Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH POLITIK INTERNASIONAL

INTERVENSI AMERIKA DINEGARA-NEGARA TIMUR TENGAH

OLEH :

DESBIN RAJA IRSANTO S (1501113385)

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS RIAU

2016/2017
KATA PENGANTAR

Salam Sejahtera

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas limpahan berkat
dan kasih-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Intervensi
Amerika Di Negara-Negara Timur Tengah. Penulisan makalah ini bertujuan untuk dapat
menjadi bahan tambahan dalam bacaan mengenai isu isu kontemporer dan diplomasi terkait
perang, diplomasi, serta kepemerintahan luar negeri dan juga sekaligus sebagai salah satu
tugas untuk memenuhi tugas UAS mata kuliah Politik Internasional.

Penulis berharap dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua, terutama kepada penulis sendiri dan dapat menambah wawasan kita mengenai
problematika intervensi yang dilakukan oleh Amerika. Makalah ini tidaklah sempurna, oleh
karena itu kami penerimaan dari pembaca atas karya ini dan apabila berkesempatan untuk
memberikan saran serta kritikan selanjutnya untuk dapat terus memperbaiki karya karya
selanjutnya. Terima kasih.

Pekanbaru, 14 Maret 2017.

Penulis

i|Intervensi Amerika di Negara-Negara Timur Tengah


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................... ii

BAB I

A. Latar Belakang .......................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................... 2
D. Kerangka Teori .......................................................................... 2

BAB II

A. Intervensi Amerika Di Irak .................................................. 4


B. Intervensi Amerika Di Suriah .................................................. 6
C. Intervensi Amerika Di Mesir .................................................. 9
D. Intervensi Amerika Di Afghanistan .................................................. 11

BAB II

A. Kesimpulan ...................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 18

ii | I n t e r v e n s i A m e r i k a d i N e g a r a - N e g a r a T i m u r T e n g a h
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Amerika yang sejak Perang Dunia Kedua sudah berada dipuncak kekuasaan dunia
bersama dengan Uni Soviet masih ingin melakukan ekspansi kekuatannya dan menguasai
secara politik dan juga militer negara-negara lain. Hal ini bahkan jelas tertulis didalam
dokumen penting yang dikeluarkan oleh Amerika yang berjudul The National Security
Strategy of The United States of America. Isi utama dokumen itu adalah sebuah penegasan
bahwa AS ingin menjadi polisi dunia dan penegasan AS akan bertindak unilateral dalam
menghadapi ancaman teroris serta senjata pemusnah massal bila negara-negara lain tidak
bersedia diajak serta1.

Dari pernyataan itu jelas bahwa Amerika akan melakukan apapun demi mencapai
tujuannya untuk menjadi Polisi Dunia atau dalam arti lain puncak hegemoni kekuasaan.
Salah satu cara untuk mencapai tujuannya ini Amerika melakukan tidakan yang keras, yaitu
intervensi politik dan militer. Hal ini jugalah yang dilakukan oleh Amerika Serikat terhadap
negara-negara Timur Tengah untuk mencapai tujuannya itu, baik itu intervensi Militer atau
intervensi Politik.

Seperti yang terjadi diIrak pada masa kepemimpinan George Bush saat
menggulingkan kepemimpinan Sadam Husein, Amerika dengan mudah masuk keIrak dan
menggulingkan patung perunggu Sadam Husein. Hal ini juga yang menjadi pemicu bagi
George W Bush untuk dengan mudah mengerahkan tentaranya untuk memenuhi ambisinya
menyingkirkan apa yang dianggap sebagai ancaman bagi Washington. Dan disini Bush juga
kembali menegaskan bahwa AS harus menjadi kekuatan satu-satunya didunia yang
bertanggung jawab atas keamanan dunia.

Invasi pasukan gabungan pimpinan AS ke Irak merupakan implementasi dari strategi


keamanan barunya dan ivasi ini merupakan langkah pertama dalam strategi barunya, untuk
memberikan peringatan yang jelas kepada negara-negara lain yang mendukung terorisme.
Terorisme disini adalah yang dijadikan dalih untuk melakukan intervensi militer begitu pula
kepemimpinan Sadam Husein yang otoriter.

1
Editor Budiarto Shambazy,2003,Obrak-Abrik Irak,Jakarta:Kompas,Hal:183

1|Intervensi Amerika di Negara-Negara Timur Tengah


Masih banyak lagi intervensi yang dilakukan oleh Amerika, khususnya diwilayah
Timur Tengah dan karya ilmiah ini ditulis untuk memaparkan seperti apa intervensi yang
dilakukan Amerika.

B. RUMUSAN MASALAH

Dalam mencapai tujuannya yang sudah tertera dalam dokumen The National
Security Strategy of The United States of America, Amerika melakukan segala cara,
termasuk intervensi, dinegara yang belum dikuasainya atau menjadi penghalag tujuannya.
Dan hal ini dilakukan dihampir seluruh negara Timur Tengah. Karya ilmiah ini ditulis untuk
memaparkan metode Amerika Serikat tersebut dengan rumusan masalah : Bagaimana
intervensi yang dilakukan Amerika Serikat DiTimur Tengah?

C. TUJUAN PENULISAN

Karya ilmiah ini ditulis untuk dapat mengetahui intervensi yang dilakukan oleh
Amerika Serikat di Timur Tengah dan mengetahui motivasi Amerika Serikat dalam
mengintervensi negara Timur Tengah sekaligus untuk menguji prilaku Amerika Serikat
berdasarkan teori yang dikaitkan nantinya.

D. KERANGKA TEORI

Penulisan ini menggunakan teori realisme untuk dijadikan teori pendukung atas
analisa yang dilakukan. Morgenthau yang menyatakan bahwa super power adalah fokus
utama hubungan internasional dan power adalah alat untuk mencapai kepentingan nasional
(national interest)2. Teori realis yang diggunakan memiliki beberapa asumsi, namun dalam
3
penulisan ini hanya dua asumsi yang akan digunakan. Asumsi pertama adalah dari
pendekatan pendekatan politik dan keamanan yaitu dengan cara menilai fungsi kekuasaan
sebagai instrumen politik luar negeri. Asumsi berikutnya adanya hierarki yang jelas dari
pokok-pokok permasalahan yang mendominasi politik internasional. Penelitian ini
difokuskan pada kajian strategi keamanan yang menganalisis strategi komponen defensif dan
ofensif.

