Anda di halaman 1dari 69

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

TINJAUAN PERENCANAAN STABILITAS BENDUNGAN


GONGGANG DI KABUPATEN MAGETAN

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya
pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Surakarta

Dikerjakan oleh :

DWI PURWANTO
NIM : I 8708028

PROGRAM DIPLOMA III INFRASTRUKTUR PERKOTAAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user

i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

Belajarlah ilmu sebanyak apapun ,Tetapi disisi Allah tiada


balasanya,kecuali apa yang di amalkanya

Persembahan

Tugas Akhir di persembahkan kepada

Allah SWT,hanya padamulah aku berserah diri,meminta


cahaya penerangan dan ketabahan dalam hidupku
Kedua orang tuaku dan kakakku yang tak pernah henti-
hentinya memberikan dukungan,semangat,doa serta kasih
sayangnya.Inilah persembahanku,semoga bisa selalu
menjadi bagian dari banyak kebahagiaan yang kita syukuri
Kepada seseorang yang selama ini telah memberikan warna
dalam hidupku,memotivasi untuk lebih baik,memberikan
saran,kasih sayang yang tak kenal lelah menemani dalam
perjalanan hidupku
Teman-teman infras 08 yang telah memberikan bantuan
dan semangatnya dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir
ini
Anak-anak kost GAPLE terimakasih buat bantuannya
selama ini
Seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya
Laporan Tugas Akhir ini.
commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul TINJAUAN PERENCANAAN
STABILITAS BENDUNGAN GONGGANG DI KABUPATEN MAGETAN dengan
baik. Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penyusun banyak menerima bimbingan,
bantuan dan dorongan yang sangat berarti dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak
terhingga kepada :
1. Segenap pimpinan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta
beserta stafnya.
2. Segenap pimpinan Jurusan Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta
beserta stafnya.
3. Segenap pimpinan Program D-III Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret
Surakarta beserta stafnya.
4. Ir. Suyanto, MM selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir atas arahan dan
bimbingannya selama dalam penyusunan tugas ini.
5. Rekan rekan dari Teknik sipil semua angkatan dan semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya laporan Tugas Akhir ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran maupun masukan yang membawa
ke arah perbaikan dan bersifat membangun sangat penyusun harapkan. Semoga
Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun khususnya dan
pembaca pada umumnya.

Surakarta, juli 2011

Penyusun
commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

DWI PURWANTO, 2011, TINJAUAN PERENCANAAN STABILITAS


BENDUNGAN GONGGANG DI KABUPATEN MAGETAN
Bendungan Gonggang di bangun karena mayoritas masyarakatnya hidup dari hasil
pertanian,kondisi tersebut tidak berlangsung dengan baik karena keadaan alam
yang sangat gersang dan tandus dimana pada saat musim kemarau para
masyarakat sangat kekurangan pasokan air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
terlebih untuk kebutuhan bertani. Bendungan ini terletak di daerah Kabupaten
Magetan dibagian selatan tepatnya Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten
Magetan Provinsi Jawa Timur.
Penelitian ini di lakukan untuk mengetahui stabilitas lereng tubuh bendungan.
Dengan menggunakan teori stabilitas bendungan serta flownet dan menggunakan
obyek bendungan Gonggang sebagai studi kasus.
Dalam analisis ini menghasilkan dimensi sebagai berikut,bendungan tipe urugan
homogen, dengan rembesan (seepage) yang terjadi pada tubuh bendungan
Gonggang sebesar 0.9861 m3/dt, faktor keamanan saat bendungan kosong di
(downstream) sebesar 1.28 1.2 telah memenuhi syarat faktor keamanan,serta
saat bendungan terisi air di (upstream) sebesar 1.25 1.2 juga telah memenuhi
syarat dari faktor keamanan.
Kata kunci : Bendungan, flownet, stabilitas lereng,faktor keamanan (safety factor)

commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL .......................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................iv
KATA PENGANTAR. .................................................................................... v
ABSTRAK ......................................................................................................vi
DAFTAR ISI. ................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... x

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1


1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah. ..................................................................................... 2
1.3. Batasan Masalah......................................................................................... 2
1.4. Tujuan Penelitian 2
1.5. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ..................... 4


2.1. Pengertian Umum....................................................................................... 4
2.1.1. Klasifikasi Bendungan Urugan ........................................................ 5
2.1.2. Keistimewaan karakteristik Bendungan Gonggang ......................... 6
2.1.3. Perancangan Untuk Bendungan Urugan .......................................... 7

2.2. Landasan Teori ......................................................................................... 17


2.2.1. Teori Analisis Stabilitas Lereng..................................................... 17
2.2.2. Analisis Stabilitas Lereng Dengan Bidang Longsor Datar ............ 18
2.2.3. Analisis stabilitas dengan Bidang Longsor Lingkaran .................. 26
2.2.4. Analisis Dan Perhitungan .............................................................. 29
2.2.5. Formasi Garis Depresi (seepage line formation) ........................... 31
2.2.6. Jaring Arus (flow-net) .................................................................... 33
commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................ 37


3.1. Umum....................................................................................................... 37
3.2. Lokasi Penelitian ...................................................................................... 37
3.3. Langkah-Langkah Penelitian ................................................................... 39
3.3.1. Mencari Data Atau Informasi ........................................................ 39
3.3.2. Mengolah Data ............................................................................... 40
3.3.3. Bagan alir penelitian ...................................................................... 41

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 42


4.1. Perhitungan Rembesan Bendungan.......................................................... 42
4.1.1. Data Geometri Bendungan ............................................................ 42
4.1.2. Perhitungan Rembesan (seepage) .................................................. 43
4.1.3. Data Mekanika Tanah .................................................................... 44

BAB 5 RENCANA ANGGARAN BIAYA ................................................. 48


5.1. Perhitungan Volume................................................................................. 48
5.2. Harga Satuan Upah Kerja......................................................................... 50
5.3. Harga Satuan Bahan Bangunan ................................................................ 51
5.4. Harga Satuan Peralatan Konstruksi/Alat Berat ........................................ 52
5.5. Analisis Harga Satuan Pekerjaan ............................................................. 53
5.6. Rencana Anggaran biaya ......................................................................... 56

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 60


6.1. Kesimpulan .............................................................................................. 60
6.2. Saran ......................................................................................................... 60
Penutup............................................................................................................ 61
Daftar Pustaka ................................................................................................. 62

commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Hal
Gambar 1.1 Peta Lokasi Kabupaten Magetan Provinsi Jawa Timur ................ 1
Gambar 2.1 Lereng Tak Terhingga Tanpa Aliran Rembesan ......................... 19
Gambar 2.2 Lereng Tak Terhingga Dipengaruhi Aliran Rembesan ............... 23
Gambar 2.3 Analisis Stabilitas Timbunan Diatas Tanah Miring .................... 24
Gambar 2.4 Analisis Stabilitas Lereng Tanah Lempung Tanpa Pengaruh
Rembesan..................................................................................... 27
Gambar 2.5 Analisis Stabilitas Lereng Tanah Lempung Dengan Pengaruh
Rembesan..................................................................................... 27
Gambar 2.6 Analisis Stabilitas Lereng = 0 .................................................. 29
Gambar 2.7 Garis Depresi Pada Bendungan Homogen (Sesuai Dengan Garis
Parabola). ..................................................................................... 31
Gambar 2.8 Garis Depresi Pada Bendungan Homogen (Sesuai Dengan Garis
Parabola Yang Mengalami Modifikasi) ...................................... 32
Gambar 2.9 Jaring Arus Pada Struktur Turap. ................................................ 33
Gambar 2.10 Jaring Arus Pada Struktur Bendung. ......................................... 34
Gambar 2.11 Debit rembesan dalam satu lajur aliran (q). ............................ 35
Gambar 3.1 Dam Site Plan Bendungan Gonggang. ........................................ 38
Gambar 3.2 Denah Dan Potongan Melintang Bendungan Gonggang ............ 38
Gambar 3.3 Bagan Alir Tahapan Kegiatan ..................................................... 41
Gambar 4.1 Sketsa Rembesan ......................................................................... 42
Gambar 4.2 Sketsa Flownet Pada Bendungan ................................................ 43
Gambar 4.3 Tipikal Potongan Melintang Bendungan kosong ........................ 45
Gambar 4.4 Tipikal Potongan Melintang Bendungan kosong isi air .............. 47

commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Hal
Tabel 2.1 Tabel Hitungan................................................................................ 31
Tabel 4.1 Kondisi 1 (Bendungan Kosong)...................................................... 44
Tabel 4.2 Kondisi 2 (Bendungan Terisi Air). ................................................. 46
Tabel 5.1 Volume Pekerjaan Bendungan Gonggang. ..................................... 48
Tabel 5.2 Daftar harga upah. ........................................................................... 50
Tabel 5.3 Daftar Harga Bahan Bangunan. ...................................................... 51
Tabel 5.4 Daftar Harga Satuan Alat Berat. ..................................................... 52
Tabel 5.5 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Galian Tanah. ............................. 53
Tabel 5.6 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Timbunan Inti (Zone 1) -Material
Clay. .................................................................................................. 54
Tabel 5.7 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Beton K-300. ................................ 55
Tabel 5.8 Rencana anggaran biaya proyek bendungan gonggang th 2011. .... 56

commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Daerah Kabupaten Magetan khususnya di bagian selatan yaitu Kecamatan Poncol,


Kecamatan Ngariboyo, dan Kecamatan Lambeyan memiliki jumlah penduduk
108.000 jiwa (th.2003), dimana mayoritas masyarakatnya hidup dari hasil
pertanian. Hasil pertanian tersebut tidak baik dikarenakan oleh keadaan alamnya
yang sangat gersang dan tandus. Pada musim kemarau masyarakat tersebut sangat
kekurangan pasokan air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari terlebih untuk
keperluan bertani.
Pada tahun 1995, pihak Proyek Pengembangan dan Konservasi Sumber Daya Air
Bengawan Solo mengidentifikasi potensi air di Sungai Gonggang, kemudian
ditindak lanjuti dengan pekerjaan pra desain bendungan di lapangan Genilangit
desa Genilangit Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan.
Pemerintah Kabupaten Magetan melakukan langkah strategis untuk membangun
bendungan Gonggang, antara lain melakukan studi pra desain, detail desain,
sertifikasi desain, Analisa Dampak Lingkungan (AMDAL),

Gambar 1.1 Peta Lokasi Kabupaten Magetan Provinsi Jawa Timur


commit to user
(Sumber : PPK PKSDA Bengawan Solo)

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2

Pelaksanaan fisik mulai tahun anggaran 2004 dilakukan oleh Satuan Kerja Non
Vertikal Tertentu Pengembangan dan Pengolahan Sumber daya Air Bengawan
Solo. Pemerintah Kabupaten Magetan telah merencanakan jangka panjang,
Proyek pembangunan Bendungan Gonggang merupakan awal dari strategi
konservasi alam yang secara berkesinambungan untuk pemanfaatan air yang
sangat dibutuhkan oleh kelestarian alam, serta dimanfaatkan untuk kebutuhan
masyarakat sebagai penyediaan air baku, irigasi, serta pariwisata dan perikanan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, rumusan masalah dapat disusun yaitu
1. Bagaimana kondisi stabilitas bendungan utama dan berapa besar factor
keamanan yang ada.
2. Berapa besar Rencana Anggaran Biaya keseluruhan yang dibutuhkan dalam
pembangunan proyek Bendungan Gonggang.

1.3. Batasan Masalah

Mengingat terbatasnya waktu dan biaya penelitian, serta masalah yang dihadapi
maka studi ini dibatasi pada beberapa masalah sebagai berikut:
1. Studi kasus dilakukan di Bendungan Gonggang, Magetan.
2. Bentuk bendungan utama ( maindam ) menggunakan tipe zona inti tegak.
3. Menganalisis stabilitas lereng Bendungan.
4. Daftar harga bahan bangunan, serta harga satuan alat berat masih
menggunakan harga lama (tahun 2003).

