Anda di halaman 1dari 23

A.

TINJAUAN TEORI
1. PENGERTIAN
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah dan persepsi
klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan
yang nyata (Stuart, 2007).
2. FAKTOR PREDIPOSISI
Menurut Stuart (2007), faktor predisposisi terjadinya halusinasi adalah :
a. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian yang berikut :
1. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih
luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan
limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
2. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan
dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan
terjadinya skizofrenia.
3. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya
atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan
skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks
bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi
otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam
rentang hidup klien.
c. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.
3. FAKTOR PRESIPITASI
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan
tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat
mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang
diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
4. MANIFESTASI KLINIK
a. Fase Pertama / comforting / menyenangkan
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah, kesepian.
Klien mungkin melamun atau memfokukan pikiran pada hal yang menyenangkan
untuk menghilangkan kecemasan dan stress. Cara ini menolong untuk
sementara. Klien masih mampu mengotrol kesadarnnya dan mengenal pikirannya,
namun intensitas persepsi meningkat.
Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir
tanpa bersuara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang
asyik dengan halusinasinya dan suka menyendiri.
b. Fase Kedua / comdemming
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan
eksternal, klien berada pada tingkat listening pada halusinasi. Pemikiran
internal menjadi menonjol, gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa
bisikan yang tidak jelas klien takut apabila orang lain mendengar dan klien
merasa tak mampu mengontrolnya. Klien membuat jarak antara dirinya dan
halusinasi dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang lain.
Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya
dan tidak bisa membedakan dengan realitas.
c. Fase Ketiga / controlling
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa dan
tak berdaya pada halusinasinya. Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan
mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap
halusinasinya.
Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya
beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan
tidak mampu mematuhi perintah.
d. Fase Keempat / conquering/ panik
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol halusinasinya.
Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi mengancam,
memerintah dan memarahi klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain
karena terlalu sibuk dengan halusinasinya klien berada dalam dunia yang
menakutkan dalam waktu singkat, beberapa jam atau selamanya. Proses ini
menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.
Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan,
agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah
kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.
5. AKIBAT YANG DITIMBULKAN
Pasien yang mengalami perubahan persepsi sensori: halusinasi dapat beresiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Resiko mencederai merupakan
suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan
lingkungan.
Tanda dan Gejala :
a. Memperlihatkan permusuhan
b. Mendekati orang lain dengan ancaman
c. Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
d. Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
e. Mempunyai rencana untuk melukai
Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan control dirinya sehingga bisa
membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak lingkungan (resiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan). Hal ini terjadi jika halusinasi
sudah sampai fase ke IV, dimana klien mengalami panic dan perilakunya
dikendalikan oleh isi halusinasinya. Klien benar-benar kehilangan kemampuan
penilaian realitas terhadap lingkungan. Dalam situasi ini klien dapat melakukan
bunuh diri, membunuh orang lain bahkan merusak lingkungan. Tanda dan
gejalanya adalah muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi,
berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas
makanan, memukul jika tidak senang
6. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan persepsi sensori: persepsi halusinasi

7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dna ketakutan klien akibat
halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan dilakukan secara individual dan
usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien disentuh atau dipegang.
Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke
kamar atau mendekati klien, bicaralah dengan klien. Begitu juga bila akan
meninggalkannya hendaknya klien diberitahu. Klien diberitahu tindakan yang
akan dilakukan. Di ruangan itu hendaknya disediakan sarana yang dapat
merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas,
misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.
b. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali klien menolak obat yang diberikan sehubungan dengan rangsangan
halusinasi yang diterimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif.
Perawat harus mengamati agar obat yang diberikan betul ditelannya, serta reaksi
obat yang diberikan.
c. Menggali permasalahan klien dan membantu mengatasi masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah
klien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi
masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga
klien atau orang lain yang dekat dengan klien.
d. Memberi aktivitas pada klien
Klien diajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah
raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu
mengarahkan klien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang
lain. Klien diajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
e. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga klien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data klien agar ada
kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalnya dari
percakapan dengan klien diketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar
laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak
terdengar jelas. Perawat menyarankan agar klien jangan menyendiri dan
menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini
hendaknya diberitahukan pada keluarga klien dan petugas lain agar tidak
membiarkan klien sendirian dan saran yang diberikan tidak bertentangan.
Farmako :
1. Anti psikotik :
a. Chlorpromazine (Promactile, Largactile)
b. Haloperidol (Haldol, Serenace, Lodomer)
c. Stelazine
d. Clozapine (Clozaril)
e. Risperidone (Risperdal)
2. Anti Parkinson :
a. Trihexyphenidile
b. Arthan