2
Hans Morgenthau,1973,Politics Among Nation:The Strugle for Power and Peace,New York:Knopf,Hal:25
3
Jill Steans & Lloyd Pettiford,2009,Hubungan Internasional : Perspektif dan Tema,Yogyakarta:Pustaka
Pelajar.Hal:57

2|Intervensi Amerika di Negara-Negara Timur Tengah


BAB II
ISI
Seperti yang dijelaskan dalam subbab sebelumnya bahwa Amerika akan melakukan
segala cara untuk dapatmencapai tujuannya sebagai Polisi Dunia atau dalam arti lain puncak
hegemoni kekuasaan. Disini Amerika jelas sangat mencerminkan metode hubungan
internasional dalam teori Realis Morgenthau, yaitu menciptakan hierarki yang jelas dari
pokok-pokok permasalahan yang mendominasi politik internasional, didalam masalah ini
Amerika adalah puncak hierarki tersebut.
Dalam mencapai hal tersebut, Amerika juga mengikuti isi dari teori realis, yaitu
menggunakan pendekatan politik dan keamanan dengan cara menilai fungsi kekuasaan
sebagai instrumen politik luar negeri. Berulang kali Amerika melakukan intervensi politik
dinegara-negara asing dan biasanya Amerika akan berakhir menggunakan intervensi militer
apabila negara tersebut masih geming hanya menggunakan intervensi politik. Namun
diberbagai kasus bahkan Amerika langsung menggunakan intervensi militer apabila hal
tersebut dapat dilayakkan. Misalnya saja pada negara yang diduga mendukung terorisme
atau negara yang bersifat otoriter dan tidak menerapkan paham-paham demokrasi atau HAM.
Memang didalam intervensi militer, Amerika hanya melakukan diplomasi yang
bersifat koersif dan bersumber dari hard power, namun dalam melakukan intervensi politik
Amerika tidak hanya menggunakan kekuatan diplomasi pemerintahnya, namun juga
menggunakan segala alat diplomasi yang ada, termasukmedia. Hal ini terbukti dari rata-rata
revolusi yang terjadi dinegara-negara Timur tengah seperti yang dijelaskan oleh Tamburaka
Apriadi dalam bukunya yang berjudul Revolusi Timur Tengah. 4Ia menjelaskan bahwa
kebanyakan revolusi yang terjadi disebabkan oleh rasa tidak puas masyarakat Timur Tengah
terhadap pemerintahan negaranya. Rasa tidak puas ini ditimbulkan akibat pengetahuan akan
adanya informasi mengenai HAM yang diberitakan dimedia internasional, terutama media
barat, dan pengeksposan kurangnya kemanusiaan dinegara-negara Timur Tengah.
Banyak contoh-contoh kejadian yang mencerminkan sikap intervensi dari Amerika
ini. Misalnya saja sesudah berakhirnya Perang Dingin sampai saat ini, terutama setelah
terjadinya kejadian 9/11, Amerika semakin gencar melakukan aktivitas intervensi ini
diwilayah negara-negara Timur Tengah.

4
Apriadi Tamburaka,2011,Revolusi Timur Tengah:Kejatuhan Para Penguasa Otoriter Dinegara-negara Timur
Tengah ,Yogyakarta:NARASI,Hal:274

3|Intervensi Amerika di Negara-Negara Timur Tengah


A. INTERVENSI AMERIKA DI IRAK

Intervensi yang dilakukan oleh Amerika terhadap Irak adalah intervensi militer yang
akhirnya berujung pada konflik senjata. Konflik senjata antara AS (Amerika Serikat) dengan
Irak pada tahun 2003, ada tiga tujuan yaitu AS ingin menghancurkan senjata pemusnah
massal, menyingkirkan ancaman teroris internasional dan membebaskan rakyat Irak dari
penindasan rezim Saddam Hussein dengan cara memulihkan demokrasi di Irak.

Dari tiga alasan tentang masalah Irak yang harus diselesaikan dengan cara
dihancurkan ternyata dipenuhi kebohongan, yaitu : Agresi AS ke Irak untuk memusnahkan
senjata pemusnah massal adalah upaya AS untuk membohongi masyarakat internasional.
Dikatakan oleh Presiden George W. Bush bahwa Irak mempunyai senjata pemusnah atau
destruksi massal (Weapons of Mass Destruction). Disini terletak posisi Amerika yang
menginginkan posisi tidak terbantahkan yang menunjukkan keinginannya sebagai puncak
kekuasaan dunia dimana ia tidak menginginkan Irak memiliki senjata yang dapat
menghambat kekuasaan atau bahkan meruntuhkan kekuasaan Amerika.

Sebelum terjadi serangan ke Irak, Tim Inspeksi PBB yang diketuai Hans Blix
menyatakan sama sekali tidak menemukan bukti Irak memiliki senjata pemusnah masal dan
ternyata jangkauan senjata rudal Irak tidak seperti yang dikatakan AS yaitu 900 kilometer,
tetapi hanya 10 sampai 15 kilometer. Atas dasar temuan itu Saddam Hussein menyatakan,
Mampukah rudal ini menembus Israel? Mampukah mencapai AS?. Kebohongan AS makin
tampak ketika Menteri Luar Negeri AS, Collin Powell, memberikan laporan kepada Dewan
Keamanan PBB tentang upaya Irak mendapatkan uranium-oksida dari Nigeria. Menurut duta
besar Nigeria untuk PBB, Presiden Nigeria yang disebut-sebut dalam dokumen intelijen
Presiden Bush, yang dikatakan bekerjasama dengan Saddam Hussein dalam pengadaan
uranium-oksida ternyata telah lama meninggal dunia. Beberapa minggu setelah Baghdad
jatuh, pasukan AS belum berhasil menemukan senjata pemusnah massal Irak.

