Anda di halaman 1dari 3

Desinfeksi (Desinfection)

Desinfeksi atau pembunuhan kuman bertujuan untuk membunuh atau mengurangi


mikroorganisme patogen yang ada dalam limbah cair. Meknisme desinfeksi dapat secara kimia,
yaitu dengan menambahkan senyawa/zat tertentu, atau dengan perlakuan fisik.

Dalam menentukan senyawa untuk membunuh mikroorganisme, terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan, yaitu :
Daya racun zat
Waktu kontak yang diperlukan
Efektivitas zat
Kadar dosis yang digunakan
Tidak boleh bersifat toksik terhadap manusia dan hewan
Tahan terhadap air
Biayanya murah
Contoh mekanisme desinfeksi pada limbah cair adalah penambahan klorin (klorinasi),
penyinaran dengan ultraviolet(UV), atau dengan ozon (O).Proses desinfeksi pada limbah cair
biasanya dilakukan setelah proses pengolahan limbah selesai, yaitu setelah pengolahan primer,
sekunder atau tersier, sebelum limbah dibuang ke lingkungan.

Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)


Setiap tahap pengolahan limbah cair, baik primer, sekunder, maupun tersier, akan menghasilkan
endapan polutan berupa lumpur. Lumpur tersebut tidak dapat dibuang secara langsung,
melainkan pelu diolah lebih lanjut. Endapan lumpur hasil pengolahan limbah biasanya akan
diolah dengan cara diurai/dicerna secara aerob (anaerob digestion), kemudian disalurkan ke
beberapa alternatif, yaitu dibuang ke laut atau ke lahan pembuangan (landfill), dijadikan pupuk
kompos, atau dibakar (incinerated)

Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang


digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti
bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme
atau kuman penyakit lainnya.
Disinfeksi adalah penghancuran mikroorganisme-mikroorganisme yang dapat menye-babkan penyakit.
Desinfeksi adalah proses untuk menghilangkan semua bakteri di dalam air. Disinfeksi merupakan
pelindung final bagi manusia untuk melawan mikroorganisme patogenik yang menyebabkan penyakit, ter-
masuk di dalamnya bakteri-bakteri patogenik. Penghancuran mikroorganisme patogen dan parasit secara
disinfeksi sangat membantu pengurangan jumlah penyakit yang disebarkan melalui air dan makanan.
Disinfeksi dibagi menjadi dua macam, yaitu disinfektasi secara fisik dan secara kimia.

Disinfeksi secara Fisik


Disinfeksi secara fisik dapat dilakukan dengan cara pendidihan air, penyaringan dan radiasi sinar ultra
violet (UV).

Pendidihan Air
Pendidihan air adalah cara yang paling sederhana dan popular untuk membunuh bakteri. Pendidihan
sangat efektif dan ekonomis untuk membunuh bakteri, hanya saja beberapa bakteri menghasilkan
endospora yang tahan pada suhu yang sangat tinggi sampai beberapa jam. Endospora tersebut masih
dapat membahayakan manusia, apalagi bila endospora tersebut dihasilkan oleh bakteri patogenik
semacam antraks. Setelah mendapatkan tempat dan lingkungan yang sesuai endospora tersebut dapat
aktif kembali menjadi bakteri.

Penyaringan
Penyaringan (biasa) tidak efektif digunakan karena ukuran bakteri yang sangat kecil. Hanya bakteri yang
melekat pada partikel padat dengan ukuran yang cukup besar yang dapat disaring. Hanya 5% dari
bakteri yang dapat disaring dengan penyaring kasar, 15% dengan penyaring yang halus, 20% dengan
grit chamber dan 30% dengan sedimentasi primer.

