Anda di halaman 1dari 16

DOSEN

PEMBIMBING

Ajeng
Nugrahaning
Dewanti, S.C.,
M.Sc.,
Ainun Dita
Febriyanti, S.T.,
M.T.

BELLA MONICA
(08141002)

PUTRI AMALIA
(08141003)

FARIZ FARHAN
(08141009)
PERMASALAHAN TGL DALAM
PEMBANGUNAN JALAN TOL
BALIKPAPAN-SAMARINDA INSTITUT TEKNOLOGI
KALIMANTAN

PERENCANAAN
WILAYAH DAN KOTA

BALIKPAPAN

DESEMBER,2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Permasalahan Tata Guna
Lahan dalam Pembangunan Jalan Tol Balikpapan-Samarinda.

Makalah ini kami tujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Tata Guna Lahan
sebagai dasar ilmu tentang teori, analisis, dan aplikasi dalam penataan guna lahan dalam
merencanakan sebuah wilayah perkotaan maupun pedesaan.

Kami selaku penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini. Ucapan terima kasih kami tujukan pula kepada
dosen pembimbing yakni Ibu Ajeng Nugrahaning Dewanti, S.C., M.Sc. dan Ibu Ainun Dita
Febriyanti, S.T, M.T, yang telah meluangkan waktu guna membimbing kami dalam
menyusun makalah ini. Kesempurnaan hanya-lah milik Sang Maha Kuasa Allah SWT, oleh
karena itu kritik dan saran sangat kami butuhkan demi kesempurnaan makalah ini agar lebih
baik dan bermanfaat kedepannya serta dapat dijadikan suatu referensi dalam mengatasi
polemik permasalahan dalam pembiayaan pembangunan. Atas perhatian dan waktunya
kami mengucapkan terimakasih.

BALIKPAPAN, 10 DESEMBER 2015

PENULIS
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. 1


DAFTAR ISI .......................................................................................... 2
BAB I: PENDAHULUAN ........................................................................ 3
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................... 3

1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................................................ 3

1.3 Sistematika Pembahasan.................................................................................................... 4

BAB II: GAMBARAN UMUM ................................................................ 5


2.1 Wilayah ................................................................................................................................... 5

2.2 Studi Kasus .............................................................................................................................. 6

2.2 Permasalahan .......................................................................................................................... 9

BAB III: ANALISA ................................................................................ 11


3.1 Faktor Penyebab Permasalahan ............................................................................................. 11

3.1.1 Permasalahan Pembebasan Lahan .................................................................................. 11

3.1.2 Permasalahan Alih Fungsi Lahan...................................................................................... 11

3.1.3 Permasalahan Multiplier Effect ....................................................................................... 12

BAB IV: PENUTUP .............................................................................. 13


4.1 Rekomendasi ......................................................................................................................... 13

4.2 Kesimpulan ............................................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 15


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, permasalahan terkait tata guna lahan merupakan hal yang sering
diperbincangkan dalam dimensi tata ruang. Pada dasarnya tata guna lahan adalah
pondasi utama dalam mengatur sebuah perencanaan yang berjalan selaras untuk masa
depan. Hal ini tentunya tidak dapat berjalan dengan baik jika pihak-pihak yang
bersangkutan tidak sepemikiran terhadap rencana yang akan dilaksanakan.
Konflik antar stakeholder yang bersangkutan tersebut merupakan akar dari
permasalahan-permasalahan terkait tata guna lahan di Indonesia. Salah satu
permasalahan yang sering terjadi yaitu sengketa lahan. Menurut Kementrian Agraria
dan Tata Ruang Badan Pertanahan Nasional, sengketa lahan atau sengketa pertanahan
adalah perselisihan antara perseorangan, badan hukum atau lembaga yang tidak
berdampak luas secara sosio-politis. Sengketa tanah dapat berupa sengketa
administratif, sengketa perdata, sengketa pidana terkait dengan pemilikan, transaksi,
pendaftaran, penjaminan, pemanfaatan, penguasaan dan sengketa hak ulayat.
Sengketa lahan ini merupakan permasalahan awal yang terjadi dalam
pembangunan jalan Tol Balikpapan-Samarinda yang masih dalam tahap pembangunan.
Sengketa lahan yang terjadi di daerah ini termasuk dalam ketegori sengketa lahan
tumpang tindih, dimana terdapat perbedaan pendapat, nilai kepentingan mengenai
letak, batas dan luas bidang tanah yang diakui satu pihak tertentu karena terdapatnya
tumpang tindih batas kepemilikan tanahnya dalam hal ini permasalahan antara pihak
pemerintah dan masyarakat. Karena hal inilah permasalahan pembebasan lahan jalan
Tol Balikpapan-Samarinda terhambat dan menyebabkan proyek diberhentikan
sementara.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :

Mengetahui gambaran umum terkait pembangunan Tol Balikpapan-Samarinda.