Menggempur Irak atas nama memerangi terorisme yang didengungkan AS tidak


dapat diterima begitu saja. Tudingan Washington bahwa Bahgdad memiliki hubungan dengan
al-Qaidah, organisasi yang sangat dibenci dan sekaligus ditakuti AS (yang dituduh telah
meledakkan gedung WTC pada 11 September 2001) sangat tidak masuk akal. Di satu sisi, al-
Qaidah adalah organisasi yang ingin menggulingkan pemerintahan berpaham liberal maupun
sekuler, sementara Partai Baath pimpinan Saddam Hussein tidak memiliki paham

4|Intervensi Amerika di Negara-Negara Timur Tengah


fundamentalisme seperti halnya al-Qaidah. Bahkan, rezim Saddam Hussein sendiri termasuk
yang harus dihancurkan oleh Al-Qaidah karena berseberangan paham (pemerintahan Saddam
Hussein berpaham sekuler, sedangkan al-Qaidah berpaham fundamentalis yang memegang
teguh ajaran Islam). Oleh karena itu, selain pemerintah AS tidak punya bukti kuat tentang
hubungan al-Qaidah dan Irak, Usamah bin Laden (pemimpin Al-Qaidah) dan Saddam
Hussein tidak mungkin bekerjasama. Apalagi, ketika Irak menduduki Kuwait pada 2 Agustus
1990, Usamah bin Laden justru menawarkan diri kepada Raja Fahad (Arab Saudi) untuk
mengirimkan veteran Arab-Afghan untuk membantu Kuwait mengusir pasukan Saddam.

Klaim Washington bahwa penggulingan Saddam Hussein dimaksudkan untuk


menyelamatkan rakyat Irak dari pemerintah yang diktaktor dan otoriter serta agar rakyat
dapat mendirikan pemerintahan yang benar-benar demokratis juga cacat dari sisi hukum.
Baik PBB maupun negara di dunia tidak ada yang memberi legitimasi AS untuk ikut campur
urusan dalam negara lain. Dalam kasus Irak, apapun sistem yang telah dan akan diterapkan di
negara itu, demokrasi atau monarki, maka hasil itu semuanya menjadi hak rakyat Irak untuk
menentukannya.

Menurut Wirawan Sukarwo terdapat dua alasan utama yang melatarbelakangi


serangan AS ke Irak. Pertama, keinginan AS untuk menghentikan proyek pengembangan
senjata pemusnah massal di Irak. Kedua, menjatuhkan rezim Saddam Hussein yang dianggap
memiliki hubungan dengan Al-Qaeda yang mengancam stabilitas regional. Dari kedua alasan
utama tersebut, Pemerintah AS menjabarkannya dalam beberapa misi mereka untuk Irak.
Bahkan pemerintah AS menganggap sebagai tugas mulia. Beberapa misi invasi yang
dianggap sebagai tugas mulia AS, antara lain sebagai berikut : (1) Mengakhiri rezim Saddam
Hussein; (2) Mengidentifikasi, mengisolasi, dan mengeliminasi senjata pemusnah massal; (3)
Mencari, menangkap, dan membawa keluar teroris dari Negara itu; (4) Mengumpulkan data
intelijen terkait yang bisa digunakan dalam jaringan pemberantasan terorisme internasional;
(5) Mengumpulkan data intelijen yang terkait dengan jaringan global di pasar gelap
perdagangan senjata pemusnah massal; (6) Mengakhiri sanksi dan secepat mungkin mengirim
bantuan kemanusiaan untuk memenuhi kebutuhan rakyat Irak; (7) Mengamankan sumber-
sumber ladang minyak yang menjadi milik rakyat Irak; (8) AS akan menjadi penolong rakyat
Irak menciptakan masa transisi untuk membangun sebuah pemerintahan yang representatif.

Namun semua alasan yang dikeluarkan oleh AS menjadi sebuah kebohongan yang
diketahui secara luas oleh dunia internasioanl. Irak terbukti tidak mengembangkan senjata
5|Intervensi Amerika di Negara-Negara Timur Tengah
pemusnah massal seperti yang dituduhkan dan Saddam Hussein tidak memiliki hubungan
dengan Osama bin Laden beserta jaringan al-Qaedanya.

Dari semua analisis terhadap motif invasi AS yang sesungguhnya, terdapat persepsi
umum bahwa ekonomilah yang menjadi faktor dominan. Beberapa perhitungan yang terkait
dengan motif ekonomi dan bisnis dari serangan AS atas Irak antara lain sebagai berikut : (1)
Kekayaan minyak bumi yang dimiliki oleh Irak merupakan cadangan minyak kedua terbesar
setelah Arab Saudi. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Centre for Global Energy
Studies (CGES) London, Irak diperkirakan memiliki 112 miliar barrel cadangan minyak.
Berdasarkan data tersebut, Irak merupakan pemilik 11 persen cadangan minyak dunia. Selain
itu, menurut US Energy Information Administration, Irak memiliki 73 ladang minyak mentah
dan hanya 15 ladang yang telah dikembangkan; (2) ingin menciptakan tatanan dunia baru
yang lebih aman dengan tujuan kebebasan ekonomi dan politik. Hal ini merupakan strategi
geopolitik AS di kawasan Timur Tengah. Bagi AS, Irak merupakan ancaman potensial bagi
kepentingannya dan sekutu terdekatnya Israel di kawasan Timur Tengah; (3) Proyek
rekontruksi pasca perang yang akan menguntungkan AS. Kehancuran infrastruktur akibat
perang akan melahirkan proyek-proyek rekontruksi dengan dana yang besar. Sebagai
pemeran utama invasi, AS akan mengambil proyek-proyek tersebut untuk meraup
keuntungan besar pascaperang.

B. INTERVENSI AMERIKA DI SURIAH

Kondisi politik di Suriah tahun 2011 berada pada kondisi krisis. Aktivis-aktivis
politik di Suriah menuntut pengunduran dan pemecatan Bashar Al-Assad yang dianugerahi
jabatan Presiden setelah meninggalnya presiden sebelumnya yang juga ayah Assad, Hafez
Al-Assad pada tahun 2000 lalu. Keluarga Assad telah memerintah Suriah dalam kurun
waktu 41 tahun terhitung 2011, semenjak Hafez Al-Assad merebut tampuk kepemimpinan
melalui kudeta berdarah pada tahun 1971. Awalnya, penduduk Suriah dan dunia menyangka
bahwa Bashar Al-Assad memiliki pola pikir yang berorientasi pada perbaikan keadaan.
Harapan ini hadir setelah selama 29 tahun berada di bawah kepemimpinan Hafez, Suriah
tidak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang signifikan dalam ekonomi dan
politik. Namun, harapan ini seolah bertepuk sebelah tangan setelah Bashar AlAssad
memberikan respon militer terhadap pemberontakan yang muncul di Suriah. Pemilu parlemen
kali ini digelar dalam sebuah konstitusi baru, guna mengakhiri monopoli kekuasaan Presiden

6|Intervensi Amerika di Negara-Negara Timur Tengah


Bashar Al-Assad dari Partai Baath. Dalam pemilu kali ini, Suriah menganut sistem multi
partai.