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :


1. Mengetahui langkah-langkah dalam merencanakan sebuah bendungan.
2. Mampu menganalisis data dalam merencanakan sebuah bendungan.
commit to user
3. Mengetahui stabilitas lereng bendungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:


1. Manfaat teoritis
Manfaat penulisan laporan Tugas Akhir ini dapat menjadi penambah sumber
pengetahuan bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya, serta
memberikan informasi keilmuan dalam bidang teknik sipil khususnya dalam
menganalisis faktor keamanan tubuh bendungan.
2. Manfaat praktis
Memberikan informasi pada pengelola proyek bendungan tentang cara
menghitung faktor keamanan tubuh bendungan yang efisien.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Umum

Pada permukaan tanah yang tidak horizontal, komponen gravitasi cenderung


untuk menggerakkan tanah ke bawah. Jika komponen gravitasi sedemikian besar,
sehingga perlawanan terhadap geseran yang dapat dikembangkan oleh tanah pada
bidang longsornya terlampaui, maka akan terjadi longsoran.Analisis stabilitas
tanah pada permukaan yang miring disebut dengan analisis stabilitas lereng.
Analisis ini sering dijumpai pada perencanaan-perencanaan bangunan seperti:
jalan kereta api, jalan raya, bandara, bendungan urugan tanah, saluran dan lain-
lain. Analisis stabilitas dilakukan untuk mengecek keamanan dari lereng alam,
lereng galian dan lereng urugan tanah.
Dalam menganalis stabilitas lereng terdapat banyak faktor yang sangat
mempengaruhi hasil hitungan. Antara lain kondisi tanah yang anisotropis dan
aliran rembesan air dalam tanah.
Terzaghi (1950) membagi penyebab longsoran lereng terdiri dari akibat pengaruh
dalam (internal effect) dan pengaruh luar (external effect). Pengaruh luar,
misalnya pengaruh yang menyebabkan bertambahnya gaya geser dengan tanpa
adanya perubahan kuat geser dari tanahnya.Contohnya akibat perbuatan manusia
mempertajam kemiringan dan mempertinggi galian tanah atau erosi
sungai.Pengaruh dalam,misalnya longsoran yang terjadi dengan tanpa adanya
perubahan kondisi luar atau gempa bumi. Contoh yang umum untuk kondisi ini
adalah pengaruh bertambahnya tekanan air pori di dalam lerengnya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

2.1.1. Klasifikasi Bendungan Urugan

4
Sehubungan dengan fungsi bendungan sebagai pengempang air atau pengangkat
permukaan air di dalam suatu waduk, maka secara garis besar tubuh bendungan
merupakan penahan rembesan air ke arah hilir serta penyangga tandonan air
tersebut.
Di tinjau dari penempatan serta susunan bahan yang membentuk tubuh bendungan
untuk dapat memenuhi fungsinya dengan baik, maka bendungan urugan dapat di
golongkan dalam 3 (tiga) tipe utama,yaitu:
1. Bendungan urugan homogen (bendungan homogen).
2. Bendungan urugan zonal (bendungan zonal).
3. Bendungan urugan bersekat (bendungan sekat).
2.1.1.1. Bendungan Homogen
Suatu bendungan urugan di golongkan dalam tipe homogen, apabila bahan yang
membentuk tubuh bendungan tersebut terdiri dari tanah yang hampir sejenis dan
gradasi susunan ukuran butiran hampir seragam.
Tubuh bendungan secara keseluruhan berfungsi ganda, yaitu sebagai bangunan
penyanga dan sekaligus sebagai penahan rembesan air.
2.1.1.2. Bendungan zonal
Bendungan urugan di golongkan dalam tipe zonal, apabila timbunan yang
membentuk tubuh bendungan yang terdiri dari batuan dengan gradasi yang
berbeda-beda dalam urutan urutan pelapisan tertentu.
Bendungan tipe ini berfungsi sebagai penyangga yang di bebankan kepada
timbunan yang lulus air (zone lulus air), sedang penahan rembesan di bebankan
kepada timbunan yang kedap air (zone kedap air).
Berdasarkan letak dan kedudukan dari zone kedap airnya, maka tipe ini masih
dapat di bedakan menjadi 3 (tiga) yaitu:
1. Bendungan urugan zonal dengan tirai kedap air atau bendungan tiraiialah
bendungan zonal dengan zone kedap air yang membentuk lereng udik
bendungan tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

2. Bendungan urugan zonal dengan inti kedap air miring atau bendungan inti
miring, ialah bendungan zonal yang zone kedap airnya terletak di dalam
tubuh bendungan dan berkedudukan miring ke arah hilir.
3. Bendungan urugan zonal dengan inti kedap air tegak atau bendungan inti
tegak, ialah bendungan zonal yang zone kedap airnya terletak di dalam tubuh
bendungan dengan kedudukan vertikal, dan inti tersebut terletak di bidang
tengah dari tubuh bendungan.
2.1.1.3. Bendungan urugan bersekat (bendungan sekat)
Bendungan urugan di golongkan dalam tipe sekat (facing) apabila di lereng udik
tubuh bendungan di lapisi dengan sekat tidak lulus air (dengan kedapan yang
tinggi) seperti lembaran baja tahan karat, beton aspal, lembaran beton bertulang,
hamparan plastik, susunan beton balok dan lain-lain.

2.1.2. Keistimewaan Karakteristik Bendungan Urugan

Di bandingkan dengan jenis-jenis lainya, maka bendungan urugan mempunyai


keistimewaan-keistimewaan sebagai berikut:
1. Pembangunan dapat di laksanakan pada hampir semua kondisi geologi dan
geografi yang di jumpai.
2. Bahan untuk tubuh bendungan dapat di gunakan batuan yang terdapat di
sekitar calon bendungan.
Bendungan tersebut mempunyai kelemahan yang cukup berarti, yaitu tidak
mampu menahan limpasan di atas mercu, dimana limpasan-limpasan yang terjadi
dapat menyebabkan longsoran-longsoran pada lereng hilir yang dapat
mengakibatkan jebolnya bendungan tersebut
Beberapa karakteristik utama dari bendungan urugan, adalah sebagai berikut:
(1) Bendungan urugan mempunyai alas yang luas,sehingga beban yang harus di
dukung oleh pondasi bendungan per satuan unit luas dapat menjadi kecil.
Beban utama yang harus di dukung oleh pondasi terdiri dari berat tubuh
bendungan dan tekanan hidrostatis dari air dalam waduk.
Bendungan urugan dapat di bangun di atas batuan yang sudah lapuk atau di
commit
atas alur sungai yang tersusun to usersedimen dengan kemampuan daya
dari batuan
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

dukung yang rendah, asalkan kekedapan tubuh bendungan dapat di perbaiki


pada tingkat yang di kehendaki.
(2) Bendungan urugan dapat di bangun dengan mengunakan bahan batuan yang
terdapat di sekitar calon bendungan.Apabila di bandingkan dengan jenis
bendungan beton yang memerlukan bahan-bahan febrikat seperti semen
dalam jumlah besar dengan harga yang tinggi dan di datangkan dari tempat
yang jauh, maka bendungan urugan dalam hal ini menunjukan tendesi yang
positif.
(3) Pembangunan bendungan urugan dapat di laksanakan secara mekanis dengan
intensitas yang tinggi (full mehanized). Karena banyaknya tipe peralatan yang
sudah di produksi, maka dapat di pilih peralatan yang paling cocok dan sesuai
dengan sifat-sifat bahan yang akan di gunakan serta kondisi lapangan.
(4) Tubuh bendungan yang terdiri dari timbunan tanah atau timbunan batu yang
berkomposisi lepas, maka bahaya jebolnya bendungan dapat di sebabkan oleh
hal-hal sebagai berikut:
1. Longsoran yang terjadi baik dari lereng udik maupun dari lereng hilir tubuh
bendungan.
2. Terjadi sufosi atau erosi dalam (piping) oleh gaya-gaya yang timbul dalam
aliran filtrasi yang terjadi di dalam tubuh bendungan.
3. Suatu konstruksi yang kaku tidak boleh ada dalam tubuh bendungan, karena
konstruksi tersebut tak dapat mengikuti gerakan konsolidasi dari tubuh
bendungan tersebut.
4. Proses pelaksanaan pembangunannya, sangat peka terhadap pengaruh iklim.
Kelembaban optimum tertentu pada bendungan tanah perlu di pertahankan pada
saat pelaksanaan penimbunan dan pemadatanya.

2.1.3. Perancangan Untuk Bendungan Urugan

Pada hakekatnya existensi suatu bendungan telah di mulai sejak di adakan


kegiatan-kegiatan survey, perancangan, perencanaan teknis, pembangunan,
operasional dan pemeliharaan sampai akhir dari umur efektif bendungan tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

Semakin mendalam survey dan perancangan di kerjakan, maka semakin mudahlah


pembuatan perencanaan teknis dan semakin mudah pula pelaksanaan
pembangunan, karena kemungkinan terjadi modifikasi-modifikasi konstruksi akan
semakin kecil.
Tetapi sebaliknya apabila survey dan perancangan kurang teliti dan kurang
mendalam maka kadang-kadang pilihan yang semula yaitu pada tingkat
perancangan jatuh pada bendungan beton, dapat berubah menjadi bendungan
urugan oleh karna itu seluruh hasil survey dan perancangan yang semula, terpaksa
di tinjau kembali. Pada beberapa kasus, kadang-kadang di saat suatu bendungan
dalam proses pelaksanaan pembangunan, akibat di ketemukan kondisi-kondisi
geologi yang kurang menguntungkan, terpaksa harus memindahkan sumbu
bendungan yang telah di tetapkan atau memperbaiki kemiringan-kemiringan
lereng bendungan, yang mengakibatkan bahwa volume urugan dapat berubah
dengan sangat menyolok.
Contoh-contoh kejadian tersebut di atas, dapat mengakibatkan terlambatnya
pelaksanaan pembangunan, dan kadang-kadang bahkan terpaksa harus di
tinggalkan begitu saja, karena timbulnya tambahan-tambahan pembiayaan yang
melampaui batas persyaratan ekonomis.
Berhubungan hal tersebut, maka kemantapan perencanaan-teknis suatu bendungan
sangat di tentukan oleh ketelitian pada pelaksanaan survey dan investigasi,
sehingga mendapatkan data-data yang di percaya dan selanjutnya akan di peroleh
analisa-analisa yang jitu.
Dari hasil analisa-analisa teknis tersebut, maka akan dapat di tentukan dengan
mantap hal-hal sebagai berikut:
1. Kedudukan bendungan yang paling baik (the most favorable dam site).
2. Tipe bendungan yang paling cocok.
3. Metode pelaksanaan pembangunan yang paling efektif.
Berdasarkan data-data yang lengkap yang dapat mencerminkan kondisi
sesungguhnya dari tempat kedudukan calon bendungan serta dengan analisis yang
jitu dengan sistem coba-banding dari berbagai alternatif, barulah akan dapat di
harapkan ketetapan dan kemantapan dari ketiga unsur pokok tersebut di atas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

Beberapa aspek terpenting yang perlu di pelajari untuk dapat merealisir gagasan
pembangunan suatu bendungan adalah:
1. Topografi.
2. Geologi teknik.
3. Pondasi.
4. Hidrologi.
5. Bahan bendungan.
6. Bangunan pelimpah.
7. Bangunan penyadap.
8. Lain-lain.