Mengetahui penyebab permasalahan tata guna lahan pembangunan Tol
Balikpapan-Samarinda.
Mampu menganalisa permasalahan tata guna lahan pembangunan Tol
Balikpapan-Samarinda.
Mampu memberikan penyelesaian terkait permasalahan tata guna lahan
pembangunan Tol Balikpapan-Samarinda.

1.3 Sistematika Pembahasan

BAB I : Merupakan bab pendahuluan dimana terdiri dari Latar Belakang, Tujuan
Penulisan, dan Sistematika Pembahasan.

BAB II : Menjabarkan terkait gambaran umum dari kawasan studi yang meliputi
Wilayah dan Permasalahan yang terjadi dalam pembangunan Tol Balikpapan-
Samarinda.

BAB III : Merupakan analisa dari permasalahan tata guna lahan dari kawasan studi
beserta penyelesaian dari permasalahan tersebut.

BAB IV : Merupakan bab penutup dimana terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II

GAMBARAN UMUM
2.1 Wilayah

Wilayah kota Balikpapan berdasarkan PERDA no.12 Rencana Tata Ruang Wilayah
Balikpapan tahun 2012-2032, kota Balikpapan memiliki ruang lingkup wilayah sebesar
81.495 Ha dengan wilayah darat sebesar 50.332 Ha.

(Sumber: Lampiran 2 Perda no.12 RTRW Balikpapan 2012-2032)

Dalam RTRW ini penyusunan rencana jangka panjang ataupun jangka pendek
yang bertujuan untuk menjadikan Balikpapan sebagai kota jasa yang dinamis, selaras
dan hijau guna mendukung fungsinya sebagai Pusat Pertumbuhan Nasional dijabarkan
secara rinci. Tak luput dari kebijakan dan strategi yang akan dilaksanakan dengan
mengembangkan sub pusat pelayanan kota di kawasan yang belum berkembang
dengan salah satu cara yaitu peningkatan aksesibilitas antar kawasan.

Pada pasal 10 huruf a, Kelurahan Karang Joang Kecamatan Balikpapan Utara


merupakan sub pusat pelayanan kota yang melayani Kelurahan Muara Rapak,
Kelurahan Batu Ampar, Kelurahan Graha Indah, Kelurahan Gunung Samarinda dan
Kelurahan Gunung Samarinda Baru dengan fungsi sebagai pusat perdagangan jasa,
pusat pendidikan skala regional. Karena termasuk dalam sub pusat kota yang akan
dikembangkan secara besar-besaran untuk 10 tahun ke depan.

Diperjelas pada pasal 16 ayat 6 terdapat pengembangan jaringan jalan baru


berupa pengembangan jalan bebas hambatan Balikpapan Samarinda dan
Pengembangan jalan bebas hambatan Jalan Soekarno Hatta Jalan Mulawarman yang
menghubungkan dengan Bandara Sultan Aji Muhammad Sepinggan Balikpapan.
Pembangunan jalan bebas hambatan ini berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan
sub pusat pelayanan kota yaitu Kelurahan Karang Joang secara pesat dengan
aksesibilitas ke Bandar udara dan ke Samarinda sehingga dimaksudkan agar
pertumbuhan perekonomian Balikpapan dapat meningkat dengan cepat sesuai
kebutuhan masyarakat.

2.2 Studi Kasus

Dalam Peraturan Daerah no.12 tahun 2012 Rencana Tata Ruang wIlayah Balikpapan
2012-2032 terkait program pemanfaat ruang Balikpapan dalam jangka waktu 20 tahun, rencana

pembangunan Jalan Tol Balikpapan dapat dilihat di bawah ini.

(Sumber: Lampiran IV Perda no.12 RTRW Balikpapan 2012-2032)


Jalan Tol Balikpapan - Samarinda telah masuk dalam Jaringan Jalan Nasional
Jalan Tol sesuai dengan keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :
567/KPTS/M/2010, Tanggal 10 Nopember 2010.

