Anda di halaman 1dari 21

A.

Sistem Pembayaran

1. Pengertian Sistem Pembayaran

Pembayaran adalah aktivitas pemindahan dana guna memenuhi suatu


kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi. Pembayaran ini
terjadi setiap hari, melibatkan ribuan transaksi ekonomi yang beraneka
ragam, seperti seperti jual beli barang dan jasa, pembelian dan pelunasan
kredit, melibatkan miliaran rupiah dengan berbagai alat pembayaran
seperti pembayaran tunai dengan uang kartal, Cheque, Bilyet Giro,
Wesel dan lain-lain.

Proses pembayaran memang mudah dan sederhana, tetapi bisa juga


kompleks dan sulit tergantung dari kompleks tidaknya transaksi
ekonomi yang terjadi. Pembayaran secara umum dapat diartikan sebagai
pindahnya kepemilikan hak atas dana dari pembayar kepada
penerimanya. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
pembayaran adalah perpindahan hak atas nilai antara pihak pembeli dan
pihak penjual yang secara bersamaan terjadi perpindahan hak atas
barang atau jasa secara berlawanan.

Pembayaran bukanlah sebagai suatu proses yang berdiri sendiri, yang


terjadi secara spontan tanpa ada kaitannya dengan transaksi lain, sebab
setiap pembayaran merupakan realisasi dari suatu transaksi ekonomi.
Pembayaran dapat dilakukan secara tradisional sederhana yang tidak
memerlukan jasa bank, atau suatu proses yang cukup rumit, dimana
lembaga perbankan mempunyai peran yang sangat penting dan
memerlukan jasa-jasa perantara karena tanpa jasa perantara tidak dapat
terlaksana dengan aman cepat dan efisien.
Secara etimologi, kata sistem berasal dari Bahasa Yunani yaitu
Systemo, sedangkan dalam Bahasa Inggris dikenal dengan System
yang mempunyai satu pengertian yaitu sehimpunan komponen atau
bagian yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan satu
keseluruhan yang tidak terpisahkan. Lalu apa itu sistem pembayaran?
Pengertian sistem pembayaran yang lebih lengkap sebagaimana definisi
sistem pembayaran menurut UU No.23/1999 tentang Bank Indonesia
pasal 1 angka 6:

Sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga dan mekanisme


yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi
suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi.

Sistem Pembayaran adalah tata-cara atau prosedur yang saling


berkaitan dalam pemindahan sejumlah nilai uang (alat pembayaran) dari
satu pihak ke pihak lain yang terjadi karena adanya transaksi ekonomi.

Adapun tata-cara atau prosedur yang digunakan dalam pemindahan


dana ini bermacam-macam dari cara-cara yang paling sederhana sampai
dengan sistem pemindahan nilai uang secara elektronik seperti saat ini.
Tentu saja dalam sistem pembayaran ini akan melibatkan berbagai
lembaga sebagai perantara yang memberikan jasa dalam hal
penyelesaian pembayaran tersebut.

Pada tingkat yang paling dasar, sistem pembayaran adalah suatu cara
yang disepakati untuk mentransfer suatu nilai (value) antara pembeli dan
penjual dalam suatu transaksi. Sistem pembayaran memfasilitasi
pertukaran barang dan jasa dalam suatu perekonomian.

Dalam pandangan Manuel Guitian mantan Direktur the Monetary and


Exchange Affairs Department IMF, sistem pembayaran mencakup
seperangkat alat dan sarana umum yang diterima dalam melakukan
pembayaran, kerangka kelembagaan dan organisasi yang mengatur
pembayaran tersebut (termasuk peraturan prudensial), dan prosedur
operasi serta jaringan komunikasi yang digunakan untuk memulai dan
mengirimkan informasi pembayaran dari pembayar kepada penerima
dan menyelesaikan pembayaran.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999


Tentang Bank Indonesia dikatakan bahwa sistem pembayaran adalah
suatu sistem yang mencakup seperangkap aturan, lembaga, dan
mekanisme, yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana
guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan
ekonomi.