2.1.3.1. Topografi
Apabila peninjauan hanya di dasarkan pada kondisi topografi, maka bendungan
beton akan lebih menguntungkan jika sekiranya di bangun pada alur sungai yang
dalam tetapi sempit, sebaliknya pada alur sungai yang dangkal tetapi lebar,
bendungan urugan akan lebih murah.
Akan tetapi, berhubung banyaknya faktor lain yang perlu di perhitungkan, antara
lain kondisi geologi di daerah calon bendungan, tersedianya bahan dengan
kwalitas yang memenuhi syarat untuk tubuh bendungan, kemampuan teknologi
pelaksanaan pembangunan, maka pada kenyataan kadang-kadang bahkan terjadi
hal yang sebaliknya.
Selain itu sering di jumpai bendungan dengan konstruksi kombinasi yaitu
bendungan urugan di kombinasi dengan bendungan beton. Secara pasti sukarlah
untuk dapat di tetapkan langsung tipe mana yang paling cocok untuk suatu lokasi
calon bendungan, sebelum di adakan penelitian-penelitian secara mendalam dan
seksama terhadap semua faktor-faktor yang akan mempengaruhi rencana
pembangunan suatu bendungan.
Walaupun demikian kemampuan adaptasi bendungan urugan jauh lebih tinggi di
bandingkan dengan bendungan beton, sehingga kemungkinan terpilihnya
bendungan urugan lebih besar dari pada bendungan beton.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

Dalam keadaan dimana membangun bendungan urugan pada alur yang sempit
tetapi dalam, merupakan alternatif yang terpilih, maka perlu di perhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1. Di usahakan nagar pemilihan bahan untuk tubuh bendungan sedemikian
rupa sehingga potongan melintangnya paling sederhana,serta jenis bahan
gradasinya di usahakan supaya tidak banyak. karena pelaksanaan
pembangunan lebih sederhana, serta mengingat sempitnya lapangan
pelaksanaan, tentu akan membatasi ruang gerak untuk alat-alat berat.
2. Retak-retak pada tubuh bendungan kemungkinan dapat terjadi akibat
perbedaan angka konsolidasi yang besar antara bagian tubuh bendungan
yang terletak di atas dasar sungai dan bagian tubuh bendungan yang
terletak di atas tebing sungai.
Untuk mencegah terjadinya retak yang fatal pada timbunan kedap air, di
sarankan agar di pilih bendungan urugan inti tegak karena bendungan tipe
ini lebih mudah menyesuaikan diri dengan ketidak seragaman proses
konsolidasi, di banding dengan bendungan urugan inti miring.
3. Biasanya kebocoran-kebocoran yang paling mudah terjadi adalah di
daerah kontak antara timbunan yang kedap air (inti, tirai, dll) dengan
tebing sungai.Oleh karena itu di anjurkan agar penggalian untuk landasan
inti tersebut pada tebing dan dasar sungai di buat berparit-parit agar kontak
menjadi lebih luas dan tumpuan antara timbunan kedap air dengan alas
atau tebing dan dasar sungai menjadi lebih sempurna.
Penggalian-penggalian pada calon landasan inti kedap air supaya di
laksanakan dengan teliti dan pekerjaan penimbunan di lakukan dengan
cermat serta di usahakan agar mengunakan bahan tanah liat dengan angka
P.I.(Plasticity Index) tidak kurang dari 15.
4. Pada keadaan topografi, di mana tebing sungai terlalu curam, maka
menyukarkan pembuatan bangunan pelengkap untuk bendungan seperti:
bangunan pelimpah, bangunan penyadap, bangunan penglontoran dan
jaringan jalan-jalan exploitasi. Apalagi debit banjir relatife besar di

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

bandingkan dengan lebar sungai, maka bendungan beton merupakan


alternatife yang paling memungkinkan.
5. Pada keadaan topografi seperti yang tertera di atas, maka stabilitas
bendungan akan lebih meningkat, karena tebing sungai dapt pula bekerja
sebagai penyangga, baik untuk beban vertikal maupun beban-beban
horizontal secar langsung sehingga tubuh bendungan dapat disangga oleh
alur sungai secara stereometris.
2.1.3.2. Geologi teknik
Pada hakekatnya penelitian geologi teknik yang perlu di lakukan, tidak hanya di
daerah tempat kedudukan calon bendungan yang akan di bangun, tetapi harus pula
di adakan penelitian di daerah calon waduk dan sekitarnya untuk mengidentifisir
adanya celah-celah yang mengakibatkan kebocoran ataupun kemungkinan adanya
daerah-daerah yang mudah longsor (sliding zones).
Pekerjaan sementasi yang di laksanakan pada celah-celah patahan tersebut serta
pencegahan longsoran-longsoran dalam keadaan waduk sudah terisi akan
membutuhkan biaya yang lebih besar. Sedangkan apabila di biarkan begitu saja,
mungkin akan terjadi kehilangan-kehilangan air yang sangat berlebihan yang
mengalir keluar dari celah-celah patahan-patahan tersebut. Selain itu adanya
retakan-retakan yang luas penyebaranya dapat mengakibatkan terjadi longsoran-
longsoran berkapasitas besar yang mungkin dapat meluncur masuk ke dalam
waduk. Dengan masuknya suatu massa tebing di sekitar waduk tersebut akan
menyebabkan penuhnya waduk terisi sedimen dalam waktu yang amat singkat
yang di ikuti keluarnya air waduk secara mendadak, sehingga terjadi luapan-
luapan yang sangat membahayakan daerah-daerah di sebelah hilir.
Penting pula di perhatikan usaha-usaha pencegahan kebocoran-kebocoran yang
timbul di sekitar waduk, yang sering terjadi karena kurangnya perhatian terhadap
patahan-patahan, retakan-retakan, bahkan gua-gua di bawah tanah pada saat
penelitian geologi teknis di laksanakan.
2.1.3.3. Pondasi
Pada dasarnya, seperti telah di jelaskan terdahulu, bendungan urugan dapat di
bangun di atas hampir semua keadaan topografi geologi yang di jumpai,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

sedangkan bendungan beton hanya mungkin di bangun di atas pondasi yang


kukuh.
Di atas batuan yang lemah yaitu batuan sedimen seperti: batuan lumpur, dan
beberapa batuan metamorf dan batuan lepas, pembangunan bendungan urugan
akan lebih aman di bandingkan dengan bendungan beton. Apabila pondasi terdiri
dari tanah yang lulus air atau daya dukungnya rendah, di perlukan perbaikan
dengan sementasi (grouting) yang kadang-kadang memerlukan biaya yang cukup
besar.
Mengingat struktur geologi suatu lapisan walaupun secara makrokopis
kelihatanya homogen, tetapi tidak selalu demikian dalam susunan mikrokopisnya,
sehingga dengan survey dan pengamatan visual saja, kondisi geologi yang
sebenarnya tak dapat secara pasti di gambarkan.Dalam pembuatan perencanaan
teknis di perlukan angka-angka keamanan yang cukup, untuk menghindarkan hal-
hal tak terduga yang mungkin terjadi, baik pada saat-saat pelaksanaan
pembangunan suatu bendungan, ataupun pada masa-masa exploitasi.
Jika hasil perhitungan dan analisis mendapatkan angka pembiayaan sangat tinggi
untuk pekerjaan perbaikan pondasi, maka di anjurkan agar rencana tempat
kedudukan bendungan (proposed dam site),maupun dimensi dari pad bendungan
perlu di telaah kembali dan meninjau kemungkinan-kemungkinan pada alternatif
yang lain.
2.1.3.4. Bahan bendungan
Di dasarkan atas pemikiran, bahwa tipe bendungan yang paling ekonomis yang
harus di pilih, maka perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Kualitas dan kuantitas bahan yang mungkin terdapat di sekitar tempat
kedudukan calon bendungan.
2. Jarak pengangkutan dari daerah penggalian (borrow-pits and quarry-areas) ke
tempat penimbunan calon tubuh bendungan.
Lokasi bahan yang terdapat di daerah calon waduk merupakan perhatian
pertama,sebelum mempertimbangkan bahan-bahan yang terdapat di daerah
lainnya. Demikian pula perlu di teliti cara penggalian yang paling efisien, sesuai
dengan sifat-sifat dan formasi dari bahan tersebut dan cara-cara pengangkutan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

yang efektif dari tempat pengambilan ke tempat-tempat penimbunannya pada


calon tubuh bendungan tersebut.
Mengingat hampir semnua batuan seperti: tanah, pasir, kerikil dan batu dapat di
gunakan untuk konstruksi tubuh bendungan urugan, maka banyak alternatife yang
harus di pertimbangkan, sebelum mendapatkan sebuah konstruksi tubuh
bendungan yang paling ekonomis.
Untuk mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan terjadinya perubahan volume
timbunan tubuh bendungan, maka penyediaan bahan sebaiknya 2 kali lebih
banyak dari pada perhitungan volume pada rencana teknis.Sangat menguntungkan
apabila tempat pengambilan bahan batu dan bahan tanah terletak pada suatu
daerah yang berdekatan dengan calon tubuh bendungan. Apabila bahan-bahan
yang di peroleh tak dapat di gunakan secara langsung yaitu pada saat penggalian,
pengangkutan, penimbunan, pemadatan maupun masa exploitasinya bahan
tersebut akan berubah karakteristik mekanis dan kimia, maka di perlukan adanya
usaha penyesuaian seperlunya ataupun pencegahan, antara lain dengan cara
sebagai berikut:
(1) Untuk bahan kedap air
1. Menyesuaikan angka kadar air (kelembaban) dengan kebutuhan yaitu kalau
terlalu tinggi di jemur, kalau terlalu rendah di siram air.
2. Mencampurkan beberapa macam bahan galian asli, sehingga dapat di
peroleh bahan dengan gradasi yang di inginkan.
3. Mengeluarkan butiran-butiran yang terlalu besar, di luar ukuran-ukuran
yang di inginkan.
(2) Untuk bahan lulus air
1. Memperbaiki gradasi dengan mencampur-campur beberapa bahan galian
agar dapat di gunakan untuk bahan filter.
2. Memproses batuan lunak agar tidak mudah pecah.
3. Mengayak bahan berbutiran lepas untuk bahan dasaran atau timbunan-
timbunan khusus lainya.
Untuk semua hal tersebut di atas, di perlukan adanya biaya tambahan. Selanjutnya
pengujian bahan secara sempurna dengan dukungan metode penyempurnaan
commitsuatu
kwalitas bahan secara ekonomis adalah to user
usaha yang sangat menentukan guna
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

mendapatkan bahan yang ekonomis serta pembuatan bendungan yang paling


murah.
2.1.3.5. Bangunan pelimpah
Apabila debit banjir suatu bendungan di perkirakan akan berkapasitas besar di
bandingkan dengan volume waduk dan jika di tinjau dari topografinya
penempatan suatu bangunan pelimpah akan mengalami kesukaran, alternatif
bendungan urugan mungkin secara teknis akan sukar untuk di pertangung
jawabkan dan bendungan beton mungkin akan lebih memadai.Penelitian serta
analisis selanjutnya yang lebih mendalam terhadap kemungkinan, maka
pembangunan bendungan beton perlu di laksanakan.
Kekurangan yang paling menonjol pada bendungan urugan adalah lemahnya daya
tahan bendungan terhadap limpasan (over-topping) dan dalam kondisi hidrologi
seperti tersebut di atas, maka bendungan urugan merupakan alternatif yang tidak
meyakinkan.
Alternatif bendungan urugan harus pula di imbangi dengan pembuatan bangunan
pelimpah yang besar, agar mampu menampung debit yang besar.Pembuatan
bangunan pelimpah yang besar membutuhkan biaya yang sedemikian besar, maka
kalau di bandingkan dengan harga bangunan pelimpahnya akan mendekati harga
alternatif bendungan beton.
Beberapa contoh yang ekstrim telah menunjukan bahwa telah banyak di bangun
suatu bendungan urugan,dimana harga bangunan pelimpah sudah meliputi (40 s/d
50 %) dari harga bendungan secara keseluruhan.
Dengan mencoba mendapatkan lokasi dari pada punggung perbukitan yang agak
rendah yang akan mengelilingi calon waduk (saddle-backed topography),
mungkin dapat di ketemukan suatu punggung perbukitan yang cukup rendah,
sehingga dapat di buat suatu bangunan pelimpah frontal yang besar.
Penggalian untuk tempat kedudukan bangunan pelimpah dan bangunan pelengkap
yang lain di usahakan agar dapat di pergunakan untuk bahan penimbunan tubuh
bendungan dan dengan demikian harga pembangunan waduk dapat di tekan pada
tingkat yang paling ekonomis.
Penentuan kapasitas bangunan pelimpah supaya di pertimbangkan pula hal-hal
yang berkenaan dengan fungsi commit
waduk todan
usercara penyadapan air dari waduk
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

