Oleh:
Widya, dr.
Pembimbing:
2
5. Abbasi D. Clavicle Fractures. [Cited] November, 9th 2012. Available from: URL:
http://www.orthobullets.com/trauma/1011/clavicle-fractures Accessed: July 29th, 2015.
6. Wibowo DS, Paryana W. Anggota gerak atas. In: Anatomi Tubuh Manusia. Bandung:
Graha Ilmu Publishing, 2009, p.3-4.
7. Wright M. Clavicle Fracture. [Cited] April, 20th 2010. Available from: URL:
http://www.patient.co.uk/doctor/Fractured-Clavicle.htm Accessed: July 29th, 2015.
8. Appley, Dalam Buku Ajar Ortopedi dan fraktur Sistem Apley, Edisi 7, Editor : Edi
Nugroho 1999.
9. Amir Estephan, MD. Fracture, clavicle [Online]. 2009. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/824564-overview Accessed: July 29th, 2015.
10. Trurnble TE, Budoff JE, Cornwall R, editors. Hand, Elbow and Shoulder: Core
Knowledge in orthopaedics. I ed. Philadelphia: Mosby Elsevier; 2006. p.623-7.
Hasil Pembelajaran :
1. Mendiagnosis awal pasien dengan fraktur klavikula
2. Memberikan penanganan fraktur klavikula
Catatan:
Subyektif
Penderita datang ke IGD RSUD Sosodoro pada tanggal 21 Maret 2017 pukul 18.30 dengan
keluhan nyeri pada pundak kiri saat digerakkan, kemeng dan tidak menjalar. Nyeri dirasakan
setelah kecelakaan lalu lintas tunggal jatuh dari sepeda motor sekitar 1 jam sebelum ke IGD.
Penderita jatuh dari sepeda motor dengan lengan kiri atas jatuh terlebih dulu. Setelah jatuh,
pasien merasa pundak kirinya sakit dan sulit digerakkan, tetapi pasien tidak merasa adanya
mati rasa dan mengaku tidak terlihat pucat pada pundak kiri dan tangan kirinya.
Ketika dipegang oleh pasien, dia mengatakan kalau teraba derik tulang dan terasa panas di
daerah pundak tersebut. Tidak ada riwayat trauma lain sebelumnya. Pasien juga tidak
merasa kesulitan mengerakkan lengan kiri bawah, pergelangan, dan jari-jari tangan kirinya.
Tidak ada keluhan mual, muntah, pusing dan penurunan kesadaran.
Riwayat patah tulang atau operasi sebelumnya disangkal.
Riwayat penyakit diabetes melitus disangkal, hipertensi disangkal, penyakit jantung paru
lainnya disangkal, alergi tidak ada.
Obyektif
Pemeriksaan Fisik:
a) Keadaan Umum :
pasien tampak sakit sedang, keadaan gizi cukup, kesadaran compos mentis.
b) Tanda-tanda vital : HR: 110/70 mmHg; suhu 37,20 C; RR 20 x/ menit; nadi 84 x/menit,
c) BB : 55 kg; TB 153 cm BMI : 23.49 ( Normal )
3
d) Keadaan Tubuh
Kepala : mesosefal
Kulit : turgor baik, pucat (-), sianosis (-), ikterik (-)
Mata : konjungtiva anemis (-/-), pupil isokor, reflek pupil (+/+), ikterik (-/-)
Hidung : sekret (-/-)
Telinga : discharge (-/-)
Mulut : kering (-), sianosis (-)
Leher : simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)
Thoraks
o Paru-paru
Pemeriksaan Depan Belakang
Kanan Kiri Kanan Kiri
INSPEKSI
Bentuk Simetris + + + +
Pergerakan Simetris + + + +
PALPASI
Pergerakan Simetris + + + +
ICS Simetris + + + +
PERKUSI
Suara Ketok Sonor Sonor Sonor Sonor
Sonor Sonor Sonor Sonor
Sonor Sonor Sonor Sonor
Sonor Sonor Sonor Sonor
AUSKULTASI
Suara Nafas Vesikuler Vesikuler Vesikuler Vesikuler
Vesikuler Vesikuler Vesikuler Vesikuler
Vesikuler Vesikuler Vesikuler Vesikuler
Vesikuler Vesikuler Vesikuler Vesikuler
Ronkhi - - - -
- - - -
- - - -
- - - -
Wheezing - - - -
- - - -
- - - -
4
- - - -
o Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas atas jantung : ICS II linea parasternalis sinistra
batas pinggang jantung: ICS II midclavicularis sinistra
batas kanan bawah jantung : ICS IV linea sternalis
dextra
batas kiri jantung : ICS V 2 cm medial linea
midclavicularis sinistra
Auskultasi : bunyi jantung I-II reguler, frekuensi 84 x/menit,
bising (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : permukaan cembung, dinding perut sejajar dinding dada