Rencana pembangunan Jalan Tol Balikpapan-Samarinda direncanakan akan


selesai pada tahun 2015 di Kelurahan Karang Joang, dengan sumber pendanaan dari
APBN, APBD, Hibah, dan bantuan/swasta. Pada tanggal 12 Januari 2011, proyek
pembangunan jalan tol Balikpapan-Samarinda sepanjang 99,02 km ini dimulai dengan
peresmian langsung dari Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak. Peresmian
ditandai pemancangan batu pertama di kawasan Manggar, Balikpapan. Jalan Bebas
Hambatan atau Jalan Tol.

(Sumber: Presentasi Pemerinta PU terhadap Gubernur Kaltim)

Proyek Jalan Tol ini dibagi dalam beberapa tahap yaitu

Tahap I dilaksanakan dengan dana APBD Provinsi Kalimantan Timur dengan sistem
Tahun Jamak (Multy Years Contract) tahun anggaran 2011-2013.
Sedangkan Tahap II
1. Seksi 01 dilaksanakan dengan dana APBD Provinsi Kalimantan Timur tahun
anggaran 2015-2018 dan dana APBN pemerintah Pusat tahun anggran 2015-
2018 yang terbagi dalam 5 segmen
2. Seksi 05 dengan dana APBN pemerintah pusat dan bantuan luar negeri dari
Tiongkok.
3. Untuk seksi 02, seksi 03 dan seksi 04 direncanakan akan ditawarkan kepada
investor yang berminat baik dari dalam ataupun luar negeri.

Berikut adalah tabel progress penyediaan lahan untuk Tol Balikpapan-Samarinda

LOKASI PANJANG (Km) BEBAS (Km) %

Seksi 1 25.07 22.67 90

Seksi 2 11.09 6.16 55

Seksi 3 23.26 23.06 99

Seksi 4 21.9 20.05 92

Seksi 5 17.7 11.42 64

TOTAL 99.02 82.49 84

Dari total panjang 99,02 km telah tersedia lahan sepanjang 82,49 Km, terdiri dari :
Lahan masyarakat 49,77 Km
Tahura 24,62 Km
HLSM 8,1 Km
Sedangkan 16,53 Km lahan dalam proses pembebasan

Tahapan pekerjaan dari pembangunan jalan Tol Balikpapan-Samarinda ini dapat


dijabarkan yaitu
1. Paket 01 Balikpapan - Samboja : STA 0+070 - 25+140
2. Paket 02 Samboja - Palaran I : STA 25+140 - 48+400
3. Paket 03 Samboja - Palaran II :STA 48+400 - 70+300
4. Paket 04 Palaran - Jembatan Mahkota II : STA 0+000 - 17+950 (Akses Kota
Samarinda)
5. Paket 05 KM13 - Sepinggan Balikpapan : STA 0+000 - 11+500 (Akses Kota Balikpapan)
2.2 Permasalahan

2.2.1 Perbandingan Rencana Pembangunan, Kondisi Eksisting dengan RTRW


Pada Lampiran IV Perda no.12 RTRW Balikpapan 2012-2032 tentang rencana
pembangunan yang ada di Balikpapan, pembangunan Jalan Tol Balikpapan-Samarinda
direncanakan selesai pada tahun 2015. Namun, sampai saat ini proyek tersebut belum
selesai bahkan sempat berhenti karena berbagai permasalahan.

Sumber: Lampiran 2 Perda no.12 RTRW Balikpapan 2012-2032)

Dalam peta rencana pola ruang Balikpapan, dapat dilihat bahwa terdapat kawasan
hutan Lindung di daerah rencana Jalan Bebas Hambatan, yang dalam pengertiannya
hutan lindung adalah kawasan yang dilindungi peruntukannya dari aktivitas
pembangunan karena berfungsi untuk sistem penyerapan dan paruparu kota.
Permasalahan lahan ini terdapat di lokasi paket I yang ternyata kawasan hutan lindung ini
telah ditempati dalam waktu yang cukup lama oleh warga setempat secara fisik wilayah
tersebut dikuasai oleh masyarakat dan sudah beberapa generasi tinggal disana.
Hal ini dapat dikaitkan dengan permasalahan alih fungsi lahan.