tersebut. Apabila suatu bendungan urugan akan di bangun di daerah-daerah yang


exploitasinya agak sukar, perlu di pertimbangkan pembuatan suatu pelimpah
darurat, sehingga debit banjir dapat di tangani secara lebih mantap.
2.1.3.6. Bangunan penyadap
Pada hakekatnya air yang terdapat di dalam waduk akan di pergunakan untuk
berbagai macam kebutuha dengan berbagai macam syarat-syarat teknis
penyadapan, sehingga bangunan penyadap yang di tetapkan supaya dapat di
sesuaikan dengan syarat-syarat penyadapan yang di butuhkan. Air yang di sadap
dari waduk dapat digunakan untuk keperluan irigasi, pembangkit tenaga listrik, air
minum, pengendalian banjir, pengglontoran dan lain-lainnya.
Seyogyanya di perhatikan pula kemungkinan tipe bangunan penyadap yang
berfungsi ganda yang sesuai dengan tujuan pembangunan waduk yang
bersangkutan. Misalnya air pengglontoran di keluarkan melalui terowongan
pembuang, terowongan penglontor lumpur atau terowongan pelimpah banjir dan
kesemuanya ini agar sealu di dasarkan pada pertimbangan ekonomis.
Bangunan penyadap tipe menara mempunyai suatu kelebihan, bahwa operasi
pintunya mudah dan dapat mengatur debit pengambilan secara ketat, tetapi harga
terlalu tinggi di bandingkan dengan bangunan penyadap lainnya. Selain itu
bangunan penyadap tipe menara ini membutuhkan pondasi yang kuat serta
memerlukan exploitasi dan pemeliharaan yang teliti pula.
Sebaliknya bangunan penyadap sandar berterowongan miring, selain pembiayaan
rendah, tipe ini memerlukan pondasi yang kuat, namun pembiayaan exploitasi dan
pemeliharaan tidak terlalu tinggi.
Apabila di telaah lebih lanjut, dapat diketahui bahwa untuk mendapatkan lokasi
pembuatan tipe penyadap kedua inipun tidaklah mudah.Berhubung
terowongannya panjang maka pelaksanaan operasional akan semakin sukar, selain
itu penampang yang semakin besar untuk mengalirkan debit yang sama,akan
memerlukan pintu-pintu yang besar dan berat. Demikian pula bila di perhatikan
perbedaan pada terowongan penyalurnya (outlet conduit) antara kedua tipe
bangunan penyadap tersebut di atas dapat di catat hal-hal sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

1. Pada bangunan penyadap tipe kedua, terowongan penyalurnya berformasi


miring, sehingga akan lebih panjang dari terowongan pada bangunan
penyadap tipe pertama.
2. Berhubung karena terowongan penyalur pada bangunan penyadap tipe kedua
letak pintu pengambilannya lebih dangkal, maka di perlukan terowongan yang
lebih panjang.
3. Terowongan penyalur pada bangunan penyadap tipe kedua, biasanya terletak
di atas permukaan pondasi yang lemah, sehingga pembuatanya dengan sistem
terbuka, sedang terowongan penyalur pada bangunan penyadap tipe pertama
di buat dengan sistem tertutup, karena letaknya lebih dalam.
4. Pada terowongan pengatur bangunan penyadap tipe pertama pada masa
exploitasi akan mendapat beban dari tubuh bendungan, beban hidrostatis dan
gempa, sedang untuk terowongan penyalur pada tipe kedua beban-beban
tersebut hampir tidak ada.
Dengan cara memperbandingkan seperti uraian tersebut di atas, maka suatu tipe
bangunan penyadap dapat di pertimbangkan dan akhirnya dapat di tetapkan suatu
tipe yang teknis-ekonomis paling cocok untuk suatu bendungan yang akan di
bangun.
2.1.3.7. Lain-lain
Selain problema yang bersifat teknis dan ekonomis, pembangunan sebuah waduk
akan menyangkut problema sosial, seperti pembebasan tanah dan pemindahan
penduduk dari areal yang akan di gunakan sebagai waduk ,bendungan dan
komplek pelaksanaan serta penggantian pada bangunan umum yang harus di
tinggalkan penduduk.
Demikian pula pemindahan fasilitas umum dari daerah yang akan tergenang,
seperti jalan raya, jalan kereta api, kantor pemerintahan, pasar dan lain-lainnya.
Selain itu karena membangun sebuah waduk merupakan suatu bangunan yang
besar, sehingga mempunyai pengaruh yang sangat luas pada kehidupan
masyarakat, yang antara lain adalah peningkatan yang drastis pada kondisi sosial
ekonomi penduduk yang berada di sekitar waduk.(Suyono Sosrodarsono,1989)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Teori Analisis stabilitas Lereng


Dalam praktek,analisis stabilitas lereng di dasarkan pada konsep keseimbangan
plastis batas (limit plastic equilibrium).
Maksud analisis stabilitas adalah untuk menentukan faktor-faktor aman dari
bidang longsor yang potensial.Dalam analisis stabilitas lereng,beberapa anggapan
telah di buat sebagai berikut, yaitu:
a. Kelongsoran lereng terjadi di sepanjang permukaan bidang longsor
tertentu dan dapat di anggap sebagai masalah bidang 2 dimensi.
b. Massa tanah yang longsor di anggap berupa benda yang padat.
c. Tahanan geser dari massa tanah pada setiap titik sepanjang bidang longsor
tidak tergantung dari orientasi permukaan longsoran, atau dengan kata lain
kuat geser tanah di anggap isotropis.
d. Faktor aman di definisikan dengan memperhatikan tegangan geser rata-
rata sepanjang bidang longsor yang potensial dan kuat geser tanah rata-rata
sepanjang permukaan longsoran.
Jadi kuat geser tanah mungkin terlampaui di titik-titik tertentu pada bidang
longsornya, padahal faktor aman hasil hitungan lebih besar 1.
Faktor aman di definisikan sebagai nilai banding antara gaya yang
menahan dan gaya yang menggerakan, atau

..(2.1)

Dimana:
F = Faktor aman,
C = Kohesi tanah,
= Sudut gesek dalam tanah,
Cd = Kohesi tanah kering,
d = Sudut gesek dalam tanah kering.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

Persamaan (2.1) dapat juga di tuliskan dalam bentuk:

......(2.2)

Dimana :
= Sudut kemiringan lereng.

Untuk maksud memberikan faktor aman terhadap masing-masing komponen kuat


geser, faktor aman dapat di nyatakan dalam bentuk:
...(2.3a)

.(2.3b)
Dimana :
Fc = Faktor aman kohesi tanah,
F = Faktor aman sudut gesek dalam tanah.

Faktor aman terhadap kuat geser tanah di ambil lebih besar 1.2 menurut (Suyono
Sosrodarsono,1989)

2.2.2 Analisis Stabilitas Lereng Dengan Bidang Longsor Datar

2.2.2.1 Lereng Tak Terhingga (Infinite Slope)


Gambar 2.1 memperlihatkan suatu kondisi dimana tanah dengan tebal H yang
mempunyai permukaan miring, terletak di atas lapisan batu dengan kemiringan
permukaan yang sama. Lereng semacam ini di sebut lereng tak terhingga karena
memiliki panjang yang sangat lebih besar di bandingkan dengan kedalamannya
(H). Jika di ambil elemen tanah selebar b, maka gaya-gaya yang bekerja pada dua
bidang vertikalnya akan sama, karena dalam suatu lereng tak terhingga gaya-gaya
yang bekerja di setiap sisi bidangnya dapat di anggap sama.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.1 Lereng tak terhingga tanpa aliran air rembesan

2.2.2.1.1. Kondisi Tanpa Rembesan


Kondisi ini akan di tentukan oleh besar faktor aman dari lereng setebal H pada
bidang longsor AB (Gambar 2.1).
Pada lereng di anggap tidak terdapat aliran air tanah dan berat elemen tanah
adalah PQTS, sebagai berikut:
W= r bh .....................................................................................................(2.4)
Dimana :
W = Berat tanah diatas bidang longsor,
= Berat volume tanah,
B = Panjang bidang longsor,
r = Jari-jari,
h = Tinggi lereng.
Gaya berat W dapat di uraikan menjadi:
Na = W cos = bh cos ..(2.5)
Ta = W sin = bh sin ....(2.6)
Dimana :
Na = Kekuatan resultant diatas bidang l;ongsor,
Ta = Tekanan tanah diatas bidangcommit
longsor.to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

Tegangan normal dan gaya geser pada bidang AB per satuan lebar, adalah:

.......(2.7)

.......(2.8)
Reaksi akibat gaya berat W, adalah gaya P yang besarnya sama dengan W,dengan
arah yang berlawanan.
Uraian gaya P memberikan:
Nr = P cos = W cos = Hb cos ...........................................................(2.9)
Tr = P sin = W sin = Hb sin ...........................................................(2.10)
Dengan =
Nr = Kekuatan resultant dibawah bidang l;ongsor,
Tr = Tekanan tanah dibawah bidang longsor.
Dalam kondisi seimbang, gaya geser yang bekerja pada bidang Ab adalah:

................(2.11)

Dimana :
d = Volume kering,
H = Tinggi maksimum.
Gaya geser yang terjadi ini,dapat di tuliskan dalam persamaan:

....(2.12)

Subtitusi persamaan (2.7) dan persamaan (2.11) ke persamaan (2.11) di


peroleh:

.....(2.13)

Persamaan (2.13) , dapat di susun dalam bentuk persamaan:

.....(2.14)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

Dari persamaan (2.12), bila faktor aman di berikan pada masing-masing


komponen gesekan dan kohesi,

.....(2.15)

Dari persamaan (2.15) dan persamaan (2.14),di peroleh:

......(2.16)

Untuk tanah yang mempunyai granuler dan C, kedalaman elemen tanah pada
kondisi kritis (Hc) terjadi bila F=1, yaitu

......(2.17)

Dengan Hc adalah kedalaman maksimum, dimana lereng dalam kondisi kritis akan
longsor.
Untuk tanah granuler, nilai kohesi c = 0, persamaan (2.16) menjadi:

......(2.18)
Persamaan (2.18) memeberi pengertian bahwa pada lereng tak terhingga, untuk
tanah granuler, selama dalam kondisi stabil, karena faktor aman.
Untuk tanah kohesif dengan = 0, persamaan:
.......(2.19)

Pada kondisi kritis F = 1,maka untuk tanah dengan = 0 dapat di peroleh


persamaan:
....(2.20)

Parameter c / H di sebut angka stabilitas (stability number) adalah parameter yang


sangat berguna karena menyatakan nilai banding komponen kohesi dari tahanan
geser terhadap H yang di butuhkan guna memelihara stabilitas untuk faktor aman
commit to user
F = 1.
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

2.2.2.1.2 Kondisi Dengan Rembesan


Suatu lereng tak terhingga dengan kemiringan lereng sebesar , dimana muka air
rembesan di anggap terdapat pada permukaan tanah, di perlihatkan dalam
Gambar 2.2. Dengan adanya pengaruh air dan kuat geser tanah maka dapat di
tentukan sebagai berikut:
Cu = c + ( - u ) tan ...........................................................................(2.21)
atau
Cu = c + tan ...................................................................................(2.22)
Dimana:
= Tegangan normal efektif,
u = Tekanan air pori.
Di tinjau elemen PQTS. gaya-gaya yang bekerja pada permukaan PS dan QT
besarnya sama maka saling meniadakan. Akan di evaluasi faktor aman terhadap
kemungkinan longsor di sepanjang bidang AB yang terletak pada kedalaman H, di
bawah permukaan tanah.
Berat tanah pada elemen PQTS, adalah:
W = bH (1).............................................................................................(2.23)
Gaya berat W dapat di uraikan menjadi:
Na = W cos = sat bH cos ............................................................ (2.24)
Ta = W sin = sat bH sin ..............................................................(2.25)
Reaksi akibat gaya berat W, adalah P dengan arah yang berlawanan gaya W. Gaya
P dapat di uraikan menjadi 2 komponen yaitu:
Nr = P cos = W cos =sat bH cos ..............................................(2.26)
Tr = P sin = W sin =sat bH sin ...............................................(2.27)
Dimana:
W = Berat tanah diatas bidang longsor,
Na = Garis ekuipotensial Na,
Ta = Garis ekuipotensial Ta,
Nr = Garis ekuipotensial Nr,
Tr = Garis ekuipotensial Tr.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.2 Lereng tak terhingga di pengaruhi aliran rembesan


