abnormal-pada kasus klasik, terdapat
infiltrasi dan kavitas pada apeks yang sembuh dan meninggalkan perubahan
fibrotik. Komplikasinya adalah batuk darah yang hebat, fistula bronkopleural, dan
membantu.
TB milier
Penyakit diseminata akibat penyabaran melalui darah pada orang-
dan malaise. Paling sering menyerang paru, SSP, dan hati. Tuberkel
lapang paru.
Sumber : At A Glance Medicine. Patrick Davey
TUBERKULOSIS PRIMER :
Kuman TBmasuk di jar paruterbentuk sarang primer/afek primerperdangan
saluran getah bening menuju hilus(llingfangitis local)&pembesaran KGB di
hilus(limfangitis regional)komplek primer
Komplek primer ini akan mengalami salah satu nasib sebagai berikut :
a. sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad integrum)
b. sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang ghon, garis
tetapi bila tidak terdapat imuniti yang adekuat , penyebaran ini akan
tuberkuloma)
Meninggal
TUBERKULOSIS SEKUNDER :
TB primer bertahun-tahun TB post primer (usia 15-40 th) sarang dini
biasanya disegmen apikal dari lobus superior maupun lobus inferior berbentuk
menjadi lebih keras, terjadi perkapuran, dan akan sembuh dalam bentuk
dibatukkan keluar.
- Sarang pneumonik meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa).
Kaviti akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju tadi keluar. Kaviti
disebutkan diatas
Aang Khoirul Anam LBM 4
b. dapat pula memadat dan membungkus diri (encapsulated), dan
tapi mungkin pula aktif kembali, mencair lagi dan menjadi kaviti lagi
c. kaviti bisa juga menjadi bersih dan menyembuh yang disebut open
shaped)
(TUBERKULOSIS, PEDOMAN DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN
Tipe atipik
Ciri-ciri :
Sejenis kuman berbentuk batang dg ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-
0,6/um. Sebagian besar dinding kuman terdiri atas asam lemak (lipid),
tahan terhadap asam (asam alcohol) sehingga disebut bakteri tahan asam
(BTA) dan juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat
bertahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan
bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini disebabkan karena kuman bersifat
dormant.
Aang Khoirul Anam LBM 4
Di dalam jaringan, kuman hidup sbg parasit intraseluler yakni dalam
oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apical paru lebih
12. Apa intrepetasi dari pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada kasus di
skenario ?
Anamnesis
Untuk mengetahui :
Keluhan umum : kelemahan, nafsu makan berkurang, BB turun,demam
ringan, keringat banayk di malam hari.
Keluhan berhubungan dg TB Paru
Keluhan penyakit lain yg menyertai(penyakit komorbid)
Riwayat perjalanan penyakit
Bila penderita pernah menderita TB, tanyakan bagaimana riwayat
pengobatannya(lamanya, teratur/tdknya minum obat, jenis OAT yg
diterima, hasil pengobatannya, efek samping obat)
a. Kasus baru
b. Kasus kambuh
d. Kasus kronik
Pemeriksaan Fisik :
badan kurus/ BB turun. Pada PF pasien sering tdk menunjukkan suatu kelainan
terutama pada kasus dini atau yg sudah terinfiltrasi sacara asimtomatik. Tempat
kelainan lesi TB Paru yg paling dicurigai adalah bagian apeks (puncak) paru. Bila
dicurigai adanya infiltrate yg agak luas, maka didapatakan perkusi yg redup dan
auskultasi suara napas bronchial, suara tambahan berupa ronki basah, kasar,dan
nyaring. Bila infiltrate diliputi oleh penebalan pleura , suara napasnya mnjd
Pemeriksaan Radiologi :
Lokasi lesi tuberculosis biasanya di apeks paru (segmen apical lobus atas ataua
segmen apical lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus bawah (bag. Inferior)
- Bayangan lesi terletak dilapangan ataas paru atau segmen apical lobus
bawah
- Adanya kalsifikasi
- Bayangan milier
Aang Khoirul Anam LBM 4
TUBERKULOSIS
Aang Khoirul Anam LBM 4
Pemeriksaan darah
Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian karena hasilnya kadang-kadang
meragukan, tidak sensitif, tidak juga spesifik. Pada saat TB baru mulai (aktif)
akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit meninggi dengan hitung jenis
pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih dibwah normal. Laju endap darah
mulai meningkat. Jika penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit kembali
normal, dan jumlah limfosit masih tinggi. Laju endap darah mulai turun ke
arah normal lagi. Bisa juga didapatkan anemia ringan dengan gambaran
normokron dan normositer, gama globulin meningkat dan kadar natrium darah
menurun.