Sementara itu menurut Bank for Internasional Settlement (BIS), sistem


pembayaran mencakup seperangkat sarana, prosedur perbankan dan
sistem transfer dana antarbank yang menjamin sirkulasi uang.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem pembayaran merupakan sistem


yang berkaitan dengan pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak
ke pihak lain. Hal ini juga melibatkan berbagai lembaga, seperti bank
sentral, bank umum, bank komersial dan lembaga keuangan lainnya.
Bank sentral dan bank umum atau bank komersial menjadi
penyelenggara dan penguna sistem pembayaran yang besar.
2. Komponen- komponen yang Membentuk
Sistem Pembayaran

Adapun komponen-komponen yang membentuk sistem pembayaran


adalah sebagai berikut. :

a. Alat pembayaran (payment instruments). Setiap transaksi pembayaran


memerlukan beberapa bentuk alat pembayaran yang memenuhi
standar fisik, hukum dan peraturan. Alat pembayaran dapat
dikelompokkan atas alat pembayaran tunai dan alat pembayaran
nontunai. Alat pembayaran tunai contoh sederhana dari alat pembayaran.
Alat pembayaran tunai lebih banyak memakai uang kartal (uang kertas
dan logam). Sementara itu, alat pembayaran nontunai memerlukan
penggunaan satu atau lebih untuk menyelesaikan transaksi.

b. Sistem pembayaran yang memproses berbagai instrumen pembayaran


(interbank fund transfer system). Variasi cukup banyak tergantung pada
alat pembayaran yang diprosesnya. Faktor penting yang memengaruhi
pengoprasian sistem transfer dana antarbank adalah penggunaan
teknologi informasi. Pengolahan data elektronik dan telekomunikasi,
misalnya, telah memungkinkan pengenalan Real Time Gross Settlement
System (RTGS). RTGS adalah proses penyelesaian akhir transaksi
(settlement) pembayaran yang dilakukan per transaksi dan bersifat real
time.

c. Lembaga yang memproses sistem pembayaran (payment systems


operators). Di Indonesia lembaga tersebut antara lain adalah sebagai
berikut.
1) Bank Indonesia menggunakan sistem BI-RTGS dan SKNBI. Dengan
BI-RTGS, Bank Indonesia memproses setelmen transfer kredit
antarbank untuk high value transfer, setelmen kliring BI, setelmen
kliring pasar modal, setelmen kliring switching company, setelmen surat
berharga dan transfer dalam rangka pengelolaan dan fiskal. Semuanya
menggunakan central bank money. Sementara itu dengan SKNBI, Bank
Indonesia melakukan kliring antarbank untuk alat pembayaran cek, BG,
nota debet lainnya, dan transfer kredit antarbank.
2) PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menggunakan Central
Depository and Book Entry Settlement System (C-BEST). Perusahaan
ini menyelenggarakan kliring surat berharga pasar modal di Bursa Efek
Indonesia. Settlement kliring surat berharga ini disetel pada Sistem BI-
RTGS.
3) Switching atau penyelenggara Kliring Alat Pembayaran
Menggunakan Kartu (APMK). Sistem yang digunakan adalah Shared
ATM Network, Shared Debit Network dan Shared Credit Card Network.
Dengan sistem ini mereka memproses kliring APMK dan melakukan
setelmen pada bank atau lembaga lain yang ditunjuk sebagai lembaga
setelmen.

d. Saluran pembayaran (delivery channel), antara lain mencakup hal-hal


berikut.
1) Electronic Data Capturing (EDC) yang ada di merchant/took untuk
membaca transaksi yang dilakukan menggunakan alat pembayaran,
seperti katu ATM, debet, kartu kredit.
2) Teller input atau petugas teller di bank yang melakukan pengiriman
dana atas dasar draft perintah transfer yang dibuat oleh pengirim dana.
3) Mesen ATM (Anjungan Tunai Mandiri) pengganti teller yang dapat
melanjutkan instruksi pengiriman dana.
4) Internet, mobile banking dan phone banking.
3. Peran Sistem Pembayaran dalam
Perekonomian

Adapun peran sistem pembayaran dalam perekonomian adalah sebagai


berikut.
a. Menjamin kelancaran pasar sebagai tempat di mana transaksi terjadi.
b. Memungkinkan terjadinya spesialisasi pada produksi.
c. Membantu menentukan seberapa efisien transaksi dilakukan dan
diselesaikan.
d. Mempengaruhi tingkat dan laju pertumbuhan ekonomi serta efisien
pasar keuangan.
e. Elemen penting dalam infrastruktur keuangan untuk mendukung
terciptanya stabilitas sistem keuangan.
f. Sebagai channel utama transmisi kebijakan moneter untuk mendukung
kebijakan pengendalian moneter yang lebih efektif dan efisien.
g. Mendukung efisiensi dan efektivitas fungsi intermediasi lembaga
keuangan.
h. Mendorong mobilitas aliran dana secara lebih cepat melalui layanan
sistem pembayaran yang lebih beragam.