Tegangan normal total dan gaya geser pada bidang AB, adalah:

............(2.28)

....(2.29)

Gaya-gaya geser yang terjadi atau gaya geser yang di butuhkan untuk memelihara
keseimbangan pada bidang AB dapat pula di tuliskan dalam bentuk:
d = cd + ( - u ) tan d.......................................................................(2.30)
Dengan u adalah tekanan air pori yang besarnya = w H cos2 (lihat Gambar
3.2)
Substitusi persamaan (2.29) ke dalam persamaan (2.30) di peroleh:
d = cd + (sat H cos2 - w H cos2 ) tan d
= cd + H cos2 tan d ......................................................................(2.31)
Substitusi persamaan (2.29) ke persamaan (2.31), di peroleh:

)..................................................(2.32)

Dengan memberikan faktor aman pada komponen geseran yang terjadi:


tan d = tan / F dan cd = c / F ..........................................................(2.33)
Maka dapat di peroleh persamaan commit to user
faktor aman,sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

.....(2.34)
Dimana:
sat = Berat volume jenuh tanah,
= Berat volume efektif tanah.
Dari persamaan (2.34), untuk tanah granuler dengan c = 0, maka besarnya faktor
aman dapat dihitung dengan persamaan:

....(2.35)
2.2.2.2 Lereng Terbatas
Gambar (2.3) memperlihatkan timbunan yang terletak di atas tanah asli yang
miring. Akibatnya permukaan tanah asli yang miring, timbunan akan longsor di
sepanjang bidang datar AB. Contoh dari kondisi ini adalah jika suatu tanah
timbunan di letakkan pada tanah asli yang miring, sehingga pada lapisan tanah
asli masih terdapat lapisan lemah yang berada di dasar timbunan.
Berat massa tanah timbunan yang akan longsor:
W = 1/2 HL (1)
= 1/2 H ( H / tan - H tan )

...(2.36)
Dimana:
= Sudut lereng tanah,
L = Panjang bidang longsor AB.

commit to user
Gambar (2.3) Analisis stabilitas timbunan di atas tanah miring
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

Tegangan normal dan tegangan geser yang terjadi akibat berat tanah, pada bidang
AB adalah:

.....(2.37)

.........(2.38)
Tahanan geser yang terjadi pada bidang AB,adalah:

...(2.39)

Pada kondisi saat keseimbangan batas tercapai, substitusi persamaan (2.37) ke


persamaan (2.39), di peroleh:

.....(2.40)

Dari persamaan (2.40) terlihat bahwa cd adalah fungsi dari sudut, karena nilai-
nilai ,,H,dan d konstan.
Dengan mengambil

Dari penyelesaiannya di peroleh nilai sudut kritis (c) sebesar :

...(2.41)

Substitusi persamaan = c. ke persamaan (2.40), di peroleh:

........(2.42)

Saat kondisi kritis F = 1, dari substitusi cd = 0 dan d = ke persamaan (2.42) di


peroleh persamaan tinggi H yang paling kritis, sebesar :
.....(2.43)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

2.2.3 Analisis Stabilitas Dengan Bidang Longsor Lingkaran

Pengamatan longsoran lereng yang dilakukan oleh Colin (1846), yang


menunjukkan bahwa kebanyakan peritiwa longsoran tanah terjadi dengan bentuk
bidang longsor yang berupa lengkungan.
Keruntuhan lereng dari jenis tanah kohesif banyak terjadi karena bertambahnya
kadar air tanah. Sebab terjadinya longsoran adalah karena tidak tersedianya kuat
geser tanah yang cukup untuk menahan tanah longsoran ke bawah pada bidang
longsornya. Lengkungan bidang longsor dapat berupa bentuk bidang lingkaran
(silinder), log spiral ataupun kombinasi dari keduanya. Kadang-kadang di jumpai
pula suatu bidang longsor yang tidak berupa kurva menerus akibat perpotongan
dari bidang longsor dengan lapisan tanah keras, seperti: lempung sangat kaku,
pasir padat, atau permukaan batu.
Bentuk bidang longsor lingkaran di maksudkan untuk mempermudah perhitungan
analisis stabilitasnya secara matematik dan di pertimbangkan mendekati dengan
bentuk sebenarnya dari bidang longsor yang sering terjadi di alam. Kesalahan
dalam analisis stabilitas lereng tidak banyak di sebabkan oleh bentuk anggapan
bidang longsornya, akan tetapi kesalahan banyak di sebabkan pada penentuan
sifat-sifat tanah dan pencarian lokasi longsoran kritisnya (Bowles,1984)

2.2.3.1 Analisis Stabilitas Lereng Tanah Kohesif


Jika lereng berupa tanah lempung yang homogen dan analisis kuat geser tanpa
drainasi (undrained shear strength) maka hitungan dapat di lakukan secara
langsung, seperti yang di perlihatkan pada Gambar (2.4). Nilai faktor aman dapat
di tentukan oleh:

......(2.44)
Dengan:
Mr = Koefisien kompresi volume r,
Md = Koefisien kompresi volume d,
R = Jari-jari lingkaran bidang longsor yang di tinjau,
commit to user
Y = Jarak pusat berat W terhadap 0.
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.4 Analisis stabilitas lereng tanah lempung tanpa pengaruh rembesan

Jika lereng di pengaruhi oleh aliran rembesan air tanah, maka diperlukan untuk
menggambar garis freatis dan sketsa jaring arusnya (flow net). Garis-garis
ekuipotensial memotong lingkaran longsoran dengan tinggi energi yang di
ketahui, tekanan pada titik ini dapat dihitung guna memberikan diagram tekanan
seperti yang dilihat pada Gambar 2.5

commit
Gambar 2.5 Analisis stabilitas lereng to user
tanah lempung dengan pengaruh rembesan
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

Jumlah tekanan air pori dapat dihitung secara integrasi, dimana titik tangkap gaya
U ini akan melewati titik 0. Nilai vektor gaya W dapat diperoleh dengan
menambahkan U dengan vektor W. Dengan cara keseimbangan momen dapat
diperoleh jarak y. Nilai faktor aman, dapat dihitung dengan:

........(2.45)

Dengan :
Rc = Jari-jari lingkaran bidang longsor,
L AC = Panjang bagian lingkaran AC,
W = Berat massa tanah efektif,

2.2.3.2 Analisis Stabilitas Lereng Lempung Dengan = 0, Dengan Menggunakan


Diagram Taylor.
Analisis stabilitas-stabilitas lereng lempung dengan = 0. Digunakan dalam tanah
lempung yang homogen dengan nilai kuat geser tanpa drainasi (undrained
strength) yang konstan pada setiap kedalamannya.
Pada Gambar 2.6 untuk bidang longsor yang di pilih, komponen berat akan
terdiri dari W1 dan W2, yaitu :
W1= Komponen berat luas (EFCD) 1....................................(2.46a)
W2 = Komponen berat luas (AEFD) 1....................................(2.46b)
Kelongsoran lereng terjadi pada massa tanah seberat ( W1 + W2 ) dengan bidang
longsor berupa bidang lingkaran dengan pusat 0.
Momen yang menggerakkan adalah momen akibat berat W1 dan W2 sebesar:

......(2.47)

Dengan y1 dan y2 berturut-turut adalah jarak jari pusat berat W1 dan terhadap 0.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.6 Analisis stabilitas lereng = 0

Momen yang menahan yang dibutuhkan untuk keseimbangan adalah dari jumlah
perkalian komponen kohesi di sepanjang bidang longsornya dengan jarak R.

2.2.4 Analisis Dan Perhitungan

Bendungan merupakan salah satu bangunan yang sangat kompleks dan sangat
banyak fungsinya, oleh karenananya perlu direncana yang sangat teliti. Untuk
memperoleh bendungan yang stabil perlu diperhitungkan kestabilannya. Oleh
karenanya resultante tekanan air pada bendungan dan berat sendiri harus masih
bekerja pada teras potongan supaya tidak menimbulkan tekanan tarik.
Karena kalau di perhatikan adanya tekanan air di bawah bendungan juga akan
mengurangi berat dari bendungan itu.Yang sangat penting perlu lagi ialah
mengenai garis rembesan, jadi garis rembesan perlu diperhatikan secara khusus
dan kestabilan bendungan akan aman terhadap garis rembesan itu.
Perhitungan stabilitas tubuh bendungan berdasarkan metode cara lingkaran
longsoran (Slipe Cicle). Setiap bidang luncur dibagi dalam pias-pias irisan vertikal
dimana kestabilan dinyatakan dengan faktor keamanan (safety factor).
Safety factor didapat dari rumus: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

.(2.48)
Dimana:
Fs = faktor keamanan karena 1,2 (faktor keamanan standart).
N = beban komponen vertikal yang timbul dari berat setiap irisan bidang
luncur (.A.cos ).
T = beban komponen tangensial yang timbul dari berat setiap irisan bidang
luncur (.A.cos ).
Ne = komponen tangensial beban seismis yang bekerja pada setiap irisan
bidang luncur (=e..A.sin ).
Te = komponen tangensial beban seismis yang bekerja pada setiap irisan
bidang luncurnya (=e..A.cos ).
b = panjang dasar irisan
A = luas dari setiap bahan pembentuk irisan bidang luncur.
V = tekanan air pori.
b = panjang bidang longsor

Khusus untuk keadaan setelah bendungan selesai,diperkirakan besarnya tekanan


air pori ( V= 50 % W ).
Dalam perencanaan selalu ditinjau mengenai:
1. Peninjauan stabilitas
2. Jenis material timbunan
Peninjauan stabilitas:
a. Di hulu / up stream (after finish condition)
b. Di hilir / down stream (normal condition full water level)
Perlu juga diperhatikan faktor yang mempengaruhi yaitu koefisien gempa.
Adapun jenis material timbunan ditinjau mengenai: s , t , sat , K dan C.Sebagai
gambaran bisa di uraikan step-step perhitungan sebagai berikut:
Trial besarnya R dan kemudian kemiringan lereng, dipindah-pindah sampai
commit
menghasilkan perhitungan SF = 1,2 to user
(Suyono Sosrodarsono,1989)
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

Tiap-tiap tinjauan tersebut diatas bisa diambil minimal 4 (empat) titik memenuhi
syarat SF = 1,2. Begitu pula seterusnya sehingga tinjauan dari apa yang diuraikan
tersebut diatas terpenuhi.
Tabel 2.1 Tabel Hitungan
T N Ne Te U X C
No W sin W cos eT eN (BH)/cos Tan (N-Ne- (c..2.R/360)
U)/Tan

Sehingga :

.(2.49)

2.2.5. Formasi Garis Depresi (Seepage Line Formation)

Formasi garis depresi pada zone kedap air suatu bendungan dapat diperoleh
dengan metode Casagrande. Apabila angka permeabilitas vertikalnya (kv) berbeda
dengan angka permeabilitas horisontalnya (kh), maka akan terjadi deformasi garis
depresi dengan mengurangi koordinat horisontalnya sebesar kali.
Pada Gambar 2.7, ujung tumit hilir bendungan di anggap sebagai titik permulaan
koordinat dengan sumbu-sumbu x dan y, maka garis depresi dapat di peroleh
dengan persamaan parabola bentuk dasar sebagai berikut:

Gambar 2.7 Garis depresi pada bendungan homogen (sesuai dengan


garis parabola)

atau commit to user


.(2.50)
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

dan

.(2.51)

Dimana:
y : Gradien,
yo : Gradien hidrolis,
h : Jarak vertikal antara titik A dan B,
d : Jarak horisontal antara titik B2 dan A.
Akan tetapi garis parabola bentuk besar ( B2 - C0 - A0 ) diperoleh dari persamaan
tersebut, bukanlah garis depresi yang sesungguhnya, masih diperlukan
penyesuaian menjadi garis B C A yang merupakan bentuk garis depresi yang
sesungguhnya seperti yang tertera pada Gambar 2.8, sebagai berikut:

Gambar 2.8 Garis depresi pada bendungan homogen (sesuai dengan garis
parabola yang mengalami modifikasi).

a. Pada titik permulaan, garis depresi berpotongan tegak lurus dengan lereng
udik bendungan dan dengan demikian titik C0 dipindahkan ke titik C
sepanjang a.
b. Panjang garis a tergantung dari kemiringan lereng hilir bendungan, dimana
air filtrasi tersembul keluar yang dapat di hitung dengan rumus sebagai
berikut:
.(2.52)
Dimana:
a : Jarak A C (periksa Gambar 2.8),
a : Jarak C C, commit to user
0
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

: Sudut kemiringan lereng hilir bendungan.