8. FOKUS INTERVENSI
Diagnosa Tujuan Intervensi
keperawatan
Gangguan persepsi Setelah dilakukan tindakan keperawatan TINDAKAN PSIKOTERAPEUTIK
sensori: persepsi selama 3 x 24 jam klien mampu mengontrol KLIEN
halusinasi halusinasi dengan kriteria hasil : SP I
1. Klien dapat mengenal halusinasinya; 1. Identifikasi jenis halusinasi Klien
jenis, isi, waktu, dan frekuensi 2. Identifikasi isi halusinasi Klien
halusinasi, respon terhadap halusinasi, 3. Identifikasi waktu halusinasi Klien
dan tindakan yg sudah dilakukan 4. Identifikasi frekuensi halusinasi
2. Klien dapat menyebutkan dan Klien
mempraktekan cara mengntrol 5. Identifikasi situasi yang
halusinasi yaitu dengan menghardik, menimbulkan halusinasi
bercakap-cakap dengan orang lain, 6. Identifikasi respons Klien terhadap
terlibat/ melakukan kegiatan, dan halusinasi
minum obat 7. Ajarkan Klien menghardik
3. Klien dapat dukungan keluarga dalam halusinasi
mengontrol halusinasinya 8. Anjurkan Klien memasukkan cara
4. Klien dapat minum obat dengan menghardik halusinasi dalam
bantuan minimal jadwal kegiatan harian.
5. Mengungkapkan halusinasi sudah SP II
hilang atau terkontrol 1. Evaluasi jadwal kegiatan harian
Klien
2. Berikan pendidikan kesehatan
tentang penggunaan obat secara
teratur
3. Anjurkan Klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
4. Beri pujian jika klien menggunakan
obat dengan benar.
5. Menganjurkan Klien
mendemonstrasikan cara control
yang sudah diajarkan
6. Menganjurkan Klien memilih salah
satu cara control halusinasi yang
sesuai
B. TINJAUAN KASUS
1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Nama : Tn. H
Alamat : Gintung
Umur : 57 tahun
Pekerjaan :-
Agama : Budha
Jenis kelamin : Laki-laki
Status pernikahan : Belum menikah
b. Penanggung jawab
Nama : Tn. K
Alamat : Jakarta pusat
Umur :-
Pekerjaan :-
Hubungan dengan klien : Kakak
2. Alasan masuk
Klien mengatakan dibawa ke rumah sakit karena tidak bisa tidur, bingung dan sering
mendengar suara-suara yang mengajaknya mengobrol.
3. Faktor predisposisi dan prepitasi
a. Faktor prepisitasi
Klien sering menyendiri dirumah.
b. Faktor predisposisi
1. Riwayat tumbuh kembang
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan pertumbuhan dan perkembangan.
2. Riwayat perawatan terdahulu
Klien mengatakan sering keluar masuk rumah sakit jiwa, klien pertama kali
masuk rumah sakit jiwa di jakarta sebelum pindah ke magelang. Klien sering
keluar masuk rumah sakit jiwa prof. Dr. Soerejo magelang di rawat di bangsal
yang lain. Klien mengatakan tidak pernah mengalami aniyaya fisik ataupun
seksual dari keluarga maupun orang lain dan sebaliknya juga.
3. Riwayat perawatan sekarang
Klien sebelumnya pernah di rawat di bangsal yang lain kemudian pindah,
klien tampak kooperatif saat di ajak berbicara klien mengatakan sering
mendengar suara kakaknya yang mengajaknya mengobrol (tidak disebutkan).
4. Pengkajian fisik
a. Keadaan umum
Klien tampak bersih, aktif jika di ajak kegiatan dan jarang terlihat berbicara
sendiri.
b. Vital sign
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 36 derajat celcius
Respirasi : 20 x/menit
c. Tinggi badan dan berat badan (antropometri)
Tinggi badan : 156 cm
Berat badan : 52 kg
5. Pengkajian psikososial
Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan

/ : Laki-laki / perempuan sudah meninggal

: Garis hubungan

: Garis keturunan

----------- : Tinggal serumah

6. Konsep diri
a. Gambaran diri
Klien mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya, klien sudah merasa puas
dengan bentuk tubuhnya dan merasa sudah sempurna.
b. Identitas diri
Klien mengetahui bahwa dirinya adalah seorang laki-laki dan klien anak terakhir
yang belum menikah dia hanya lulusan SMA sama seperti kakaknya yang lain dan
klien merasa puas.
c. Peran
Klien seorang adek yang paling kecil dari 6 bersaudara dan belum menikah tapi
dia tidak merasa malu.
d. Ideal diri
Klien mengatakan dia ingin pulang dan bisa bekerja dengan kakaknya tidak mau
masuk rumah sakit lagi.
e. Harga
Klien mengatakan tidak pernah merasa malu dengan keadaannya yang sekarang,
klien hanya ingin sembuh dan tidak datang ke rumah sakit lagi. Respon
masyarakat dan tetangganya biasa saja karena sudah tau keadaanya.
7. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti / terdekat
Klien mengatakan orang yang paling dekat dengannya adalah kakaknya karena
menurunnya jika ada masalah selalu dibicarakan dengan kakaknya, dia merasa
kakaknya adalah orang yang paling mengerti.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat
Klien mengatakan saat dirumah tidak pernah mengikuti kegiatan kelompok di
masyarakat, klien merasa malu karena belum pernah mengikuti kegiatan dan tidak
banyak mengenal tetangga-tetangganya. Klien kebanyakan menyendiri, tiduran
dan jalan-jalan tapi mau mengikuti kegiatan jika disuruh perawat.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan jarang mengobrol dengan orang lain dan lebih suka
menyendiri.
8. Spiritual
Klien berkeyakinan pada agama budha, dia beribadah dalam keadaan sendiri, pada
saat ditanya gangguan jiwa menurut agamanya tidak dapat menjelaskan menurutnya
karena insomnia.
9. Status mental
a. Penampilan
Kebersihan dan kerapihan klien cukup baik, rapi dan pakaian yang di kenakan
klien juga sesuai.
b. Pembicaraan
Saat di ajak berkomunikasi klien kooperatif, bicara cepat dan koheren.
c. Aktivitas motorik
Klien sehari-hari banyak menghabiskan waktu di dalam ruangan dan menyendiri
kadang menonton tv.
d. Alam perasaan
Klien mengatakan kadang merasa sedih karena ingin pulang dan kangen dengan
kakaknya.
e. Afek
Afek klien tidak labil, tidak cepat emosi, tenang kadang tampak senang tapi tidak
sesuai.
f. Interaksi selama wawancara
Klien kooperatif ketika di ajak ngobrol, kontak mata focus tidak mudah emosi
saat mengobrol dengan orang lain.
g. Persepsi
Klien mengalami halusinasi pendengaran, klien sering mendengar suara-suara
yang muncul saat klien menyendiri. Klien sering mendengar suara kakaknya yang
mengajaknya mengobrol. Saat klien mendengar suara kakaknya dia mengobrol
dalam hati, kadang tidak dihaurakan hanya senyum-senyum saja.
h. Proses pikir
Saat berinteraksi klien mampu menjawab apa yang ditanyakan perawat, klien
menjawab pertanyaan yang di berikan dengan pembicaraan yang jelas dan jelas
dan cepat, tapi pembicaraan melompat dari satu topik ke topik yang lain (flight of
idea).
i. Isi pikir
Klien tidak pernah curiga dan berpasangan buruk kepada orang lain, klien merasa
senang bisa berbicara dengan kakaknya saat jauh.
j. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien baik, orientasi tempat dan waktu jelas, klien dapat
berinteraksi baik dengan teman di ruangan dan dapat mengenali perawat.
k. Memori
a. Jangka panjang
Baik,klien dapat menyebutkan tangggal lahirnya.
b. Jangka pendek.
Klien kurang bersosialisasi dengan teman-temanya yang lain.
c. Saat ini.
Klien dapat mengingat nama perawat dan makanan yang sudah di sajikan tadi.
l. Tingkat konsenstrasi
