PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengue hemoragic fever (DHF) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Penyakit DHF merupakan salah satu masalah
penyakit ini, sebab baik virus penyebab maupun nyamuk penularnya sudah tersebar luas
Penyakit DHF pertama kali di Indonesia ditemukan di Surabaya pada tahun 1968,
akan tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada tahun 1972. Sejak itu penyakit tersebut
menyebar ke berbagai daerah, sehingga sampai tahun 1980 seluruh propinsi di Indonesia
kecuali Timor-Timur telah terjangkit penyakit. Sejak pertama kali ditemukan, jumlah
kasus menunjukkan kecenderungan meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah
yang terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi KLB setiap tahun.
kejadian luar biasa (KLB). KLB DHF terbesar terjadi pada tahun 1998, dengan Incidence
Rate (IR) = 35,19 per 100.000 penduduk dan case fatality rate (CFR) 2%. Pada tahun
meningkat yaitu 15,99 (tahun 2000); 21,66 (tahun 2001); 19,24 (tahun 2002); dan 23,87
(tahun 2003).
Di Provinsi Riau, berdasarkan jumlah kasus DHF tahun 2002 s.d September 2007
terjadi peningkatan kasus pada tahun 2005 sebanyak 1897 kasus , dan tahun 2006 dan
1
Berdasarkan data di atas, Penulis tertarik untuk mengangkat kasus tersebut
dengan judul Asuhan keperawatan pada Ny A dengan dengue hemorrhagic fever (DHF)
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
Bangkinang
Bangkinang
klien.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Defenisi
Demam berdarah dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (Nursalam dkk, 2005).
B. Etiologi
Penyebab utama demam berdarah dengue adalah virus dengue yang tergolong jenis
arbovirus melalui vektor utama aedes aegypti. Adanya vektor berhubungan erat dengan
lingkungan yang kurang baik, dan penyediaan air bersih yang langka.
C. Patofisiologi
Virus merupakan mikrooganisme yang hanya dapat hidup di dalam sel hidup. Maka
demi kelangsungan hidupnya, virus harus bersaing dengan sel manusia sebagai pejamu
(host) terutama dalam mencukupi kebutuhan akan protein. Persaingan tersebut sangat
tergantung pada daya tahan pejamu, bila daya tahan baik maka akan terjadi penyembuhan
dan timbul antibodi, namun bila daya tahan rendah maka perjalanan penyakit menjadi
makin berat dan bahkan dapat menimbulkan kematian. Individu yang mengalami infeksi
yang kedua kalinya dengan serotipe virus dengue yang heterolog mempunyai risiko berat
Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya akan mengenai virus lain yang akan
berikatan dengan faktor reseptor dari membran sel leukosit terutama makrofag. Oleh
3
karena antibodi heterolog maka virus tidak dinetralisasikan oleh tubuh sehingga akan
infeksi dan replikasi virus dengue di dalam sel mononuklear. Sebagai tanggapan terhadap
hipovolemia dan syok. Replikasi virus dengue terjadi juga dalam limfosit yang
Masa inkubasi demam berdarah dengue diduga merupakan masa inkubasi demam
dengue perjalanannya khas yang sangat sakit. Fase pertama yang relatif ringan dengan
demam mulai mendadak, malaise, muntah, nyeri kepala, anoreksia dan batuk disertai
Pada fase kedua penderita biasanya menderita ekstremitas dingin, lembab, badan
panas, muka merah, keringat banyak, gelisah, iritabel, dan nyeri mid-epigastrik.
Seringkali ada petekie tersebar pada dahi dan tungkai; ekimosis spontan mungkin
tampak, dan mudah memar serta berdarah pada tempat fungsi vena adalah lazim Ruam
makular atau makulopapular mungkin muncul dan mungkin ada sianosis sekeliling mulut
dan perifer. Pernafasan cepat dan sering berat. Nadi lemah, cepat dan kecil dan suara
jantung halus. Hal ini mungkin membesar sampai 4-6 cm dibawah tepi kosta dan
biasanya keras dan agak nyeri. Kurang dari 10% penderita menderita ekimosis atau
perdarahan saluran cerna yang nyata, biasanya pasca masa syok yang tidak terkoreksi
Sesudah 24-36 jam masa kritis, konvalesen cukup cepat pada orang yang sembuh. Suhu
dapat kembali normal sebelum atau selama fase syok. Bradikardi dan ekstrasistol ventrikel lazim
selama konvaselen. Jarang, ada cedera otak sisa yang disebabkan oleh syok lama atau kadang-
4
kadang karena perdarahan intrakranial. Strain virus dengue 3 yang besirkulasi di daerah utama
Asia Tenggara sejak tahun 1983 disertai dengan terutama sindrom klinis berat, yang ditandai oleh
enselopati, hipoglikemia, kenaikan enzim hati yang mencolok dan kadang-kadang ikterus.