Radiasi Sinar UV
Sistem UV dalam proses disinfeksi menggunakan lampu-lampu merkuri tekanan-rendah yang ditutup
dengan tabung-tabung kuarsa. Tabung-tabung kuarsa tersebut dibenamkan ke dalam aliran air, sehingga
air terkena radiasi UV. UV mempunyai efisiensi yang sangat baik, tidak menghasilkan produk yang
mutagenik maupun beracun, tidak menimbulkan masalah pada bau dan rasa, dan hanya membutuhkan
ruangan yang sempit untuk alatnya. Akan tetapi, disinfeksi dengan cara radiasi sinar UV ini memiliki
beberapa kelemahan, yaitu:
a. Tidak meninggalkan residu disinfektan sedikitpun sehingga air akan mudah terkontaminasi kembali
dalam waktu yang tidak lama. Penambahan jenis disinfektan lain, seperti klorin, diperlukan agar air tetap
bebas bakteri.
b. Sulit menentukan dosis UV yang tepat.
c. Pembentukan biofilm pada permukaan lampu.
d. Sulitnya perawatan dan pembersihan lampu UV.
e. Adanya kemungkinan terjadinya fotoreaktivasi pada mikroorganisme yang disinari UV.
f. Mahalnya biaya yang dibutuhkan.

Disinfeksi secara Kimia


Disinfeksi secara kimia dilakukan dengan cara menambahkan bahan-bahan kimia tertentu yang dapat
membunuh bakteri yang disebut dengan disinfektan. Disinfektan memberikan efek penghambatan (cidal
effects) dengan cara berinteraksi dengan satu atau lebih target di dalam sel mikrobial. Target-target disin-
fektan di dalam sel mikrobial yaitu lapisan peptidoglikan, membran sitoplasma, mem-bran luar, protein
struktural, grup tiol dari enzim, asam nukleat, amplop viral, kapsid atau asam nukleat, dan lapisan
pelindung spora.

Klorin
Klorinasi pertama kali digunakan pada awal abad ke-20. Klorin (Cl2) membentuk asam hipoklorit (HOCl)
yang secara efektif mampu menginaktifkan mikroorganis-me di dalam air.
Penggunaan klorin sebagai disinfektan ternyata mempunyai kelemahan, yaitu:
a. Terbentuknya senyawa beracun yang dapat membahayakan manusia dan hewan seperti THM
(Trihalometana) dan klorohidroksifuranon yang mengaki-batkan kanker.
b. Meningkatkan resiko timbulnya penyakit kardiovaskular.

Kloramin
Kloraminasi adalah disinfeksi air dengan menggunakan kloramin sebagai peng-ganti klorin bebas (Cl2).
Penggunaan kloramin ternyata menghasilkan lebih sedikit THM. Akan tetapi, kloramin mempunyai
kelemahan sebagai berikut:
a. Dapat meracuni ikan karena mengoksidasi haemoglobin menjadi methemoglo-bin yang kapasitasnya
lebih rendah dalam membawa oksigen.
b. Menyebabkan anemia haemolitik pada pasien hemodialisis.

Klorin Dioksida
Klorin dioksida adalah disinfektan yang mempunyai kecepatan dan efektifitas yang lebih baik jika
dibandingkan dengan klorin dalam menginaktifkan bakteri. Klorin dioksida tidak mengakibatkan
pembentukan THM dan tidak bereaksi dengan amonia untuk membentuk kloramin.
Kelemahan penggunaan klorin dioksida sebagai isinfektan adalah sebagai berikut:
a. Mengganggu fungsi tiroid
b. Pembentukan klorit dan klorat di dalam air dikhawatirkan dapat mengakibat-kan methemoglobinemia

Ozon
Ozon diproduksi dengan cara melewatkan udara kering ke celah antaa elektroda dan dengan
menggunakan listrik AC dengan tegangan antara 8000-20.000 volt. Ozon pertama kali diperkenalkan
sebagai agen pengoksidasi yang kuat untuk menghilangkan rasa, warna dan bau. Oksidan ini sekarang
digunakan sebagai disinfektan untuk menginaktifkan bakteri patogenik dan sebagai prekursor THM.
Kelemahan penggunaan ozon sebagai disinfektan bakteri adalah sebagai berikut:
a. Ozon tidak meninggalkan residu di dalam air sehingga perlu dikombinasikan dengan disinfektan lain.
b. Mahalnya biaya operasional.
c. Pembentukan senyawa bromat yang karsinogen dan mutagenik.
d. Dapat meningkatkan toksisitas efluen.

Anda mungkin juga menyukai