Klien dapat / mampu berkonsentrasi dengan baik ketika di berikan pertanyaan dan
mampu berhitung sederhana.
m. Daya tilik diri
Klien menyadari bahwa saat ini klien sedang mengalami sakit jiwa dan
sebelumnya pernah di rawat di bangsal lain.
10. Kebutuhan persiapan pulang
a. Makan
Klien makan 3x sehari (pagi, siang dan sore) habis seporsi denganmenu makanan
yang berbeda yang di sediakan di rumah sakit, klien makan sendiri tampabantuan
dari orang lain.
b. Minum
Pasien mengatakan tidak terlalu sring minum kadang dua gelas sehari selama
pasien di rawat di rumah sakit klien minum sesuai yang sudah di sdikan.
c. BAB/BAK
Klien BAB 1 kali sehari kadang juga tidak BAB sehari,klien melakukan sendiri
tanpa bantuan.
d. Mandi
Klien mandi 4-5 kali sehari kadang memakai sabun kadang tidak hanya
mandibiasa karna klien mengatakan gerah dan panas jika tidak membasahi
rambutnya.
e. Berpakaian
Klien mampu memahami pakaian sendiri tampa bantuan dan klien berpakaian
cukup rapi.
f. Istirahat / tidur.
Klien mengatakan kurang tiur karna susah untuk tidur , siang hari klien kadang
bisa tidur kadang juga tidak, sehari klien tidur 5-6 jam
g. Penggunaan obat
Klien minum obat 2 kali sehari pagi dan sore klien minum obat sesuai dosis dan
anjuran yang sudah ditentukan tim medis atau dokter secara rutin dan teratur,
klien tidak pernah membuang obatnya tampak selalu minum obat sesuai yang di
perintahkan.
h. Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan sebelumnya jika sakit klien memeriksaakan diri ke rumah sakit
memakai kartu (fasilitas BPJS).
i. Aktivitas di dalam rumah
Klien mengatakan di rumah bersih-bersih setelah selsai klien kebanyakan tidur
dan menyendiri.
j. Mekanisme koping
Klien mengatakan jika ada masalah klien langsung membicarakan dengan
kakanya mikanisme koping klien adaptife mampu berbicara dengan orang lain
dengan baik selalu mengikuti senam (olahraga).
11. Masalah psikososial dan lingkungan
a. Masalah dengan dukungan kelompok
Klien mengatakan tidak mempunyai gangguan dalam dukungan kelompok.
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan
Klien mengatakan jarang bersosialisasi dengan teman di dalam ruanngan
(bangsal) begitu juga dengan lingkungan di rumah klien jarang berintraksi dengan
tetangga.
c. Masalah dengan pendidikan
Klien mengatakan pendidikanya hanya sampai SMA dank lien tidak masalah dia
merasa puas sekolah sampai SMA tidak ada perasaan malu /merasa minder.
d. Masalah dengan pekerjaan
Klien mengatakan bekerja sebagai tukang jual pulsa keliling rumah sakit dank
lien merasa senang tidak pernah malu.
e. Masalah dengan perumahan
Klien mengatakan tinggal di kontrakan ssendiri kadang kknya datang menginap
disana, klien tidak banyak bersosialisasi dengan orang sekitar rumah.
f. Masalah ekonomi
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan ekonomi dia pekerja seniri dan
kadang kknya memberikanya uang.
g. Masalah dengan pelayanan kesehatan
Klien mengatakan berobat di biayai oleh kknya dan di tinggalkan uang oleh kk
nya di rumah sakit.
h. Pengetahuan kurang tentang
Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakit jiwa penyakit jiwa dia hanya tau
tenttang diri nya sakit insomnia, tetapi klien mengerti bagaimana tanda orang
sakit jiwa sepertiberbicara sendiri, suka menyendiri dan orang sakit jiwa itu harus
di obati supaya sembuh.
Masalah keperawatan : kurang pengetahuan tentang gangguan
jiwa.
C. ANALISA DATA
Hari /tanggal Data fokus Diagnose
Selasa, 04 juli Ds : Gangguan persepsi
2017 Klien mengatakan sering mendengar sensori : halusinasi
suara kakaknyayang mengajaknya pendengaran
untuk mengobrool
Klien tidak mau menceritakan
apabunyi suara yang di dengar