3.1 Peran Bank Indonesia Dalam Sistem pembayaran


Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia Bab III disebutkan bahwa Tujuan
dan Tugas Bank Indonesia adalah seabagi berikut:
Pasal 7. Tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Pasal 8. Untuk mencapai tujuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7, Bank Indonesia mempunyai tugas sebagai
berikut :
a. menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter;
b. mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran;
c. mengatur dan mengawasi Bank.
Tujuan bank Indonesia adalah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan pengaturan dan pengelolaan
kelancaran sistem pembayaran nasional (SPN). Kelanacaran SPN juga
perlu didukung oleh infrastruktur yang andal. Semakin lancar dan andal
SPN, semakin lancar pula transmisi kebijakan moneternya. Kelancaran
kebijakan moneter tersebut pada akhirnya akan bermuara pada stabilitas
nilai tukar.
Bank Indonesia adalah lembaga yang mengatur dan menjaga
kelancaran SPN. Sebagai otoritas moneter, bank sentral berhak
menetapkan dan memberlakukan kebijakan SPN. Selain itu, Bank
Indonesia juga memiliki wewenang memberikan persetujuan dan
perizinan serta melakukan pengawasan atas SPN.
Selain itu, masih ada tugas Bank Indonesia dalam SPN, misalnya,
peran sebagai penyelenggara sistem kliring antarbank untuk jenis alat-
alat pembayaran tertentu. Bank sentral adalah satu-satunya lembaga
yang berhak mengeluarkan dan mengedarkan alat pembayaran tunai
seperti uang rupiah. BI juga berhak mencabut, menarik, hingga
memusnahkan uang rupiah yang sudah tak berlaku dari peredaran.
Dalam hal alat pembayaran tunai, Bank Indonesia adalah satu-
satunya lembaga yang berwenang mengeluarkan dan mengedarkan uang
rupiah, serta mencabut, menarik, dan memusnahkan uang dari
peredaran. Terkait dengan peran tersebut, Bank Indonesia senantiasa
berupaya untuk memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik
dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan
dalam kondisiyang layak edar (clean money policy).
Sebelum mengeluarkan uang rupiah, dilakukan perencanaan
terlebih dahulu agar uang yang dikeluarkan memiliki kualitas yang baik.
Perencanaan yang dilakukan Bank Indonesia meliputi perencanaan
pengeluaran emisi baru dengan mempertimbangkan tingkat pemalsuan,
nilai intrinsik, serta masa edar uang. Selain itu, dilakukan pula
perencanaan terhadap jumlah serta komposisi pecahan uang yang akan
dicetak selama satu tahun ke depan. Berdasarkan perencanaan tersebut,
kemudian dilakukan pengadaan uang baik untuk uang emisi baru
maupun pencetakan rutin terhadap uang emisi lama yang telah
dikeluarkan.
Uang rupiah yang telah dikeluarkan kemudian diedarkan ke
seluruh wilayah melalui kantor Bank Indonesia. Kegiatan pengedaran
uang juga dilakukan melalui pelayanan kas kepada bank umum maupun
masyarakat umum. Layanan kas kepada bank umum dilakukan melalui
penerimaan setoran dan pembayaran uang rupiah. Sementara itu, kepada
masyarakat dilakukan melalui penukaran secara langsung melalui loket-
loket penukaran di seluruh kantor Bank Indonesia atau melalui
kerjasama dengan perusahaan yang menyediakan jasa penukaran uang
kecil.
Setelah mengeluarkan uang rupiah, kegiatan pengelolaan yang
dilakukan Bank Indonesia adalah pencabutan uang terhadap pecahan
dengan tahun emisi tertentu yang tidak lagi berlaku sebagai alat
pembayaran yang sah. Pencabutan ini dimaksudkan untuk mencegah dan
meminimalisasi peredaran uang palsu serta menyederhanakan komposisi
dan emisi pecahan. Uang rupiah yang dicabut dapat ditarik dengan cara
menukarkan ke Bank Indonesia atau pihak lain yang ditunjuk oleh Bank
Indonesia.
Sementara itu, untuk menjaga kualitas uang rupiah dalam kondisi
yang layak edar di masyarakat, Bank Indonesia melakukan kegiatan
pemusnahan uang. Uang yang dimusnahkan adalah uang yang sudah
dicabut dan ditarik dari peredaran, uang hasil cetakan yang kurang
sempurna, dan uang yang sudah tidak layak edar.
4. Risiko dalam Sistem Pembayaran dan
Pengendalian
Perkembangan teknologi informasi denagn segala bentuknya
memang member berbagai kemudahan, kecepatan dan kelancaran sistem
pembayaran. Di balik ini semua, ada juga ketergantungan. Misalnya
ketergantungan sistem transfer dana elektronik terhadap kehandalan
infrastruktur jaringan komunikasi. Kinerja yang kurang baik dari
jaringan komunikasi dapat menimbulkan risiko operasional. Gangguan
operasional juga berpotensi memperlambat mekanisme settlement dana.