Auskultasi : bising usus (+) 11x/menit
Perkusi : timpani
Palpasi : nyeri tekan (-), defans muskular (-), hepar & lien sulit teraba
5
Pemeriksaan penunjang
Thorax Foto 21 Maret 2017
Planning terapi:
a) KIE mengenai penyakit dan penanganan yang diperlukan yaitu operasi
pembedahan open reduction internal fixation
b) Rawat Inap dengan terapi farmakologis sebagi berikut:
a. Injeksi ketorolac 3 x 30 mg
b. Infus RL 20 tpm / 24 jam
6
FOLLOW UP PEMERIKSAAN POST OPERASI 8 Mei 2017
Anamnesis : nyeri post op (+), pusing (-), mual/muntah (-), BAK/BAB (-)
Px. Fisik :
Status Generalis : dalam batas normal
Kesan Umum : Baik, Compos mentis
Tanda vital :
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
- Nadi : 80 x/menit
- Laju nafas : 24 x/menit
- Suhu : 37C
Status Lokalis : a/r bahu kiri :
a. Look : bengkak (-), deformitas (-)
b. Feel : nyeri tekan (+), pulsasi bag distal (+)
c. Move : passive movement e.c nyeri post operasi
Px. Penunjang : Hasil ORIF Shoulder Sinistra
Penatalaksanaan :
a. Paracetamol 3x500
b. Elkana 2x1
c. Mobilisasi dengan Arm Sling
7
TINJAUAN PUSTAKA
FRAKTUR CLAVICULA
I. PENDAHULUAN
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan
epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. Untuk mengetahui mengapa
dan bagaimana tulang mengalami kepatahan, kita harus mengetahui keadaan fisik
tulang dan keadaan trauma yang dapat menyebabkan tulang patah. Kebanyakan
fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan terutama tekanan
membengkok, memutar dan tarikan.1
III. ANATOMI
Os clavicula (tulang selangka) berhubungan dengan os sternum di sebelah
medial dan di lateral tulang ini berhubungan dengan os scapula pada acromion yang
dapat diraba sebagai tonjolan di bahu bagian lateral. Tulang ini termasuk jenis tulang
pipa yang pendek, walaupun bagian lateral tulang ini tampak pipih. Bentuknya seperti
huruf S terbalik, dengan bagian medial yang melengkung ke depan, dan bagian
lateral agak melengkung ke belakang. Permukaan atasnya relatif lebih halus
dibanding dengan permukaan inferior. Ujung medial atau ujung sternal mempunyai
facies articularis sternalis yang berhubungan dengan discus articularis sendi atau
articulatio sternoclavicularis.6
8
IV. ETIOLOGI
Fraktur dapat terjadi akibat trauma. Sebagian besar fraktur disebabkan oleh
kekuatan yang tiba tiba dan berlebihan, yang dapat berupa benturan, pemukulan,
penghancuran, penekukan atau terjatuh dengan posisi miring, pemuntiran, atau
penarikan.
Bila terkena kekuatan langsung (trauma langsung) tulang dapat patah pada
tempat yang terkena, jaringan lunak juga pasti rusak. Pemukulan biasanya
menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya; penghancuran
kemungkinan akan menyebabkan fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lunak
yang luas. Trauma langsung misalnya benturan pada lengan bawah menyebabkan
fraktur tulang radius dan ulna.
Bila terkena kekuatan tak langsung (trauma tidak langsung) tulang dapat
mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu;
kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur mungkin tidak ada. Trauma tak langsung
misalnya jatuh bertumpu pada tangan menyebabkan fraktur tulang clavicula atau
radius distal.
Kekuatan dapat berupa :
1. Pemuntiran (rotasi), yang menyebabkan fraktur spiral
2. Penekukan (trauma angulasi atau langsung) yang menyebabkan fraktur
melintang
3. Penekukan dan Penekanan, yang mengakibatkan fraktur sebagian
melintang tetapi disertai fragmen kupu kupu berbentuk segitiga yang
terpisah
4. Kombinasi dari pemuntiran, penekukan dan penekanan yang
menyebabkan fraktur obliq pendek
5. Penarikan dimana tendon atau ligamen benar benar menarik tulang
sampai terpisah4.
