Bab Iv Baru
Bab Iv Baru
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan Na. CMC sebagai basis gel, gliserol sebagai penahan lembab dan metil
Pengujian gel dapat dilakukan dengan beberapa evaluasi gel secara fisik
selama penyimpanan yang meliputi uji organoleptis, uji homogenitas, uji kemampuan
proteksi, uji pH dan uji daya sebar sebelum dan sesudah kondisi penyimpanan
dipercepat.
stabilitas gel. Terjadinya perubahan organoleptis yang berupa tekstur, warna dan bau
gel dapat menggambarkan adanya penurunan kualitas atau tidak kestabilan gel secara
fisik.
18
19
Tabel 4.1 Tabel Uii Organoleptis Sebelum dan Sesudah Kondisi Dipercepat
Keterangan : Formula A : 6 %
Formula B : 9 %
Formula C : 12 %
perubahan bau yang kurang sedap, tekstur yang cair dan perubahan warna. Sedangkan
formula B dan C sesudah kondisi dipercepat memiliki tekstur, warna dan bau yang
stabil. Warna yang dihasilkan memang tidak transparan tetapi menurut Formularium
20
Kosmetika Indonesia warna sediaan gel tidak harus transparan, masih diperbolehkan
mengoleskan sediaan pada kaca rata bening dan diarahkan pada cahaya. Berikut hasil
data yang diperoleh pada pengujian homogenitas dapat dilihat pada tabel 4.2.
dibawah ini :
Tabel 4.2 Tabel Uji Homogenitas Sebelum dan Sesudah Kondisi Dipercepat
Dari hasil pengujian yang dilakukan baik sebelum dan sesudah kondisi
dipercepat diketahui bahwa ketiga formula memiliki homogenitas yang baik, dapat
homogenitas ini dilakukan untuk melihat apakah bahan-bahan yang digunakan dalam
berpengaruh pada penyebaran gel di kulit. Gel harus memiliki massa yang homogen,
tidak boleh adanya bahan padat yang masih menggumpal pada saat dioleskan pada
21
kaca bening. Bahan yang masih menggumpal pada saat dioleskan akan berpengaruh
Tabel 4.3 Tabel Uji Kemampuan Proteksi Sebelum dan Sesudah Kondisi
Dipercepat
dalam menghalangi terjadinya reaksi kimia dari luar. Gel yang telah dibuat
mempunyai pH yang basa sehingga bila gel tersebut mengandung asam maka diberi
indikator untuk mengetahui adanya asam seperti fenolftalein dan diberi NaOH, maka
gel tersebut akan menunjukkan bercak merah yang menandakan gel tersebut
terdeteksi adanya asam yang kuat dan berbahaya bagi kulit. Berdasarkan hasil
pengamatan pada tabel 4.3, diketahui bahwa uji kemampuan proteksi gel sebelum dan
sesudah kondisi dipercepat pada formula A,B dan C mempunyai kemampuan proteksi
22
yang baik karena tidak menunjukkan bercak merah sebelum dan sesudah kondisi
dipercepat.
untuk pemakaian pada kulit atau tidak. Hasil pengujian kadar pH gel dapat dilihat
0,4. Tabel perubahan pH dapat dilihat pada lampiran 4. Perubahan ini terjadi karena
kelembaban udara dan penyerapan karbon dioksida (CO2) dari udara dan wadah yang
23
digunakan yang dapat menyebabkan kenaikan dan penurunan pH, meskipun formula
Pengujian terakhir adalah pengujian daya sebar gel. Pengujian daya sebar
gel menggambarkan penyebaran gel pada kulit pada saat dioleskan, uji daya sebar
dilakukan menggunakan kaca transparan yang berat dan lebarnya sama. Gel sebanyak
3 gram diletakkan diatas salah satu kaca kemudian diletakkan kaca yang satu diatas
sediaan tersebut kemudian diukur setelah 1 menit penyebarannya pada kaca tersebut,
setelah itu ditambahkan lagi anak timbangan 50g, 100g, 150g dan 200g secara
bergantian.
Hasil pengamatan untuk pengujian daya sebar gel sebelum dan sesudah
Grafik 4.2 Grafik uji Daya Sebar Formula A Sebelum dan Sesudah Kondisi
Dipercepat
24
Grafik 4.3 Grafik uji Daya Sebar Formula B Sebelum dan Sesudah Kondisi
Dipercepat
Grafik 4.4 Grafik uji Daya Sebar Formula C Sebelum dan Sesudah Kondisi
Dipercepat
25
Berdasarkan hasil pengamatan yang terdapat pada grafik diatas pada uji
daya sebar sebelum dan sesudah dipercepat menunjukkan bahwa formula A, B dan C
terjadi peningkatan daya sebar, grafik tersebut juga menunjukkan bahwa semakin
besar berat beban daya sebar gel semakin besar. Baik formula A, B dan C sesudah
kondisi dipercepat daya sebar meningkat hal ini dikarenakan selama penyimpanan
Hasil uji daya sebar gel perasan mentimun menunjukkan bahwa setiap
signifikan antara beban yang diberikan dan daya sebar, dilakukan uji linearitas yang
nilai r tersebut menunjukkan bahwa korelasi antara daya sebar dan beban memiliki
pengawet yang menyebebkan gel menjadi kurang sedap dan perubahan warna pada
ketiga formula. Bisa dikatakan formula A, B dan C kurang stabil secara organoleptis.
Untuk uji homogenitas formula A, B dan C memiliki homogenitas yang baik. Pada
tetapi masih dalam range yang diinginkan. Pada daya sebar, formula A, B dan C
Dari hasil evaluasi diatas dapat diambil kesimpulan perasan mentimun dapat
BAB V
PENUTUP
27
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa:
5.2 Saran
selanjutnya, untuk menggunakan bahan pengembang yang lain, mengadakan uji lebih
pengawet.
27
DAFTAR PUSTAKA
28
Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Banker, S.G and Rhodes, C.T 1990. Modern Pharmaceutis, Second Edition. New
York : Marcel dakker Inc
Depkes RI, 1979. Farmakopee Indonesia, Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Depkes RI, 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Depkes RI, 1983. Pemanfaatan Tanaman Obat, Edisi III. Jakarta: Departemen
kesehatan Republik Indonesia
Lachman, Leon, Liberman, Herbert A, Kanig, Joseph L, 1994. Teori dan Praktek
Farmasi Industri, Edisi kedua. Jakarta: UI Press
Santoso, Djoko, dan Gunawan, 2003, Ramuan Tradisional Untuk Penyakit Kulit,
Jakarta: Penerbit Swaday.
Syamsuhidayat, S. S., & Hutapea, J. R., 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia
(I), Jakarta: DepKes Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Perasan Mentimun
Berat perasan = 30 g
30 g X 4,5 mentimun = 270 g
mentimun
Rendemen = Berat perasan x 100 %
Berat timun
= 30 g x 100 %
70 g
= 42,85 %
Ket :
Pot = Berat sediaan gel per pot salep 50 g
Data Hasil Uji Daya Sebar Gel Sebelum dan Sesudah Kondisi Dipercepat
Formula A Formula A
Na.CMC 6% Na.CMC 6%
Formula B Formula B
Na.CMC 9% Na.CMC 9%
37
Formula C Formula C
Na.CMC Na.CMC
12% 12%