Timbullah risiko likuiditas. Risiko ini terjadi karena pihak yang


berutang tidak dapat memenuhi kewajiban pada waktunya. Akibatnya,
likuiditas pihak lain terpengaruh. Pada gilirannya risiko likuiditas dapat
meningkat menjadi risiko kredit. Hal yang paling ditakuti karena dapat
menggoncangkan stabilitas sistem keuangan adalah risiko sistemik.

Selain risiko-risiko ini masih banyak risiko lain yang akan dihadapi
jika sistem pembayaran tidak dikendalikan dengan baik. Hal ini menjadi
tanggung jawab masing-masing penyelenggara sistem pembayaran.
Untuk itu, Bank Indonesia yang berperan sebagai operator, regulator,
dan pengguna sistem pembayaran mempunyai kewajiban sebagai
berikut.
a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan, baik yang dituangkan dalam
bentuk regulasi atau bentuk lainnya.
b. Memberikan izin penyelenggaraan sistem pembayaran.
c. Konsultasi dan fasilitas pada penyelenggara sistem pembayaran.
d. Pengawasan (oversight) terutama kepada penyelenggara sistem
pembayaran untuk menilai kesesuaian sistem yang dikelolanya dengan
kebijakan-kebijakan Bank Indonesia di bidang sistem pembayaran.
e. Melakukan sosialisasi dan edukasi.

EKONOMI SISTEM PEMBAYARAN


5. Manfaat Sistem Pembayaran

A. Manfaat Sistem Pembayaran Bagi perekonomian


Menghilangkan hambatan perdagangan dari sisi pembayaran untuk
transaksi perdagangan
Meningkatkan pelayanan jasa Bank kepada nasabah dengan adanya suatu
system pembayaran yang efisien, efektif dan aman
Biaya transaksi yang lebih rendah
Mempermudahkan akses terhadap perekonomian global

B. Manfaat Sistem Pembayaran Bagi Perbankan


Meningkatkan efisiensi pengelolaan dana
Meningkatkan pelayanan jasa yang lebih luas dan lebih baik sehingga
meningkatkan daya saing
Menurunkan biaya investasi dalam mengembangkan financial network

c. Manfaat Sistem Pembayaran bagi Masyarakat


Alternative alat pembayaran nontunai lebih luas, efisien, praktis, dan aman
Mengurangi biaya transaksi
Memperluas akses kerja perbankan
Meningkatkan kepastian pembayaran

D. Manfaat Sistem Pembayaran Bagi Bank Indonesia


Menunjang pengendalian moneter
Menunjang stabilitas keuangan pasar perekonomian modern sangat
tergantung pada system pembayaran yang efektif, efisien dan aman
Menunjang pembinaan dan pengawasan Bank
6. Prinsip Sistem Pembayaran