Sistem baru ini merupakan program yang ditawarkan oleh pemerintah Suriah dalam
rangka mengakhiri kerusuhan yang terus berlangsung di Suriah. Partai Baath terdiri dari
beberapa partai politik yang mewakili sisi politik gerakan Ba'ath. Pada awalnya Partai Ba'ath
berfungsi sebagai partai pan-Arab dengan cabang di beberapa negara Arab. Pada tahun 1996
partai ini terpecah dua, satu cabang berbasis diSuriah dan satu lagi di Irak. Kedua partai
Ba'ath ini memiliki struktur yang paralel di dunia Arab Partai Ba'ath mulai memegang kuasa
di Suriah pada tanggal 8 Maret 1963 dan tetap berpengaruh sampai sekarang

Konflik politik Suriah sejak Maret 2011 tidak lagi menjadi konflik internal antara
Rezim Bashar Al Assad dan opisisi Suriah yang dikaitkan dengan Dewan Nasional Suriah
(SNC), namun telah berkembang menjadi konflik internasional. Berbeda dengan revolusi
Arab lainnya, seperti di Mesir dan Libya, dalam konflik politik Suriah begitu banyak
kepentingan asing bersinggungan. Dalam revolusi Mesir, intervensi politik asing, dalam hal
ini, Amerika Serikat, tidak banyak mendapat penentangan dari negara lain, karena Mesir
sejatinya memang sekutu politik Washington di Timur Tengah. Dalam revolusi Libya,
intervensi memang menjadi sebuah intervensi militer, namun sekalipun demikian, tetap tidak
ada dukungan masif dari blok negara penentang, yang ada hanya sedikit suara sumbang
tentang perlunya penghormatan atas kedaulatan Libya.

Konflik politik Suriah melahirkan gesekan kuat antara blok barat yang diwakili
Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis dengan blok timur yang diwakili Rusia dan Cina.
Gesekan kedua blok terlihat sangat kentara di sidang-sidang PBB. 5Rusia dan Cina selalu
memveto upaya pengutukan ataupun sangsi terhadap Rezim Bashar Al Assad dalam sidang
Majelis Umum dan Dewan Keamanan PBB. Bahkan di tengah konflik, Russia menguatkan
kerjasama militer dengan Suriah.

Pada awalnya, Amerika Serikat memilih politik pembiaran, dan berlindung dibalik
retorika-retorika kosong atas kebiadaban rejim Bashar. Cara ini dipilih Amerika Serikat,
untuk memberi ruang waktu bagi Bashar dan tentaranya untuk membungkam tuntutan
mujahidin di Suriah yang menginginkan terbentuknya negara Khilafah Islamiyyah. Tetapi,
Bashar dan tentaranya tidak berhasil sama sekali melumpuhkan kekuatan kelompok-

5
Dina Y.Sulaeman,2013,Prahara Suriah,Depok:Pustaka Iman,Hal:109-120

7|Intervensi Amerika di Negara-Negara Timur Tengah


kelompok jihad di Suriah. Bahkan tentara-tentara Hizbullah yang diperbantukan di Suriah,
yang diharapkan bisa melumpuhkan pejuang-pejuang Suriah secepat-cepatnya, ternyata juga
tak berdaya menghadapi milisi-milisi Suriah.

Di sisi lain, kelompok-kelompok mujahidin dan mayoritas rakyat Suriah justru


semakin disatukan dalam sebuah visi mulia, yakni berjuang di atas Al-Quran dan Sunnah,
dan terus berjuang hingga berhasil menegakkan Daulah Khilafah Islamiyyah. Tidak hanya
itu, mereka juga telah belajar dari Arab Spring yang arahnya telah dibajak oleh Amerika
Serikat dan sekutunya. Kegagalan Arab Spring memberikan sebuah kesadaran bahwa
revolusi Islam yang benar tidak akan pernah terwujud kecuali mereka memisahkan diri
sepenuhnya dari barat, lembagalembaga pro barat, baik skala internasional maupun regional,
seperti PBB, OIC, Liga Arab, serta penguasa-penguasa Timur Tengah. Kesadaran ini
membuat tekad mereka untuk tidak meminta bantuan kepada Amerika Serikat dan Sekutunya.
Di beberapa kota di Suriah, ribuan kaum Muslim Suriah bersumpah untuk terus mengawal
revolusi Suriah dengan hanya bersandar kepada pertolongan Allah semata. Akibatnya seluruh
upaya, usulan, solusi, dan kebijakan Amerika Serikat untuk menyelesaikan krisis Suriah tidak
membuahkan hasil. Pasalnya, usulan dan solusi Amerika Serikat tidak akan pernah diterima
oleh rakyat Suriah.

6
Alasan Intervensi yang dilakukan Amerika Serikat mencakup dua kepentingan :
Pertama adalah kepentingan jangka pendek yang dimaksudkan memenangkan posisi Israel
diTimur Tengah sebagai perpanjangan Amerika sendiri. Seperti yang diketahui bahwa pada
2008 perekonomian Amerika mmenjadi lesu dan permintaan minyak Amerika terhadap
negara Petrodollar menurun sehingga kepeduliannya terhadap konflik dinegara-negara
tersebut, termasuk Suriah,menurun. Namun, negara perpanjangannya yaitu Israel tetap
membutuhkan pasokan minyak dari sana, karena itu Amerika melakukan Intervensinya dmei
menjaga kstabilan tersebut.

Alasan lainnya adalah didasarkan oleh kepentingan hegemoninya. Dengan


keberhasilan AS menggulingkan pemerintahan Bazhar Al Assad. Meski di kecam oleh
masyarakat dunia, Amerika semakin terbuka peluangnya untuk menampakan pengaruh
politiknya dikawasan timur tengah secara penuh. Selama ini, pengaruh politik AS dikawasan
itu belum dapat terwujud secara maksimal dikarenakan rezim Bazhar Al Assad adalah figur

6
Dina Y.Sulaeman,2013,Prahara Suriah,Depok:Pustaka Iman,Hal:150-152 & 169-170

8|Intervensi Amerika di Negara-Negara Timur Tengah


yang secara terang - terangan memiliki keberanian setalah iran untuk menentang hegemoni
amerika. jatuhnya pemerintahan Bazhar Al Assad juga memberi kesempatan kepada Israel
untuk menjadi pemegang kekuasaan tunggal di kawasan timur tengah. Israel dengan gencar
melakukan lobi ke Amerika agar menyerang Suriah dan menjatuhkan pemerintahan Bazhar
Al Assad karena rezim tersebut sangat membahayakan posisi Israel. Ambisi Israel untuk
menancapkan pengaruhnya secara utuh di kawasan timur tengah memang sempat terhalang
oleh irak. Permasalahan di Irak ini mengakibatkan stabilitas negara negara di kawasan
Timur Tengah terganggu.