Pemeriksaan sputum
Aang Khoirul Anam LBM 4
Pemeriksaan sputum adalah penting, karena dengan ditemukannnya kuman
BA, diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Kriteria BTA positif adalah
bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3675/1/fkm-hiswani12.pdf.
palsu ) :
o Pasien yang baru 2-10 minggu terpajan tuberculosis
o Alergi, penyakit sistemik berat (Sarkoidosis, LE)
o Penyakit eksantematous dengan panas yg akut : morbili, cacar air,
poliomyelitis
o Reaksi hipersensivitas menurun pada penyakit limforetikuler
(Hodgkin)
o Pemberian kortikosteroid yang lama (pemberian obat-obat
imunosupresi lainnya)
o Usia tua, malnutrisi, uremia, penyakit keganasan
(IPD FKUI Jilid II Edisi IV)
Isoniazid ( INH )
- anak 6 mg/KgBB/hari
Aang Khoirul Anam LBM 4
Efek samping
2. Hepatotoksik (hepatitis)
4. Sakit sendi
Rifampisin
Dosis anjuran :
3. Anak 20 mg/KgBB/hari
Efek samping
Streptomisin
- Anak 20 40 mg/KgBB/hari
selanjutnya 2 3 x/minggu
Efek samping
Aang Khoirul Anam LBM 4
1. Nefrotoksis
2. Ototoksik
Ethambutol
Pirazinamid
Dosis 20 30 mg/KgBb/hari
1. 500 mg 4x/hari
2. 750 mg 2x/hari
indikasi/ resistensi) :
Etionamid
Aang Khoirul Anam LBM 4
Tersering adalah gangguan saluran cerna : anoreksia, mual, muntah,
dihentikan
PAS
Efek samping :
2. Nyeri sendi
3. Hipersensitifitas
Sikloserin
gangguan penglihatan.
Amikasin
dan kanamisin
Kanamisin
tempat suntikan.
Prinsip Pengobatan :
menghindari resistensi
penularan menurun
Komplikasi
arthropathy
Carvane paru
Pneumothorax spontan
Abses paru
Infeksi M. Atipik
Infeksi jamur
Karsinoma Bronkus
sedikitnya dua obat yang bersifat bakterisid (membunuh kuman) dengan atau
DOSIS
dosis
Obat Efek samping
Setiap hari 2x/minggu 3x/minggu
Isoniazid 5 mg/kg 15 mg/kg 15 mg/kg Neuropati
(dicegah dg
vit B6)
hepatotoksik
Rifampisin 10 mg/kg 10 mg/kg 10 mg/kg hepatotoksik
menurun
Kemampuan
membedakan
warna menurun
Streptomisin 15 mg/kg 25-30 mg/kg 25-30 mg/kg Nefrotoksis
Neurotoksis
dengan gejala
paresthesia
disekitar mulut
Aang Khoirul Anam LBM 4
Hipersensitifita
s, sampai shok
Mansjoer, Arif et al. 1999. Kapita Selekta Kedokteran ed III jilid 1. Jakarta: Media
Aesculapius.