AMAN
Segala resiko dalam system pembayaran seperti resiko liquiditas,
risiko kredi, resiko fraud harus dapat dikelola dan dimitigasi dengan
baik oleh setiap penyelenggaraan system pembayaran
EFISIENSI
Menekankan bahwa penyelenggaraan sitem pembayaran harus dapat
digunakan secara luas sehingga biaya yang di tanggung masyarakat
akanlebih murah karena meningkatnya skala ekonomi
KESETARAAN AKSES
BI tidak menginginkan adanya praktik monopoli pada
penyelenggaraan suatu system yang dapat menghambat pemain lain
untuk masuk
ADA KEWAJIBAN
Kewajiban memerhatikan aspek aspek perlindungan konsumen

7. Jenis jenis Sistem Pembayaran


Secara garis besar sitem pembayaran dibagi menjadi dua jenis yaitu
: system pembayaran tunai dan system pembayaran non tunai. Perbedaan
mendasar pada dua jenis system pembayaran tersebut terletak pada
instrument yang digunakan . pada system pembayaran tunai instrument
yang digunakan berupa uang kartal yaitu : uang kertas dan uang logam .
sedangkan pada system pembayaran non tunai instrument yang
digunakan berupa alat pembayaran menggunakan kartu (APMK) , CEK ,
BILYET GIRO , NOTA DEBET , maupun UANG ELEKTRONIK
B. Evolusi Sistem Pembayaran: Dari
Barter ke Sistem Pembayaran E-
Commerce
Sistem pembayaran mengikuti tahapan perkembangan ekonomi.
Tahapan evolusi si8stem pembayaran dimulai dari sistem barter. Sistem
ini merupakan sistem perekonomian yang paling sederhana di kalangan
masyarakat primitif. Dalam masyarakat primitif, transaksi melibatkan
pertukaran fisik langsung barang atau barter. Barter merupakan sistem
pembayaran dengan komoditas barang tertentu yang merepresentasikan
suatu nilai tertentu.

Kelemahan utama barter sebagai sistem pembayaran terletak pada


kenyataan bahwa transaksi dapat terjadi karena ada dua keinginan pada
waktu tertentu. Dalam transaksi ini penjual harus mau menerima apa
yang akan diserahkan oleh pembeli. Hal ini terjadi karena masyarakat
primitif hanya memiliki seperangkat barang yang terbatas yang akan
ditukar dalam sistem barter. Dalam perekonomian masyarakat primitif,
masih sedikit spesialisasi tenaga kerja atau produksi.

Seiring dengan perkembangan zaman, muncullah spesialisasi


tenaga kerja dalam perekonomian. Bila ada spesialisasi tenaga kerja,
perekonomian akan menjadi lebih maju. Spesialisasi membuat
produktivitas lebih besar. Akibatnya, pendapatan meningkat dan barang
yang akan dikonsumsi akan lebih banyak. Selain itu, spesialisasi
mengarah pada kebutuhan akan adanya perdagangan. Dengan
spesialisasi, masing-masing anggota masyarakat tidak lagi menghasilkan
semua atau sebagian besar dari kebutuhannya. Itulah sebabnya mereka
harus mencarinya melalui perdagangan. Dalam kondisi seperti ini sistem
barter menjadi lebih sulit. Perlu ada alat pertukaran yang dapat diterima
secara umum sebagai pembayaran dalam transaksi, penyimpan nilai
yang aman, dan mewakili unit hitung standar. Dalam hal ini uang
komoditas memfasilitasi spesialisasi dan perdagangan. Uang komoditasi
adalah barang yang diterima secara umum sebagai alat tukar. Barang itu
tetap memilikinilai meskipun tidak sedang digunakan sebagai uang.
Contoh uang komoditas adalah logam mulia, merica, tembakau, kulit
hewan, dan garam.

Dengan adanya uang komoditas, perdagangan menjadi semakin


luas. Tidak perlu ada dua keinginan yang saling timbale balik sebagai
dasar terjadinya transaksi. Akibatnya, uang komoditas dapat
menurunkan biaya transaksi dan memfasilitasi perdagangan, yang ada
gilirannya memungkinkan spesialisasi dan produktivitas yang lebh
besar.

Meskipun demikian uang komoditas juga mempunyai kelemahan.


Kelemahannya antara lain sebagai berikut.
1. Uang komoditas tidak berlaku secara universal. Uang komoditas
diterima sebagai alat tukar secara lokal.
2. Uang komoditas tidak memiliki nilai yang stabil. Hal ini karena
nilainya berfluktuasi sesuai dengan pasokan dan permintaan untuk
komoditas tersebut.
3. Uang komoditas tidak dapat dibagi sesuai dengan kebutuhan.
4. Banyak jenis uang komoditas yang besar, berat, atau tidak nyaman
untuk dibawa.