Do :
Klien tampak suka menyendiri
Kadang terlihat berbicara sendiri
Bicara koheren
Kontak mata focus
Selasa, 04 juli Ds : Isolasi sosial : menarik
2017 Klien mengatakan tidak mengenal diri
teman-temannya lain
Klien mengatakan lebih senang
menyendiri
Klien tidak pernah mengobrol dengan
temannya yang lain

Ds :
Klien tampak lebih sering menyendiri
dan tidur
Klien tidak tahu nama temen-temannya
Jarang mengobrol dengan klien yang
lain
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan persepsi sensori : halusinasi
Isolasi sosial : menarik diri

E. RENCANA KEPERAWATAN
SP I
1. Identifikasi jenis halusinasi Klien
2. Identifikasi isi halusinasi Klien
3. Identifikasi waktu halusinasi Klien
4. Identifikasi frekuensi halusinasi Klien
5. Identifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
6. Identifikasi respons Klien terhadap halusinasi
7. Ajarkan Klien menghardik halusinasi
8. Anjurkan Klien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian.
SP II
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian Klien
2. Berikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
3. Anjurkan Klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
4. Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar.
5. Menganjurkan Klien mendemonstrasikan cara control yang sudah
diajarkan
6. Menganjurkan Klien memilih salah satu cara control halusinasi yang
sesuai
F. IMPLEMENTASI
Hari/tanggal Implementasi Evaluasi
Rabu, 05 juli 1. Mengidentifikasi halusinasi yang dialami S :
2017 klien (jenis, isi, frekwensi,waktu, situasi klien mengatakan sering
dan respon) mendengar suara kakaknya yang
2. Menjelaskan pada klien cara-cara mengajak mengobrol sehari
mengontrol halusinasi kadang suara muncul 2-3 kali,
3. Melatih klien cara mengontrol halusinasi lama suara itu muncul +-20
yang pertama dengan menghardik menit saat suara itu datang klien
4. Memberikan kepada klien untuk pergi menonton tv.
melakukan cara menghardik Klien mengatakan bersedia
5. Memberikan reinforcement positif pada diajarkan cara menghardik
klien O:
6. Melakukan evaluasi terhadap perasaan Klien kooperatif saat diajak
klien setelah latihan menghardik interaksi
Kontak mata focus saat interaksi
Pembicaraan flight of idea
Klien tampak mempratikkan
cara menghardik
A : SP I halusinasi
P : lanjutkan intervensi
Memvalidasi perasaan klien
Menanyakan halusinasi masih
muncul
Mengevaluasi cara mengontrol
halusinasi dengan cara
menghardik
Mengajarkan cara mengontrol
halusinasi yang kedua (sp
II)dengan minum obat.
Kamis, 06 1. Memvalidasi masalah dan latihan S :
Juli 2017 sebelumnya Klien mengatakan masih
2. Mengajarkan klien dengan cara yang mendengar suara-suara yang
kedua (sp II ) minum obat mengajaknya mengobrol,
3. Memasukkan kedalam jadwal kegiatan durasinya +- 10 menit,
harian datangnya suara 2 kali sehari
dan klien merasa senang di ajak
mengobrol
Klien mengatakan sudah bisa
latihan menghardik
O:
Klien tampak kooperatif saat
berinteraksi
Pembicaraan masih flight of idea
Tatapan mata focus
Tampak klien masih dibimbing
latihan mengontrol halusinasi
dengan menghardik.
A : gangguan persepsi sensori :
halusinasi
P : Lanjutkan intervensi
Mengajarkan cara/membimbing
cara menghardik
Mengajarkan cara mengontrol
yang kedua dengan cara minum
obat
Jumat, 07 1. Memvalidasi masalah dan latihan S :
Juli 2017 sebelumnya Klien mengatakan masih
2. Mengajarkan klien cara yang ketiga (sp mendengar suara-suara tapi
3) dengan bercakap-cakap. suaranya tidak jelas muncul 1-2
kali sehari prekwensi suara +-
10 menit.
Klien mengatakan mau
diajarkan cara mengontrol
halusinasi dengan minum obat
O:
Klien tampak kooperatif saat di
ajak interaksi
Tatapan mata focus
Pembicaraan masih flight of idea
A : Gangguan persepsi : halusinasi
P : Lanjutkan intervensi
Melatih cara mengontrol
halusinasi dengan cara minum
obat

G. EVALUASI
Evaluasi dilakukan dari awal hingga akhir kegiatan yang setiap kali berinteraksi
menggunkan analisis SOAP (subjektif, objektif, analisa, planning ). Semua tindakan
keperawatan dengan diagnose gangguan persepsi sensori : halusinasi yang dibahas oleh
kelompok maupun individu melalui strategi pelaksanaan dapat dilaksanakan. Hal ini
didukung karena sudah terbinanya hubungan saling percaya antara perawat dengan klien.