Invasi AS ke Irak telah mengubah peta strategis di Timur Tengah, dan yang paling
terpengaruh adalah Suriah. Suriah yang berbatasan langsung dengan Irak sadar bahwa
kekuatan AS bisa menjadi ancaman bagi mereka juga. Pengaruh tersebut banyak yang
bersifat negatif, dimana Suriah mendapat tekanan untuk menyesuaikan kebijakan politiknya
dengan kepentingan AS di Timur Tengah. Irak selama ini menjadi sandaran strategis Suriah
bila setiap saat memuncak krisis konflik Arab-Israel. Maka, Suriah kini benar-benar
mendapat pukulan politik luar biasa menyusul pendudukan AS atas Irak itu. Suriah tidak
hanya kehilangan sandaran strategisnya, yakni Irak, tetapi ia sendiri dalam keadaan kurang
menguntungkan, di mana di sebelah barat ada Israel dan di sebelah timur terdapat Amerika.
Adapun sandaran strategis Suriah yang lain, yakni Iran, juga berada dalam posisi kurang
menguntungkan pula. Di sebelah timur Iran, ada Afganistan yang diduduki pasukan
multinasional pimpinan AS dan di sebelah barat terdapat Irak yang diduduki AS. Walaupun
Suriah mengalami keadaan yang kurang menguntungkan, akan tetapi Amerika menganggap
Suriah sebagai ancaman hal ini di karenakan Suriah di identifikasi oleh pemerintahan
Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang mensponsori terorisme global yang terjadi.
Suriah juga diduga telah mengembangkan senjata massal dan perjanjian kerja sama jangka
panjang teknologi nuklir dengan Rusia walaupun secara spesifik belum terbukti.

C. INTERVENSI AMERIKA DI MESIR


Kondisi politik diMesir pada tahun 2010 sudah mulai memanas, semua ini
disebabkan karena kurangnya kebebasan HAM yang menjadi bahan kritis organisasi hak
asasi manusia internasional dan juga lokal. Akibat hal ini, masyarakat merassa bahwa hak
mereka sudah terancam dan pemerintah tidak juga segera menurunkan kebebasan hak
masyarakatnya namun tetap bersikap otoriter. Presiden Hosni Mubarak adalah pemimpin
otoriternya saat itu.

9|Intervensi Amerika di Negara-Negara Timur Tengah


Perbedaannya dengan negara-negara Timur Tengah lainnya dimata Amerika, Mesir
merupakan salah satu sekutu utama Washington diTimur Tengah sejak tahun 1970an dan
bahkan saat ini merupakan penerima bantuan kedua tertinggi dari Amerika setelah Israel 7.
Karena itu, tidak terlalu banyak sebenarnya tentangan, baik itu dari pihak internasional
maupun lokal Mesir, terhadap intervenssi yang dilakukan. Namun yang ingin ditunjukkan
disini bahwasannya Amerika tidak akan tanggung-tanggung dalam mencapai tujuannya
bahkan terhadap negara sekutunya dan disini Amerika bahkan sudah dengan jelas menjadikan
dirinya Polisi Dunia dengan menghakimi peristiwa revolusi diMEsir dan mengatur
kelanjutan peristiwa ini. Demi menjadikan HAM dan Demokrasi sebagai panduan dunia,
Amerika tidak segan mengintervensi sekutunya sendiri.
Seperti yang dijelaskan dalam subbab sebelumnya, bahwa cara Amerika melakukan
intervensinya juga menggunakan menggunakan media. Disini, awal terjadinya revolusi
disebabkan oleh seorang pemuda asal Mesir yang menggunakan media elektronik sebagai
senjata revolusinya. Pemuda ini mendapatkan pengetahuan akan Demokrasi serta HAM
setelah ia menyelesaikan studinya diAmerika Serikat dalam bidang Komputer. Hanya saja,
akibat aksi revolusinya, ia ditemukan dalam keadaan tewas. Hal ini yang menjadi pemicu
masyarakat Mesir untuk melakukan protes.
Untuk melakukan aksi intervensinya, Amerika lewat media beritanya memanasi
rakyat dengan menyampaikan Tidak Internet,SMS! Apa yang berikutnya? Telepon Seluler?
Menjaga untuk Stabilitas. Hal ini disampaikan oleh Amerika setelah pemerintah memblokir
internet yang dijadikan alat revolusi oleh massyarakat Mesir. Cukup dengan tindakan ini,
Amerika berhasil menaikkan tensi masyarakat untuk bertindak lebih jauh. Masyarakat Mesir
mencoba mencari alternatif untuk mendapatkan jaringan online demi mendorong keluarnya
arus informasi.
Dengan semakin maraknya protes dan aksi revolusi, akhirnya Amerika melakukan
tindakan langsungnya dengan melakukan intervensi politik. AS mengumumkan bahwa karena
protes terus berlangsung, pemerintah Obama akan meninjau kembali bantuan, baik militer
maupun non-militer yanng diberikan kepada Mesir. Dengan dilakukannya hal ini oleh
Amerika, pemerintah Mesir memang tidak serta merta langsung merespon, namun hal ini
merupakan salah satu faktor yang mempercepat terjadinya proses transisi kepemimpinan.
Dalam proses transisi ini, bahkan Amerika juga turut melakukan tindakan dengan
menyampaikan pendapatnya. Amerika berharap agar terjadi transisi pemerintah secara tertib