Dengan kelemahan uang komoditas, akhirnya, sistem pembayaran


berevolusi sampai pada situasi yang kita lihat sekarang. Uang fiat
sebagian besar menggantikan uang yang terbuat dari logam mulia.
Secara historis, kebanyakan negara menggunakan standar emas. Hal ini
terjadi pada periode waktu ketika nilai nominal mata uang yang
diperlukan harus didukung 100% oleh emas dengan nilai yang sama.

Jumlah uang yang beredar dalam negeri pada waktu itu selalu
ditukarkan dengan emas. Jumlah uang yang beredar itu hanya bisa
berkembang jika cadangan emas semakin banyak. Sejarah mencatat
bahwa penemuan emas besar-besaran di California dan Alaska
menyebabkan peningkatan besar persediaan emas di seluruh dunia yang
pada gilirannya menyebabkan periode inflasi harga di seluruh dunia.
Saat ini, sebagian besar mata uang dalam negeri tidak didukung
oleh emas. Stok mata uang ditentukan oleh negara sendiri.

Uang fiat adalah uang kertas yang dikeluarkan oleh pemerintah


sebagai alat pembayaran yang sah. Uang fiat melibatkan pengaturan
secara hukum dan negara dapat mengubahnya sesuai dengan
keinginannya. Uang fiat diterima secara luas, karena dinyatakan oleh
pemerintah/berdasarkan undang-undang sebagai alat pembayaran yang
sah dan sebagai alat untuk menyelesaikan masalah utang piutang.

Kelemahan utama uang kertas dan uang logam antara lain adalah
mudah dicuri dan cukup berat untuk dibawa dalam jumlah besar. Untuk
mengatasi masalah ini, digunakanlah cek dalam sistem pembayaran.
Cek adalah perintah dari seseorang ke bank tempat dia memiliki
rekening untuk mengirimkan uang dari rekeningnya ke rekening orang
lain ketika orang tersebut meyetorkan cek yang diterimanya. Dengan
adanya cek, transaksi ekonomi dapat terjadi tanpa ada sejumlah besar
uang.

Dengan ini sistem pembayaran pun semakin efisien. Kelebihan cek


dibanding dengan alat tukar sebelumnya antara lain sebagai berikut.
1. Dengan cek, pembayayaran yang saling membatalkan dapat
diselesaikan dengan pembatalan cek tanpa perpindahan uang secara
fisik.
2. Pembayaran transaksi dalam jumlah besar dapat dilakukan dengan
mudah.
3. Cek memberikan bukti pembelian dengan nyaman.

Meskipun demikian. Kita juga menghadapi kesulitan dalam


menggunakan cek. Pertama, kita tidak dapat melakukan pembayaran
yang cepat dengan orang yang di lokasi yang berbeda. Selain itu, biaya
administrasinya juga mahal. Kesulitan-kesulitan ini mulai teratasi
dengan perkembangan teknologi komunikasi. Internet telah
mempermudah kita untuk melakukan transaksi pembayaran. Teknologi
pembayaran secara elektronik tidak hanya menggantikan cek tetapi juga
tunai dengan e-money. Bentuk pertama e-money adalah kartu debit.
Kartu debit memungkinkan konsumen membeli barang dan jasa secara
langsung dengan memindahkan dana secara elektronik dari rekening
pribadinya ke rekening penjualnya.

Pembayaran secara elektronik semakin berkembang seiring dengan


perkembangan e-commerce. Contoh sistem pembayaran elektronik
untuk e-commerce dapat dilihat pada peraga berikut.
Sistem Pembayaran Keterangan Contoh
Sistem pembayaran kartu kredit digital (Digital credit card payment
system) Pelayanan yang aman untuk pembayaran kartu kredit melalui
internet. Tujuannya agarinformasi yangditransmisikan antara pengguna,
penjual, dan bank terlindungi. e-Charge
Dompet digital (digital wallet) Piranti lunak untuk menyimpan informasi
kartu kredit dan informasi lainnya yang digunakan dalam pengisian
formulir dan pembayaran barang melalui jaringan internet. MSN Wallet
MasterPass Wallet