Berbeda dengan pola yang sangat khas pada anak yang sakit berat, infeksi dengue sekunder
relatif ringan pada sebagian besar keadaan, berkisar dari infeksi yang tidak jelas sampai penyakit
saluran pernapasan atas yang tidak terdiferensiasi atau penyakit seperti dengue sampai penyakit
serupa dengna penyakit yang diuraikan sebelumnya tetapi tanpa syok yang jelas.
4. Leokopenia
Patokan WHO (1975) untuk membuat diagnosis DHF ditetapkan sebagai berikut:
satu bentuk lain (petekie, purpura, ekimosis, epistaksis dan perdarahan gusi),
Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan
Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain.
5
Derajat III : Ditemukannya kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan
nadi menurun (kurang dari 20 kali permenit) atau hipotensi disertai kulit yang dingin,
Derajat IV : Renjatan berat dengan nadi yang tidak dapat diraba dan tekanan darah
E. Pemeriksaan Fisik
Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi dari ujung rambut sampai ujung
kaki. berdasarkan tingkatan (grade) DHF, keadaan fisik adalah sebagai berikut:
1) Grade I : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan nadi
lemah.
2) Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan spontan
petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.
3) Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil dan
4) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak terukur,
pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
5) Sistem Integumen:
1. Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin dan
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam, mata anemis,
hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III, IV. Pada
mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi dan nyeri
6
telan.Sementara tenggorokan mengalami Hyperemia pharing dan terjadi
3. Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat
adanya cairan yang tertimbun pada paru-paru sebelah kanan (efusi pleura), Rales
(+), ronchi (+) yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
4. Abdomen
5. Ekstremitas
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Leukosit:Dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis
7
h. Elektrolit: sebagai parameter pemberian cairan
i. Golongan darah dan crossmatch: bila akan diberikan transfusi darah atau
komponen darah.
dengue.
2. Pemeriksaan Radiologis
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, pemeiksaan foto rontgen dada sebaiknya
dalam posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur pada posisi badan sebelah kanan).
3. Pemeriksaan USG
Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG.
(Sudoyo, 2007).
G. Penatalaksanaan
a. Pengawasan tanda tanda Vital secara kontinue tiap jam
b. Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
c. Observasi intake output
Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap
3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 liter 2
liter per hari, beri kompres
Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht,
Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan
darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2
pengawasan tanda tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi
productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
d. Resiko Perdarahan
Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
Catat banyak, warna dari perdarahan
8
Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal
e. Peningkatan suhu tubuh
Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
Beri minum banyak
Berikan kompres
H. PENCEGAHAN
Pencegahan DBD dititik beratkan pada pemberantasan nyamuk dengan
penyemprotan insektisida dan upaya membasmi jentik nyamuk yang dilakukan
dengan 3 M.
Gerakan 3 M
1. Menguras tempat tempat penampungan air secara teratur sekurang kurangnya
sekaali seminggu atau penaburan bubuk abate ke dalamnya.
2. Menutup rapat tempat penampungan air.
3. Mengubur atau menyingkirkan barang barang bekas yang dapat menampung air
pemberantasan vector :
Fogging (penyemrotan) kegiatan ini dilakukan bila hasil penyelidikan
epidemilogis memenuhi criteria dengan dosis 1 sendok makan peres (10
gram) abate untuk 100 liter air.
Abatisasi semua tempat penampungan air di rumah dan bangunan yang
ditemukan jentik aedes aegypti ditaburi bubuk abate.
I. Diagnosa Keperawatan
kebocoran plasma
4. Gangguan rasa nyaman: nyeri otot dan persendian b.d proses inflamasi, proses
patologis penyakit.
9
6. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d
J. Intervensi Keperawatan
1. Resiko terjadinya syok hopovolemik berhubungan dengan kekurangan cairan dan
kebocoran plasma.
10
6 Jelaskan pada keluarga alasan klien Meningkatkan pengetahuan
dilakukan bedrest total. keluarga.
7 Kaji adanya perasaan pusing atau oyong Sebagai pencegahan cidera, dan
saat berjalan. adanya syok hipovolemik.
8 Hindari klien dari lingkungan yang Kejadian cidera dapat menyebabkan
menyebabkan klien terjatuh. perdarahan baru yang jauh lebih
membahayakan.