a. OAT primer lebih tinggi kemanjurannya dan lebih baik keamanannya dari OAT
bulan. Keempat macam OAT primer itu diberikan sekaligus setiap hari selama 2 bulan,
kemudian dilanjutkan dengan dua macam obat (isoniazid dan rifampin) selama 4 bulan
berikutnya.. Bila dengan OAT primer timbul resistensi, maka yang resisten itu digantikan
dengan paling sedikit 2-3 macam OAT sekunder yang belum resisten,
sehingga penderita menerima 5 atau 6 macam obat sekaligus. Strategi pengobatan yang
dianjurkan oleh WHO adalah DOTs (directly observed treatment, short course) untuk
penggunaan OAT primer dan DOTS-plus untuk penggunaan OAT sekunder. OAT sekunder
Ditemukan tahun 1940, dahulu merupakan OAT garis pertama yang disunakan bersama
kompetitif pembentukan asam folat dari asam para-amino benzoat1. Penggunaan PAS sering
disertai efek samping yang mencakup keluhan saluran cerna, reaksi hipersensitifitas (10%
Ethionamide
Aang Khoirul Anam LBM 4
Setelah penemuan isoniazid beberapa turunan pyridine lainnya telah diuji dan ditemukan
kerjanya sama seperti isoniazid, yaitu menghambat sintesis asam mikolat. In-viro kedua
Dosis harian adalah 500-1000 mg, terbagi dua dosis. Efek samping utama adalah gangguan
efek samping yang sedikit lebih rendah dari efek samping prothioamide. Efek samping yang
lain adalah neuritis, kejang, pusing, dan ginekomastia. Untungnya, basil yang sudah resisten
terhadap 24 Jurnal Tuberkulosis Indonesia, Vol. 3 No. 2 isoniazid masih rentan dengan
ethioamide, walaupun keduanya berasal dari senyawaan induk yang sama yaitu asam
Thioacetazone
tuberculosis. Resistensi silang sering terlihat antara thioacetazone dengan isoniazid dan
Johnson), thioacetazone tak dianjurkan untuk digunakan pada penderita dengan HIV3.
Fluokinolon
enzim ini tak ada pada mikobakteri. Sifat penting fluorokinolon adalah kemampuannya untuk
masuk ke dalam makrofag dan memperlihatkan efek mikobakterisidnya di dalam sel itu. Yang
diakui berkhasiat sebagai OAT adalah fluorokinolon generasi kedua, yaitu ciprofloxacin,
ofloxacin, dan levofloxacin. Akan tetapi jumlah kajian klinik yang meneliti peran
Pada kajian-kajian itu oxofloxacin diberikan dalan dosis 400 mg sekali hari dan ciprofloxacin
dalam dosis 500-750 dua kali sehari. Akan tetapi belakangan ini oxofloxacin dan
Aang Khoirul Anam LBM 4
ciprofloxacin dirubah dosisnya masing-masnig menjadi 800 mg dan 1000 mg yang diberikan
satu kali sehari.. Di dalam satu uji banding dinyatakan bahwa levofloxacin lebih unggul
drug- resistant tuberculosis (MDR-TB). Efek samping yang berkaitan dengan penggunaan
memperlihatkan aktifitas antimikobakteri yang lebih baik dari levofloxacin.. Kedua kinolon
baru itu memperlihatkan kadar hambat minimal (MIC) yang lebih rendah dari kinolon lama.
farmakokinetiknya, yaitu kadar puncak (Cmax) dan rasio luas area dibawah kurva (area
harian yang direkomendasikan 400 mg terlihat paling aktif terhadap M tuberculosis (Tabel
aktifitas bakterisidal awal yang setara dengan rifampicin. Sampai saat ini pengalaman klinik
tuberkulosis
Kelompok obat suntik ini mempunyai mekanisme kerja mengikat ribosom di subunit 30S,
yang selanjutnya berakibat pengambatan sistesi protein6. Obat ini harus dapat melintasi
dinding sel upaya tempat kerjanya di ribosom. Pada pH rendah yaitu di dalam kavitas dan
abses,penetrasi obat meliwati dinding sel mikobakteri terhalang, dan ini dapat menerangkan
dapat melintasi dinding sel, sebab itu tak berkhasiat terhadap mikobakteri intrasel.
pengobatan fase induksi, ketika mikobakteri dalam jumlah besar sedang membelah diri,
sedangkan pada pengobatan fase lanjut yang diperlukan adalah OAT yang aktif terhadap
Resistensi terhadap streptomycin biasanya sering dijumpai pada wilayah dimana obat itu luas
digunakan. Tempat kerja masing-masing aminoglikosida di ribosom 30S adalah tak sama.
