Anda di halaman 1dari 20

18

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini komposisi gel perasan mentimun (Cucumis sativus)

menggunakan Na. CMC sebagai basis gel, gliserol sebagai penahan lembab dan metil

paraben sebagai zat pengawet.

Pengujian gel dapat dilakukan dengan beberapa evaluasi gel secara fisik

selama penyimpanan yang meliputi uji organoleptis, uji homogenitas, uji kemampuan

proteksi, uji pH dan uji daya sebar sebelum dan sesudah kondisi penyimpanan

dipercepat.

Uji organoleptis merupakan salah satu parameter fisik untuk mengetahui

stabilitas gel. Terjadinya perubahan organoleptis yang berupa tekstur, warna dan bau

gel dapat menggambarkan adanya penurunan kualitas atau tidak kestabilan gel secara

fisik.

Hasil pengujian organoleptis terhadap gel sebelum dan sesudah kondisi

penyimpanan dipercepat dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini :

18
19

Tabel 4.1 Tabel Uii Organoleptis Sebelum dan Sesudah Kondisi Dipercepat

Formula Sebelum Sesudah


Replika Tekstur Warna Bau Tekstur Warna Bau
Gel
1 Cair Hijau Khas Cair kuning Timun basi
Mentimun
2 Cair Hijau Khas Cair kuning Timun basi
A Mentimun
3 Cair Hijau Khas Cair kuning Timun basi
Mentimun
1 Kental Hijau Khas Kental kuning Khas
Mentimun Mentimun
B 2 Kental Hijau Khas Kental kuning Khas
Mentimun Mentimun
3 Kental Hijau Khas Kental kuning Khas
Mentimun Mentimun
1 Kental Hijau Khas Kental kuning Khas
Mentimun Mentimun
C 2 Kental Hijau Khas Kental kuning Khas
Mentimun Mentimun
3 Kental Hijau Khas Kental kuning Khas
Mentimun Mentimun

Keterangan : Formula A : 6 %
Formula B : 9 %
Formula C : 12 %

Terjadinya perubahan organoleptis sebelum dan sesudah dipercepat dapat

menggambarkan penurunan kestabilan gel. Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel

4.1, diketahui bahwa pada formula A sesudah kondisi dipercepat mengalami

perubahan bau yang kurang sedap, tekstur yang cair dan perubahan warna. Sedangkan

formula B dan C sesudah kondisi dipercepat memiliki tekstur, warna dan bau yang

stabil. Warna yang dihasilkan memang tidak transparan tetapi menurut Formularium
20

Kosmetika Indonesia warna sediaan gel tidak harus transparan, masih diperbolehkan

hingga buram opak.

Pengujiaan berikutnya yaitu uji homogenitas, pengujian dilakukan dengan

mengoleskan sediaan pada kaca rata bening dan diarahkan pada cahaya. Berikut hasil

data yang diperoleh pada pengujian homogenitas dapat dilihat pada tabel 4.2.

dibawah ini :

Tabel 4.2 Tabel Uji Homogenitas Sebelum dan Sesudah Kondisi Dipercepat

Formula Replika Sebelum Sesudah


1 Homogen Homogen
A 2 Homogen Homogen
3 Homogen Homogen
1 Homogen Homogen
B 2 Homogen Homogen
3 Homogen Homogen
1 Homogen Homogen
C 2 Homogen Homogen
3 Homogen Homogen

Dari hasil pengujian yang dilakukan baik sebelum dan sesudah kondisi

dipercepat diketahui bahwa ketiga formula memiliki homogenitas yang baik, dapat

dikatakan homogenitas yang baik karena tidak adanya padatan. Pengujian

homogenitas ini dilakukan untuk melihat apakah bahan-bahan yang digunakan dalam

pembuatan sudah tercampur atau belum. Homogenitas dalam sediaan akan

berpengaruh pada penyebaran gel di kulit. Gel harus memiliki massa yang homogen,

tidak boleh adanya bahan padat yang masih menggumpal pada saat dioleskan pada
21

kaca bening. Bahan yang masih menggumpal pada saat dioleskan akan berpengaruh

pada zat aktif yang diserap.