11
4. Gangguan rasa nyaman: nyeri otot dan persendian b.d proses inflamasi, proses
patologis penyakit.
6. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia,
mual, muntah.
No. Intervensi Keperawatan Rasional
1 Mandiri:
Kaji keluhan mual, nyeri menelan dan Sebagai dasar untuk menetapkan
muntah. metode pemberian nutrisi.
2 Berikan makanan yang mudah ditelan Meningkatkan asupan makanan
(lunak) dan hidangkan selagi hangat. karena mudah ditelan.
3 Berikan makanan dalam porsi kecil dan Menghindari mual dan muntah
sering. akibat porsi makan yang besar.
4 Catat intake nutrisi dan cairan per 24 jam. Mengetahui asupan nutrisi dan cairan
pasien.
5 Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian antiemetik dan Meningkatkan asupan nutrisi jika
nutrisi serta cairan perparenteral (sesuai intake peroral tidak mencukupi.
program medik).
13
BAB III
TINJAUAN KASUS
Identitas Klien
Nama Klien : Ny. A
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat/tanggal lahir : Pekanbaru/
29 Nov 1987
Tanggal pengkajian : 17 Januari 2017
Usia : 29 Tahun
Tanggal masuk : 15 januari 2017
No. RM : 00 12 93
Diagnosa Medis : DHF
Keluhan Utama
1. Alasan Masuk RS
3 hari yang lalu sebelum masuk RS, pasien demam tinggi, tidak berkeringat, tidak
menggigil. Pada pasien tidak ada ditemukan mimisan, gusi berdarah. Pasien
mengeluh mual, tidak ada muntah, sakit kepala, sakit sendi, mencret 1 kali dengan
warna feses kuning, tidak ada lendir, tidak ada darah, kurang nafsu makan.
3. Diagnosa Medis
DHF grd I
1. Penyakit yang pernah diderita: Klien pernah menderita sakit demam, batuk
dan pilek dan biasa berobat ke puskesmas terdekat.
14
6. Alergi (makanan/obat-obatan/debu/cuaca): Klien tidak mempunyai riwayat
alergi
Riwayat Sosial
4. Lingkungan rumah
Lingkungan tempat tinggal klien merupakan pemukiman padat, lingkungan
kurang bersih, di selokan banyak sampah menumpuk dan menyebabkan air
tergenang.
Kebutuhan Dasar
1. Makanan
Makanan yang disukai/tidak disukai : Ayam, bihun goreng/ikan
Selera makan : Nafsu makan klien kurang, klien
mengeluh mual, klien mengatakan
hanyamenghabiskan porsi
makanannya
Alat makan yang digunakan : Piring dan sendok
Pola makan/jam : 3 x sehari, jenis diit makanan
lunak
Kebiasaan waktu makan (jika ada) : Tidak ada
2. Pola tidur/jam : 3-7 jam sehari, tidak ada masalah
gangguantidur
3. Mandi : Mandi 1x sehari
4. Eliminasi : BAK : 5-6 x sehari, warna
kuning jernih
15
Keadaan Kesehatan
Status Nutrisi
BB : 55 Kg
TB : 155 cm
1. Status Cairan
Pasien minum air putih jumlah 3 botol aqua ukuran sedang ( 1500
ml)
Pasien terpasang IVFD Asering40 tts/i
2. Medikasi
Paracetamol tablet 3x1
PSIDII tab 3x1
Imunos tab 1x1
Sucralfat syr 3xc1
3. Pemeriksaan penunjang
Hasil laboratorium
Tanggal 15-01-2017
- Leukosit : 6000/mm3
- Trombosit : 45.000/mm3
- Hb : 12,3 gr/dl
- Ht : 32,8%
Hasil X-ray: tidak ada
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Tingkat kesadaran pasien compos mentis, ekspresi baik, pasien kooperatif
Tanda-tanda Vital
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 80 x permenit
Pernapasan : 20 x permenit
Suhu : 38,5C
Integumen
Warna dan pigmentasi kulit : Coklat, tidak ada hiperpigmentasi kulit
Kelembaban, tekstur : Lembab, tekstur halus
Turgor kulit : Elastis
Edema : Tidak ada edema
Lesi, pruritus : Ptekie (+) setelah dilakukan uji Rumple Leed
Tanda lahir : Tidak ada tanda lahir
Kuku dan rambut :
- Rambut : hitam, panjang, lurus, distribusi merata, tidak mudah rotok,
tidak ada lesi di kulit kepala.