7
Apriadi Tamburaka,2011,Revolusi Timur Tengah,Yogyakarta:NARASI,Hal:80

10 | I n t e r v e n s i A m e r i k a d i N e g a r a - N e g a r a T i m u r T e n g a h
menuju demokrasi yang tengah berlangsung diMesir. Hal ini dilakukan karena kekerasan
diMesir yang merupakan sekutu Amerika mengancam stabilityas Timur Tengah dan
menjadikan posisi Obama selaku presiden Amerika dalam persoalan diplomatik. Disini sudah
jelas bahwa Amerika ingin menjadikan Mesir menjadi negara Demokratis sesuai dengan isi
tujuan Amerika yang ingin mendemokratisasikan dunia, dan hal ini dilakukan setelah
mencabut bantuannya seolah mengatakan Menjadi negara demokrasi merupakan syarat
mendapat bantuan Amerika. Setelahnya, Amerika juga mencabut bantuan militer dan
sipilnya, hal ini diucapkan oleh Juru Bicara Gedung Putih Robert Gibs dalam berita BBC
dengan topik judul Egypt Unrest :Serial8.
Namun intervensi paling jelas adalah saat Amerika menyatakan perlunya
pembentukan pemerintahan sementara yang didukung militer dan hal tersebut merupakan
beberapa ide yang sedang dibahas antara mesir dan rezim pemerintahan Obama. Hal ini
dinyatakan oleh para pejabat Amerika dengan syarat anonim untuk membahas pembicaran
sensitif. Dengan ini sudah jelas bahwa terdapat campur tangan politik Amerika dalam
penbentukan pemerintahanbaru Mesir.
Tujuan dilakukannya intervensi ini oleh Amerika tidak lain demi menyelamatkan
nama baik Amerika sendiri sebagai perwakilan dan promotor dari nilai-nilai demokrasi dan
HAM. Demi menjaga hal itu, Amerika dengan segera mengintervensi konflik dan
pemerintahan yang ada demi membentuk negri demokrasi yangmenjunjung HAM dan
menegaskan ulang posisinya diMesir serta menguatkan namanya diTimur Tengah. Namun
bukan hanya itu saja. Amerika juga harus segera mengatasi masalah ini demi menjaga
stabilitas politik Timur Tengah agar tidak mengaccaukan jalur minyak. Bahwa Amerika
merupakan salah satu negara pengkonsumsi minyak terbesar dunia dan pada tahun 2011
Amerika baru saja lepas dari resesinya sehingga ia membutuhkan pasokan minyak sebagai
energi industrinya mengharuskan Amerika bertindak cepat.
D. INTERVENSI AMERIKA DI AFGHANISTAN

Dalam intervesi Amerika di Afghanistan, tujuan utamanya tidak terletak didalam


pemerintahan Afghanistan melainkan terlatak pada fraksi yang berdiamdiAfghanistan, namun
hal ini tetap menyangkut kedaulatan pemerintahan Afghanistan karena telah melewati batas
negaranya. Fraksi yang dimaksud disini adalah teroris yang dianggap Amerika
bertanggungjawab atas kejadian 9/11 gedung WTC. Afghanistan diintervensi secara militer
dengan dimasukinya wilayah Afghanistan militer Amerika tanpa persetujuann pemerintahan

8
http://news.bbc.co.uk/2/hi/middle_east/9388296.stm . Diakses pada 03-06-2017 pukul 09.56 WIB

11 | I n t e r v e n s i A m e r i k a d i N e g a r a - N e g a r a T i m u r T e n g a h
Afghanistan. Semua ini dilakukan demi menghabisi terorisme yang dimaksud demi menjaga
kekuasaan Amerika.

Invansi militer Amerika ke Afghanistan dimulai pada tanggal 7 Oktober 2001


dengan kode operasi bernama OEF (Operation Enduring Freedom). Operasi ini dilakukan
bersama dengan pemerintah Inggris dalam menanggapi serangan 11 September 2001.
Amerika beranggapan bahwa operasi militer yang dilakukan kepada Afghanistan bertujuan
untuk menangkap Osama Bin Laden, yang dituduh Amerika sebagai dalang dari peristiwa
mega terorisme penabrakan pesawat ke gedung WTC. Invansi ini juga bertujuan untuk
menghancurkan Al Qaeda dan Taliban (organisasi yang menolak menyerahkan Osama Bin
Laden). Dalam Invansi militer tersebut Amerika menggunakan menggunakan pasukan perang
dari segala lini. Amerika dan NATO mengerahkan pasukan darat, laut dan Udara dalam
operasinya dalam melumpuhkan Taliban dan al-Qaeda. Amerika menggunakan skuadron
udara untuk mengbombardir bangunan dan daerah-daerah yang mereka nyatakan sebagai
basis terorisme.

Namun perang dalam mengahadpi terorisme yang dinyatakan Amerika sebagai


tujuan mereka menginvansi Afghanistan ternyata tidak hanya menelan koraban dari pihak
kombatan saja, Amerika ternyata juga banyak membunuhi warga-warga sipil Afghanistan
dan menghancurkan infrastruktur Afghanistan.

Bila kita melihat dari pendekatan Solidaritas International Society Theory, dapat kita
lihat bahwa invansi yang dilakukan oleh Amerika kepada Afghanistan merupakan suatu
tindakan yang tidak bermoral dan melanggar prinsip-prinsip Hukum Humaniter
Internasional, dimana kaum solidaritas beranggapan bahwa intervensi Internasional terhadap
suatu Negara hanya boleh dilakukan oleh PBB,karena PBB lah badan yang ditunjuk untuk
menciptakan kedamaian didunia ini, dan Negara lain baru bisa mengintervensi ketika PBB
tidak sanggup lagi mengatasi masalah tersebut, hal ini berkebalikan dengan apa yang terjadi
di Afghanistan, Amerika memutuskan untuk melakukan intervensi dan bahkan invansi tanpa
persetujuan PBB dan tidak didahului oleh PBB. Hal ini bila kita lihat dari pendekatan
solidaritas international theory merupakan suatu pelanggaran.

Selain itu pendekatan solidaritas international theory menekankan dalam aspek


moral saat terjadinya perang,dan itu dapat kita lihat dari 8 prinsip-prinsip utama Hukum
Humaniter International. Namun dari pengamatan-pengamatan dan pemberitaan media masa,

12 | I n t e r v e n s i A m e r i k a d i N e g a r a - N e g a r a T i m u r T e n g a h
amerika telah banyak melanggar prinsip-prinsip dan Hukum Humaniter International, dimana
Amerika telah mengesampingkan moralitas dan sisi kemanusiaan untuk memenangkan
perang, tentunya hal ini telah merubah afghanista menjadi ladang pertumpahan darah warga-
warga sipil yang tidak berdosa.