H. PEMBAHASAAN ( 5 W + 1 H )
1. Kesenjangan
Pada pengkajian pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan format
pengkajian perawatan jiwa yang telah di tetapkan. Data yang dikumpulkan dengan
wawancara langsung dengan klien, dari data catatan keperawatan dan medis
ditemukan kesenjangan anatara data-data teoritis dengan apa yang didapat dengan
kasus dilapangan. Pengumpulan data yang dilakukan hanya melalui wawancara
dengan klien, observasi dan dari pendokumentasian keperawatan di ruangan,
sedangkan data dari keluarga tidak didapatkan hal tersebut dikarenakan selama proses
pengkajian keluarga belum ada yang menjenguk klien.
2. Kemudahan :
a. Klien kooperatif saat diajak interaksi
b. Klien mau menjawab jujur apa yang ditanyakan perawat
3. Kelemahan atau kesulitan perawat untuk mengatasi diagnosa keperawatan saat
melakukan implementasi :
a. Klien tidak kooperatif saat di ajak bicara
b. Pembicaraan flight of idea (jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan ).
c. Klien cepat bosan
d. Klien sering lupa apa yang sudah di ajarkan

I. IMPLIKASI KEPERAWATAN
1. Kesimpulan dari proses dan hasil pemberi asuhan keperawatan yang sudah dilakukan
Proses keperawatan merupakan metode ilmiah dalam menjalankan proses
keperawatan dan menyelesaikan masalah secara sistematis yang digunakan oleh
perawat dan peserta didik keperawatan. Penerapan keperawatan dapat meningkatkan
otonomi, percaya diri, cara berpikir yang logis, ilmiah, sistematis dan memperlihatkan
tanggung jawab dan tanggung gugat serta pengembangan diri perawat. Disamping itu
klien dapat melaksanakan mutu pelayanan keperawatan yang baik khususnya pada
klien halusinasi, maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Pengkajian yang dilaksanakan tidak banyak berbeda dengan pengkajian teoritis,
kesulitan saat pengkajian hanya klien saat diajak bicara tidak sesuai pertanyaan.
b. Dalam usaha mengatasi masalah yang dihadapi klien, mahasiswa menyusun
tindakan keperawatan sesuai dengan teoritis begitu juga dengan strategi
pelaksanaan (SP).
c. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan perencanaan dan
dapat dilaksanakan walaupun belum optimal.
d. Pada tahap evaluasi terhadap tindakan keperawatan masalah yang dihadapi klien
tidak teratasi semua sesuai dengan masalah klien.
2. Saran
a. Mahasiswa
Mahasiswa hendaknya dapat melakukan askep sesuai dengan tahapan-tahapan
dari protap dengan baik dan benar yang diperoleh selama masa pendidikan baik di
akademik maupun dilapangan praktik.
b. Keluarga
Agar keluarga selalu memberikan motivasi kepada klien dan juga perawatan
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran setelah pulang dari rumah
sakit.
c. Ruang rawat inap
Meningkatkan peralatan dan pelayanan serta pemberian askep yang dapat
meningkatkan proses penyembuhan klien.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, K., Nugroho, A., Supriyadi. (2013). Pengaruh menghardik terhadap penurunan
tingkat halusinasi dengar pada pasien skizofrenia dinRSJD Dr. Amino Gondohutomo
Semarang. (online), http://www.ejournal.stikestelogorejo.ac.id diakses pada tanggal 8
Januari 2014.
Damaiyanti, M., & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.
DEPKES RI. 2009. Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta :
Depkes
Direja, Ade Herman. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :Nuha Medika.
Dongoes, M. E., Townsend, M. C., & Morhouse, M. F. (2006). Rencana asuhan keperawatan
Hawari, D. (2007). Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Keliat, B. A & Akemat. (2005). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC.
Psikiatri Edisi 3. Jakarta: EGC. Engkeng, S., Maslina. (2009). Faktor faktor presipitasi yang
berhubungan dengan timbulnya halusinasi pada klien gangguan jiwa di BPRS Makassar.
(online). http://jkesmasfkm.unsrat. ac. id/wpcontent/uploads/2013/02/51. pdf diakses
tanggal 8 Januari 2014.

Anda mungkin juga menyukai