Sedangkan permasalahan lahan kedua terdapat di lokasi paket 5 yang


menyebabkan kendalanya proyek ini berjalan yaitu permasalahan pembebasan lahan
karena masalah tumpang tindih lahan antar pemerintah dengan warga. Hingga kini,
pemerintah daerah Balikpapan hanya bisa membebaskan sekitar 50% lahan yaitu 2 dari 5
paket proyek yang telah dijelaskan sebelumnya.
BAB III

ANALISA
3.1 Faktor Penyebab Permasalahan
3.1.1 Permasalahan Pembebasan Lahan
Pemerintah selaku pemberi regulasi atas semua perencanaan tata ruang yang
ada di suatu daerah untuk melaraskan pembangunan dengan memperhatikan
aspek ekonomi, sosial dan lingkungan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang
semakin kompleks. Sedangkan terkadang, masyarakat kurang memahami kerja
pemerintah karena kurangnya transparasi dari pemerintah. Masyarakat luhur
yang memiliki tanah meskipun tanpa surat-surat yang lengkap, tetap kukuh akan
mempertahankan tanah mereka dan menjadi penghambat dalam pembangunan
infrastruktur. Karena kurangnya edukasi akan pentingnya pembangunan jalan tol
di kawasan Karang Joang yang juga termasuk sub pusat perkembangan kota
otomatis akan mempercepat meningkatnya perekonomian di daerah tersebut dan
otomatis akan berdampak pada masyarakat sekitar juga.

Prinsip utama lambatnya pembangunan yaitu masih banyak Surat Alas Hak
atau Sertifikat yang tumpang tindih, sehingga butuh BPN Balikpapan dan BPN
Samarinda butuh waktu untuk melakukan verifikasi terhadap kasus. Hal ini bisa
berdampak pada masalah hukum apabila salah melakukan verifikasi. Oleh karena
itu, pemerintah masih ragu untuk memberi ganti rugi yang tinggi untuk lahan
masyarakat yang ini dibeli karena kurangnya surat-surat tanah sehingga kurang
meyakinkan. Masyarakat pun tidak dapat memberikan tanahnya secara
sembarangan kepada pemerintah karena takut akan kerugian yang akan mereka
dapatkan. Hal ini dikarenakan kurangnya kepercayaan antar stakeholder tersebut
sehingga pembangunan tersebut berhenti cukup lama.

3.1.2 Permasalahan Alih Fungsi Lahan


Pembangunan jalan tol Balikpapan-Samarinda ini tak lepas dari jalur tol yang
melewati Kawasan Hutan Lindung, seperti yang telah dibahas sebelumnya. Pada
umumnya, kawasan Hutan Lindung memiliki hak paten sebagai kawasan yang
dilindungi dari pembangunan infrastuktur. Namun, dalam RTRW tidak terdapat
larangan untuk menggunakan Kawasan Hutan Lindung yang akan dilewati jalur tol
sehingga hutan lindung tersebut tidak menjadi masalah dalam hal ini. Namun jika
dikaji ulang, tanah hutan lindung tersebut tidak semua milik pemerintah, terdapat
tanah-tanah milik masyarakat yang juga termasuk dalam lahan untuk penggunaan
jalan tol. Meskipun masih sedikit lahan terbangun yang ada, namun permasalahan
alih fungsi lahan yang terjadi disini yaitu dari bentuk hutan lindung menjadi
permukiman. Jika dilihat dari kenyataan yang ada saat ini diberbagai daerah di
Indonesia, pembangunan juga dapat berkembang mengikuti infrastruktur. Lahan-
lahan tidak terbangun disekitar kawasan jalan tol tidak menutup kemungkinan
akan terbangun melihat kesempatan yang ada. Hal ini bisa diperkirakan akan
timbul sehingga menimbulkan permasalahan tata guna lahan di masa yang akan
datang.

3.1.3 Permasalahan Multiplier Effect


Dengan pembangunan jalan bebas hambatan seperti ini otomatis dapat
meningkatkan perekonomian daerah Karang Joang karena akses masuk yang lebih mudah
dari daerah besar lain. Pembangunan jalan tol ini tentu menjadi multiplier effect
terhadap daerah sekitarnya. Meningkatnya perekonomian dan menunjang pertumbuhan
sub kota Karang Joang merupakan salah satu dampak positif dari pembangunan jalan tol
ini. Namun jika dilihat dari segi negatifnya, pertumbuhan pembangunan disekitar jalan tol
bisa disalah gunakan oleh masyarakat menjadi sektor-sektor privat berbasis perdagangan
dan jasa seperti warung atau pertokoan, yang justru karena perkembangan ini dapat
merusak fungsi tata guna lahan yang sudah ada seperti kawasan hutang lindung yang
disalah fungsikan menjadi kawasan perdagangan dan jasa.
BAB IV