4 oktober 2009, serangan udara yang dilakukan oleh Amerika diprovinsi Helmand
menewaskan 9 warga sipil, dan sebelumnya, pada minggu pertama September 2010,
jet tempur Amerika menewaskan 140 orang penduduk. Serangan udara yang
ditenggarai mengandung fosdor tersebut juga menghancurkan sekolah-sekolah yang
ada. Hal ini dapat kita indikasikan bahwa Amerika telah melanggar prinsip-prisnsip
Hukum Humaniter Internasional. Berikut adalah beberapa kejahatan perang yang
dilakukan oleh Amerika Pembunuhan terhadap warga sipil : kelompok HAM
Afghanistan menyatakan bahwa selama 9 tahun invansi amerika setidaknya telah
menewaskan 1.074 orang,dimana korban disebabkan oleh, serangan darat, udara,
dan terkena ranjau. Amerika bahkan menyerang suatu pesta pernikahan yang
menyebabkan setidaknya 100 orang tewas atau luka-luka.
Penghancuran infrastruktur umum dan rumah-rumah sipil: dimana hal disebabkan
oleh pengeboman oleh pihak Amerika dan sekutunya. Infrastruktur yang hancur
antara lain adalah sekolah,gedung-gedung perkantoran, ladang, sumber air, dan
rumah penduduk.
Penahanan tanpa peradilan dan ditahan di penjara yang tidak mengakomodir hak
azazi manusia dan tidak terbuka untuk umum. : sebagian besar para tahanan yang
ditangkap di Afghanistan akan dipenjarakan dipenjara Guantanamo,sebuah penjara
yang berada di Teluk Cuba

Ketua Mahkamah Agung Afghanistan, Muhammad Ishak menyinggung eskalasi


intervensi Amerika Serikat terhadap urusan internal negara ini. Ia menyebut dirinya diancam
akan didepak dari jabatan bergengsi itu, karena tidak mengindahkan usulan Duta Besar AS
untuk Afghanistan, Karl W. Eikenberry. Dilaporkan, Duta Besar AS di Kabul mendesak
pengusutan kasus yang menimpa salah seorang pimpinan bank Afghanistan. Namun,
Muhammad Ishak menolaknya, dan Eikenberry mengancam pencopotan jabatan Ketua
Mahkamah Agung itu.

Ketua Mahkamah Agung Afghanistan dipilih atas usulan presiden dan disetujui
parlemen. Menurut Muhammad Ishak, presiden Afghanistan sendiri tidak bisa menekan
13 | I n t e r v e n s i A m e r i k a d i N e g a r a - N e g a r a T i m u r T e n g a h
lembaga independen tersebut, apalagi seorang dubes asing. Dengan demikian, ancaman
Eikenberry terhadap Muhammad Ishak menunjukkan bahwa kekuasaan Eikenberry
melampaui presiden Afghanistan sendiri. Ishak menegaskan, Dubes AS secara arogan
mengintervensi urusan internal Afghanistan.

Eskalasi friksi antara Mantan Panglima Angkatan Bersenjata AS dan NATO di


Afghanistan, Stanley McChrystal dengan Dubes AS berbuntut lengsernya McChrystal dari
jabatannya. Dengan dukungan penuh Presiden Barack Obama, Eikenberry merasa
kekuasaannya semakin gemuk dari sebelumnya. Dengan kekuatan tersebut, Eikenberry berani
terang-terangan mengancam akan mencopot jabatan ketua lembaga yudikatif tertinggi di
sebuah negara.

Pendudukan AS dan NATO atas Afghanistan menyebabkan para politisi dan pejabat
pengadilan AS dan NATO semakin congkak dalam mengintervensi urusan dalam negeri
Afghanistan. Bahkan, Presiden Afghanistan sendiri turut mengecam intervensi terang-
terangan Washington terhadap urusan internal pemerintah Kabul.

Saking benderangnya intervensi tersebut, para analis menyebut Afghanistan sebagai


sebuah provinsi kecil bagi AS. Gedung Putih dengan sesuka hatinya bisa mengambil
keputusan di bidang militer dan keamanan, bahkan urusan pengadilan Afghanistan. Tentu
saja, hal ini melanggar independensi dan kedaulatan nasional Afghanistan.

Di saat pemerintah dan parlemen Afghanistan menegaskan upaya melengkapi


persenjataan militer dan kepolisian nasional negara ini, dan menyerahkan urusan keamanan
kepada institusi keamanan di negara itu, AS justru menekankan akan menambah tentaranya
di Afghanistan. Di mata rakyat Afghanistan, hal tersebut bukan hanya tidak membantu
penyelesaian masalah keamanan negara ini, bahkan memicu eskalasi kekerasan di negara ini.
Di saat gelombang protes keras ketua mahkamah agung Afghanistan terhadap intervensi yang
dilakukan Dubes AS di Kabul semakin meningkat, Muhammad Ishak mendesak penyelidikan
masalah ini melalui lembaga politik seperti Departemen Luar Negeri supaya kejadian serupa
tidak terulang kembali.(IRIB/PH/SL).

Disini sudah jelas tampaak Intervensi Amerika sendiri, dimana saat Afghanistan
ingin bertindak sesuai kedaulatannya dan menegakkkan keadilan dan keamanan wilayahnya
oleh instansinya, Amerika tidak menghiraukan hal tersebut dan tetap merengsek masuk

14 | I n t e r v e n s i A m e r i k a d i N e g a r a - N e g a r a T i m u r T e n g a h
kewilayah Afghanistan. Intervensi ini dilakukan demi satu tujuan, yaitu demi menjaga
kekuasaan unipolar Amerika dan menghilangkan segala bentuk ancaman yang dapat
mengganggu kekuasaan hegemoninya. Amerika tetap ingin menjaga kepercayaan publik
internasional bahwa tidak ada jenis ancaman apapun yang dapat menggoyahkan
kekuasannya.

Meski seharusnya Amerika mendahulukan keputusan PBB yang masih belum


menentukan untuk melakukan intervnsi atau tidak, namun Amerika langsung bertindak,
dengan menggandeng negara sekutunya untuk melakukan intervensi militer terhadap
Afghanistan. Hal ini dilakukan Amerika demi menjaga keabsahan kekuasaannya.