Pengujian selanjutnya adalah pengujian kemampuan proteksi gel. Hasil uji

kemampuan proteksi gel dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Tabel Uji Kemampuan Proteksi Sebelum dan Sesudah Kondisi
Dipercepat

Formula Replika Hasil Pengamatan


Sebelum Sesudah
1 Tidak terjadi perubahan warna Tidak terjadi perubahan warna
A 2 Tidak terjadi perubahan warna Tidak terjadi perubahan warna
3 Tidak terjadi perubahan warna Tidak terjadi perubahan warna
1 Tidak terjadi perubahan warna Tidak terjadi perubahan warna
B 2 Tidak terjadi perubahan warna Tidak terjadi perubahan warna
3 Tidak terjadi perubahan warna Tidak terjadi perubahan warna
1 Tidak terjadi perubahan warna Tidak terjadi perubahan warna
C 2 Tidak terjadi perubahan warna Tidak terjadi perubahan warna
3 Tidak terjadi perubahan warna Tidak terjadi perubahan warna

Uji kemampuan proteksi gel dilakukan untuk mengetahui kemampuan gel

dalam menghalangi terjadinya reaksi kimia dari luar. Gel yang telah dibuat

mempunyai pH yang basa sehingga bila gel tersebut mengandung asam maka diberi

indikator untuk mengetahui adanya asam seperti fenolftalein dan diberi NaOH, maka

gel tersebut akan menunjukkan bercak merah yang menandakan gel tersebut

terdeteksi adanya asam yang kuat dan berbahaya bagi kulit. Berdasarkan hasil

pengamatan pada tabel 4.3, diketahui bahwa uji kemampuan proteksi gel sebelum dan

sesudah kondisi dipercepat pada formula A,B dan C mempunyai kemampuan proteksi
22

yang baik karena tidak menunjukkan bercak merah sebelum dan sesudah kondisi

dipercepat.

Pengujian kadar pH bertujuan untuk melihat pH pada sediaan apakah aman

untuk pemakaian pada kulit atau tidak. Hasil pengujian kadar pH gel dapat dilihat

pada grafikl 4.1.

Grafik 4.1 Grafik Perubahan pH sebelum dan sesudah kondisi dipercepat

Pengujiaan pH pada formula A, B dan C menunjukkan perubahan pH

sesudah kondisi dipercepat, formula A, B dan C mengalami perubahan pH sebesar

0,4. Tabel perubahan pH dapat dilihat pada lampiran 4. Perubahan ini terjadi karena

kelembaban udara dan penyerapan karbon dioksida (CO2) dari udara dan wadah yang
23

digunakan yang dapat menyebabkan kenaikan dan penurunan pH, meskipun formula

A, B dan C mengalami perubahan pH tetapi masih masuk dalam rentang pH yang

diharapkan yaitu 5,5 7.

Pengujian terakhir adalah pengujian daya sebar gel. Pengujian daya sebar

gel menggambarkan penyebaran gel pada kulit pada saat dioleskan, uji daya sebar

dilakukan menggunakan kaca transparan yang berat dan lebarnya sama. Gel sebanyak

3 gram diletakkan diatas salah satu kaca kemudian diletakkan kaca yang satu diatas

sediaan tersebut kemudian diukur setelah 1 menit penyebarannya pada kaca tersebut,

setelah itu ditambahkan lagi anak timbangan 50g, 100g, 150g dan 200g secara

bergantian.

Hasil pengamatan untuk pengujian daya sebar gel sebelum dan sesudah

kondisi dipercepat dapat dilihat pada grafik 4.2 4.4

Grafik 4.2 Grafik uji Daya Sebar Formula A Sebelum dan Sesudah Kondisi
Dipercepat
24

Grafik 4.3 Grafik uji Daya Sebar Formula B Sebelum dan Sesudah Kondisi
Dipercepat

Grafik 4.4 Grafik uji Daya Sebar Formula C Sebelum dan Sesudah Kondisi
Dipercepat
25

Berdasarkan hasil pengamatan yang terdapat pada grafik diatas pada uji

daya sebar sebelum dan sesudah dipercepat menunjukkan bahwa formula A, B dan C

terjadi peningkatan daya sebar, grafik tersebut juga menunjukkan bahwa semakin

besar berat beban daya sebar gel semakin besar. Baik formula A, B dan C sesudah

kondisi dipercepat daya sebar meningkat hal ini dikarenakan selama penyimpanan

dipercepat kekentalan gel menurun.

