Anda di halaman 1dari 4

KEMENTERIAN PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

PETUNJUK TEKNIS PENGENDALIAN ULAT BULU

Pendahuluan

Peningkatan populasi ulat bulu bermula di Probolinggo, menyebabkan


daun tanaman mangga gundul, dan ulat-ulatnya masuk ke pemukiman sehingga
mengganggu penduduk. Ulat yang mendominasi di Probolinggo adalah dari
keluarga Lymantriidae, dengan dua spesies yang dominan yaitu Arctornis
submarginata dan Lymantria marginata. A. submarginata merupakan spesies
khas dan spesifik Probolinggo yang hingga saat ini belum ditemukan di wilayah
lain. Ulat bulu banyak sekali jenis, pada keluarga Lymantriidae saja terdapat
ribuan jenis. Selain keluarga Lymantriidae, seperti Cricula trifenestrata dari
keluarga Saturniidae banyak terdapat pada pohon alpukat, jambu mente,
kedondong, dan Maenas maculifascia dari keluarga Arctiidae banyak terdapat
pada tanaman kenanga/ylang-ylang. Menurut laporan dari 33 provinsi selain
di Probolinggo, populasi ulat bulu masih rendah dan hanya ditemukan di
beberapa pohon saja. Jenis ulat berbeda antara satu wilayah dengan wilayah
lain. Hal ini merupakan kejadian dinamika populasi hama. Berdasarkan uraian di
atas, masyarakat tidak perlu panik, namun tetap waspada untuk mengantisipasi
kemungkinan peningkatan populasi sehubungan dengan dampak dari perubahan
iklim (Climate change) dan pemanasan global (Global warming) terhadap pola
hidup dan tingkah laku serangga, khususnya ulat bulu.

Tujuan

Petunjuk Teknis ini dibuat dengan tujuan untuk mengendalikan dan


mengantisipasi apabila terdapat ledakan populasi ulat bulu, sehingga dapat
dijadikan pedoman bagi semua pihak yang terkait.

Sepuluh langkah pengendalian ulat bulu

1. Pemantauan dan identifikasi jenis hama, stadia hama, bagian dan jenis
tanaman yang diserang, tingkat/intensitas serangan, serta kondisi lingkungan
untuk disampaikan kepada petugas terkait.

Informasi tentang ulat bulu dan pengendaliannya dapat diunggah pada website www.litbang.deptan.go.id
Ulat bulu pada tanaman mangga Ngengat ulat bulu

2. Lakukan pengendalian secara mekanis dengan cara mengumpulkan dan


memusnahkan ulat, antara lain dengan cara dibakar atau dibenamkan dalam
tanah.
3. Pemasangan lampu perangkap (light trap) untuk membunuh ngengat, karena
ngengat aktif di malam hari dan tertarik cahaya.
4. Mengumpulkan pupa/kepompong dan memasukannya kedalam botol
plastik yang diberi lubang-lubang, sehingga ngengat yang terbentuk tidak
dapat keluar sedangkan parasit yang muncul dapat keluar dan kembali
berperan di alam.

Pupa di dalam botol

5. Pelihara dan lestarikan musuh alami seperti predator semut rangrang dan
burung dengan cara melarang penangkapan burung dan melarang
pengambilan telur semut di pohon, atau melestarikan dan memperbanyak
koloni semut dengan cara memasang sarang buatan dari daun kering dan
bambu.

Koloni alami rangrang koloni buatan dari daun kering koloni buatan dari bambu

6. Gunakan insektisida hayati berupa jamur, virus, bakteri, nematode, antara


lain dengan cara (a). Mengumpulkan ulat yang mati terkena virus
(menggelantung) dan mengaduknya dengan air, lalu menyemprotkan kembali
ke ulat, (b). Mengumpulkan kepompong atau ulat yang terkena jamur
(berwarna putih jamur Beauveria dan hijau jamur Metarhizium), lalu
perbanyak di media jagung dan semprotkan ke ulat, (c). menggunakan
Informasi tentang ulat bulu dan pengendaliannya dapat diunggah pada website www.litbang.deptan.go.id
insektisida hayati yang sudah diproduksi dan tersedia di Dinas/lembaga yang
berwenang.

Ulat terserang virus Kepompong terserang jamur Perbanyakan jamur pada Serangga terserang jamur
media jagung

7. Pemasangan pembatas (burrier) pada batang pohon mangga berupa lem


atau kain beracun, khususnya bagi ulat Arctornis yang memiliki sifat ketika
malam hari naik ke bagian atas (kanopi) untuk memakan daun dan pada
siang hari turun ke batang untuk bersembunyi dari serangan predator.

8. Jika kondisi populasi ulat sangat mengkhawatirkan dapat digunakan


insektisida alami yang relatif ramah lingkungan, berupa insektisida nabati
(berasal dari tumbuhan), seperti mimba, tembakau, akar tuba, piretrum,
gadung, suren dan lainnya. Perlu diketahui bahwa insektisida nabati tidak
menyebabkan kematian langsung seperti insektisida sintetis.

Ekstrak mimba Produk Tanaman mimba Tanaman akar tuba


Badan Litbang Pertanian

9. Pada kondisi kritis, maka jalan terakhir dapat digunakan insektisida kimia
sintetis yang berdaya racun rendah berlabel hijau.
10. Jangan menggunakan insektisida kimia sintetis untuk tindakan pencegahan,
karena akan mengganggu keberadaan musuh alami dan mencemari
lingkungan.

Informasi tentang ulat bulu dan pengendaliannya dapat diunggah pada website www.litbang.deptan.go.id
Tindakan antisipasi mencegah ledakan populasi ulat bulu

1. Dinas/institusi yang berwenang melakukan pemantauan dan identifikasi


secara rutin tentang jenis hama, stadia hama, bagian dan jenis tanaman yang
diserang, tingkat/intensitas serangan, serta kondisi populasi musuh alami.
2. Melakukan pelestarian musuh alami (parasitoid, predator dan patogen)
3. Mengembangkan informasi publik tentang ulat bulu.
4. Melakukan pelatihan SLPHT bagi petugas dan petani antara lain dalam
pemantauan hama, pemanfaatan dan memproduksi pestisida nabati dan
agensia hayati.
5. Memanfaatkan informasi hasil penelitian dalam pengendalian ulat bulu.

Informasi tentang ulat bulu dan pengendaliannya dapat diunggah pada website www.litbang.deptan.go.id

Anda mungkin juga menyukai