16
- Kuku : bersih, warna merah muda
Kepala & Leher
Bentuk dan simetris : Normocephalic, simetris
ROM leher : Bebas
Palpasi trakhea : Tidak ada deviasi
Palpasi kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Mata
Simetrisitas : Simetris
Alis & kelopak mata : Alis simetris, tidak ada edema palpebra
Konjungtiva & sklera : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Refleks pupil : Respon cepat terhadap cahaya
Refleks kornea : Berkedip
Telinga
Simetrisitas : Telinga simetris kiri dan kanan
Nyeri aurikel : Tidak ada
Serumen : Ada, dalam batas normal
Ketajaman Pendengaran : Baik
17
Hasil auskultasi : Suara nafas vesikuler, tidak ada ronchi,
tidak adawheezing.
Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi
Denyut apikal TIM : Teraba
Pericordial friction rib : Tidak ada
Perkusi : ICS 2 dan ICS 5
Auskultasi : Bunyi jantung normal, BJ1 > BJ2.
Abdomen
Kontur abdomen
Abdomen datar
Bising usus
Positif pada keempat kuadran abdomen
Sistem Reproduksi
Perempuan
Payudara : puting susu simetris, areola merah muda
Genitalia : tidak ada nyeri, tidak ada perdarahan, tidak ada edema, tidak
terpasang kateter, belum mengalami menarche
Sistem Limfatik
(Palpasi nodus limfe dikepala, leher, aksila, dan lipatan paha)
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Sistem Muskuloskletal
Cara berjalan
Normal, tidak ada kelainan
18
Normal, tidak ada kelainan
ROM ekstremitas
Klien mampu menggerakkan ekstremitas secara bebas
Sistem Persarafan
Status Mental
Tenang, kooperatif
Fungsi Motorik
Mampu menggerakkan ekstremitas secara bebas, mampu duduk dan
berdiri, Kekuatan otot:
555 555
555 555
19
Analisa Data
DO:
- Kulit tubuh teraba hangat
- Suhu 38,5 C
- Nadi 86 x permenit
- Faring hiperemis
- Trombosit: 7000/mm3
2 DS:
Pasien mengatakan Gangguan rasa nyaman
- Sakit kepala nyeri
- Sakit sendi
DO:
- Skala nyeri 3
- Posisi semi fowler
3
DS:
Pasien mengatakan: Perubahan nutrisi kurang
- nafsu makan berkurang, masih merasa dari kebutuhan tubuh
mual
- hanya menghabiskan 1/4 porsi
makanan
DO:
- Tampak masih tersisa makanan1/4
porsi pada piring makan pasien
- BB sebelumnya 55,5 Kg
- BB sekarang 55 Kg
- Hb: 12,3 gr/dl
Diit : ML
20
DS:
Pasien mengatakan Resiko devisit volume
- Badan lemah cairan
- Mencret 1 kali warna feses kuning
- Tidak ada lendir, tidak ada darah
DO:
- k/u lemah
- minum air putih 3 botol aqua
ukuran sedang (1500 ml)
- ivfd terpasang asering 40 tt/i
- trombosit : 7000/mm3
DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri otot dan persendian b.d proses inflamasi,
plasma
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) b.d proses inflamasi (viremia)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan suhu
tubuh dalam batas normal
Kriteria hasil : suhu tubuh 36,5C-37,5C
No. Intervensi Keperawatan Rasional
1 Mandiri: DBD di dahului oleh demam
Kaji saat terjadinya demam serta tinggi, terus-menerus
karakteristik maupun pola demam. berlangsung 2-7 hari.
2 Observasi tanda-tanda vital secara Tanda vital sebagai acuan
teratur dan laporkan segera bila disertai keadaan umum pasien.
21
kejang.
3 Kompres hangat kuku bila pasien Membantu menurunkan suhu
demam tubuh melalui proses
evaporasi atau penguapan
panas tubuh.
4 Berikan cairan oral bila pasien masih Mengimbangi pengeluaran
bisa minum. cairan akibat peningkatan
suhu tubuh.
5 Jelaskan pada keluarga penyebab Keterlibatan keluarga sangat
demam dan cara melakukan kompres. berarti dalam proses
perawatan di rumah.
6 Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian terapi sesuai Pemberian dosis yang tepat
program medik : antipiretik atau merupakan terapi suportif
parasetamol. penurunan suhu tubuh.
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri otot dan persendian b.d proses inflamasi,
proses patologis penyakit.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan nyeri
berkurang/hilang
Kriteria hasil: skala nyeri 0-1
tidak ada nyeri
22
teman. pasien tenang.