Sistem pembayaran digital dengan saldo terakumulasi


(accumulated balance digital payment system) Mengakumulasi
pembelian micropayment sebagai saldo utang yang harus dibayar secara
berkala pada kartu kredit dan tagihan telpon. Micropayment adalah
sistem pembayaran untuk pembelian barang yang nilainya sangat kecil,
seperti mengunduh sebuah artikel atau klip music dari situs internet.
Qpass, Valista. Peppercoin

Sistem pembayaran nilai tersimpan (stored value payment system)


Memungkinkan konsumen melakukan pembayaran langsung kepada
penjual berdasarkan nilai yang tersimpan dalam rekening digital. eCount
Mondex Card

Uang tunai digital (e-cash) Mata uang digital yang dapat


digunakan untuk pembayaran ClearBit
Sistem pembayaran rekan ke rekan (peer-to-peer payment system)
berbasis Web Mengirimkan uang menggunakan Web ke seseorang atau
penjual yang tidak memiliki sarana untuk menerima pembayaran kartu
kredit. PayPal
Cek digital (digital checking) Cek elektronik dengan tanda tangan digital
untuk pengamanan E-Check

Sistem pembayaran dan penyampaian tagihan elektronik


Mendukung pembayaran elektronik untuk pembelian barang secara
online maupun secara fisik untuk produk dan layanan setelah
pembeliannya dilakukan. CheckFree, Yahoo!Bill Pay
C. UANG

C.1 Pengertian Uang


Dalam ilmu ekonomi tradisional, uang didefinisikan sebagai alat tukar
yang dapat diterimasecara umum. Alat tukar dapat berupa benda apa saja
yang dapat diterima oleh setiap orang dimasyarakat dalam proses
pertukaran barang dan jasa. Sebelum uang diciptakan, masyarakatpada
zaman dahulu melakukan perdagangan dengan cara barter. Barter
merupakan pertukaranbarang dengan barang.

Uang adalah sesuatu yang diterima secara umum yang digunakan


para pelaku ekonomi sebagai alat pembayaran dari transaksi ekonomi
yang dilakukan seperti pembelian barang, jasa serta pembayaran
hutang.[1]Adapun menurut Prathama Raharja dan Mandala Manurung
uang merupakan sesuatu yang diterima atau dipercaya masyarakat
sebagai alat pembayaran atau transaksi.[2]

C.2 Sejarah Uang

Sejarah uang tidak lepas dari sejarah awal peradaban manusia di


dunia adalah sejarah awal manusia membuat uang logam dan kertas.
Sejak ratusan tahun yang lalu Perkembangan uang ini melewati banyak
proses. Termasuk diantaranya cara barter atau pertukaran barang.
Pada awalnya orang-orang pada jaman dahulu tidak Melakukan
pembayaran seperti sekarang. Karena awal mulanya ide tentang uang
belum ada. Dan Manusia hanya mengenal cara berburu, Menanam dan
membuat pakaian sebisanya dengan sangat sederhana. Mereka awalnya
tidak mengenal cara bertukar. Mereka hanya mengandalkan apa yang
mereka miliki saja dari hasil berburu dan bertanam.

Dengan berkembangnya pemikiran dan bertambahnya jumlah


manusia, Terciptalah ide dalam pikiran mereka untuk melakukan
pertukaran. Karena setiap orang memang saling membutuhkan satu sama
lain. Kemudian mereka melakukan barter, yaitu cara tukar menukar
barang sesuai keinginan dan kebutuhan. Mereka menggunakan alat tukar
yang terbuat dari hasil bumi seperti coklat dan sejenisnya. Lambat laun
alat tukar itu berubah menjadi terbuat dari benda keras, yaitu logam.

Sejarah uang logam dan kertas

Sistem Barter membawa manusia kepada gagasan alat tukar yang


lebih baik. Kemudian mereka membuat sistem pertukaran dengan
Logam. Karena pada waktu itu logam seperti emas dan perak memang
telah menjadi barang yang berharga dan disukai. Logam juga tidak
mudah rusak. Sehingga dianggap cocok sebagai alat tukar walaupun
jumlah emas dan perak itu terbatas.