Harga a dan a yang diperoleh dengan persamaan tersebut dan dengan
pengambilan angka C=a/(a+a).

2.2.6. Jaring Arus (flow-net)


Sekelompok garis aliran dan garis ekipotensial di sebut jaring arus (flow-net).
Garis ekipotensial adalah garis-garis yang mempunyai tinggi energi potensial
yang sama (h konstan). Gambar 2.9 memperlihatkan contoh dari sebuah jaring
arus pada struktur turap baja. Permeabilitas lapisan lolos air di anggap isotropis
. Perhatikan bahwa garis penuh adalah garis aliran dan garis titik-
titik adalah garis ekipotensial. Pada Gambar 2.9, PQ dan TU adalah garis
ekipotensial, sedang QRST dan VW adalah garis aliran. Dalam penggambaran
jaring arus, garis aliran dan garis ekipotensial di gambarkan secara coba-coba
(trial and error). Pada prinsipnya, fungsi (x,z) dan (x,z) harus di peroleh pada
batas kondisi yang relevan. Penyelesain di berikan dengan cara menganalisis
hubungan beberapa kelompok garis ekipotensial dan garis aliran. Prinsip dasar
yang harus di penuhi di dalam cara jaring arus adalah antara garis ekipotensial dan
garis aliran harus berpotongan tegak lurus. Penggambaran jaring arus di usahakan
harus sedemikian rupa sehingga bernilai sama antara sembarang dua garis
aliran yang berdekatan. Perpotongan garis aliran dan garis ekipotensial
berbentuk.bujur sangkar (l=b).Untuk senbarang bujur sangkar.

commit to user
Ganbar 2.9 Jaring arus pada struktur turap
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

Dan karena = q dan = k h akan di peroleh


q = k h....................................................................................................(2.53)
Dengan :
K = Koefisien filtrasi yang dimodifisir,
h = Beda tinggi energi antara garis ekipotensial awal dan akhir,
q = Debit rembesan.
Hitungan rembesan dengan cara jaring arus dalam struktur bangunan air (Gambar
2.10),dapat dijelaskan sebagai berikut ini.

Gambar 2.10 Jaring arus pada struktur bendung


Lajur aliran adalah ruang memanjang yang terletak di antara dua garis aliran yang
berdekatan. Untuk menghitung rembesan di bawah struktur bendung, di tinjau
lajur aliran seperti yang terlihat dalam Gambar 2.11. Pada gambar tersebut garis
ekipotensial memotong garis aliran dan hubungan dengan tinggi h dan juga di
perlihatkan. Debit q adalah aliran yang lewat satu lajur aliran per satuan lebar
struktur bendung. Menurut hukum Darcy dalam satu lajur aliran:

...........................................................(2.54)

jika elemen-elemen jaring arus di gambarkan sebagai bujur sangkar,

.....dan seterusnya. commit to user


perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.11 Debit rembesan dalam satu lajur aliran (q)

Maka dari persamaan (2.54), dapat di peroleh:

........................................(2.55)

Persamaan (2.53) menunjukkan bahwa kehilangan tinggi energi antara dua garis
ekipotensial berurutan adalah sama. Kombinasi Persamaan (2.54) dan (2.55), di
peroleh

...................................................................................................(2.56)

Dengan :
Np = Jumlah devider number pada garis potensial.
Jika terdapat lajur aliran, debit rembesan (q) per satuan lebar dari struktur di
nyatakan oleh:

.....................................................................................(2.57)

Dengan :
Nf = Jumlah devider number pada garis seepage.
Persamaan (2.57) di gunakan untuk menghitung debit renbesan lewat bagian
bawah bangunan air.Jaring arus dapat di gambarkan berbentuk segi empat.Dalam
hal ini,nilai banding panjang dan lebar dari elemen jaring-arus harus konstan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

............................................................................(2.58)

Pada penggambaran jaring arus,sembarang elemen jaring arus harus memenuhi


. Untuk jaring arus segi empat,untuk satu lajur aliran, debit rembesan per
satuan lebar dari struktur, di tentukan oleh:

Bila dalam jaring arus terdapat lajur aliran,maka debit rembesan:

................................................................................................(2.59)

Dengan :
Q = Besar seepage (cm3/dt/cm),
K = Koefisien filtrasi yang dimodifisir,
H = Tinggi air (m),
L = Panjang profil melintangbendung diambil per meter panjang.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 37

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Umum

Nilai keberhasilan dalam suatu proyek ditentukan oleh berbagai aspek. Selain
aspek perencanaan yang matang, pelaksanan di lapangan yang baik, keberhasilan
suatu proyek juga ditentukan oleh pengelolaan sumber daya proyek (resources)
yang baik. Pengolahan, penyimpanan bahan, penggunaan dan perawatan peralatan
harus diperhatikan. Bila terjadi keterlambatan dalam penyediaan bahan maupun
terganggunya kerja suatu peralatan, maka akan mengakibatkan gangguan
pelaksanaan pekerjaan yang berakibat terjadi pemborosan waktu dan biaya.

3.2 Lokasi Penelitian

Proyek Pembangunan Bendungan Gonggang terletak pada aliran Sungai


Gonggang yang merupakan anak sungai Kali Madiun dengan Daerah Tangkapan
Air (DTA) seluas 12.657 km. Tepatnya berada di dusun Ledok desa Janggan
Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan Provinsi Jawa Timur.
Lokasi proyek termasuk dalam kategori daerah terpencil, di mana akses jalan
masuknya sulit dijangkau karena tidak ada moda transportasi umum. Lebih jelas
mengetahui letak dan gambar Bendungan dapat dilihat pada Gambar 3.1,
Gambar 3.2 dam site plan,denah dan potongan melintang dari Bendungan
Gonggang.

commit to user

37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 38

Gambar 3.1 Dam Site Plan Bendungan Gonggang


(Sumber : PPK PKSDA Bengawan Solo)

Gambar 3.2 Denah dan Potongan Melintang Bendungan Gonggang


(Sumber : PPK PKSDA Bengawan Solo)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 39

3.3 Langkah-Langkah Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara bertahap, langkah-langkah penelitian ini adalah:


a. Mencari data atau informasi
b. Mengolah data
c. Bagan alir pekerjaan

3.3.1 Mencari Data atau Informasi

3.3.1.1 Tahap persiapan


Tahap dimaksudkan untuk mempermudah jalannya penelitian, seperti
pengumpulan data, analisis, dan penyusunan laporan.
Tahap persiapan meliputi:

1. Studi Pustaka
Studi pustaka dimaksudkan untuk mendapatkan arahan dan wawasan sehingga
mempermudah dalam pengumpulan data, analisis data maupun dalam
penyusunan hasil penelitian.

2. Observasi Lapangan
Observasi lapangan dilakukan untuk mengetahui dimana lokasi atau tempat
dilakukannya pengumpulan data yang diperlukan dalam penyusuan penelitian.

3.3.1.2 Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data yang dimiliki oleh
pihak pemilik proyek bendungan Gonggang.Data yang terkumpul di antaranya
bahan-bahan timbunan dan data mekanika tanah.

3.3.1.2.1 Bahan Material Timbunan.


Ada beberapa material yang digunakan untuk timbunan,yaitu :
1. Material clay
2. Material filter halus commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 40

3. Material filter kasar


4. Material Random
5. Material Riprap

3.3.1.2.2. Data Teknis


Bendungan Utama (maindam)
1. Tipe : Zona Inti Tegak.
2. Debit banjir rencana, Q 100 th : 264 m/ detik
Q PMF : 340 m/ detik
3. Tinggi bendungan : 60 m
4. Panjang bendungan : 241 m
5. Lebar puncak : 10 m
6. Elevasi puncak : 814 m
7. Elevasi dasar sungai : 754 m
8. Kemiringan lereng : 1:2.00
9. Volume tubuh bendung : 945.898 m

3.3.1.2.3. Data Mekanika Tanah


Data material tanah yang digunakan dalam tubuh bendungan gonggang
berdasarkan hasil uji laboratorium selama konstruksi pada tahun 2009-2010
diperoleh data sebagai berikut:
= 32,083 sat = 1,975 gr/cm3
C = 0,22 kg/cm2 s = 1,4 g/cm3
t = 1,3 g/cm3 k = 0,0124 cm/dt
Gs = 2,65 g/cm3 W = 28 %

3.3.2 Mengolah Data

Setelah mendapatkan data yang diperlukan, langkah selanjutnya adalah mengolah


data tersebut. Pada tahap mengolah atau menganalisis data dilakukan dengan
menghitung data yang ada dengan rumus yang sesuai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 41

Hasil dari suatu pengolahan data digunakan kembali sebagai data untuk
menganalisis yang lainnya dan berlanjut seterusnya sampai mendapatkan hasil
akhir tentang kinerja perencanaan bendungan tersebut. Adapun urutan dalam
analisis data dapat dilihat pada diagram alir.

3.3.3 Bagan Alir Pekerjaan

Seluruh data atau informasi primer maupun sekunder yang telah terkumpul
kemudian diolah atau dianalisis dan disusun untuk mendapatkan hasil akhir dari
perencanaan sebuah bendungan.Bagan alir pekerjaan dapat disajikan sebagai
berikut,(Gambar 3.3)

Mulai

Persiapan dan Studi Pustaka

Pengumpulan Data

Evaluasi Data

Analisis Stabilitas Bendungan

Hasil dan Kesimpulan

Selesai

Gambar commit to user


3.3 Bagan alir pekerjaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 42

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perhitungan Rembesan Bendungan

4.1.1 Data Geometri Bendungan


Bendungan homogen menguntungkan hanya untuk bendungan yang relative
pendek.Untuk bendungan lebih tinggi dari 6 sampai 7 m,maka di perlukan sistem
drainase pada bagian hilir bendungan guna menurunkan garis depresinya.

Gambar 4.1 Sketsa rembesan

Penentuan jenis seepage


1. El.Puncak Bendungan = El.815 m
2. El.Dasar = El.755 m
3. Tinggi muka air = 55 m
4. Kemiringan lereng hulu = 1:2
5. Kemiringan lereng hilir = 1:2

commit to user

42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 43

4.1.2 Perhitungan Rembesan (seepage)

Persamaan parabola

Dari persamaan tersebut didapat koordinat parabola sebagai berikut:

x -19,65 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,0 12,0 14,0 16,0
y 0 39,30 41,25 43,11 44,90 46,62 48,27 49,88 51,43 52,93

Gambar 4.2 Sketsa flownet pada bendungan

commit to user
4.1.3 Data Mekanika Tanah

sat : 1,975 gr/cm3 W : 28 % : 1.803 ton/m3

C : 0,22 kg/cm2 : 32,083 e (basah) : 0.15

R : 95 m L : 140 m e (kering) : 0.13

Gs : 2,65 g/cm3 : 720

DOWNSTREAM
Tabel 3.1 Kondisi 1 (Bendungan Kosong)

B H A W T N Ne Te U X C
No 2 Sin Cos (BH)/cos
Tan
(m) (m) (m) A. W sin W cos eT e.N (N-Ne-U)/Tan (c..2.R/360)
1 61 11.44 21.3167 168.7881 304.3249 0.87 0.48 264.7627 146.07597 34.41915 18.98988 508.048 0.5 -792.782
2 52 11.44 30.6993 548.7051 989.3153 0.78 0.91 771.6659 900.27692 100.3166 117.036 385.9341 0.5 828.0526
3 39 11.44 37.6345 392.819 708.2527 0.62 0.77 439.1166 545.35455 57.08516 70.89609 559.1411 0.5 -141.744