Tabel 4.4 Tabel Perubahan Daya Sebar

Formula Gel Sebelum Dipercepat Sesudah Dipercepat Selisih

A 13,4 cm - 16,8 cm 18,5 cm - 21,7 cm 7,9

B 6,0 cm - 7,2 cm 9,7 cm 12 cm 8,5

C 5,1 cm - 6,0 cm 8,3 cm - 10,5 cm 7,7

Hasil uji daya sebar gel perasan mentimun menunjukkan bahwa setiap

penambahan beban, daya sebarnya juga meningkat, untuk melihat hubungan

signifikan antara beban yang diberikan dan daya sebar, dilakukan uji linearitas yang

menunjukkan bahwa koefisien korelasi yang baik mendekati 1, sebelum kondisi

dipercepat formula A r= 0,961, formula B r=0,949, formula C r=0,945 dan sesudah

kondisi dipercepat formula A r=0,982, formula B r=0,896, formula C r=0,964 dengan

nilai r tersebut menunjukkan bahwa korelasi antara daya sebar dan beban memiliki

hubungan linear dengan korelasi mendekati 1.

Berikut hasil evaluasi dapat dilihat pada tabel 4.5.


26

Tabel 4.5 Tabel Evaluasi dan Range Gel

Formula Organoleptis Homogenitas Proteksi pH Daya Sebar


Gel (Stabil) (Homogen) (Stabil) (5,5-7) (Mendekati 1)
A Kurang Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi
Memenuhi syarat
B Kurang Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi
Memenuhi syarat
C Kurang Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi
Memenuhi syarat

Dari pengujian secara organoleptis menunjukkan bahwa formula A sesudah

kondisi dipercepat mengalami perubahan bau yang disebabkan kurangnya zat

pengawet yang menyebebkan gel menjadi kurang sedap dan perubahan warna pada

ketiga formula. Bisa dikatakan formula A, B dan C kurang stabil secara organoleptis.

Untuk uji homogenitas formula A, B dan C memiliki homogenitas yang baik. Pada

pengujian kemampuan proteksi formula A, B dan C bisa memberikan proteksi yang

baik. Pada pengujian pH formula A, B dan C mengalami perubahan pH yang sama

tetapi masih dalam range yang diinginkan. Pada daya sebar, formula A, B dan C

dilakukan uji linieritas yang hasilnya mendekati 1.

Dari hasil evaluasi diatas dapat diambil kesimpulan perasan mentimun dapat

dibuat dalam bentuk gel dengan konsentrasi 12 %.

BAB V
PENUTUP
27

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Perasan mentimun dapat diformulasikan menjadi sediaan gel.

2. Formula C dengan konsentrasi Na.CMC 12% merupakan pembentuk gel

yang paling baik diantara 3 formula yang ada.

5.2 Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan disarankan kepada peneliti lain

selanjutnya, untuk menggunakan bahan pengembang yang lain, mengadakan uji lebih

lanjut, memberikan pengharum yang cocok dan meningkatkan konsentrasi zat

pengawet.

27

DAFTAR PUSTAKA
28

Admin, 2008. Khasiat Mentimun. http://dinkes.cilacapkab.go.id. Diakses pada


tanggal 27 November 2009

Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Ansel, C, Howard, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat.


Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Banker, S.G and Rhodes, C.T 1990. Modern Pharmaceutis, Second Edition. New
York : Marcel dakker Inc

Dalimartha, 1999. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. http://www.pdpersi.co.id/.