Penggunaan emas dan perak sebagai bahan untuk pembuatan uang


dalam bentuk koin diciptakan oleh Croesus di Yunani sekitar 560-546
sebelum masehi.Karena jumlah emas atau perak yang terbatas Dan
manusia telah bisa membuat alat cetak. Kemudian Mereka menciptakan
cara tukar yang lain. Adalah dengan uang kertas. Kertas ini dianggap
berharga, karena kertas tersebut diakui sebagai tanda bukti kepemilikan
logam emas dan perak.Dalam sejarah pemakaian kertas sebagai bahan
uang, Cina dianggap sebagai bangsa yang pertama kali membuatnya,
yaitu sekitar abad pertama Masehi, pada masa Dinasti Tang.[3]

sistem'barter'yaitu barang yang ditukar dengan barang. Namun


pada akhirnya, banyak kesulitan-kesulitan yang dirasakan dengan sistem
ini. Di antaranya adalah kesulitan untuk menemukan orang yang
mempunyai barang yang diinginkan dan juga mau menukarkan barang
yang dimilikinya serta kesulitan untuk memperoleh barang yang dapat
dipertukarkan satu sama lainnya dengan nilai pertukaran yang seimbang
atau hampir sama nilainya. Untuk mengatasinya, mulailah timbul
pikiran-pikiran untuk menggunakan benda-benda tertentu untuk
digunakan sebagai alat tukar. Benda-benda yang ditetapkan sebagai alat
pertukaran itu adalah benda-benda yang diterima oleh umum (generally
accepted) benda-benda yang dipilih bernilai tinggi (sukar diperoleh atau
memiliki nilai magis dan mistik), atau benda-benda yang
merupakan kebutuhan primer sehari-hari; misalnya garam yang oleh
orang Romawi digunakan sebagai alat tukar maupun sebagai alat
pembayaran upah. Pengaruh orang Romawi tersebut masih terlihat
sampai sekarang: orang Inggris menyebut upah sebagai salary yang
berasal dari bahasa Latin salarium yang berarti garam.

Meskipun alat tukar sudah ada, kesulitan dalam pertukaran tetap


ada.

Kesulitan-kesulitan itu antara lain karena benda-benda yang


dijadikan alat tukar belum mempunyai pecahan sehingga
penentuan nilai uang, penyimpanan (storage), dan pengangkutan
(transportation) menjadi sulit dilakukan serta timbul pula kesulitan
akibat kurangnya daya tahan benda-benda tersebut sehingga
mudah hancur atau tidak tahan lama. Kemudian muncul apa yang
dinamakan dengan uang logam. Logam dipilih sebagai alat tukar
karena memiliki nilai yang tinggi sehingga digemari umum, tahan
lama dan tidak mudah rusak, mudah dipecah tanpa mengurangi
nilai, dan mudah dipindah-pindahkan.

Logam yang dijadikan alat tukar karena memenuhi syarat-


syarat tersebut adalah emas dan perak. Uang logam emas dan
perak juga disebut sebagai uang penuh (full bodied money).
Artinya, nilai intrinsik (nilai bahan) uang sama dengan nilai
nominalnya (nilai yang tercantum pada mata uang tersebut). Pada
saat itu, setiap orang berhak menempa uang, melebur, menjual atau
memakainya, dan mempunyai hak tidak terbatas dalam menyimpan
uang logam.
Sejalan dengan perkembangan perekonomian, timbul suatu
anggapan kesulitan ketika perkembangan tukar-menukar yang
harus dilayani dengan uang logam bertambah sementara jumlah
logam mulia (emas dan perak) sangat terbatas. Penggunaan uang
logam juga sulit dilakukan untuk transaksi dalam jumlah besar
sehingga diciptakanlah uang kertas Mula-mula uang kertas yang
beredar merupakan bukti-bukti pemilikan emas dan perak sebagai
alat/perantara untuk melakukan transaksi. Dengan kata lain, uang
kertas yang beredar pada saat itu merupakan uang yang dijamin
100% dengan emas atau perak yang disimpan di pandai emas atau
perak dan sewaktu-waktu dapat ditukarkan penuh dengan
jaminannya. Pada perkembangan selanjutnya, masyarakat tidak
lagi menggunakan emas (secara langsung) sebagai alat pertukaran.
Sebagai gantinya, mereka menjadikan 'kertas-bukti' tersebut
sebagai alat tukar.

Anda mungkin juga menyukai