15 | I n t e r v e n s i A m e r i k a d i N e g a r a - N e g a r a T i m u r T e n g a h
BAB III
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN

Amerika telah berhasil sampai belakangan ini mempertahankan posisi puncak


hegemoni dunianya, bahkan saat ini Amerika masih dianggap pemegang kekuasaan dunia
meski terdapat Tiongkok yang menyainginya. Pencapaian ini dicapainya lewat diplomasi dan
juga kebijakan luar negerinya, dan hal ini juga tidak jauh dari prilaku atau sikap intervensi
yang dilakukannya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa tujuan Amerika yang
tercantum dalam The National Security Strategy of The United States of America bahwa
Amerika ingin menjadi Polisi Dunia atau dalam arti lain menjadi pihak berwewenang atas
semua hal didunia atau menjadi puncak kekuasaan tertinggi.

Hal ini dicapai oleh Amerika dengan cara memupuk kekuataan militer dan ekonomi
serta menguasai seluruh negara-negara yang dianggap menjadi penghambat tujuannya dan
menjadikan sekutu negara-negara yang dianggap akan berguna. Disinilah Amerika
menerapkan kebijakan intervensinya demi mengurangi hambatan yang ada. Sesuai dengan
teori realisme, bahwa power atau kekuasaan adalah yang menentukan segalanya. Semakin
besar tingkat kekuasaannya maka semakin besar tingkat kemungkinan Amerika dalam
menguasai dunia.

Berdasarkan kejadian dan peristiwa yang ada, Amerika tidak akan segan terhadap
apapun, negara manapun, institusi manapun, bahkan meski itu sekutu dan rekan akan tetap
diperlakukan sama oleh Amerika jika menjadi peghalang Amerika dalam mencapai
tujuannya. Hal inilah yang menjadi alasan teguh sekaligus motivasi dasar bagi Amerika untuk
terus melakukan prilaku intervensinya, dan ini berlaku bagi era presiden manapun. Meski
bagi beberapa Presiden, prilaku ini agak sedikit teredam.

Intervensi yang dilakukan oleh Amerika tidak terbatas hanya berdasarkan dari
intervensi politik, bahkan intervensi langsung yang paling sering digunakan oleh Amerika
adalah intervensi militer. Dibeberapa kejadian, Amerika juga melakukan intervensi tidak
langsung melalui badan-badan tertentu seperti PBB menggunakan hak Vetonya atau
menggunakan NATO sebagai perpanjangan tangan kemiliterannya sebagai sarana intervensi
militer. Terkadang Amerika juga menggunakan teknik ancaman untuk menembuskan
proposalnya terhadap suatu negara tertentu dan itu bisa mengancam melalui ekonomi, militer
16 | I n t e r v e n s i A m e r i k a d i N e g a r a - N e g a r a T i m u r T e n g a h
dan politik. Namun disini agaknya perlu digarisbawahi bahwa terkadang memang terdapat
intervensi yang jika diteliti adalah pantas dilakukan mengingat kondisi yang ada, walau hal
ini juga tidak serta merta membenarkan prilaku intervensi Amerika tersebut.

Sementara, prilaku intervensi Amerika yang saat ini masih berfokus kenegara-negara
Timur Tengah, atau lebih spesifik lagi adalah negara-negara Islam adalah disebabkan faktor
kepentingan dan juga keamanan. Pertama, berdasarkan faktor kepentingannya, negara-negara
Timur Tengah adalah negara Petro dollar yang mana merupakan pemilik cadangan minyak
dunia terbesar dan Amerika mengkonsumsi minyak sebagai bahan bakar utamanya sehingga
Amerika harus mengamankan posisinya. Jika ditinjau dari faktor keamanan adalah karena
negara-negara muslim umumnya memiliki nilai-nilai yang bertolak belakang terhadap
Amerika dan menganggap Amerika sebagai negara yang mengancap keamanan dan juga
kesejahteraan negara-negara Islam, hal ini dipandanng sebagai Amerika adalah sebagai
sebuah ancaman yang dapat mengganggu kestabilan kekuasaannya. Maka dari itu Amerika
melakukan tindakan intervensinya untuk menyamakan nilai-nilai yang dianut,
menguasai/menginvasi dan menundukkan negara tersebut agar dapat mengikuti arus yang
berlaku dan menyetujui tindakan serta aktivitas Amerika.

17 | I n t e r v e n s i A m e r i k a d i N e g a r a - N e g a r a T i m u r T e n g a h
DAFTAR PUSTAKA
Referensi Buku :
Morgenthau,Hans.1973.Politics Among Nation:The Strugle for Power and
Peace.New York:Knopf.
Shambazy,Budiarto.2003.Obrak-Abrik Irak.Jakarta:Kompas.
Tamburaka,Apriadi.2011.Revolusi Timur Tengah:Kejatuhan Para Penguasa
Otoriter Dinegara-negara Timur Tengah.Yogyakarta:NARASI
Y.Sulaeman,Dina.2013.Prahara Suriah.Depok:Pustaka Iman
Jill Steans & Lloyd Pettiford.2009.Hubungan Internasional : Perspektif dan
Tema.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Risen,James.2007.Negara Haus Perang.Bandung:Zenit.
Iwan,dkk.2002.Perang Afghanistan.Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Utama.

Referensi Jurnal: (Nasional)

Adeodatus Primus Renold Kota Sera Suka Lumba.2014. Intervensi militer amerik
serikat dalam konflik politik di suriah tahun 2011. eJournal Ilmu Hubungan Internasional.
Vol 2 ( 3 ): 775-788.

Referensi Jurnal : (Internasional)

Valentina Tadeo.2010. U.S. Response to Terrorism: A Strategic Analysis of the


Afghanistan Campaign.Journal of Strategic Security.Vol 3 (2) :27-38.

Carol B. Schwalbe.2013.Visually Framing the Invasion and Occupation of Iraq in


TIME, Newsweek, and U.S. News & World Report.International Journal of
Communication.Vol 7 :239-262.

Anne Alexander & Miriyam Aouragh.2014. Egypts Unfinished Revolution: The


Role of the Media Revisited.International Journal of Communication.Vol 8 : 890915.

Shabnum Akhtar.2014.Rise of the Taliban and the US Intervention in Afghanistan.


IOSR Journal Of Humanities And Social Science.Vol 19 (8):44-50. (www.iosrjournals.org)

Erica D Borghard.2013. Arms and Influence in Syria The Pitfalls of Greater U.S.
Involvement.Cato Institute:Journal Policy Analysis.No 734 : 2-12.

18 | I n t e r v e n s i A m e r i k a d i N e g a r a - N e g a r a T i m u r T e n g a h

Anda mungkin juga menyukai