26.2504
4 32 11.44 40.0767 354.8741 639.838 0.52 0.84 332.7158 537.46392 43.25305 69.87031 545.8065 0.5 -103.191
5 26 11.44 39.8384 324.0662 584.2914 0.43 0.89 251.2453 520.01931 32.66189 67.60251 512.0801 0.5 -49.4454
6 20 11.44 37.5729 295.2889 532.4059 0.34 0.93 181.018 495.13747 23.53234 64.36787 462.1871 0.5 18.83613
7 15 11.44 33.5684 285.2112 514.2358 0.25 0.96 128.5589 493.66636 16.71266 64.17663 400.0234 0.5 153.8605
8 9 11.44 27.9297 230.2286 415.1022 0.15 0.98 62.26532 406.80012 8.094492 52.88402 326.0365 0.5 145.3383
9 -15 11.44 20.6276 184.6515 332.9267 -0.25 0.96 -83.2317 319.60959 -10.8201 41.54925 245.8122 0.5 169.2349
Jumlah 2348.117 4364.4042 305.2552 567.3725 3945.069 228.1599

44
45
Data Mekanika Tanah

sat : 1,975 gr/cm3 W : 28 % : 1.803 ton/m3

C : 0,22 kg/cm2 : 32,083 e (basah) : 0.15

R : 95 m L : 140 m e (kering) : 0.13

Gs : 2,65 g/cm3 : 720

UPSTREAM
Tabel 3.2 Kondisi 2 (Bendungan Terisi Air)

B H A W T N Ne Te U X C
No 2 Sin Cos (BH)/cos
Tan
(m) (m) (m) A. W sin W cos eT e.N (N-Ne-U)/Tan (c..2.R/360)
1 61 11.44 21.3167 168.7881 304.3249 0.87 0.48 264.7627 146.07597 37.06678 20.45064 508.048 0.5 -798.078
2 52 11.44 30.6993 548.7051 989.3153 0.78 0.91 771.6659 900.27692 108.0332 126.0388 385.9341 0.5 812.6193
3 39 11.44 37.6345 392.819 708.2527 0.62 0.77 439.1166 545.35455 61.47633 76.34964 559.1411 0.5 -150.526

26.2504
4 32 11.44 40.0767 354.8741 639.838 0.52 0.84 332.7158 537.46392 46.58021 75.24495 545.8065 0.5 -109.846
5 26 11.44 39.8384 324.0662 584.2914 0.43 0.89 251.2453 520.01931 35.17434 72.8027 512.0801 0.5 -54.4703
6 20 11.44 37.5729 295.2889 532.4059 0.34 0.93 181.018 495.13747 25.34252 69.31925 462.1871 0.5 15.21577
7 15 11.44 33.5684 285.2112 514.2358 0.25 0.96 128.5589 493.66636 17.99825 69.11329 400.0234 0.5 151.2894
8 9 11.44 27.9297 230.2286 415.1022 0.15 0.98 62.26532 406.80012 8.717145 56.95202 326.0365 0.5 144.093
9 -15 11.44 20.6276 184.6515 332.9267 -0.25 0.96 -83.2317 319.60959 -11.6524 44.74534 245.8122 0.5 170.8996
Jumlah 2348.117 4364.4042 328.7364 611.0166 3945.069 181.1976

46
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 48

BAB 5
RENCANA ANGGARAN BIAYA

5.1 Perhitungan Volume

Tabel 5.1 Volume Pekerjaan Bendungan Gonggang

No Uraian Satuan Volume

NO. 1 PEKERJAAN PERSIAPAN


1 Mobilisasi dan Demobilisasi peralatan LS 1,00
2 Dewatering LS 1,00

NO. 2 PEKERJAAN BENDUNGAN UTAMA


2.1 PEKERJAAN TANAH
1 Galian Tanah Biasa m3 1.233,16

2.2 INSTRUMENTASI
1 Alat, Instalasi Dan Test Pneumatic Piezometer set 2,00
2 Multi layer Settlement Meter buah 0,45
3 Surface Settlement Survey Point buah 21,00
4 Crest Settlement Survey Point buah 10,00
5 Open Stand Pipe Piezometer buah 3,00
6 Automatic Water Level Indicator set -
7 Seepage Measuring Devices buah 1,00
8 Observation Well buah 6,00
9 Bangunan Rumah Instrumen m2 30,00

2.3 PEKERJAAN TIMBUNAN


1 Timbunan Zone 1 (Clay) jarak < 500m m3 -
2 Timbunan Zone 1 (Clay) jarak 500m s/d 1000m m3 7.550.00
3 Timbunan Zone 1 (Clay) jarak 1000m s/d 1500m m3 10.000,00
4 Timbunan Zone 1 (Clay) jarak 1500m s/d 2000m m3 6.500,00
5 Timbunan Zone 1 (Clay) jarak 2000m s/d 2500m m3 30.000.00
6 Timbunan Zone 1 (Clay) jarak 2500m s/d 3000m m3 6.300,00
7 Timbunan Zone 1 (Clay) jarak 3000m s/d 3500m m3 7.150,00
8 Timbunan Zone 1 (Clay) jarak 3500m s/d 4000m m3 6.000,00
9 Timbunan Zone 2 (Filter Halus) m3 23.682,22
10 Timbunan Zone 4 (Random Material)
10a Timbunan Zone 4 (Random Material) jarak < m3 44.458,50
500m, dari Stock pile
10b Timbunan Zone 4 (Random Material) jarak 500m m3 46.641,50
s/d <1000m, dari Stock pile
10c Timbunan Zone 4 (Random Material) jarak m3 44.720,00
<500m, dari Borrow area
10d Timbunan Zone 4 (Random Material) jarak 500 m3 80.000,40
s/d <1000m, dari Borrow area
Timbunan Zone 4 (Random Material) jarak 1000
commit to user m3 50.000,00
10e s/d <2000m, dari Borrow area

48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 49

10f Timbunan Zone 4 (Random Material) jarak 2000 m3 -


s/d <3000m, dari Borrow area
11
Timbunan Zone 5 (Riprap) m3 16.751,29
12 Special Contac Clay m2 475,20
13
Gebalan rumput m2 20.000,00

PEKERJAAN JALAN DI CREST BENDUNGAN


2.4
UTAMA
1 Subgrade course m3 1.014,00
2 Sub-base course m3 676,60
3 Base course m3 676,60
4 Lapisan Asphalt Hot Mix t = 5 cm m2 1.230,00
5 Pipa Galvanis dia.7.5 cm m' 500,00
6 Pipa Galvanis dia.5.0 cm m' 500,00
7 Beton tiang (Hand rail K-300) m3 42,00
8 Buis beton 1/2 dia.30 cm drainase m' 500,00
9 Beton Rabat K-125 m3 40,00
10 Pasir urug m3 75,00
11 Beton pengunci panjang 0.50 m K-225 buah 1.000,00

NO. 3 PEKERJAAN MORNING GLORY


1 Beton K- 300 m3 150,00
2 Besi Tulangan ton 9,28
3 Begesting Morning glory m2 176,33
4 Perancah m2 176,33
5 Pipa Galvanis dia 1" m' 147,84
6 Besi Baja WF 200x100 kg -

NO. 4 PEKERJAAN INTAKE


4.1 PLUGGING
1 Plugging I (Hulu) - K.125 m3 27,28
2 Plugging I (Hilir) - K.300 m3 9,70
3 Plugging I (Hilir) - K.125 m3 23,10
4 Cooling System m3 60,08
5 Blower Ls 1,00
6 Concrete Pump Ls 1,00
4.2. PEKERJAAN LAIN-LAIN
1 Stop Log Ukuran (2,85x2,75)m unit 3,00
2 Ponton penghalang sampah unit 1,00

NO.5 PEKERJAAN LAIN-LAIN


5.1 Penerangan Puncak Bendungan
1 Tiang Listrik dan Lampu set 5,00
2 Kabel NYY 2 x 4 mm m' 500,00
3 Kabel NYY 2 x 2,5 mm m' 50,00
4 Magnetic switch set 1,00

(Sumber : PPK PKSDA Bengawan Solo)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 50

5.2 Harga Satuan Upah Kerja

Tabel 5.2 Daftar Harga UpahError! Not a valid link.(Sumber : PPK PKSDA
Bengawan Solo)

5.3 Harga Satuan bahan Bangunan

Tabel 5.3 Daftar Harga Bahan BangunanError! Not a valid link.5.4 Harga
Satuan Peralatan Konstruksi/Alat Berat

Tabel 5.4 Daftar Harga Satuan Alat BeratError! Not a valid link.(Sumber :
PPK PKSDA Bengawan Solo)

5.5 Analisa Harga Satuan Pekerjaan

Berdasarkan analisa harga satuan pekerjaan yang dikeluarkan oleh Kepala Seksi
Operasi dan Pemeliharaan Dinas PSDA Bengawan Solo maka didapatkan masing
harga satuan pekerjaan sebagai berikut:

Pekerjaan :Galian tanah Biasa,Per 1 m3

Satuan :M3

Lokasi :Kabupaten Magetan

Tabel 5.5 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Galian Tanah


No Keterangan Kuantitas Koefisien Harga satuan Total

A TENAGA

-Mandor commit to user0.0056


orang/hari Rp 50,000.00 Rp 280.00
-Pekerja terampil orang/hari 0.0141 Rp 45,000.00 Rp 634.50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 51

-Pekerja biasa orang/hari 0.0564 Rp 30,000.00 Rp 1,692.00

Sub Total A Rp 2,606.50

B MATERIAL 0 0 0

Sub Total B 0

C PERALATAN

-Buldozer,21 ton jam 0.0152 Rp 388,950.00 Rp 5,912.04


3
-Excavator/Backhoe,1.2 m jam 0.0071 Rp 403,658.00 Rp 2,865.97
-Dump Truck,10 ton jam 0.0281 Rp 444,103.00 Rp 12,479.29

Sub Total C Rp 21,257.31

TOTAL Rp 23,863.81
BIAYA UMUM DAN KEUNTUNGAN Rp 2,386.38
HARGA SATUAN PEKERJAAN Rp 26,250.19

Pekerjaan :Timbunan Inti (Zone 1),Per m3

Satuan :M3

Lokasi :Kabupaten Magetan

Tabel 5.6 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Timbunan Inti (Zone 1) -Material Clay

No Keterangan Kuantitas Koefisien Harga satuan Total

A TENAGA

-Mandor orang/hari 0.0048 Rp 50,000.00 Rp 240.00


-Pekerja terampil orang/hari 0.012 Rp 45,000.00 Rp 540.00
-Pekerja biasa orang/hari 0.048 Rp 30,000.00 Rp 1,440.00

Sub Total A Rp 2,220.00

B MATERIAL commit to user 0 0 0


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 52

Sub Total B 0

C PERALATAN

a.Borrow Area :
-Excavator/Tractor Shovel,1,2 m3 jam 0.0071 Rp 283,365.00 Rp 2,011.89
-Dump Truck,10 ton jam 0.0281 Rp 309,103.00 Rp 8,685.79
b.Stock Pile :
-Excavator/Backhoe,1,2m3 jam 0.0115 Rp 268,658.00 Rp 3,089.57
-Dump Truck,10 ton jam 0.0125 Rp 209,103.00 Rp 2,613.79
c.Embankment Area:
-Buldozer,1,5 ton jam 0.0042 Rp 263,504.00 Rp 1,106.72
-Vibrator Roller,10 ton jam 0.0141 Rp 227,288.00 Rp 3,204.76
-Motor Grader,3,1 m jam 0.0156 Rp 209,828.00 Rp 3,273.32
-Water tank truck,5000 liter jam 0.025 Rp 239,243.00 Rp 5,981.08

Sub Total C Rp 29,966.91

TOTAL Rp 32,186.91
BIAYA UMUM DAN
KEUNTUNGAN Rp 3,218.69
HARGA SATUAN PEKERJAAN Rp 35,405.60

Pekerjaan :Beton K-300 (Class A,agregat maks.10 mm)

Satuan :M3

Lokasi :Kabupaten Magetan

Tabel 5.7 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Beton K-300


No Keterangan Kuantitas Koefisien Harga satuan Total

A TENAGA

- Mandor orang/hari 0.4 Rp 50,000.00 Rp 20,000.00


-Pekerja terampil orang/hari 0.8 Rp 45,000.00 Rp 36,000.00
-Pekerja biasa orang/hari 2 Rp 30,000.00 Rp 60,000.00