Menurut sejarah fraktur pada klavikula merupakan cedera yang sering terjadi
akibat jatuh dengan posisi lengan terputar / tertarik keluar (outstreched hand) dimana
trauma dilanjutkan dari pergelangan tangan sampai klavikula, namun baru-baru ini
telah diungkapkan bahwa sebenarnya mekanisme secara umum patah tulang
klavikula adalah hantaman langsung ke bahu atau adanya tekanan yang keras ke
bahu akibat jatuh atau terkena pukulan benda keras.3
9
Fraktur clavicula paling sering disebabkan oleh karena mekanisme kompresi
atau penekanan, paling sering karena suatu kekuatan yang melebihi kekuatan tulang
tersebut dimana arahnya dari lateral bahu apakah itu karena jatuh, kecelakaan
olahraga ataupun kecelakaan kendaraan bermotor.1
Pada daerah tengah tulang clavicula tidak di perkuat oleh otot ataupun
ligament-ligament seperti pada daerah distal dan proksimal clavicula. Clavicula
bagian tengah juga merupakan transition point antara bagian lateral dan bagian
medial. Hal ini yang menjelaskan kenapa pada daerah ini paling sering terjadi fraktur
dibandingkan daerah distal ataupun proksimal.1
V. KLASIFIKASI
Klasifikasi fraktur secara umum dibagi menjadi4,8:
1. Terbuka / tertutup
1) Fraktur tertutup (closed): apabila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar.
2) Fraktur terbuka (open/compound): apabila terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit.
Fraktur terbuka dibagi atas 3 derajat
a. Derajat I: Luka < 1 cm
Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka remuk
Fraktur sederhana, transversal, oblik, atau kominutif ringan
Kontaminasi minimal
b. Derajat II: Luka > 1 cm
Kerusakan jaringan lunak tidak luas, flap/avulsi
Fraktur kominutif sedang
Kontaminasi sedang
10
c. Derajat III:
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot, dan
neurovaskuler. Fraktur terbuka derajat III terbagi atas:
a) Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun
terdapat laserasi luas/flap/avulsi; atau fraktur segmental / sangat
kominutif yang disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat
besarnya luka.
b) Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar atau
terkontaminasi massif.
c) Luka pada pembuluh darah arteri/ saraf perifer yang harus diperbaiki
tanpa melihat jaringan lunak.
2. Komplit / tidak komplit
a. Fraktur komplit: apabila garis patah yang melalui seluruh penampang tulang
atau melalui kedua korteks tulang seperti yang terlihat pada foto
b. Fraktur tidak komplit : apabila garis patah tidak melalui seluruh penampang
tulang, seperti:
Hairline fracture
Greenstick fracture
Buckle fracture
3. Garis patahnya
a. Transversal
b. Oblique
c. Spiral
d. Kompresi
e. Avulsi
4. Jumlah garis patah
a. Fraktur kominutif: garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan
b. Fraktur segmental: garis patah lebih dari satu tetapi tidak saling
berhubungan
c. Fraktur multiple: garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang
berlainan tempatnya
5. Bergeser/tidak bergeser
a. Fraktur undisplaced: garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak
bergeser.
b. Fraktur displaced: terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur.
11
Lokasi patah tulang pada klavikula diklasifikasikan menurut Dr. FL Allman tahun
1967 dan dimodifikasi oleh Neer pada tahun 1968, yang membagi patah tulang
klavikula menjadi 3 kelompok :5
\
Gambar 3.
Klasifikasi fraktur
klavikula
Tipe 1 Patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa adanya
perpindahan tulang maupun gangguan ligament coracoclavicular.
Tipe 2 A Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, dan ligament
coracoclavicular masih melekat pada fragmen.
Tipe 2 B Terjadi gangguan ligament. Salah satunya terkoyak ataupun kedua-
duanya.
Tipe 3 Patah tulang yang pada bagian distal clavikula yang melibatkan AC
joint.
Tipe 4 Ligament tetap utuh melekat pada periosteum, sedangkan fragmen
proksimal berpindah ke atas.
Tipe 5 Patah tulang kalvikula terpecah menjadi beberapa fragmen.
12
3. Kelompok 3: patah tulang klavikula pada sepertiga proksimal (5%). Pada
kejadian ini biasanya berhubungan dengan cedera neurovaskuler.
13
Movement : Krepitasi dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi
lebih penting untuk menanyakan apakah pasien dapat menggerakan
sendi sendi di bagian distal cedera.
3. Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan dengan sinar x harus dilakukan dengan 2 proyeksi yaitu
anterior posterior dan lateral, kekuatan yang hebat sering menyebabkan cedera
pada lebih dari satu tingkat karena itu bila ada fraktur pada kalkaneus atau femur
perlu juga diambil foto sinar x pada pelvis dan tulang belakang. Pencitraan
yang dilakukan harus cukup luas untuk bisa menilai juga kedua AC joint dan SC
joint. Bisa juga digunakan posisi oblique dengan arah dan penempatan yang
baik.