Amikacin umumnya aktif terhadap mikobakteri yang sudah resistant terhadap streptomycin,
tetapi antara amikacin dengan kanamycin selalu ada resistensi silang. Di lain fihak
mikobakteri yang sudah resisten dengan amikasin selalu resisten pula dengan streptomycin.
Capreomycin adalah obat mahal, tetapi aktif terhadap strain mikobakteri yang sudah resisten
Aang Khoirul Anam LBM 4
terhadap streptomycin. Strain yang sudah resisten dengan capreomycin masih dapat diatasi
Beta-laktam
dilaporkan sebanding dengan oxofloxacin menyokong penggunaan obat ini di klinik9. Akan
tetapi aktifitas bakterisid hanya terhadap mikobakteri pada fase eksponensial dan tidak pada
fase stasioner, sehingga diperkirakan obat ini hanye bermanfaat untuk mencegah timbulnya
dalam regimen pengobatan pada kasus tuberkulosis yang resisten sudah dilaporkan, tetapi
Rifabutin
26 Jurnal Tuberkulosis Indonesia, Vol. 3 No. 2 Rifabutin dan rifampicin adalah turunan
rifamycin, resitensi silang dapat terjadi antara keduanya, akan tetapi masih ada sekitar 15%
strain M tuberculosis yang sudah resisten dengan rifampicin ditemui masih sensitif dengan
rifabutin10. Rifabutin lebih disukai dari rifampicin pada pengobatan penderita tuberkulosis
dengan HIV yang sedang diobati dengan protease inhibitor, karena rifabutin merupakan
Cycloserine
dilalukan pada tahun 1950-an memperlihatkan kemanjuran yang lebih rendah disbanding
dengan PAS, disertai dengan efek samping neueopsikiatrik yang terlihat pada 50% penderita
Aang Khoirul Anam LBM 4
yang menerima dosis 1 gram perhari. Gejalanya mencakup serangan kejang, psikosis,
berbicara tak jelas, mengantuk, dan koma11. Pyridoxin dalam dosis 100-200 mg mungkin
neurotoksisk.Dalam dosis rendah efek samping kurang kerap; dosis yang digunakan adalah 2-
3 kali 250 mg perhari, dan kadarnya dalam darah dianjurkan tak lebih dari 30 ng/ml
Clarithromycin
Makrolid ini mempunyai spectrum yang mencakup mikobakteri., dan sering digunakan untuk
pengobatan infeksi Mycobacterium avium. Kadar clarithromycin yang tercapai dalam darah
dan jaringan paru adalah diatas MIC90, sehingga efektif terhadap M tuberculosis. Pada
hewan coba diperlihatkan adanya penumpukan clarithromycin di dalam sel makrofag, dan ini
penghambat sintesis dinding sel dalam kadar subinhibitory dapat meniadakan resistensi M
terhadap mikobakteri yang sudah resisten12. Akan terapi sampai sekarang belum ada data
Linezolid
Linezolid adalah turunan oxazolidinone yang terutama digunakan untuk infeksi kuman gram
positif yang juga mempunyai khasiat antimikobakteri. Cara kerjanya adalah menghambat
sintesis protein dengan cara berikatan dengan ribosom subunit 5013.Pengalaman klinik
Obat-obat lain
pada hewan coba.. Belum ada data klinis tentang penggunaannya pada tuberkulosis yang
resisten terhadap obat-obat garis pertama. Chlorpromazine dan turunan phenothiazine lainnya
resisten terhadap OAT primer. Tetapi kemanjurannya belum diuji pada penderita
Sekunder
Penggunaan OAT sekunder ditujukan untuk pengobatan tuberkulosis yang disangka resisten
dengan OAT primer. Adanya resistensi mikobakteri terhadap OAT seharusnya ditegakkan