Sub Total A Rp 116,000.00

B MATERIAL commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 53

-Agregat Dia.20-5 mm m3 0.3782 Rp 70,000.00 Rp 26,474.00


3
-Pasir (Agregat Dia.< 5 mm) m 0.3001 Rp 130,000.00 Rp 39,013.00
-Semen Portland 50 kg Zak 11.34 Rp 30,000.00 Rp 340,200.00
-Concrete Addictive kg 0.8 Rp 4,000.00 Rp 3,200.00

Sub Total B Rp 408,887.00

C PERALATAN

-Batching Plant,20 m3/jam jam 0.0602 Rp 106,875.00 Rp 6,433.88


-Diesel Generator,100 kVA jam 0.0602 Rp 201,555.00 Rp 12,133.61
-Agitator truck,3,2 m3 jam 0.1429 Rp 217,181.00 Rp 31,035.16
-Concrete Pump Truck,45 m3/jam jam 0.0556 Rp 184,089.00 Rp 10,235.35
-Concrete Vibrator,60 mm jam 0.0556 Rp 110,552.00 Rp 6,146.69

Sub Total C Rp 65,984.69

TOTAL Rp 590,871.69
BIAYA UMUM DAN
KEUNTUNGAN Rp 59,087.17
HARGA SATUAN PEKERJAAN Rp 649,958.86

5.6 Rencana Anggaran Biaya


Tabel 5.8 Rencana anggaran biaya proyek bendungan gonggang th 2011.
Harga
Biaya
No Uraian Satuan Satuan Volume
(Rp)
(Rp)

NO. 1 PEKERJAAN PERSIAPAN

1 Mobilisasi dan
Demobilisasi peralatan LS 56,160,000.00 1.00 56,160,000.00

2 Dewatering LS 43,113,600.00 1.00 43,113,600.00

TOTAL ITEM NO. 1


99,273,600.00

NO. 2 PEKERJAAN BENDUNGAN


UTAMA
commit to user
2.1 PEKERJAAN TANAH
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 54

1 Galian Tanah Biasa m3 26,250.19 8.83 237,159.33

2 Toe Drain m' 15,750.00 250.00 3,937,500.00

3 Galian Toe Drain m' 26,854.56 8.83 237,159.33

TOTAL ITEM NO. 2.1


4,411,818.67

2.2 INSTRUMENTASI

1 Alat, Instalasi Dan Test


Pneumatic Piezometer set 40,637,250.00 - -

2 Multi layer Settlement Meter buah 47,310,912.00 0.11 5,322,477.60

3 Surface Settlement Survey Point buah 8,618,788.00 21.00 180,994,548.00

4 Crest Settlement Survey Point buah 9,695,700.00 10.00 96,957,000.00

5 Open Stand Pipe Piezometer buah 16,480,444.00 0.75 12,360,333.00

349,340,040.0
6 Automatic Water Level Indicator set 0 - -

7 Seepage Measuring Devices buah 28,600,000.00 - -

8 Observation Well buah 7,116,629.00 - -

9 Bangunan Rumah Instrumen m2 1,500,000.00 30.00 45,000,000.00

TOTAL ITEM NO. 2.2 340,634,358.60

2.3 PEKERJAAN TIMBUNAN 41,827.33

1 Timbunan Zone 1 (Clay) jarak


< 500m m3 35,405.60 - -
Timbunan Zone 1 (Clay) jarak
2 500m s/d 1000m m3 39,031.80 - -
Timbunan Zone 1 (Clay) jarak
3 1000m s/d 1500m m3 43,138.27 - -
Timbunan Zone 1 (Clay) jarak
4 1500m s/d 2000m m3 47,746.99 - -
Timbunan Zone 1 (Clay) jarak
5 2000m s/d 2500m m3 51,682.13 15,915.33 822,538,301.84
Timbunan Zone 1 (Clay) jarak
6 2500m s/d 3000m m3 56,752.17 25,912.00 1,470,562,229.04
Timbunan Zone 1 (Clay) jarak
7 3000m s/d 3500m m3 61,477.34 - -
Timbunan Zone 1 (Clay) jarak
8 3500m s/d 4000m m3 63,441.00 - -

9 Timbunan Zone 2 (Filter Halus) commit


m3 to149,194.46
user 14,455.43 2,156,670,172.43
10 Timbunan Zone 4 (Random
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 55

Material) 130,935.01

10a Timbunan Zone 4 (Random m3 30,095.70 - -


Material) jarak < 500m, dari
Stock pile -

10b Timbunan Zone 4 (Random m3 33,340.31 - -


Material) jarak 500m s/d
<1000m, dari Stock pile -

10c Timbunan Zone 4 (Random m3 36,224.77 - -


Material) jarak <500m, dari
Borrow area -

10d Timbunan Zone 4 (Random m3 39,566.01 62,435.01 2,470,304,145.81


Material) jarak 500 s/d
<1000m, dari Borrow area -

10e Timbunan Zone 4 (Random m3 44,512.64 68,500.00 3,049,115,840.00


Material) jarak 1000 s/d
<2000m, dari Borrow area -

10f Timbunan Zone 4 (Random m3 44,788.59 - -


Material) jarak 2000 s/d
<3000m, dari Borrow area -

11 Timbunan Zone 5 (Riprap) m3 131,688.17 13,876.98 1,827,433,467.97

17 Special Contac Clay m2 33,857.03 475.20 16,088,860.66

18 Gebalan rumput m2 4,036.08 20,000.00 80,721,600.00


TOTAL ITEM NO. 2.3 - 11,893,434,617.75

2.4 PEKERJAAN JALAN DI CREST


BENDUNGAN UTAMA -

1 Subgrade course m3 17,031.00 1,014.00 17,269,434.00

2 Sub-base course m3 119,555.10 676.60 80,890,980.66

3 Base course m3 125,792.10 676.60 85,110,934.86


Lapisan Asphalt Hot Mix t = 5
4 cm m2 144,469.50 1,230.00 177,697,485.00

5 Pipa Galvanis dia.7.5 cm m' 129,727.50 500.00 64,863,750.00

6 Pipa Galvanis dia.5.0 cm m' 70,822.50 500.00 35,411,250.00

7 Beton tiang (Hand rail K-300) m3 647,262.00 42.00 27,185,004.00


Buis beton 1/2 dia.30 cm
8 drainase m' 15,750.00 500.00 7,875,000.00

9 Beton Rabat K-125 m3 344,778.00 40.00 13,791,120.00


10 Pasir urug
commit
m3
to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 56

42,000.00 75.00 3,150,000.00


Beton pengunci panjang 0.50
11 m K-225 buah 31,500.00 1,000.00 31,500,000.00

-
TOTAL ITEM NO. 2.4 - 544,744,958.52

NO. 3 PEKERJAAN INTAKE -

4.1 PLUGGING
1
Plugging I (Hulu) - K.125 m3 525,244.79 27.28 14,328,677.87

2 Plugging I (Hilir) - K.300 m3 2649,208.23 9.70 6,297,319.83

3 Plugging I (Hilir) - K.125 m3 525,244.79 23.10 12,133,154.65

4 Cooling System m3 200,000.00 60.08 12,016,000.00

5 Blower Ls 25,000,000.00 1.00 25,000,000.00

6 Concrete Pump Ls 10,000,000.00 1.00 10,000,000.00

4.2. PEKERJAAN LAIN-LAIN -

1 Stop Log Ukuran (2,85x2,75)m unit 5,063,889.00 3.00 15,191,667.00

2 Ponton penghalang sampah unit 28,620,000.00 1.00 28,620,000.00

-
TOTAL ITEM NO. 4
- 123,586,819.35

NO.4 PEKERJAAN LAIN-LAIN -

5.1 Penerangan Puncak Bendungan -

1 Tiang Listrik dan Lampu set 1,815,000.00 5.00 9,075,000.00

2 Kabel NYY 2 x 4 mm m' 19,250.00 500.00 9,625,000.00

3 Kabel NYY 2 x 2,5 mm m' 8,800.00 50.00 440,000.00

4 Magnetic switch set 440,000.00 1.00 440,000.00

TOTAL ITEM NO. 5


19,580,000.00

JEMBATAN INSPEKSI DIATAS


NO.5 MORNING GLORY -

Beton K 300 Pondasi pilar


1 jembatan commit
m3 to653,986.00
user 125.66 82,176,610.83
Besi tulangan pilar jembatan ton
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 57

2 14,975,467.00 8.40 125,793,922.80

Begisting pondasi pilar


3 jembatan m2 397,660.00 300.00 119,298,000.00
Besi baja WF 200x100 pada
4 plat no 3 kg 38,086.00 525.00 19,995,150.00

5 Besi baja gelegar CNP 180 kg 38,086.00 9,286.20 353,674,213.20


Besi baja rangka jembatan CNP
6 120 kg 38,086.00 3,132.75 119,313,916.50

7 Pelat lantai jembatan t = 6 mm kg 38,086.00 3,225.75 122,855,914.50


Beton K 300 pada jembatan
8 inspeksi diatas morning glory m3 653,986.00 11.25 7,357,342.50
Besi tulangan jembatan
9 inspeksi diatas morning glory ton 14,975,467.00 2.01 30,100,688.67
Bekisting jembatan inspeksi
10 diatas morning glory m2 397,660.00 58.50 23,263,110.00

11 Hand rail Q 2,5 incs m' 144,022.00 240.00 34,565,280.00

TOTAL ITEM NO. 6


1,038,394,149.00
A Jumlah 14,064,060,321.89
B PPN 10 % 1,406,406,032.19
C Jumlah harga
(A+B) 15,470,466,354.08

D Dibulatkan 15,470,466,000.00

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Setelah dilakukan perhitungan, maka desain bendung secara persyaratan
teknis menghasilkan:
1. Bendungan yang direncanakan adalah bendungan tipe urugan
homogen.
2. Rembesan pada tubuh bendungan Gonggang sebesar 0.9861 m3/dt.
3. Faktor keamanan yang terjadi pada saat bendungan kosong (empty
reservoir) sebesar 1.28 1.2,telah memenuhi syarat dari faktor
keamanan.
4. Faktor keamanan yang terjadi pada saat bendungan terisi air (full
reservoir) sebesar 1.25 1.2,telah memenuhi syarat dari faktor
keamanan.
b. Perkiraan besar rencana anggaran biaya keseluruhan pembuatan bendungan
Gonggang adalah sebesar Rp. 15.470.466.000,00.

5.2 Saran

Dalam melakukan perencanaan sebaiknya digunakan data daftar harga yang baru
karena bisa digunakan sebagai referensi, sehingga dapat dibandingkan hasil yang
baru dengan yang sudah ada.

commit to user

60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENUTUP

Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini dengan baik, lancar dan tepat pada
waktunya.

Tugas akhir ini dibuat berdasarkan atas teori-teori yang telah didapatkan dalam
bangku perkuliahan maupun peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia.
Tugas Akhir ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu bagi penyusun
yang nantinya menjadi bekal yang berguna dan diharapkan dapat diterapkan
dilapangan pekerjaan yang sesuai dengan bidang yang berhubungan di bangku
perkuliahan.

Dengan terselesaikannya Tugas Akhir ini merupakan suatu kebahagiaan tersendiri


bagi penyusun. Keberhasilan ini tidak lepas dari kemauan dan usaha keras yang
disertai doa dan bantuan dari semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian Tugas Akhir ini.

Penyusun sadar sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh
dari kesempurnaan. Akan tetapi kekurangan tersebut dapat dijadikan pelajaran
yang berharga dalam penyusunan Tugas Akhir selanjutnya. Untuk itu penyusun
sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya konstruktif dari pembaca.

Akhirnya penyusun berharap semoga Tugas Akhir dengan judul TINJAUAN


PERENCANAAN STABILITAS BENDUNGAN GONGGANG DI KABUPATEN
MAGETAN ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan semua Civitas
Akademik Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta,
serta para pembaca pada umumnya. Dan juga apa yang terkandung dalam Tugas
Akhir ini dapat menambah pengetahuan dalam bidang konstruksi bagi kita semua.
commit to user

61

Anda mungkin juga menyukai