Anda di halaman 1dari 5

SURVEI GEOLISTRIK METODE RESISTIVITAS UNTUK

INTERPRETASI KEDALAMAN LAPISAN BEDROCK DI PULAU


PAKAL, HALMAHERA TIMUR

Roswita , Lantua , Syamsuddinb


Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ,
Universitas Hasanuddin

ABSTRAK

Penelitian dilakukan untuk mengetahui kedalaman lapisan bedrock di Pulau Pakal Halmahera
Timur. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode geolistrik resistivitas dengan
konfigurasi elektroda wenner. Pengukuran dilakukan sebanyak 5 lintasan dengan panjang
setiap lintasan 500 meter dan diolah menggunakan program Res2Dinv. Hasil yang didapatkan
berupa penampang resistivitas 2 dimensi yang dikorelasikan dengan data bor. Berdasarkan
hasil analisis dan interpretasi diperoleh kedalaman lapisan bedrock memiliki nilai resistivitas
300 m 750 m. dengan kedalaman maksimal berada pada 56 meter dari permukaan,
sedangkan kedalaman lapisan bedrock yang minimum berada pada kedalaman 10 meter dari
permukaan. Lapisan laterit memiliki nilai resistivitas 1 m 300 m, dengan ketebalan
lapisan di bagian barat daya hingga timur laut berkisar 34 56 meter dan dibagian barat
hingga utara ketebalannya berkisar 6 26 meter.

Kata Kunci : Resistivitas, Bedrock, Laterit.

ABSTRACT
The research done to know depth of the bedrock layer in Pakal Island, East Halmahera. The
method of this research used a Resistivity Geoelectric with wenner electrode configuration.
Measuring was done 5 lines that 500 meters and they were processed using by Res2Dinv
software. The result is resistivity plate 2D then combined with core logging. The result depth
of analysis and measurement data interpretation the bedrock layer variety has resistivity 300
m 750 m. With maximal depth is 56 meter in surface of the land. While minimum depth
of the bedrock layer is 10 meter in surface of the land. The laterite layer variety has resistivity
1 m 300 m. With Thickness of the laterite layer in south west until north east is 34
meter 56 meter, and in west until north is 6 meter until 26 meter.

Key word : Resistivity, Bedrock, Laterit

besar. Salah satu potensi sumber daya

I. PENDAHULUAN alam adalah mineral logam nikel. Salah


satu daerah penghasil nikel laterit di
Latar Belakang
Indonesia adalah daerah kepulauan
Indonesia sebagai wilayah yang memiliki Halmahera Timur. PT. ANTAM (Persero)
potensi sumber daya alam yang sangat Tbk. Pada pengembangan tambang,

1
metode resistivitas diaplikasikan untuk 2. Menginterpretasi ketebalan lapisan
mengukur kedalaman lapisan bedrock laterit
bumi berdasarkan sifat fisis nilai 3. Membuat kontur sebaran kedalaman
resistivitas batuan di bawah permukaan. lapisan Bedrock.
Dengan mengetahui kedalaman lapisan
bedrock dapat diketahui ketebalan lapisan II. METODOLOGI PENELITIAN
laterit yang mempunyai kadar nikel yang Lokasi Penelitian
ekonomis untuk ditambang.
Lokasi penelitian terletak di Pulau Pakal,

Ruang Lingkup Kabupaten Halmahera Timur Provinsi


Maluku Utara. Dengan stratigrafi daerah
Wilayah penelitian terletak di Pulau Pakal
penelitian didominasi oleh batuan
yang termasuk di Kabupaten Halmahera
ultramafik yang terdiri dari batuan
Timur. Morfologi Pulau Pakal merupakan
peridotit dan dunit. Mineralisasi yang
morfologi pegunungan berlereng terjal
terjadi pada batuan ultrabasa menghasilkan
yang stratigrafi didominasi oleh batuan
serpentinisasi asbes dan garnierite.
peridotit dan dunit.
Ruang lingkup penelitian dibatasi pada Prosedur Penelitian
interpretasi kedalaman lapisan bedrock Pengambilan data yang dilakukan di
pada zona pembentukan nikel laterit. lapangan menggunakan konfigurasi
Menggunakan pengukuran geolistrik wenner. Elektroda arus dan elektroda
metode resistivitas sounding dengan potensial dipasang dengan jarak bentangan
konfigurasi wenner. Besarnya faktor terhadap titik sounding.
geometri untuk konfigurasi wenner adalah:
2 Hasil pengukuran resistivitas di lapangan
=
1 1 1 1 akan diinversi menggunakan program
1 2 3 + 4
Res2Dinv. Hasil dari proses inversi
Sehingga pada konfigurasi wenner berlaku
hubungan :
menghasilkan penampang 2 dimensi
berdasarkan nilai resistivitas.
= 2

Hasil penampang 2 dimensi akan
Tujuan Penelitian diinterpretasikan secara geofisika untuk
1. Menginterpretasi nilai resistivitas pada melihat kedalaman lapisan bedrock dan
lapisan Bedrock. ketebalan lapisan laterit berdasarkan skala
resistivitas.

2
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada daerah penelitian terdapat lintasan


pengukuran resistivitas. Pada tiap lintasan
terdiri dari 20 titik sounding yang berada
pada bentangan barat timur. Dengan
jarak tiap titik sounding 25 meter,
sehingga panjang tiap lintasan adalah 500
meter.