melalui drug-susceptibility testing (DST), namun fasilitas laboratorium tak selalu tersedia
atau tak semua laboratorium mampu melakukannya dengan baik14 Secara klinis seorang
pengobatan atau kekambuhan. Yang dimaksud dengan kekambuhan adalah keadaan dimana
pengobatan selesai hasil pemeriksaan sputum kembali positif atau pemeriksaan radiologic
kembali memburuk dan sesuai dengan gambaran tuberculosis aktif. Kekambuhan penyakit
secara retrospektif dikaitkan dengan hasil pemeriksaan sputum yang masih tetap positif
setelah pengobatan fase awal/induksi dan adanya cavitas di awal pengobatan. Pengobatan
tuberculosis dinyatakan gagal bila pemeriksaan sputum tetap memperlihatkan hasil positif
selama pengobatan berlangsung. Penderita yang hasil pemeriksaan sputumnya tetap positif
Aang Khoirul Anam LBM 4
pada bulan keempat dapat dinyatakan sebagai gagal pengobatan. Sebab utama dari kegagalan
pengobatan adalah penggunaan obat yang tak memadai yang mencakup ketakpatuhan minum
obat. Penyebab lain adalah penggunaan OAT bermutu rendah, dan regimen pengobatan yang
tak memadai, atau penderita yang terinfeksi dengan mikobakteri yang sudah resisten terhadap
OAT primer. Penggunaan OAT yang tak memadai (suboptimal) mempermudah pembelahan
mikobakteri yang resisten. Dalam keadaan tidak dapat dilakukan DST, pengobatan empirik
dapat dimulai dengan menganggap penderita mengidap MDR-TB, yang berarti penderita itu
mengandung mikobakteri yang sudah resisten dengan paling sedikit dua obat utama yaitu
isoniazid dan rifampicin. Bila DST dapat dilakukan dan memberi hasil, maka regimen
Tabel 2. Regimen yang disarankan bagi penderita dengan berbagai jenis resistensi
INH RIF,PZA,EMB,FQN 6
Regimen pengobatan pada penderita tuberculosis yang resisten terdiri atas OAT primer yang
masih sensitif, ditambah dengan salah satu fluorokinolon, OAT suntik ( biasanya amikacin)
dan dua atau lebih OAT sekunder oral (thioacetazone, PAS, ethionamide,
cycloserine)14,15,16.
Pengobatan dengan OAT sekunder memerlukan waktu yang lebih lama, mengandung risiko
efek samping yang lebih berat, sehingga ancaman ketidakpatuhan mengikuti pengobatan
Aang Khoirul Anam LBM 4
adalah tinggi. OAT sekunder belum dapat menandingi keampuhan pasangan INH dan
rifampicin. INH adalah bersifat bakterisid terhadap kuman inrasel dan ekstrasel pada fase
pembelahan, sedangan rifampin bersifat bakterisid terhadap kuman yang dorman. Pengobatan
dengan OAT sekunder menghasilkan konversi sputum setelah 4-7 bulan, dan dilanjutkan
selama minimal 18 bulan, jauh lebih lama dari pengobatan yang berintikan isoniazid dan
rifampicin pada penderita yang masih sensitive terhadap OAT primer. Obat diberikan setiap
hari, tidak ada regimen intermiten dengan OAT sekunder. Bila fasilitasmemungkinkan,
selama masih berpotensi mernularkan, penderita sebaiknya dirawat dan diisolasi di rumah
sakit atau di sanatorium sambil memantapkan kepatuhan penderita melalui edukasi yang
intensif. Karena tingginya ancaman kegagalan pengobatan dan tingginya biaya pengobatan
MDR-TB, jalan yang terbaik adalah menekan sekecil mungkin terjadinya kasus MDRTB