Diakses pada tanggal 27 November 2009

Depkes RI, 1979. Farmakopee Indonesia, Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia

Depkes RI, 1995. Formularium Nasional. Jakarta: Departemen Kesehatan

Depkes RI, 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia

Depkes RI, 1983. Pemanfaatan Tanaman Obat, Edisi III. Jakarta: Departemen
kesehatan Republik Indonesia

Dharma, A.P, 1985. Tanaman Obat Tradisional Indonesia, Jakarta: PN Balai


Pustaka

Kazuma. 2009. Tanaman Obat. http://forum.al-ulama.net. Diakses pada tanggal 27


November 2009

Lachman, Leon, Liberman, Herbert A, Kanig, Joseph L, 1994. Teori dan Praktek
Farmasi Industri, Edisi kedua. Jakarta: UI Press

Majalah Nirmala, 2008. Mentimun Si'Dingin' dengan 1001 Manfaat , http://


cybermed.cbn.net.id. Diakses pada tanggal 20 Desember 2009
29

Martin, A, N, et all, 1983. Physical Pharmacy, Second Edition. Philadelphia: Lea


and Febiger

Santoso, Djoko, dan Gunawan, 2003, Ramuan Tradisional Untuk Penyakit Kulit,
Jakarta: Penerbit Swaday.

Syamsuhidayat, S. S., & Hutapea, J. R., 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia
(I), Jakarta: DepKes Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Suryadhie, 2007. Khasiat Mentimun. http://forum.detik.com. Diakses pada tanggal


27 November 2009

Voigh, Rudolf. 1971. Buku Pelajaran Tekhnologi Farmasi, Edisi Kelima.


Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Lampiran 1. Skema kerja pengolahan simplisia Perasan mentimun


30

Buah Mentimun segar

Dicuci dan dibersihkan


Ditimbang 70 g
Dikupas kulitnya dan diblender
hingga halus
Disaring

Perasan Mentimun

Lampiran 2. Skema Kerja Prosedur Pembuatan Gel


31

Lampiran 3. Perhitungan Rendemen dan Pengambilan Mentimun


32

Diketahui : Data empiris mentimun untuk astringen mentimun (70g)


Untuk 9 pot x mentimun = 4,5 timun
Ditimbang mentimun sebanyak 3 kali, diambil rata-rata:
1. 70 g
2. 60 g
3. 80 g +
210 g / 3 = 70 g = timun
x g = 4,5 timun

Berat perasan = 30 g
30 g X 4,5 mentimun = 270 g
mentimun
Rendemen = Berat perasan x 100 %
Berat timun
= 30 g x 100 %
70 g
= 42,85 %
Ket :
Pot = Berat sediaan gel per pot salep 50 g

Lampiran 4. Tabel Perubahan pH Sebelum dan Sessudah Kondisi Diercepat

Formula Gel Sebelum Dipercepat Sesudah Dipercepat Selisih


33

A 6,7 6,3 0,4


B 6,7 6,3 0,4
C 6,8 6,4 0,4

Data Hasil Uji Daya Sebar Gel Sebelum dan Sesudah Kondisi Dipercepat

Hasil Uji Daya Sebar Sebelum Kondisi Dipercepat


Formula Kaca 50 g 100 g 150 g 200 g
Gel
A 13,4 cm 13,9 cm 14,6 cm 15,4 cm 16,8 cm
B 6,0 cm 6,5 cm 6,8 cm 7,1 cm 7,2 cm
C 5,1 cm 5,5 cm 5,7 cm 5,9 cm 6,0 cm

Hasil Uji Daya Sebar Sesudah Kondisi Dipercepat


Formula Kaca 50 g 100 g 150 g 200 g
Gel
A 18,5 cm 19,3 cm 20,5 cm 21 cm 21,7 cm
B 9,7 cm 10,9 cm 11,4 cm 11,7 cm 12 cm
C 8,3 cm 8,7 cm 9,1 cm 9,6 cm 10,5 cm
34

Lampiran 5. Gambar Bahan

Gambar 1. Buah Mentimun (Cucumis sativus)

Gambar 2. Perasan Mentimun (Cucumis sativus)


35

Lampiran 6. Gambar Alat

Gambar 1. Inkubator Gambar 2. pH Meter

Gambar 3. Kulkas Gambar 4. Neraca Analitik

Lampiran 7. Gambar Gel Sebelum Dipercepat dan Sesudah Ddipercepat


36

Gel Sebelum Dipercepat Gel Sesudah Dipercepat

Formula A Formula A
Na.CMC 6% Na.CMC 6%

Formula B Formula B
Na.CMC 9% Na.CMC 9%
37

Formula C Formula C
Na.CMC Na.CMC
12% 12%

Anda mungkin juga menyukai