Hasil

Gambar III.1 Penampang Lintasan 3 Resistivitas

Gambar III.2 Kontur Sebaran Kedalaman Gambar III.3 Kontur Sebaran Ketebalan
Lapisan Bedrock Lapisan Laterit

3
Pembahasan Pada Gambar III.3 ketebalan lapisan laterit
di bagian barat daya hingga timur laut
Pada Penampang Lintasan Resistivitas
yang mengarah ke tenggara berkisar 34
memiliki nilai resistivtas yang berbeda.
meter hingga 56 meter. Sedangkan di
Lapisan laterit pada Penampang
bagian barat hingga utara merupakan
Resistivitas diinterpretasikan di nilai
daerah dengan ketebalan lapisan laterit
resistivitas 1m sampai 300 m. Pada
berkisar 6 meter hingga 26 meter.
titik bor, lapisan top soil, lapisan limonit,
lapisan saprolit, boulder stop bor pada IV. PENUTUP
nilai resistivitas 1m sampai 300 m.
Kesimpulan
Lapisan bedrock pada Penampang
Kedalaman lapisan bedrock
Lintasan Resistivitas diinterpretasikan di
diinterpretasikan di nilai resistivitas
nilai resistivitas > 300 m. Pada Gambar
lebih dari 300 m.
III.1 berdasarkan titik bor, lapisan bedrock
Ketebalan lapisan laterit di bagian
stop bor pada nilai resistivitas 450 m.
barat daya hingga timur laut yang
Pada Gambar III.2 memperlihatkan kontur mengarah ke tenggara berkisar 34
sebaran kedalaman lapisan bedrock dari ke meter hingga 56 meter. Sedangkan di
5 lintasan pengukuran resistivitas. Pada bagian barat hingga utara ketebalan
bagian barat daya hingga timur laut yang lapisan laterit berkisar 6 meter
mengarah tenggara, kedalaman lapisan hingga 26 meter.
bedrock berkisar 34 meter hingga 56 meter Kedalaman lapisan bedrock di bagian
di bawah permukaan. barat daya hingga timur laut berkisar
34 meter hingga 56 meter. Dan di
Pada lintasan 2 di titik 1 hingga titik 4
beberapa titik pengukuran kedalaman
kedalaman lapisan bedrock berkisar 15
lapisan bedrock berkisar 10 meter
meter hingga 28 meter di bawah
hingga 28 meter.
permukaan. Pada lintasan 3 di titik 16
hingga titik 20 kedalaman lapisan bedrock Saran
berkisar 14 meter hingga 28 meter di
Sebaiknya jarak spasi tiap titik
bawah permukaan. Pada lintasan 4 di titik
5 hingga titik 9, lintasan 5 di titik 11 lintasan dapat dikurangi, agar

hingga titik 15 kedalaman lapisan bedrock mendapatkan nilai pengukuran


berkisar 10 meter hingga 28 meter.
resistivitas di lapangan lebih detail.

4
DAFTAR PUSTAKA PT. ANEKA TAMBANG Tbk. Unit
Geomin, Tim Geofisika, 2013. Peta
Ahmad Waheed, 2006, Laterite Mine Lintasan Pengukuran Geofisika Site
Geology at PT. International Nickel Pulau Pakal Halmahera Timur
Indonesia, South Sulawesi :
Sorowako
Surono, 2002, Variasi Tahanan Jenis 2D
Pada Daerah Bencana Gerakan
Apandi T. dan Sudana D., 1980, Peta Tanah di Megamendung, Jurnal
Geologi Lembar Halmahera Timur, Geofisika, Edisi 2002 (1). 35 42
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi : Bandung
Sutisna T.,Sunuhadi N.D., Pujobroto A.,
Herman Z.D., 2006, Perencanaan
Darijanto T., 1986, Genesa Bijih Nikel Eksplorasi Cebakan Nikel Laterit Di
lateritic Gebe, Bandung Daerah Wayamli, Teluk Buli,
Halmahera Timur, Makalah Ilmiah,
Buletin Sumber Daya Geologi :
Bandung
Deer, W.A. 1992. An Introduction to the
Rock-Forming Minerals. 2nd Edition.
Longman Scientific and Technical,
England. Syamsuddin, 2007, Penentuan Struktur
Bawah Permukaan Bumi Dangkal
Dengan Menggunakan Metode
Hendrajaya L. dan Arif I.,1990, Geolistrik Geolistrik Tahanan Jenis 2D, Tesis
Tahanan Jenis, Diktat Kuliah. Program Studi Geofisika Terapan,
Metode Geolistrik, Departemen Fakultas Ilmu Kebumian dan
Teknik Geofisika ITB : Bandung Teknologi Mineral ITB : Bandung

Loke M. H., 2001, Electrical Imaging Telford W.M., 1990, Applied Geophysics
Surveys 2D and 3D, Malaysia : Second Edition, Cambridge
Penang University Press : New York

Notosiswoyo S., Syafrizal, Heriawan M.


N., 2000, Teknik Eksplorasi,
Departemen Teknik pertambangan
ITB : Bandung

Priyantari N., dan Cahyo Wahyono, 2005,


Penentuan Bidang Gelincir Tanah
Longsor Berdasarkan Sifat
Kelistrikan Bumi, Jurnal Ilmu
Dasar, 6 (2). 137 141

Anda mungkin juga menyukai