PENUTUP
4.1 Rekomendasi
Dari analisa kedua faktor penyebab permasalahan melambatnya jalan tol
Balikpapan-Samarinda, dapat disampaikan rekomendasi terkait penyelesaiannya yaitu

Permasalahan pembebasan lahan yang terkait dengan sengketa lahan ini


sebaiknya diselesaikan dengan penyelesaian sengketa alternative menggunakan
metode non-litigasi yang diselesaikan di luar pengadilan, prosedur yang bisa
diterapkan dalam studi kasus ini yaitu negosiasi dimana penyelesaian sengketa
melalui musyawarah langsung para stakeholder terkait sehingga didapatkan
kesepakatan yang disetujui oleh kedua pihak tak luput dituangkan dalam bentuk
tertulis. Dapat juga dilakukan dengan mediasi dimana penyelesaian sengketa
melalui perundingan dengan pihak luar yang bersifat netral untuk memperoleh
jalan tengah dari konflik sehingga konflik dapat diselesaikan secara transparan
dan tidak merugikan kedua pihak.
Terkait permasalahan alih fungsi lahan, pembangunan dapat berkembang
mengikuti infrastruktur jika tidak dicegah dengan baik, regulasi yang kokoh dari
pemerintah dapat menjadi pondasi untuk mempertahankan fungsi hutan lindung
yang ada disekitar jalan tol sehingga tidak dialih fungsikan menjadi lahan
terbangun.

4.2 Kesimpulan

Jalan Bebas Hambatan atau Jalan Tol Balikpapan-Samarinda akan dibangun dengan
panjang 99,02 Km dan terbagi menjadi lima paket dalam tahap pembangunannya.
Ada dua permasalahan yang menyebabkan terhambatnya proyek pembangunan
jalan Tol Balikpapan-Samarinda ini, yang pertama adalah permasalahan lahan yang
terdapat di lokasi paket I (Balikpapan Samboja) yang ternyata kawasan hutan lindung ini
telah ditempati dalam waktu yang cukup lama oleh warga setempat secara fisik wilayah
tersebut dikuasai oleh masyarakat dan sudah beberapa generasi tinggal disana.
Sedangkan permasalahan lahan kedua terdapat di lokasi paket V (KM13 - Sepinggan
Balikpapan) yaitu permasalahan pembebasan lahan karena masalah tumpang tindih lahan
antar pemerintah dengan warga. Hingga kini, pemerintah daerah Balikpapan hanya bisa
membebaskan sekitar 50% lahan dari masing-masing 2 dari 5 paket proyek yang telah dijelaskan
sebelumnya.
Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah terhambatnya pembangunan jalan Tol
Balikpapan-Samarinda ini ada beberapa cara, terkait permasalahan pembebasan lahan yang
terkait dengan sengketa lahan sebaiknya diselesaikan dengan penyelesaian sengketa
alternative menggunakan metode non-litigasi yang diselesaikan di luar pengadilan. Dan dapat
juga dilakukan dengan mediasi dimana penyelesaian sengketa melalui perundingan dengan
pihak luar yang bersifat netral untuk memperoleh jalan tengah dari konflik sehingga konflik
dapat diselesaikan secara transparan dan tidak merugikan kedua pihak. Dan terkait
permasalahan alih fungsi lahan, pembangunan dapat berkembang mengikuti infrastruktur jika
tidak dicegah dengan baik, regulasi yang kokoh dari pemerintah dapat menjadi pondasi untuk
mempertahankan fungsi hutan lindung yang ada disekitar jalan tol sehingga tidak dialih
fungsikan menjadi lahan terbangun.
DAFTAR PUSTAKA
Perda no.12 RTRW KOTA BALIKPAPAN 2012-2032

Dokumen presentasi terkait informasi singkat pembangunan jalan tol Balikpapan-


Samarinda oleh Pemprov Kaltim Dinas PU, Samarinda 24 Oktober 2015

www.bpn.go.id- diakses pada 26/11/2015 pukul 22:39

Indopos website, Pembangunan Jalan tol Balikpapan Samarinda- diakses pada


23/11/2015 pukul 13:23

Bewara news website, Pembebasan Lahan Proyek Tol Pertama di Kalimantan- diakses
pada 23/11/2015 pukul 13:21

Kaltim Post Website, Kata Menteri Agraria Proyek Mangkrak Karena Warga Tak Dapat
Kepastian- diakses pada 23/11/2015 pukul 13:24

Anda mungkin juga menyukai