VII. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada fraktur clavicula ada dua pilihan yaitu dengan tindakan
bedah atau operative treatment dan tindakan non bedah atau konsevatif 5,10. Dengan
tujuan menempatkan ujung-ujung dari patah tulang supaya satu sama lain saling
berdekatan dan untuk menjaga agar mereka tetap menempel sebagaimana mestinya
sehingga tidak terjadi deformitas dan proses penyembuhan tulang yang mengalami
fraktur lebih cepat10.
Proses penyembuhan pada fraktur clavicula memerlukan waktu yang cukup
lama. Penanganan nonoperative dilakukan dengan pemasangan arm sling selama 6
minggu. Selama masa ini pasien harus membatasi pergerakan bahu, siku dan
tangan. Setelah sembuh, tulang yang mengalami fraktur biasanya kuat dan kembali
berfungsi. Pada beberapa patah tulang, dilakukan pembidaian untuk membatasi
pergerakan. atau mobilisasi pada tulang untuk mempercepat penyembuhan. Patah
tulang lainnya harus benar-benar tidak boleh digerakkan (immobilisasi)10.
Imobilisasi bisa dilakukan melalui :
a. Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang.
b. Pemasangan gips : merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar
tulang yang patah Modifikasi spika bahu (gips clavicula) atau balutan
berbentuk angka delapan atau strap clavicula dapat digunakan untuk
mereduksi fraktur ini, menarik bahu ke belakang, dan mempertahankan dalam
posisi ini. Bila dipergunakan strap clavicula, ketiak harus diberi bantalan yang
memadai untuk mencegah cedera kompresi terhadap pleksus brakhialis dan
arteri aksilaris. Peredaran darah dan saraf kedua lengan harus dipantau.
14
Gambar 3. Pemasangan Gips
c. Penarikan (traksi) : menggunakan beban untuk menahan sebuah anggota,
gerak pada tempatnya.
d. Fiksasi internal : dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan (plate)
atau batang logam pada pecahan-pecahan tulang atau sering disebut open
reduction with internal fixation (ORIF).
e. Fiksasi eksternal : Immobilisasi lengan atau tungkai menyebabkan otot
menjadi lemah dan menciut. Karena itu sebagian besar penderita perlu
menjalani terapi fisik.
Tatalaksana berdasarkan tipe fraktur klavikula9:
A. Kelas A (fraktur sepertiga tengah) :
Imobilisasi fraktur midclavicular dengan Figure-of-Eight splint. Splint ini dipasang
setelah dilakukan close-reduction dengan menarik bahu ke atas dan belakang.
Keuntungan Figure-of-eight adalah pasien masih dapat menggunakan kedua
tangannya. Penyembuhan dapat terjadi selama 2 minggu untuk bayi dan 4-6
minggu untuk orang dewasa. Imobilisasi harus tetap dilakukan sampai hasil
radiografi ulangan menunjukkan pembentukan kalus dan penyembuhan di garis
fraktur.
B. Kelas B (fraktur sepertiga distal)
Tipe I (nondisplaced) dan tipe III ( articular surfaced involvement) diterapi secara
simtomatik dengan es, analgetik, dan sling. Mobilisasi dini bahu sangat penting
untuk mencegah artritis degeneratif dan mengurangi resiko adhesive capsulitis.
Untuk tipe II, IV, V (displaced) biasanya membutuhkan pembedahan.
C. Kelas C (fraktur sepertiga proximal)
Tipe ini berhubungan dengan cedera neurovaskuler perlu dilakukan
pembedahan.
15
Terapi operatif 4,8
VIII. KOMPLIKASI
Komplikasi akut:7,8
- Cedera neurovaskuler
Komplikasi lambat :7
- Mal union: proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu
semestinya, namun tidak kembali menjadi bentuk aslinya atau abnormal
(angulasi, perpendekan, atau rotasi).
- Delayed union : Fraktur sembuh dalam jangka waktu yang lebih dari normal
- Non union: kegagalan penyambungan tulang setelah 4 sampai 6 bulan
- Kekakuan sendi / kontraktur
- Post traumatik artritis terjadi pada fraktur yang melibatkan persendian, pada
kasus ini sendi AC atau sternoklavikular
IX. PROGNOSIS
Prognosis jangka pendek dan panjang sedikit banyak bergantung pada berat
ringannya trauma yang dialami, bagaimana penanganan yang tepat dan usia
penderita. Pada anak prognosis sangat baik karena proses penyembuhan sangat
cepat, sementara pada orang dewasa prognosis tergantung dari penanganan, jika
penanganan baik maka komplikasi dapat diminimalisir.7
16