5 Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian analgesic Mengurangi nyeri.
sesuai indikasi dan program medik.
23
4. Resiko defisit volume cairan b.d peningkatan permeabilitas dinding plasma
Setelah dilakukan keperawatan 3x24 jam diharapkan tidak terjadi devisit
volume cairan
Kriteria hasil: input dan output seimbang
24
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
25
tekhnik Kaji skala nyeri
relaksasi nafas Pertahankan tekhnik
dalam relaksasi nafas dalam
4. Memberikan Atur posisi
kesempatan
pasien
berinteraksi
dengan keluarga
atau teman
5. Kolaborasi
pemberian
analgetic sesuai
indikasi
26
cairan Nadi : 86x/i
3. Mencatat RR : 20x/i
balance cairan Output 2000
4. Memenuhi minum air putih 3 botol
kebutuhan aqua ukuran sedang
cairan (1500 ml)
5. Memantau ivfd terpasang asering 40
peningkatan tt/i
TD, gelisah, trombosit : 33000/mm3
dispneu, batuk
6. Kolaborasi
pemeberian obat
inotropik atau
vasoaktif sesuai
program terapi
27
7. Kolaborasi
pemberian
terapi :
antipiretik atau
parasetamol
28
nutrisi dan Kaji mual muntah
cairan per 24 Berikan makan dalam porsi
jam kecil tapi sering
5. Kolaborasi Catat intake dan output
pemberian
antiemetik dan
nutrisi serta
cairan
perparenteral
29
DX Tanggal dan Implementasi Evaluasi
Jam
1 19-01-2017 1. Mengkaji saat S: (11.00 wib)
terjadinya Os mengatakan badan terasa panas
demam serta O:
karakteristik T: 36,5C
maupun pola TD : 110/80 mmHg
demam Nadi : 80x/i
2. Mengobservasi RR : 20x/i
tanda-tanda Leukosit :8000/mm
vital secara Trombosit : 95.000/mm
teratur dan
HT : 32,8%
laporkansegera
IVFD Asering 40 tts/i
bila disertai
A: Peningkatan suhu tubuh teratasi
kejang
P: Intervensi dihentikan
3. Mengompres
air hangat bila
demam
4. Memberikan
cairan yang
adekuat
5. Menjelaskan
pada keluarga
penyebab
demam dan
cara melakukan
kompres
6. Kolaborasi
pemberian
terapi :
antipiretik atau
parasetamol
30
relaksasi nafas
dalam
4. Memberikan
kesempatan
pasien
berinteraksi
dengan
keluarga atau
teman
5. Kolaborasi
pemberian
analgetic sesuai
indikasi
31
cairan Nadi : 80x/i
3. Mencatat RR : 20x/i
balance cairan Output 2000
4. Memenuhi minum air putih 3 botol
kebutuhan aqua ukuran sedang
cairan (1500 ml)
5. Memantau ivfd terpasang asering 40
peningkatan tt/i
TD, gelisah, trombosit : 95.000/mm3
dispneu, batuk
6. Kolaborasi
pemeberian
obat inotropik
atau vasoaktif
sesuai program
terapi
32
BAB IV
PEMBAHASAN
teoritis dan tinjauan kasus pada Ny. A dengan DHF di ruang sahabat RSUD
A. Pengkajian
kesulitan yang berarti karena adanya kerjasama yang baik dengan keluarga
B. Diagnosa keperawatan
keperawatan yaitu
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri otot dan persendian b.d proses inflamasi,
33
4. Resiko defisit volume cairan b.d peningkatan permeabilitas dinding
plasma
C. Implementasi
lainnya agar tercapai kesehatan klien dan mencegah komplikasi lebih lanjut
D. Evaluasi
dengan membandingkan hasil yang telah dicapai dengan kriteria hasil yang
telah ditetapkan pada ke empat diagnosa pada Ny.A. Hasil yang ditemukan
proses inflamasi. Gangguan rasa nyaman: nyeri otot dan persendian b.d
kebutuhan tubuh b/d anoreksia, dan Resiko defisit volume cairan b.d
Januari 2017
34
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
sebagai berikut:
1. Tidak ada ditemukan perbedaan yang berarti antara pengkajian kasus dan
teoritis.
3. Diagnosa medis dapat saja berubah sejalan dengan waktu sehingga selain
B. Saran
Bagi perawat
benar, sehingga dapat lebih akurat dalam menegakkan diagnosa dan dapat
35
DAFTAR PUSTAKA
Aru, W. S., dkk. (2007). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta:FKUI.
36